Anda di halaman 1dari 3

Perjalanan Iman Perempuan Samaria

Oleh: Charles Oktavianus Markus Tada Wadan


A. Pendahuluan
Pemuridan merupakan proses di mana seseorang menjadi semakin serupan
dengan Kristus. Proses tersebut meliputi masuknya ke dalam proses keselamatan dan
bertumbuh dalam proses pengudusan.
Dalam Konteks sosial orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria karena
bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah ras yang tidak murni karena daerah Samaria ini
merupakan wilayah perkawinan campur antara orang Yahudi dan bangsa lain, oleh sebab
itulah mereka disebut kafir. Samaria yang merupakan wilayah yang sering dihindari oleh
orang Yahudi justru kini menjadi tempat terjadinya peristiwa iman: sebuah sumur,
seorang wanita, seorang saksi, dimenangkannya sejumlah orang Samaria menjadi orang
beriman1
Dalam tulisan ini akan dianalisis bagaimana proses kemuridan atau perjalanan
iman perempuan Samaria yang terdiri dari mendengar, melihat, memahami, tinggal,
percaya, dan bersaksi.

B. Isi
Penginjil tidak menceritakan bagaimana perempuan Samaria itu berjumpa dengan
Yesus. Penginjil mengisahkan bahwa perempuan Samaria itu berjumpa dengan Yesus di
sumur Yakub2. Percakapan diawali ketika Yesus meminta air kepada perempuan Samaria.
Perempuan Samaria itu awalnya tidak mengenal Yesus, Ia hanya mengenal Yesus sebagai
seorang Yahudi dan tidak mungkin bergaul dengan orang Samaria. (bdk. Yoh 4:9). Di
sini kita bisa melihat bahwa perempuan Samaria tidak mendengar perihal Yesus dari
orang lain, melainkan melihat Yesus secara langsung.
Yesus tidak menanggapi pembedaan yang dibuat oleh Perempuan Samaria
tersebut, Ia justru berbicara sesuatu yang lain sama sekali yakni mengenai identitas diri-
Nya sebagai air hidup. Perempuan tersebut awalnya tidak mengerti dan hanya berpikir

1
Haming, “Metode Penginjilan Yesus Dalam Injil Yohanes 4:1-42”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga
Jemaat Vol. 1, No.2 (2017): 164
2
Yohanes Sukendar, “Perjalanan Iman Wanita Samaria”, Jurnal Kateketik dan Pastoral, Vol.4, No. 1 (2019): 17
secara rasional saja, bahwa Yesus tidak mungkin lebih besar dari Yakub yang memberi
sumur tersebut.
Setelah berdialog perempuan Samaria tersebut pun menangkap perbedaan antara
air yang berasal dari sumur Yakub dan air hidup yang diberikan oleh Yesus. Dalam tahap
ini perempuan Samaria tersebut memahami bahwa Yesus adalah air hidup sejati yang
berbeda dari sumur Yakub.
Oleh karena itu setelah mampu memahami siapa Yesus, ia pun menjadi percaya
kepada Yesus. Hal ini dibuktikan bahwa perempuan Samaria tersebut meminta air hidup
dari Yesus secara langsung (ay. 15) dan juga ia berani menyatakan bahwa Yesus adalah
nabi (ay.19). Dalam teks diceritakan bahwa perempuan tersebut mengalami tahap tinggal
bersama Yesus. Yesus tinggal bersama-sama mereka (perempuan Samaria dan orang-
orang Samaria lainnya) dua hari lamanya (ay.40).
Tahap yang paling penting dari perwujudan iman Perempuan Samaria tersebut
merupakan bersaksi/kesaksian. “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi
percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan
kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” (ay.39).
C. Kesimpulan
Perjalanan iman perempuan Samaria dapat kita refleksikan bersama yakni bahwa
iman akan Yesus itu bukan sesuatu yang statis tetapi dinamis artinya iman kita tidak
langsung jadi sempurna melainkan membutuhkan proses perkembangan (step by step).
Pengenalan akan Yesus juga akan berkembang dan secara perlahan kita akan mengetahui
siapa itu Yesus sebenarnya bagi kita. Melalui proses mendengar, melihat, memahami,
percaya, tinggal, dan bersaksi kita juga bisa menjadi seperti perempuan Samaria yang
dengan proses tersebut mampu berani untuk bersaksi kepada banyak orang melalui
tindakan nyata kita sehari-hari.
Daftar Pustaka
Haming. “Metode Penginjilan Yesus Dalam Injil Yohanes 4:1-42”, Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga
Jemaat Vol. 1, No.2 (2017)

Sukendar Yohanes, “Perjalanan Iman Wanita Samaria”, Jurnal Kateketik dan Pastoral, Vol.4, No. 1 (2019)

Anda mungkin juga menyukai