Anda di halaman 1dari 2

Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha

Tugas Rangkuman Kotbah Pendidikan Agama Kristen

Hari, tanggal : Jumat, 30 Desember 2023

Dosen : Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, M.Th

Nama : Cindy Audryanna Panggabean

NRP : 2310191

Kelas PAK: C

Pada Ngulik Alkitab saat ini, diambil dari Perjanjian Baru tepatnya pada Injil Yohanes 4: 1-26 dengan
tema Air Hidup yang dibawakan oleh Bapak Pendeta Yohanes Bambang Mulyono. Pada ngulik Alkitab
tersebut diawali dengan ada beberapa gelar yang dikenakan kepada Yesus. Di dalam memahami
perkataan Yesus tentang Air Hidup, sebenarnya kita diajak untuk melihat realitas yang sangat
konkret, yaitu bahwa tidak ada manusia atau suatu makhluk hidup manapun yang tidak
membutuhkan air. Pada pelajaran atau studi dinyatakan bahwa manusia membutuhkan 73% air dan
menariknya bahwa peradaban dan sejarah umat manusia selalu lahir di dekat air, seperti contohnya
pada Mesir, Mesir lahir di dekat Sungai Nil, kemudian peradaban Mesopotamea lahir di Sungai Tigris
dan Efrat, lalu pada peradaban Tiongkok lahir di Sungai Kuning, peradaban India lahir di lembah
Sungai Indus, bahkan Kerajaan Sriwijaya bermuara di Sungai Muara Takus. Jadi, dari air atau sungai
ini dapat menjadi rahim, terjadinya tata nilai adat istiadat, kearifan, sistem konfirmasi dari
masyarakat.

Pada Kejadian 24: 11-27 juga menceritakan bahwa Tuhan itu menyertai hamba dari Abraham untuk
dibawa ke Kota Nahor dalam rangka untuk mencari istri bagi Ishak. Jadi, di tepi Sungai di Nahor itulah
hamba Abraham yang mana kita kenal sebagai Eliezer berjumpa dengan Ribka yang nantinya akan
menjadi istri Ishak. Dasar dari pilihan Tuhan melalui Eliezer kepada Ribka adalah karena
keramatamahan dan kepeduliannya kepada orang asing dengan cara memberikan minum kepada
Abraham dari sumber untuk Eliezer dan unta-untanya. Jadi, bila kita simpulkan, air menjadi media
berkat, tanda atau petunjuk dari Tuhan.

Jadi, masing-masing tokoh memperlihatkan bahwa mereka membutuhkan kemurahan berupa air,
karena mereka sedang letih dan haus, dan dapat kita lihat bahwa di tepi atau di dalam sumur
terdapat berkat. Sedangkan pada Perjanjian Baru, di Kota Sikhar, seorang perempuan Samaria
berjumpa dengan Yesus adalah untuk memproleh keselamatan agar ia dapat memulai suatu
kehidupan yang baru karena perempuan Samaria ini tersisi secara sosial, tetapi dengan kehadiran
Kristus, dia dipulihkan kembali. Maka kita dapat menangkap gelar Kristus sebagai Air Hidup dapat
menjadi sangat kontekstual, sangat relevan karena akan memberikan berkat, memberikan
pemulihan, memberikan keselamatan kepada perempuan Samaria.

Istilah air tidak muncul begitu saja, melainkan sudah masuk ke dalam cara berpikir paradigma umat
Israel, Yudaisme, dan Perjanjian Lama tentang air, dan Allah juga mengidentikkan diri-Nya dengan air.
Pada Kitab Yesaya 55: 1 menyatakan bahwa Allah mengundang bagi segala yang haus untuk
meminum air, tentunya Allah tidak juga memberikan air secara lahiriah tetapi problem manusia
adalah manusia mengalami kehausan secara spiritual, secara jasmani pasti kita akan mengalami
kehausan. Tetapi penderitaan, hidup dalam tak bermakna sering kali terjadi karena orang ini tidak
terpenuhinya kehausan secara spiritual. Jadi, pada akhirnya orang tersebut akan tidak lagi merasa
pada hidupnya ada sesuatu yang berharga. Orang yang seperti itulah, Allah akan memanggil sehingga
nantinya jiwa mereka akan dipuaskan. Bila kita melihat konteks ini, jelas sekali Allah merupakan
Sumber Kehidupan yang menawarkan air keselamatan bagi jiwa mereka yang haus.

Pada Injil Yohanes 4: 7 menyatakan bahwa Yesus meminta air kepada seorang perempuan Samaria.
Jikalau Yesus adalah Tuhan, maka mengapa Ia justru meminta air kepada seorang perempuan
Samaria? Bukankah Yesus adalah Sumber Kehidupan dan Keselamatan, sehingga segala sesuatu
seharusnya berasal dari Kristus. Ayat ini dapat bertentangan dengan Yohanes 7: 37 di mana pada ayat
ini dinyatakan bahwa Yesus mengatakan bahwa “barang siapa yang haus baiklah ia datang kepada-Ku
dan minum”, tetapi di dalam perikop sebelumnya (Yohanes4: 7), Yesus berkata “berilah Aku minum”.
Dalam mengatasi masalah ini, kita harus mulai menyadari bahwa problem yang pernah dihadapi oleh
Gereja bahkan teologi yang masih muncul, yaitu ajaran Doketisme. Inti dari ajaran Doketisme itu
adalah bahwa Yesus itu dalam inkarnasinya menggunakan tubuh semu dalam artian bukan tubuh
yang sesungguhnya. Namun karena Injil Yohanes 4: 7 menyatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh
manusia , Ia mengalami hal haus sebab pada hari itu panas terik, hal ini dapat menolak ajaran
Doketisme.

Di dalam iman Kristen bahwa Yesus itu sungguh-sungguh manusia dan Dia juga sungguh-sungguh
Allah, itu tidak menghalangi kodrat Ilahi-Nya sebagai Sang Firman untuk mengaruniakan keselamatan
dan hidup kekal. Oleh karena itu, di dalam inkarnasi Kristus, Dia membatasi diriNya, supaya dapat
menjadi benar-benar manusia, tetapi membatasi diri bukan berarti kekuasaanNya menjadi terbatas,
namun kekuasaanNya tetap tak terbatas.

Anda mungkin juga menyukai