Anda di halaman 1dari 5

BAPA YANG PATUH

Bapa merupakan orang laki-laki yang dipandang sebagai orang tua atau sebutan bagi
pemimpin tertinggi umat Katolik.
Patuh merupakan suka menurut (perintah dan sebagainya); taat (pada perintah, aturan, dan
sebagainya); berdisiplin.
Dalam surat apostolik Patris corde, Paus Fransiskus menggambarkan Santo Yosef sebagai
Bapa yang patuh.
St Matius mengidentifikasikan Yosef sebagai “seorang yang tulus hati.” Teks dalam bahasa
aslinya mempergunakan kata adil atau benar, yang secara lebih baik menggambarkan bahwa
ia hidup seturut ketentuan Allah, dengan melakukan perintah-perintah-Nya dan meneladani
kasih-Nya.
Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada St Yosef dalam mimpi, mengatakan kepadanya
bahwa Maria mengandung dari kuasa Roh Kudus, dan memintanya untuk mengambil Maria
sebagai isterinya dan Yesus sebagai Putranya sendiri. Tanpa banyak tanya ataupun ragu-ragu,
St Yosef  melakukan seperti yang diperintahkan malaikat. Ia harus mengambil Yesus sebagai
Putranya sendiri dan memberinya nama, dengan demikian memberi-Nya pengakuan sah
sebagai Puteranya dan menjadikan-Nya pribadi yang sah.
St Yosef menunaikan tugas kewajibannya dengan gagah berani. Sepanjang Injil, ia dengan
setia dan tanpa ragu mentaati perintah-perintah Tuhan: membawa keluarganya ke Mesir agar
aman dari murka Raja Herodes; kembali ke Nazaret; membawa Puteranya ke Bait Allah
untuk disunatkan dan dipersembahkan kepada Allah; dan menempuh perjalanan ke
Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah.
Meskipun St Yosef bukanlah ayah Yesus secara fisik, namun di luar itu ia adalah seorang
ayah dalam arti sepenuhnya. Lagipula, sebagai seorang ayah Yahudi yang baik, ia
bertanggung-jawab atas pendidikan religius Putranya, termasuk mengajari-Nya
membaca Kitab Suci. St Yosef pastilah seorang teladan yang baik hati dan gagah bagi
Yesus, mengingat bahwa Allah Bapa telah mempercayakan PutraNya ke dalam
pemeliharaannya.
Lewat ketaatan ImanNya kepada Bapa, maka dalam kisahnya Yesus mempunyai seorang 
Bapa di dunia ini dan Ibu Maria memiliki pendamping yang setia. Setelah Yosef
mendapatkan  penampakan Malaikat Gabriel lewat mimpinya, ia tidak pernah meninggalkan
Maria sendirian. Dalam kisahnya Yosef mendampingi Maria yang sedang mengandung
putraNya menuju ke Betlehem dan menemani hingga Maria melahirkan Yesus Sang Juru
selamat dunia. Ketika mereka harus mengungsi ke Mesir, Yosef terus menjaga Maria dan
Yesus.Bahkan ketika Yesus tinggal di Kenisah, sementara Yosef dan Maria sudah dalam
perjalanan pulang, mereka kembali ke kenisah dan mencariNya. Dengan penuh kecemasan
karena rasa tanggung jawabnya sebagai bapa pengasuh, mereka mencariNya hingga
menemukanNya. Inilah bentuk ketaatan dan tangung jawab iman yang ditampilkan oleh
St.Yusuf dan Maria sebagai ibuNya. Maria dan Santo Yusuf sangat cemas, kitapun bisa
membayangkan apa yang akan terjadi jika pengalaman serupa menimpa keluarga kita, kita
kehilangan anak yang kita sayangi itu lepas  hilang dari pandangan kita di saat dalami
keramaian…tentu pikiran kita sudah gelisah, resah, takut dan bahkan kita sudah kebingungan
meminta pihak lain untuk mencari dan mengumumkan lewat media apapun agar anak kita
atau orang yang kita sayangi segera kita temukan.
Kecemasan mereka juga tersirat dalam kata-kata atau ungkapan mereka kepada Yesus; “ Nak
mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan aku dengan cemas
mencari Engkau?”. Inilah ungkapan kasih sayang mereka kepada  putraNya Yesus. Namun
tanggapan Yesus  sangat mengejutkan mereka, semua itu diluar nalar yang mereka pikirkan
dan itupun tak mampu membuat mereka menjadi marah.  Dengan penuh kasih dan rasa
tanggung jawab yang penuh St. Yosef kembali mendampingi Maria dan Yesus dalam
perjalanan pulang ke Nasaret. Sikap iman dan nilai-nilai rohani yang dimiliki oleh st Yosef
yakni:rendah hati, tekun, setia dan sikap tangunggung jawab inilah yang semestinya juga
harus kita miliki dan kita hidupi sebagai orang berimankan kepada Yesus.

St. Yosef merupakan seorang suami yang taat kepada rencana Tuhan. Ia percaya dan
menerima perintah Tuhan walaupun dia tahu alangkah berat yang harus ditanggungnya. Ia
tidak peduli apa kata orang, keluarga, masyarakat dan siapa saja. Dalam rencana Tuhan ia
menjalankan tugasnya dengan tulus. Orang yang tulus berarti tanpa menghitung untung rugi,
tidak mencari muka, tidak mengharapkan pujian, tidak mengharapkan upah. Orang yang tulus
tidak gegabah dan cepat-cepat mengambil keputusan tetapi melibatkan Allah dalam
rencananya.

Kita bersyukur bahwa ada St. Yosef yang tulus sebagai suami bunda Maria dan bapa bagi
Keluarga Kudus di Nazaret. Padanya kita belajar menjadi seorang beriman, yang percaya
penuh pada rencana Tuhan. Seorang bapa yang bertanggungjawab bagi keluarganya. Yang
mendidik anaknya-Yesus dengan teladan.

Akhirnya, dialah tempat kita memohon doa bagi kebahagiaan keluarga kita. Seperti dia
menjaga keluarga Nazaret semoga dia juga menjaga keluarga-keluarga Kristen saat ini yang
cemas karena kesulitan yang ada khususnya penyakit Virus Corona yang sedang
mengguncang dunia.

Aplikasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan


Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja, tapi juga dari aspek
kepribadian yang ditampilkannya.Mampukah menarik anak didik dan memunculkan aura
optimis dalam menghadapi berbagai tanggapan hidup, atau kepribadian yang acuh tak acuh,
pesimis, dan tidak mampu memancarkan aura optimis, yang kesemuanya tercantum dalam
konsep kepribadian.
Sebagai pendidik, Santo Yosef sebagai patron kita yang bersifat patuh dan bertanggung
jawab. Tanggung jawab adalah perasaan kuat yang disertai kebulatan tekat untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab seorang guru adalah mengajar
dan mendidik sekaligus. Ia harus disiplin, jujur, rajin beribadah, dan sungguh-sungguh
memahamkan anak yang mana setiap saat mengembangkan diri agar anak didik tidak
ketinggalan informasi dan pengetahuan.

Aplikasi reflektif Santo Yosef yang bersifat patuh sebagai patron kita sebagai pendidik dan
tenaga kependidikan:
- Loyalitas kepada yayasan
Loyalitas adalah kemauan bekerja sama yang berarti kesediaan mengorbankan diri,
kesediaan melakukan pengawasan diri dan kemauan untuk menonjolkan kepentingan
diri sendiri. Loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan, tidak
semata di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Pilihan profesi menjadi guru adalah
pengabdian. loyalitas kerja adalah suatu keadaan aktivitas yang menyangkut fisik,
psikis dan sosial yang membuat individu mempunyai sikap untuk menaati peraturan
yang ditentukan, melakukan dan mengamalkan sesuatu yang ditaatinya dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab identifikasi personal terhadap upaya pencapaian tujuan
institusi sesuai keahliannya sehingga peningkatan efektifitas institusi dan disertai
dengan pengabdian yang kuat.
- Tidak meninggalkan sekolah tanpa seizin piket,tidak merokok selama berada
dilingkungan sekolah.
- Menyusun program pengajaran sebelum menyajikan materi di depan kelas, sehingga
materi yang disampaikan menurut keinginan dan kemauan guru saja.
- Disiplin saat datang kesekolah/tidak terlambat.

BAPA YANG MENERIMA


Menerima adalah mendapat atau menderita sesuatu. Arti lainnya dari menerima adalah
menganggap (sebagai).
Dalam surat Apostolik “Patris Corde” Santo Yosef adalah Bapa yang menerima karena ia
menerima Maria tanpa syarat. Paus Fransiskus mengatakan bahwa sebuah isyarat penting
hingga hari ini, di dunia kita dimana kekerasan psikologis, verbal dan fisik terhadap
perempuan begitu nyata. Tetapi sang mempelai Maria tersebut juga adalah orang yang
dengan percaya kepada Tuhan, menerima dalam hidupnya bahkan peristiwa-peristiwa yang
tidak ia pahami “mengesampingkan gagasan-gagasannya” dan mendamaikan dirinya dengan
sejarahnya sendiri.
Jalan spiritual Santo Yosef “bukan jalan yang menjelaskan, tetapi jalan menerima” yang
tidak berarti bahwa ia pasrah. Sebaliknya, ia dengan berani dan tegas proaktif, karena dengan
karunia ketabahan Roh Kudus, dan penuh harapan, ia mampu menerima hidup apa adanya,
dengan segenap pertentangan, frustrasi dan kekecewaan. Dalam prakteknya, melalui Santo
Yosef, seolah-olah Allah mengulangi kepada kita : “Jangan takut!” karena “iman memberi
makna pada setiap peristiwa, entah gembira maupun sedih”, dan membuat kita sadar bahwa
“Allah dapat membuat bunga bermunculan dari tanah berbatu”. Santo Yosef tidak mencari
jalan pintas tetapi menghadapi kenyataan dengan mata terbuka dan secara pribadi
bertanggung jawab terhadap kenyataan tersebut. Karena alasan ini, ia mendorong kita untuk
menerima dan menyambut orang lain apa adanya tanpa kecuali dan menunjukkan perhatian
khusus kepada orang-orang yang lemah.

Aplikasi reflektif Santo Yosef yang bersifat patuh sebagai patron kita sebagai pendidik dan
tenaga kependidikan:
- Menerima peserta didik yang prestasi belajarnya rendah.
Kesulitan belajar bagi siswa bisa bermacam-macam, apakah itu dalam hal menerima
pelajaran, menyerap pelajaran atau kedua-duanya. Setiap siswa pada prinsipnya
mempunyai hak untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Namun, pada
kenyataannya, setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik perbedaan kemampuan
intelektual (IQ), kemampuan fisik, latarbelakang keluarga, kebiasaan, maupun
pendekatan belajar yang digunakan.
- Menerima perserta didik yang mengalami gangguan, baik yang berasal dari diri siswa
itu sendiri seperti kondisi fisik yang kurang sehat , intelegensi, bakat, minat, motivasi,
kesehatan mental, dan faktor internal siswa lainnya. Ataupun yang diakibatkan oleh
adanya faktor eksternal seperti faktor orang tua, suasana rumah dan keadaan ekonomi
keluarga, lingkungan  sekolah, media massa, serta lingkungan sosial di mana siswa itu
berdomisili.
Hal yang dilakukan guru :
Memberikan motivasi Dalam proses pembelajaran di Sekolah selalu ada pemberian motivasi
kepada peserta didik dilakukan secara verbal dan non-verbal. Misalnya menghargai apa yang
dilakukan peserta didik ketika pembelajaran sedang berlangsung walaupun hanya dengan
memuji tulisannya.
-
Cinta adalah guru yang lebih baik daripada tugas, Ini adalah seni tertinggi guru untuk
membangkitkan sukacita dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan.Albert Einstein

Anda mungkin juga menyukai