Kelompok 3 - Makalah Agama Islam II PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA ISLAM II

MATEMATIKA DAN QUICKCOUNT DALAM ISLAM

Disusun oleh:
Kelompok 3

Aresma Susilawati NIM. 162012533004


Dzurriyatina Qurrota A’yun NIM. 162012533010
Novita Rahma Nazila NIM. 162012533022
Safira Nur Aisyah NIM. 162012533047
Nizma Aulia Putri NIM. 162012533081

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Salamun, M.S., Dr. Imam Sapuan, M.Si., Drs.H. Sediono, M.Si., Dr. Ni’matuz Zahro’,
M.Si.., Dr. Fatimah, M.Si., Dr.Khusnul Ain, S.T., M.Si., Prof. Dr. Purkan, M.Si., Drs. Sofijan
Hadi, M.Si., Dr. Soegianto Soelistiono, M.Si

MATA KULIAH AGAMA ISLAM II


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI MAJU DAN MULTIDISIPLIN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................... 5
2.1 Matematika Dalam Al Qur'an ........................................................................................... 5
2.2 Peran dan Posisi Matematika Dalam Alquran ................................................................. 6
2.3 Fakta Matematika Dalam Al Qur'an................................................................................. 7
2.4 Makna Quick Count Dalam Al Qur'an ............................................................................ 10
2.5 Dalil Perhitungan Allah Selalu Tepat Dalam Al Qur'an ................................................ 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 14
3.2 Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 16

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kalam adalah lafadh atau ayat yang memberikan pemahaman kepada ummat manusia.
Al Quran merupakan kalam Allah Swt sebagai wahyu yang diturunkan dengan perantara
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw secara bertahap dengan ayat dan maknanya, dan
merupakan sumber hukum utama dan pertama bagi ummat Islam untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. (Supriyadi, 2021) Al-Quran bukan hanya memberikan sumber
hukum tetapi juga memuat tentang ilmu pengetahuan, bahkan Al – Quran menempatkan ilmu
dan ilmuan dalam kedudukan yang tinggi sejajar dengan orang - orang yang beriman seperti
yang tertuang pada Quran Surah Al – Mujadilah ayat pertama.

ۡ‫ّللا‬ َۡ ‫ل الَّتِىۡ ت ه َجا ِدۡله‬


ِ ٰ ‫ك فِىۡ زَ و ِج َها َۡو تَشت َ ِكىۡ اِلَى‬ َۡ ‫ّللاه قَو‬ َ ‫قَ ۡد‬
ٰۡ ‫س ِم َۡع‬
ۡ ۡ‫صير‬
ِ َ‫س ِميعۡۡۢ ب‬
َ َ‫ّللا‬
ٰۡ ‫ِن‬َّۡ ‫او َر هك َماؕۡ ا‬
‫ّللاه يَس َم هۡع ت َ َح ه‬
ٰۡ ‫َو‬
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan
di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Ayat-ayat dalam nash al-Qur’anۡ menganjurkanۡ manusiaۡ untukۡ menuntutۡ ilmu,ۡ halۡ inۡ
tertuang dalam surat Al – Alaq ayat 1- 5, agar manusia membaca, karena membaca merupakan
kunci ilmu pengetahuan. Serta dalam surat An - Nahl (QS:16:78) yang menjelaskan bahwa
pintu masuk ilmu melalui panca indra dianataranya dapat berupa indra penglihatan, indra
pendengaran sehingga manusia dapat menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
awalnya mereka sama sekali tidak mengetahuimya.

Pendidikan merupakan unsur kehidupan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia
pendidikan termasuk ke dalam kelompok kebutuhan primer. Proses pendidikan dimulai dari
kandungan orang tuanya, setelah anak lahir akan mendapat pendidikan dari orang tuanya dan
orangorang yang lebih dewasa di dalam rumah. (Cahya & Ahmadi, 2020)

1
Ajaran Islam memerintahkan terhadap umatnya untuk meneliti dan menelaah alam
semesta dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT demi tercapainya kebahagian di
dunia dan akhirat. (Cahyanto, Tri., Kuraesin, 2013) Dalam sebuah Hadis disebutkan bahwa
Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandinginya. Ini harus diterjemahkan oleh umat Islam
bahawa kita harus mampu menguasai ilmu pengetahuan sehingga dapat menguasai nilai
ketinggian tersebut. Artinya umat Islam harus melakukan penelitian terhadap ayat-ayat Allah
SWT, baik terhadap ayat-ayat kauliyah mahupun ayat-ayat kauniyah (kealaman). (Raya, 2020)
Sehingga kejayaan kegemilangan umat Islam pada masa silam dapat direalisasikan pada masa
sekarang ini.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akhir-akhir ini juga tidak terlepas dari peran
matematika. Bahkan perkembangan peradaban manusia itu sendiri sangat erat hubungannya
dengan perkembangan ilmu matematika. Bagi ilmu itu sendiri, matematika dapat menyebabkan
ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat. Operasi hitung bilangan dalam
matematika membantu menyelesaikan berbagai permasalahan dunia mulai dari masalah
pengukuran hingga masalah penentuan keputusan hukum.

Quick Count termasuk dalam ilmu hitung atau Matematika. Dalam khazanah keilmuan
Islam, Imam al-Ghazali dalam al-Munqid min al-Dhalal, berpendapat mengenai
ilmu riyadiyat (Matematika) ini. Matematika menjadi salah satu pondasi keilmuan dari ahli
filsafatۡ dalamۡ mencariۡ ‘kebenaran’ۡ disampingۡ ilmuۡ mantiq,ۡ ilmuۡ alam,ۡ ilmuۡ teologi,ۡ ilmuۡ
politik, dan ilmu etika. Ilmu riyadiyat tersebut punya konteks dalam ilmu hitung,
ilmu handasah (geometri), dan ilmu bumi (alam). Kalau ditarik zaman sekarang, termasuk juga
ilmu fisika, survei, dan juga quick count yang telah dibuktikan dengan metodologi ilmiah yang
kuat, serta ilmu perteknikan. Secara an sich, ilmu ini tidak punya hubungan dengan perkara
agama, baik menafikan atau isbat (kecuali beberapa ilmu yang perlu ilmu hitung seperti waris,
faraidh, dan sebagainya).

Di sisi lain, ilmu ini punya dua bahaya, kata Imam al-Ghazali. Pertama, bagi siapa pun
yang menganalisa ilmu riyadiyat ini akan merasa kagum. Sebab dalil dan argumentasi dari
ilmu ini begitu jelas. Ketika kemahiran seseorang itu mencapai puncak dalam ilmu ini, maka
kemungkinan besar ia akan fanatik dan menafikan ilmu yang lain. Semisal, seorang ahli fikih
dan ilmu kalam, belum tentu dia ahli dalam ilmu kedokteran. Jadi, di satu bidang keilmuan dia
sudah di puncak kepandaian, tapi di saat yang sama dia bodoh di bidang keilmuan yang lain.

2
Menyikapi quick qount, kita harus tetap objektif meski ilmu itu sudah terukur dengan baik,
karenaۡ‘kebenaran’ۡhasilۡdari quick count belum final.

Bahaya kedua, orang yang sok tahu dan menolak ilmu riyadiyat. Dia terlihat seperti
orang dungu dan bebal. Setiap hal yang dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, pasti punya
klasifikasi agar diakui sebagai ilmu. Gerhana matahari dan bulan, bisa dihitung matematika,
kapan akan terjadi dan apa penyebabnya. Ilmu riyadiyat atau ilmu hitung, itu ilmu pembuktian
secara rasional dan terukur. Seperti matematika dasar 2 + 2 = 4, ini dibuktikan secara
rasional. Quick count itu sudah ada ukuran dan punya teknik metode ilmiah, karena dia juga
masuk ranah ilmu statistik. Hanya saja quick count punya metodelogis yang lebih rumit
daripada matematika dasar seperti di atas.

Oleh kerana itu mempelajari ilmu pengetahuan alam adalah bagian dari mempelajari
agama, sebab agama memerintahkannya. Orang yang meninggalkan ilmu kauniyah berarti
telah meninggalkan agama dan berarti ruh Islam sudah tidak ada pada dirinya. Dengan
demikian kedudukan ilmu kauniyah menempati kedudukan yang strategis sehingga tidak boleh
diabaikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang yang disampaikan sebelumnya, maka
dirumuskan beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kerterkaitan antara matematika dengan Islam dalam Al – Quran
2. Bagaimana hukum Quick Count dalam Al – Quran
3. Bagaimana peran dan posisi matematika dalam Al – Quran

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara matematika dengan islam dalam Al Quran
2. Mengetahui hukum Quick Count dalam Al Quran
3. Mengetahui peran dan posisi matematika dalam Al Quran

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan mengembangkan wawasan keilmuan bagi
mahasiswa dalam bidang pendidikan

3
2. Menerapkan dalam kehidupan mengenai ayat – ayat dan fakta tentang matematika dalam
Islam.
3. Menerapkan dalam kehidupan mengenai ayat – ayat serta memahami makna tentang
quick count dalam Islam
4. Menerapkan dalam kehidupan mengenai ilmu yang mempelajari tentang peran
matematika dan ilmu saintifik serta quick count dari sudut pandang Islam.
5. Memahami peran dan posisi matematika dalam Al – Quran serta mengamalkan dalil
perhitungan Allah yang selalu tepat dalam Al – Quran

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Matematika Dalam Al Qur'an


Matematika mempunyai dua posisi yaitu posisi di antara dunia nyata dan dunia ghaib.
Matematika tidak berada di dunia nyata sehingga objek matematika bersifat abstrak dan tidak
beradaۡdiۡduniaۡghaibۡsehinggaۡobjekۡmatematikaۡbukanۡsuatuۡ“penampakan”.ۡMembawaۡobjekۡ
dunia nyata ke dalam bahasa matematika disebut dengan abstraksi dan mewujudkan
matematika dalam dunia nyata disebut aplikasi. Matematika merupakan abstraksi dari dunia
nyata, sehingga objek matematika bersifat abstrak dan dalam bahasa simbol.
Matematika berada di antara dunia syahadah dan ghaibiyah. Dengan demikian, maka
matematikaۡbersifatۡ“setengahۡnyataۡdanۡsetengahۡgaib”.ۡUntukۡmemahamiۡobjekۡyangۡnyataۡ
diperlukan pendekatan rasionalis, empiris, dan logis (bayani dan burhani). Sedangkan untuk
memahami objek yang gaib diperlukan pendekatan intuitif, imajinatif, dan metafisis (irfani).
Kekuatan utama dalam matematika justru terletak pada imajinasi atau intuisi yang kemudian
diterima setelah dibuktikan secara logis atau deduktif. Dengan demikian, maka untuk
mempelajari matematika perlu penggabungan ketiga pendekatan tersebut, yaitu bayani,
burhani,ۡdanۡ‘irfani.
Paradigma berpikir yang menggabungkan ketiga pendekatan tersebut, menurut penulis
adalah paradigma ulul albab. Ilmuwan dalam pandangan Islam adalah sosok yang secara
bersamaan mengembangkan potensi dzikir dan fikir untuk menghasilkan amal sholeh, yang
dalam Al-Qur’anۡ disebutۡ Ulul Albab. Potensi dzikir berperan menghadapi objek yang
suprarasional, dan mampu mempertajam kemampuan intuitif, emosional, dan spiritual. Potensi
fikir berperan menghadapi objek yang rasional. Dzikir mewakili aktivitas pada aspek ghaibiyah
dan fikir mewakili aktivitas pada aspek syahadah.
Paradigma ulul albab ini dapat digunakan dalam belajar matematika. Kemampuan
intelektual semata tidak cukup untuk belajar matematika, tetapi perlu didukung secara
bersamaan dengan kemampuan emosional dan spiritual. Pola pikir deduktif dan logis dalam
matematika sangat bergantung pada kemampuan intuitif dan imajinatif.
Al-Qur’anۡ diturunkanۡ sekitarۡ abadۡ ke-6 Masehi, yang pada saat itu belum ditetapkan
satuan- satuan baku untuk pengukuran. Dengan demikian, jika Al-Qur’anۡberbicaraۡmasalahۡ
pengukuran, maka satuan ukur yang digunakan adalah satuan-satuan tradisional yang berlaku
saat itu, khususnya di daerah Mekah dan Madinah. Berdasarkan kajian penulis, ternyata Al-
Qur’anۡ jugaۡ berbicaraۡ tentangۡ pengukuran. Pengukuran yang disebutkan dalam Al-Qur’anۡ

5
meliputi pengukuran panjang (jarak), waktu, luas, berat, dan kecepatan. Bahkan al-Qu’ranۡjugaۡ
berbicara operasi yang melibatkan satuan ukur
Pada QS Ash-Shaffat ayat 147 tersebut dijelaskan bahwa nabi Yunus diutus kepada
umatnya yang jumlahnya 100000 orang atau lebih. Jika membaca ayat tersebut secara seksama,
maka terdapat rasa atau kesan ketidakpastian dalam menentukan jumlah umat nabi Yunus.
Mengapa harus menyatakan 100000 atau lebih? Mengapa tidak menyatakan dengan jumlah
yang sebenarnya? Bukankah Allah SWT maha mengetahui yang gaib dan yang nyata?
Bukankah Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu, termasuk jumlah umat nabi Yunus?
Jawabanۡterhadapۡpertanyaanۡtersebutۡadalahۡ“inilahۡcontohۡestimasiۡ(taksiran)”

2.2 Peran dan Posisi Matematika Dalam Alquran


Al-Qur‟anۡsendiriۡyangۡmerupakanۡkalamۡAllahۡjugaۡberbicaraۡmatematika.ۡAl-Qur‟anۡ
sebenarnya berbicara tentang bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, serta statistika.
Dalam Al-Qur‟anۡdisebutkan sebanyak 38 bilangan berbeda yang terdiri dari 30 bilangan asli
dan 8 bilangan pecahan. Al-Qur‟anۡberbicaraۡaljabar,ۡyakniۡrelasiۡdanۡoperasiۡbilangan.ۡRelasiۡ
bilangan dalam matematika meliputi relasi lebih dari (fauqa atau aktsara), kurang dari (adna),
dan lebih dari sama dengan. Operasi bilangan dalam Al-Qur‟anۡmeliputiۡoperasiۡpenjumlahan,ۡ
pengurangan, dan pembagian. Operasi perkalian disebutkan secara tersirat sebagai
penjumlahan berulang.
Salah satu kegiatan matematika adalah kalkulasi atau menghitung, sehingga tidak salah
jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu berhitung atau ilmu al-hisab. Dalam
urusan hitung-menghitung ini, Allah SWT adalah ahlinya. Allah SWT sangat cepat dalam
menghitung dan sangat teliti. Kita perhatikan ayatayat Al-Qur‟anۡ yangۡ menjelaskanۡ bahwaۡ
Allah SWT sangat cepat dalam membuat perhitungan dan sangat teliti, sebagaimana dijelaskan
dalam surat An-Nur ayat 39, Ali Imran ayat 199, Al-Baqarah ayat 202, dan Ar-Ra‟dۡayatۡ41.ۡ
Bahkan dalam surat Al-An‟amۡ ayatۡ 62, dijelaskan bahwa untuk urusan menghitung, Allah
adalah yang paling cepat. Lalu, siapa yang dapat menghitung dengan cepat kalau bukan ahli
matematika? Siapa yang dapat menentukan aturan-aturan, rumus-rumus, ukuranukuran, dan
hukum-hukum jagad raya dengan begitu telitinya kalau bukan ahli matematika? Lalu, kalau
Allah SWT serba maha dalam matematika, mengapa kita tidak mau mempelajarinya?
Bagaimana kita memahami alam semesta yang menggunakan bahasa matematika kalau kita
tidak menguasai matematika?.

6
Salah satu cabang ilmu matematika yaitu trigonometri yang mampu di aplikasikan dalam
berbagai ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang astronomi aplikasi
trigonometri dapat menghitung jarak ke bintang-bintang yang lebih dekat. Dalam ilmu falak
aplikasi trigonometri dapat membantu meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat
secara tepat dari berbagai penjuru bagi umat Islam yang tinggal jauh dari Mekah, dapat
menghitung awal waktu sholat dan dapat membantu dalam penentuan penganggalan kalender
Hijriah. Dalam hal ini aplikasi matematika khususnya trigonometri dalam membantu
meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat yang benar.
Sebelum membahas perhitungan matematis dalam menentukan arah kiblat, ada satu
metode untuk mengetahui arah kiblat yang benar dengan bantuan cahaya matahari.
Kesempatan yang sangat tepat untuk mengetahui secara persis arah kiblat adalah saat posisi
matahariۡberadaۡtepatۡdiۡatasۡka’bah.ۡDenganۡmengandalkanۡbayanganۡmatahariۡyangۡberadaۡ
diۡ atasۡ ka’bahۡ untukۡ menentukan arah kiblat tentu tidak rumit. Hal ini dapat dilakukan di
seluruhۡtempatۡdiۡbumi,ۡnamunۡwaktunyaۡdisuaikanۡsaatۡmataharariۡdiۡatasۡka’bah.ۡTentuۡsetiapۡ
tempat dipermukaan bumi memiliki waktu yang berbeda dengan waktu di Mekah.
Pada masa-masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan
manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya
mencari model-model matematika yang paling mendekati untuk menggambarkan suatu
fenomena. Bahkan, wabah seperti demam berdarah, malaria, tuberkolosis, bahkan flu burung
ternyata mempunyai aturan-aturan yang matematis. Sungguh, segala sesuatu telah diciptakan
dengan ukuran, perhitungan, rumus, atau formula tertentu yang sangat rapi dan teliti.
Perhatikan Al-Qur‟anۡsuratۡAl-Furqanۡayatۡ2ۡyangۡartinyaۡ“DanۡDiaۡtelahۡmenciptakanۡsegalaۡ
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

2.3 Fakta Matematika Dalam Al Qur'an


Didalam Al-Qur'an terdapat semua hal mengenai kehidupan dan kematian, termasuk
didalamnya terdapat ilmu matematika. Matematika dianggap sebagai bahasa murni ilmu
pengetahuan yang bukan diciptakan oleh manusia-manusia berintelegensi tinggi seperti,
Phitagoras, Aristoteles, Galileo, Kepler, Newton, atau Einstein. Ilmuwan-ilmuwan ini tidak
menciptakan matematika, tetapi hanya menemukan bahwa ada satu aturan atau persamaan
matematika dalam segala hal yang telah diciptakan Allah sebagai bahasa universal di alam
semesta. Didalam matematika itu juga terdapat angka yang diartikan sebagai "ruh" dari
matematika. Tak ada satupun aspek kehidupan yang tidak bersentuhan dengan angka. Dari pagi
hingga malam, dari bayi hingga orang tua, dari kelahiran hingga kematian, angka-angka

7
bertebaran di hadapan manusia, melintas batas, tidak mengenal jenis kelamin, bahasa, suku,
budaya, agama. Semuanya sepakat dan saling mengerti satu sama lainnya apabila dihadapkan
pada angka.

Al-Qur'an tersusun dari 77.439 kata dengan jumlah huruf sebanyak 323.015 buah
menjelaskan bahwa Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada ayat-ayat mulianya, makna-
maknanya, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar keadilannya serta pengentahuan gaibnya saja,
melainkan juga termasuk jumlah-jumlah yang ada dalam Al-Qur'an itu sendiri, begitu juga
dengan pengulangan kata dan hurufnya. Orang-orang yang melakukan "ulum" Al-Qur'an sejak
dulu sudah menyadari adanya fenomena tersebut yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Mukjizat Al-Qur'an tidak terbatas pada pengetahuan-pengetahuan mendalam berupa ilmu
logika, sosial, keindahan, serta kefasihan bahasa dan ilmu tentang rahasia alam gaib yang
sangat menakjubkan. Setiap hari terungkap bidang-bidang baru dari keajaiban-keajaiban Al-
Qur'an. Sebagai contoh hingga kini terdapat beberapa hal tentang mukjizat angka dalam Al-
Qur'an yang dijelaskan melalui penelitian secara seksama.

Fakta kelipatan 7 dalam Al-Qur'an:

1. Jumlah surat penyebutan angka 7 pertama adalah surat Al-Baqarah dan penyebutan
terakhir kali adalah surat An-Naba’ۡ
2. Jumlah ayat dari surat Al-Baqarah dan jumlah ayat dari surat An-Naba’ۡadalah 5649
ayat, yang merupakan kelipatan dari 807 x 7 = 5649
3. Jumlah yang mendahului surat Al-Baqarah berjumlah 35 ayat, merupakan perolehan
kelipatan 5 x 7 = 35, sedangkan jumlah ayat yang mendahului surat An-Naba’ۡ
berjumlah sebanyak 5684 ayat yang merupakan kelipatan dari 116 x 7 x 7 = 5684
4. Diantara surat penyebutan Allah pertama dan terakhir kalinya terdapat sebanyak 112
surat yang merupakan kelipatan dari 7 x 16 = 112
5. Jumlah ayat yang terdapat antara ayat 1 sampai surat Al-Ikhlas adalah 6223 ayat yang
merupakan kelipatan dari 7 x 7 x 127 = 6223
6. Jumlah huruf dalam ayat pertama yakni bismillahirrahmanirrahim adalah 19 sedangkan
jumlah huruf dalam ayat surat Al-Ikhlas:2 adalah 9, bila keduanya ditambahkan maka
jumlahnya adalah 28, tidak lain adalah kelipatan angka 4 x 7 = 28

Keseimbangan jumlah kata antara ayat dan makna yang dikandungnya:

1. Dunia (dunya) dan akhirat (akhirat), masing masing disebut sebanyak 115 kali

8
2. Kata yang menunjukkan arti setan dan malaikat, masing masing dalam Al-Qur’anۡ
disebut sebanyak 68 kali. Baik dengan kalimat syaitan atau syayatin dan satu kali
disebut dengan kata syayatinihim
3. Kata hidup (hayat) dan mati (maut) adalah merupakan antonim, keduanya masing-
masing disebut oleh Al-Qur’anۡsecaraۡberimbangۡsebanyak 71 kali
4. Kata penglihatan dahir (basar) dan penglihatan batin (basirah) masing-masing kata
tersebut disebut dalam Al-Qur’anۡsebanyakۡ148ۡkali
5. Kalimatۡ manfaatۡ (naf’u)ۡ danۡ merusakۡ (fasad)ۡ keduaۡ kataۡ tersebut,ۡ masing-masing
disebut di dalam Al-Qur’anۡsebanyak 50 kali
6. Harapan (ragaba) dan cemas (rahaban), perasaan keseimbangan dalam berdoa, disebut
sebanyak 8 kali seperti di dalam surat Al-Anbiya’
7. Panas (harra) dan dingin (barad) disebut sebanyak 4 kali seperti dalam surat An-Nahl
8. Keadilan (qist) dan ketidak adilan (dulm) masing-masing disebut sebanyak 15 kali,
seperti tercantum di dalam surat al-Anbiya’
9. Mudarahۡ(darr)ۡdanۡmanfaatۡ(naf’u)ۡdiulangۡsebanyakۡ9ۡkali

Keseimbangan antara jumlah kata yang memiliki hubungan sebab-akibat:

1. Keji (fahsya), Permusuhan (bagi), murka (godab) masing masing diulang 24 kali, ketiga
sifat tersebut menyebabkan perbuatan dosa, dosa di dalam Al-Qur’anۡdulangۡsebanyakۡ
48 kali, merupakan kelipatan (24 x 2)
2. Akibat godaan setan (iblis) dan memohon perlindungan disebut sebanyak 11 kali
3. Kebajikan akan menyebabkan pahala disebut sebanyak 20 kali
4. Menanamۡ(harasa),ۡmenumbuhkanۡ(zara’a),ۡhasilnyaۡadalahۡbuahۡbuahanۡ(fawakiha)ۡ
diulang 14 kali, sebagai akibat dari menanam adalah tumbuh dan berbuah
5. Kaya (goni) sebanyak 26 kali, dan yang membutuhkan (faqir) sebanyak 13 kali
6. Kaum luth (Qoumu lut, ikhwanu lut) terulang 8 kali dan hujan batu (hasiba) terulang 4
kali, seperti dalam surat Al-Qamar: 34
7. Ampunanۡ(gafara)ۡterulangۡsebanyakۡ234ۡkaliۡdanۡbalasanۡ(jaza’)ۡterulang sebanyak
117 kali, seperti dalam surat Nuh :71 atau An-Nisa’:123
8. Perbuatanۡ(fi’il)ۡdanۡbalasanۡ(ajru) disebut sebanyak 108 kali

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan bilangan antonimnya:

9
1. Manfaatۡ (naf’u)ۡ danۡ kerusakanۡ (fasad) masing masing terulang sebanyak 50 kali,
kerusakan yang dimaksud adalah kejahatan sosial yang terkutuk, seperti yang telah
disebutkan di dalam Al-Qur’anۡsuratۡAl-Zariyat: 55
2. Terang-terangan dan terbuka diulang 16 kali, kadua kata tersebut mempunyai korelasi,
seperti ditunjuk dalam QS. Nuh:8-9
3. Dunia (dunya) akhirat (akhirah) ini disebut secara bersamaan di 8 ayat: 5:76, 7:188,
10:49, 13:16, 20:89, 25:3, 34:42, 48:11, adapaun satu ayat yang menunjukkan madarat
berada di Al-Jinn: 21, sedangkan manfaat terdapat dalam surat An-Nisa’: 11

2.4 Makna Quick Count Dalam Al Qur'an


Quick Count sebenarnya sudah lama dikenal oleh publik, tetapi baru akhir-akhir ini
menjadi bahan pembicaraan masyarakat Indonesia, terkait dengan maraknya pemilihan kepala
daerah dan juga pemilihanۡpresidenۡdanۡwakilۡpresiden.ۡBerdasarkanۡkatanya,ۡ‘quickۡcount’ۡ
dapat diartikan sebagai perhitungan cepat, di mana dilakukan penghitungan hasil pemilihan
umum secara cepat, lebih cepat daripada penghitungan yang resmi dilakukan oleh Komite
Pemilihan Umum (KPU). Keabsahan quick count telah diakui secara luas di dunia, dan sampai
saat ini merupakan metode yang paling canggih dalam menentukan siapa pemenang dari suatu
pemilu, tanpa harus menghitung semua suara yang masuk.
Quick Count (Hitung Cepat) adalah metode verifikasi hasil (pemilihan umum), untuk
mengetahui persentase secara umum dari sampel di TPS (Tempat Pemungutan Suara). Hitung
cepat lazim dilakukan oleh lembaga atau individu yang memiliki kepentingan terhadap proses
dan hasil pemilu. Tujuan dan manfaat dari hitung cepat adalah agar pihak-pihak yang
berkepentingan memiliki data pembanding yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kecurangan yang terjadi pada proses tabulasi suara.
Pelaksana quick count biasanya adalah lembaga independen yang mempunyai kapasitas
yang tinggi dalam dunia statistik. Hasil quick count di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga
independen di Indonesia, baik berafiliasi asing maupun tidak, selama ini selalu memberikan
hasil yang akurat. Bahkan salah satu komandan lembaga survey tersebut menyatakan bahwa
hasil perhitngannya selalu tepat, bahkan mendekati kenyataan hasil akhir. Akan tetapi, quick
count tetap merupakan teknik atau metode statistik yang memungkinkan adanya kesalahan dari
hasil yang ditunjukkan. Dalam dunia statistik, dikenal istilah signifikansi, yang berasal dari
hasil yang ditunjukkan.
Namun dari semua penjelasan diatas, bagaimanakah makna quickcount dalam Al-Quran?
Pedoman dalam Ajaran Islam sangat jelas QS. An-Nisaa’[4]:59ۡ “Haiۡ orang-orang yang

10
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamuberlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikianۡituۡlebihۡutamaۡ(bagimu)ۡdanۡlebihۡbaikۡakibatnya”.
Dariۡayatۡdiۡatasۡta’atۡkepadaۡpemimpinۡadalahۡsatuۡhalۡyangۡwajibۡdipenuhi,ۡtetapiۡparaۡ
pemimpinۡyangۡdiۡta’ati,ۡharusۡmenggunakanۡhukumۡAllah,ۡhalۡiniۡsebagaimanaۡdi nyatakan
dalam ayat Al-Qur’anۡ bahwaۡ barangsiapaۡ yangۡ tidakۡ memutuskanۡ menurutۡ apaۡ yangۡ
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orangۡyangۡkafir…”ۡ(Qsۡ:5:44),ۡzalim…”ۡ(Qs:ۡ
5ۡ45)ۡfasik..”ۡ(Qs:ۡ5ۡ:47),ۡbukanۡorang-orangۡyangۡyakinۡ?”.ۡ(Qsۡ:ۡ5ۡ:50)
Quick count dapat dikatakan halal apabila tidak mengambil keuntungan yang mengambil
hak orang lain, harus dilakukan jujur, terbuka, dan penuh dengan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.5 Dalil Perhitungan Allah Selalu Tepat Dalam Al Qur'an


Teori himpunan merupakan bidang matematika yang mengkaji himpunan (set), yakni
kumpulan (koleksi) dari objek-objek yang terdefinisi dengan jelas (well defined). Makna
“objek”ۡ dalamۡ definisiۡ tersebutۡ dapatۡ berupaۡ obyekۡ nyataۡ danۡ abstrak. Adapun makna
“terdefinisiۡdenganۡjelas”ۡadalahۡciri,ۡsifat,ۡatauۡsyaratۡobjekۡyangۡdimaksudۡharusۡjelasۡdanۡ
dapat ditentukan (Abdussakir, 2009). Ciri, sifat, atau syarat objek tersebut merupakan prinsip
keanggotaan dalam suatu himpunan. Misalnya saja, kumpulan hewan berkaki empat,kumpulan
planet-planet,dan lain sebagainya. Obyek-obyek yang dimaksud dalam contoh tersebut sudah
jelas, yakni hewan yang memiliki jumlah kaki sebanyak empat, seperti kuda, domba, panda,
beruang, dan lainnya. Meskipun secara keilmuan teori himpunan disampaikan oleh seorang
yahudi, namun pada dasarnya secara rasional Al-Qur’anۡ telahۡ menyiratkanۡ ideۡ mengenaiۡ
prinsip himpunan tersebut. Misalnya dalam Al-Quran surat Al-Fathir ayat 1 :

Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat di atas, dijelaskan sekelompok makhluk yang disebut malaikat. Dalam
kelompok malaikat tesebut terdapat malaikat yang memiliki dua sayap, tiga sayap, atau empat

11
sayap. Ketiga kelompok malaikat tersebut syaratnya sudah sangat jelas meskipun malaikat
merupakan makhluk yang abstrak, yakni malaikat dengan jumlah sayap yang sama.

Selanjutnya, dalam Al-Qur’anۡsuratۡAn-Nur ayat 45 :

Artinya : Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam ayat di atas dijelaskan sekumpulan makhluk yang disebut binatang. Dalam
kelompok binatang tersebut ada sekelompok yang berjalan tanpa kaki, dengan dua kaki, empat,
atau bahkan lebih sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kelompok binatang-
binatang tersebut juga dapat didefinisikan secara jelas, yakni binatang dengan jumlah kaki
yang sama.

Dalam Al-Qur’anۡ suratۡ Al-Fathir ayat 1 dan An-Nur ayat 45 itulah terdapat konsep
matematika, yaitu kumpulan objek-objek yang didefinisikan secara jelas. Teori inilah yang
dalam matematika dinamakan dengan Teori Himpunan.

Vektor merupakan besaran yang mempunyai besar dan arah, seperti perpindahan
(displacement), kecepatan, gaya, dan percepatan. Berdasarkan tinjauan siding kajian geometri,
secara umum suatu besaran vector dapat digambarkan dengan menggunakan ruas garis berarah
(Spiegel, 1999). Panjang dari ruas garis merupakan panjang vektor atau besar vector,
sedangkan arah dari peubah merupakan petunjuk arah vector.

Tidak berbeda dengan teori – teori sebelumnya, vector diisyaratkan dalam beberapa surat
dalam Al-Qur’an.ۡSuratۡpertamaۡyangۡmengisyaratkannyaۡadalahۡsuratۡAr-Rum ayat 20:

12
Artinya : Dan di antara tanda – tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba – tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Ayat tersebut menunjukan siklus awal kehidupan, yakni diciptakannya manusia oleh
Allah SWT, yang seiring berjalannya waktu akan mengalami perkembangan. Dari ayat
tersebut, siklus awal kehidupan diibaratkan sebagai sebuah titik pangkal, dan
perkembangannya dimisalkan sebagai suatu ruas garis yang berarah. Jika ada titik awal, maka
menurut hukum alam pastilah ada suatu titik akhir. Titik akhir kehidupan adalah kematian yang
peluangnya sempurna, yakni 1. Jika kehidupan diibaratkan suatu titik pangkal, maka kematian
adalah akhir atau ujung dari ruas garisnya.

Dalam tinjauan Al-Qur’an,ۡsegalaۡhalۡyangۡadaۡdiۡduniaۡiniۡbukanlahۡsuatuۡkebetulanۡ


semata. Semuanya telah menjadi ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT, termasuk
di dalamnya adalah mengenahi ilmu matematika. Banyak sekali prinsip – prinsip dasar
matematika yang diisyaratkan oleh Allah SWT secara ghaib (tersirat) dalam Al-Qur’an.ۡ
Beberapa contoh bidang matematika yang telah mendapatkan isyarat prinsip dalam Al-Quar’anۡ
misalnya teori himpunan, teori vektor, teori bilangan, teori aljabar, teori geometri, dan teori
topologi.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akhir-akhir ini juga tidak terlepas dari peran
matematika. Bahkan perkembangan peradaban manusia itu sendiri sangat erat hubungannya
dengan perkembangan ilmu matematika. Dalam urusan hitung-menghitung, Allah SWT adalah
ahlinya. Allah SWT sangat cepat dalam menghitung dan sangat teliti. Kita perhatikan ayatayat
Al-Qur‟anۡyangۡmenjelaskanۡbahwaۡAllahۡSWTۡsangatۡcepatۡdalamۡmembuatۡperhitunganۡdanۡ
sangat teliti, sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 39, Ali Imran ayat 199, Al-
Baqarah ayat 202, dan Ar-Ra‟dۡayatۡ41.ۡOrang-orang yang melakukan "ulum" Al-Qur'an sejak
dulu sudah menyadari adanya fenomena tersebut yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Mukjizat Al-Qur'an tidak terbatas pada pengetahuan-pengetahuan mendalam berupa ilmu
logika, sosial, keindahan, serta kefasihan bahasa dan ilmu tentang rahasia alam gaib yang
sangat menakjubkan.
Pedoman dalam Ajaran Islam sangat jelas QS. An-Nisaa’[4]:59ۡ“Haiۡorang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamuberlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikianۡituۡlebihۡutamaۡ(bagimu)ۡdanۡlebihۡbaikۡakibatnya”.
Dariۡayatۡdiۡatasۡta’at kepada pemimpin adalah satu hal yang wajib dipenuhi, tetapi para
pemimpinۡyangۡdiۡta’ati,ۡharusۡmenggunakanۡhukumۡAllah,ۡhalۡiniۡsebagaimanaۡdiۡnyatakanۡ
dalam ayat Al-Qur’anۡ bahwaۡ barangsiapaۡ yangۡ tidakۡ memutuskanۡ menurutۡ apaۡ yangۡ
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orangۡyangۡkafir…”ۡ(Qsۡ:5:44),ۡzalim…”ۡ(Qs:ۡ
5ۡ45)ۡfasik..”ۡ(Qs:ۡ5ۡ:47),ۡbukanۡorang-orangۡyangۡyakinۡ?”.ۡ(Qsۡ:ۡ5ۡ:50). Quick count dapat
dikatakan halal apabila tidak mengambil keuntungan yang mengambil hak orang lain, harus
dilakukan jujur, terbuka, dan penuh dengan tanggung jawab terhadap masyarakat dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam tinjauan Al-Qur’an,ۡsegalaۡhalۡyangۡadaۡdiۡduniaۡiniۡbukanlahۡsuatuۡkebetulanۡ
semata. Semuanya telah menjadi ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT, termasuk
di dalamnya adalah mengenahi ilmu matematika. Banyak sekali prinsip – prinsip dasar
matematika yang diisyaratkan oleh Allah SWT secara ghaib (tersirat) dalam Al-Qur’an.ۡ
Beberapa contoh bidang matematika yang telah mendapatkan isyarat prinsip dalam Al-Quar’anۡ
misalnya teori himpunan, teori vektor, teori bilangan, teori aljabar, teori geometri, dan teori
topologi.

14
3.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Sebagai umat islam yang taat pada ajaran Allah SWT sebaiknya menerapkan
matematika dalam kehidupan sesuai dengan ajaran islam.
2. Mempercayai bahwa perhitungan yang telah Allah SWT tetapkan seperti
perhitungan amal perbuatan yang telah dilakukan selama di dunia
3. Mempelajari lebih dalam dan memahami makna ayat yang terkandung dalam al
Qur’anۡuntukۡmenambahۡwawasanۡdalamۡislam

15
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, I. N., & Ahmadi, M. F. (2020). Keterpaduan Konsep Operasi Bilangan Matematika
dalam Al-Qur’an.ۡProsiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, 2, 79–
81. www.darmawanari.wordpress.com.
Cahyanto, Tri., Kuraesin, R. (2013). Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2. Jurnal Jurusan
Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi, VII(2), 11–29.
Raya, I. P. (2020). Proceeding of ICONIE FTIK IAIN Pekalongan. Proceeding of ICONIE
FTIK IAIN Pekalongan Eco-Pesantren:, 1189–1200.
Sampayya, Abah Salma Alif. (2007). Keseimbangan Matematika Dalam Al-Qur'an. Jakarta:
Penerbit Republika
Supriyadi, K. (2021). Matematika Dalam Al-Qur’an.ۡAndragogi: Jurnal Pendidikan Islam
Dan Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 35–51.
https://doi.org/10.36671/andragogi.v3i01.152
Wiyono, M. (2021). Al-Qur'an Ditinjau Dari Perspektif Angka. Jurnal Studi Qur'an dan
Hadis, 3(1).

Abdussakir. (2009). Pentingnya Matematika dalam Pemikiran Islam. Artikel disampaikan


pada Seminar Internasional “The Role of Sciences and Technology in Islamic
Civilization” di UIN Malang tahun 2009., 4.
Spiegel, M. R. (1999). Analisis Vektor. Diterjemahkan oleh Hans J. Wospakrik. Jakarta :
Erlangga.
tebuireng.online. (2019, April 22). Retrieved from Media Informasi Pesantren:
https://tebuireng.online/quick-count-menurut-al-ghazali/

16

Anda mungkin juga menyukai