Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia
Dosen pengampu Dra. Sutansi, M. Pd

Offering A5H

Dentia Catur Kumala Ratih (220151610586)


Faisadini Intan Bahari (220151604405)
Hafidotun Nisa‟ (220151604740)
Hanin Naviatul izah (220151608502)
Miftakhul Hanifa (220151601242)
Mochammad Ridho Alamsyah (220151603617)
Nufia Ramadhanti (220151603689)
Sasmita Ningtias (220151601182)
Rya Nika Dilava (220151609851)
Treicika Pimnastuti (220151606197)
Vivian Alfianti (220151606269)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JANUARI 2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK
BAKU” untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dra. Sutansi, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah
Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua kami yang
telah memberikan dukungan penuh secara moral maupun materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, isi, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis memohon maaf jika
terdapat kekurangan. Selain itu juga, kritik dan saran sangat kami diharapkan untuk membantu
perkembangan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya bidang media pembelajaran untuk
anak sekolah dasar bagi para pembaca.

Blitar, 02 Januari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
PEMBAHASAN 3
2.1 Konsep Bahasa Baku 3
2.2 Konsep Bahasa Tidak Baku 3
2.3 Bahasa Indonesia Baku 4
2.4 Bahasa Indonesia Tidak Baku 4
2.5 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Baku 4
2.6 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Tidak Baku 6
2.7 Ciri - Ciri Fungsi Bahasa Baku Bahasa Indonesia 7
2.8 Bahasa yang baik dan benar 8
2.9 Sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya 9
BAB III 13
PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu yang telah menjadi bahasa resmi di
Indonesia. Bermula dari sumpah pemuda, bahasa Indonesia telah berkembang dan menjadi
bahasa yang digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia juga
digunakan dalam semua jenis media, seperti dalam televisi, radio, surat kabar, internet, dan
lainnya.
Bahasa Indonesia juga telah menjadi bahasa utama yang digunakan dalam
pendidikan di Indonesia. Semua mata pelajaran di sekolah diajarkan dalam bahasa ini dan
diperlukan untuk lulus ujian nasional. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut
bahasa baku. Bahasa Baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam
bahasa Indonesia.
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan
istilah tidak menjamin bahwa mereka benar memahami secara komprehensif konsep dan
makna istilah bahasa baku tersebut. Hal ini terbukti dari masih banyak masyarakat
berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep bahasa baku?
2. Bagaimana konsep bahasa tidak baku?
3. Bagaimana bahasa indonesia baku?
4. Bagaimana bahasa indonesia tidak baku?
5. Bagaimana ciri-ciri bahasa indonesia baku?
6. Bagaimana ciri-ciri bahasa indonesia tidak baku?
7. Bagaimana ciri-ciri fungsi bahasa baku bahasa indonesia?
8. Bagaimana bahasa yang baik dan benar?
9. Bagaimana sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep bahasa baku.
2. Untuk mengetahui konsep bahasa tidak baku.
3. Untuk mengetahui bahasa indonesia baku.
4. Untuk mengetahui bahasa indonesia tidak baku.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa indonesia baku
6. Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa indonesia tidak baku.
7. Untuk mengetahui ciri-ciri fungsi bahasa baku bahasa indonesia.
8. Untuk mengetahui bahasa yang baik dan benar.
9. Untuk mengetahui sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bahasa Baku


Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah suatu ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dan dipakai sebagai ragam resmi juga
kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Menurut Hartman dan Stork (1972: 218) bahasa baku adalah ragam bahasa secara
sosial lebih digandrungi, dan seringkali lebih mendasarkan pada ujaran orang-orang yang
berpendidikan di dalam dans ekitar pusat kebudayaan dan politik serta masyarakat.
Jika menurut Pei dan Geynor (1954: 203) mengatakan bahwa bahasa baku ialah
dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya yang melebihi dialek-
dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling
sempurna.
Sedangkan J.S.Badudu mengatakan bahwa bahasa baku adalah bahasa pokok, bahasa
utama, bahasa standar, yaitu bahasa yang tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan
disepakati bersama mengenai ejaan, tatabahasa, kosakata, dan istilah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, kelompok menyimpukan bahasa baku
merupakan ragam bahasa yang diakui masyarakat, tunduk pada ketetapan yang telah dibuat,
dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

2.2 Konsep Bahasa Tidak Baku


Bahasa tidak baku merupakan bahasa tidak resmi yang digunakan oleh masyarakat
dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Mufid (2005:17) bahwa, “Bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang
berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakatanya dari bahasa baku. Singkatnya, bahasa tidak
baku dapat dipahami sebagai bahasa atau ungkapan yang tidak mengikuti kaidah bahasa
Indonesia”.
Bahasa tidak baku merupakan bahasa yang sampai saat ini masih digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa tidak baku digunakan dalam
lingkup non formal. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Suharianto (1981:23),

3
bahwa “Bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak baku
merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarakat dalam
berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup non formal atau santai.

2.3 Bahasa Indonesia Baku


Bahasa baku merupakan salah satu ragam bahasa yang telah dikodifikasikan,
diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat. Jika pengertian itu
dikaitkan dengan bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia baku adalah salah ragam bahasa
Indonesia yang telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusia dan perikeadilan.” Dari beberapa kalimat dalam undang-
undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik
dan benar.

2.4 Bahasa Indonesia Tidak Baku


Bahasa nonbaku adalah salah satu ragam bahasa yang tidak dikodifikasi, tidak
diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas. Jika pengertian ini dikaitkan dengan
bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa, bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak dijadikan model masyarakat
luas.

2.5 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Baku


Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya
dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang
berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena
kaidah-kaidahnya paling lengkap diberikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki
tiga ciri atau arah, yaitu:

4
1. Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang
relatif tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendekiaan, berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat
mengungkapkan perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih
besar penalaran atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Proses pencendikian bahasa
itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya
masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat ragam buku bahasa
Indonesia. Akan tetapi, karena proses bernalar secara cendikian bukan monopoli suatu
bangsa semata-mata, pencendikiaan bahasa Indonesia tidak perlu berarti pemberatan
bahasa.
3. Adanya keseragaman. Di sini, istilah "baku" dimaknai sebagai memiliki kaidah yang
seragam. Proses penyeragaman bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan
menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.

Menurut Salliyanti (2003: 1) yang dimaksud dengan bahasa baku merupakan salah
satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan
standar. Adapun ragam bahasa baku bisa ditandai dengan ciri-ciri karakteristik sebagai
berikut:

1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten. Contoh:
- Bahasa Baku : Ahmad melempar mangga yang ada di depan rumahnya.
- Bahasa Tidak Baku : Ahmad lempar mangga yang ada di depan rumahnya.
2. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten
(penggunaan urutan kata yang tepat). Contoh:
- Bahasa Baku : Maksud Anda sudah saya pahami.
- Bahasa Tidak Baku : Maksud Anda saya sudah pahami.
3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian
kata penghubung secara tepat). Contoh:
- Bahasa Baku : Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus.
- Bahasa Tidak Baku : Ia tahu anaknya tidak lulus.
4. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis). Contoh:

5
- Bahasa Baku : Ia memberitahukan bahwa besok ada pertemuan di
sekolah.
- Bahasa Tidak Baku : Ia kasi tahu bahwa besok ada pertemuan di sekolah
5. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD). Contoh:
- Bahasa Baku : asas, universal
- Bahasa Tidak Baku : azas, universal
6. Pemakaian peristilahan resmi. Contoh:
- Bahasa Baku : acak, masukan, peringkat
- Bahasa Tidak Baku : random, input, ranking

2.6 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Tidak Baku

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku. Ragam tidak baku memiliki sifat yang statis
yaitu kaku. Bahasa tidak baku tidak memiliki kaidah dan aturan yang luwes dan bahasa
tidak baku ini dapat berubah.

ciri-ciri karakteristik bahasa Indonesia tidak baku sebagai berikut:

1. Dipengaruhi oleh bahasa asing. Contoh:


- Bahasa Tidak Baku : Ia sedang selfie
- Bahasa Baku : Ia sedang memfoto diri sendiri
2. Dipengaruhi bahasa daerah. Contoh :
- Bahasa Tidak Baku : gue, bokap, nyokap
- Bahasa Baku : saya, ayah, ibu
3. Dapat mengandung makna ganda atau rancu. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : mempersingkat waktu, mengejar ketinggalan
- Bahasa Baku : menghemat waktu, mengatasi berbagai
ketinggalan
4. Merupakan ragam bahasa percakapan. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : gimana, gitu, nggak, nelpon
- Bahasa Baku : bagaimana, begitu, tidak, menelpon
5. Pemakaian imbuhan yang tidak secara eksplisit. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : anak itu nangis, kami main bola

6
- Bahasa Baku : anak itu menangis, kami bermain bola
6. Mengandung arti pleonasme. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : anak itu nangis, kami main bola
- Bahasa Baku : anak itu menangis, kami bermain bola
7. Mengandung hiperkorek. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : saptu, insyaf, ahir
- Bahasa Baku : sabtu, insaf, akhir

2.7 Ciri - Ciri Fungsi Bahasa Baku Bahasa Indonesia


Pada saat bahasa Indonesia diterima dan diresmikan sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara Republik Indonesia tidak ada yang meramalkan bahwa akan tumbuh
keanekaragaman bahasa Indonesia itu. Tetapi pada perkembangan bahasa Indonesia sampai
dengan terakhir ini, keanekaragaman bahasa Indonesia itu tumbuh secara wajar karena
semakin lama kehidupan pemakai bahasa Indonesia semakin kompleks. Dengan demikian
telah terjadi dalam bahasa Indonesia diversifikasi fungsi.
Diversifikasi fungsi bahasa Indonesia itu tumbuh secara wajar, karena semula bahasa
Indonesia berfungsi terbatas, yang kemudian berfungsi ganda. walaupun demikian, karena
bahasa Indonesia tetap menjadi alat komunikasi yang efisien, penataan ragam bahasa
Indonesia itu disesuaikan dengan fungsi - fungsi baru. Dengan kata iain, keanekaragaman
bahasa lndonesia dibagi fungsinya agar jelas patokan standar bagi pemakai bahasa.
Pembagian ragam bahasa, bahasa Indonesia itu didasarkan dua yaitu ragam bahasa
yang lainnya dijadikan bahasa nonstandar atau bahasa bukan baku. Ragam bahasa baku
bahasa Indonesia difungsikan atau dipakai dalam :
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat - menyurat resmi, surat - surat menyurat dinas,
pengumuman - pengumuman yang dikeluarkan instansi resmi, perundang - undangan,
penamaan dan peristilahan resmi dan sebagainya.
2. Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
3. Pembicaraan di depan umum, yakni di dalam ceramah, kuliah, khotbah dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

7
Fungsi 1 dan 2 adalah fungsi yang didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis,
sedangkan fungsi 3 dan 4 adalah fungsi yang didukung oleh bahasa Indonesia baku lisan.
Dengan demikian, fungsi - fungsi lainnya dipakai bahasa Indonesia nonbaku.

2.8 Bahasa yang baik dan benar


Ada berbagai macam ragam bahasa di Indonesia. Gaya bahasa yang digunakan
ketika memberikan laporan kepada atasan, jual beli di pasar, menulis surat kepada kekasih,
dan menulis karya ilmiah menunjukkan ragam yang berbeda-beda (Setiawati, 2008).
Terdapat 5 ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan dalam
kondisi tertentu :
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi
seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. Oleh karena itu, memakai bahasa
yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan
dan kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi
atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu
hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di
sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga.
5. Ragam Santai (kasual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat
tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misalnya teman)
atau orang.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia
itu meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, kalimat, dan paragraf.
a. Kaidah Ejaan
Kaidah ejaan sendiri berupa :
1) Pemakaian huruf dan angka (abjad, angka arab, dan angka romawi).

8
2) Penulisan kata (kata dasar dan kata turunan).
3) Penulisan unsur serapan (adopsi atau adaptasi).
4) Pemakaian tanda baca (Titik (.), koma (,), petik („… „) (“ … “), dan sebagainya).
b. Pembentukan Kata
Pembentukan kata digunakan untuk kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.
Berikut adalah contoh penggunaannya :
1) Kata berimbuhan adalah kata yang terdiri dari kata dasar dan imbuhan.
Misalnya : Lari menjadi berlari, Makan menjadi makanan
2) Kata ulang adalah istilah yang berupa ulangan kata dasar seutuhnya atau
sebagiannya, dengan atau tanpa pengimbuhan dan perubahan bunyi.
Misalnya : Rumah menjadi rumah-rumah (pengulangan utuh). Lari menjadi
berlari-lari (pengulangan berimbuhan) Kuning menjadi kekuning-kuningan
(pengulangan berimbuhan).
3) Kata majemuk
Misalnya : Mata dan hari menjadi matahari (senyawa)
Rumah dan sakit menjadi rumah sakit (tidak senyawa)

2.9 Sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya


1) Pelepasan Imbuhan ( prefiks dan sufiks)
Prefiks merupakan imbuhan yang ditambahkan pada awal dari sebuah kata dasar
ataupun bentuk dasar,sedangkan sufiks merupakan imbuhan yang berada pada akhir kata
dasar, contoh :

1 men- Polisi terus usut kematian Munir. Polisi terus mengusut kematian Munir

2 ber- Orang yang dasi kuning itu adalah Orang yang berdasi kuning itu adalah
makelar tanah makelar

3 di- Dua orang pemulung hukum dua tahun Dua orang pemulung dihukum dua
tahun.

4 -kan Kita menanti hubungan dengan Kita menantikan hubungan dengan


Washington. Washington.

5 -an Hempas gelombang tsunami begitu kuat Hempasan gelombang tsunami begitu
kuat.

9
2) Pemborosan Penggunaan kata
Berikut contoh kalimat pemborosan penggunaan kata dan pembenarannya :

1 dimana Tempat dimana ditemukannya benda itu Tempat ditemukannya benda itu telah
telah dicatat dicatat.

2 dalam Dalam masyarakat Jawa pun mengenal Masyarakat Jawa pun mengenal
tradisi semacam itu. tradisi semacam itu

3 kepada Kepada hadirin dimohon berdiri Hadirin dimohon berdiri.

4 daripada Tujuan daripada pembuatan makalah ini Tujuan pembuatan makalah ini adalah
adalah memenuhi tugas mata kuliah memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila.

5 maka Maka dengan ini kami haturkan data Dengan ini kami sampaikan data
seorang ibu dari Kelurahan Panjer. seorang ibu dari Kelurahan Panjer.

6 dari Dari hasil otopsi menunjukkan bahwa Hasil otopsi menunjukkan bahwa
korban meninggal secara tidak wajar. korban meninggal secara tidak wajar.

3) Ketidaktepatan Pemilihan Kata


Berikut contoh kalimat ketidaktepatan pemilihan kata dan pembenarannya :

1 Penggunaan Di muara sungai itulah terdapat Di muara sungai itulah terdapat


kata bahasa jawa sebuah keraton lelembut. sebuah keraton roh halus.

2 Kesalahan Buku itu diberi ke saya Buku itu diberikan kepada saya
pembentukan
kata

3 Ketidaktepatan Presiden menghadiahi bintang Presiden menghadiahkan bintang


penggunaan jasa kepadanya. jasa kepadanya.
imbuhan meN-i

4 Ketidaktepatan Atas bantuannya kami ucapkan Atas bantuan Saudara kami ucapkan
penggunaan terima kasih. terimakasih.
bentuk -nya

5 Ketidaktepatan Kantor di mana ia bekerja tidak Kantor tempat ia bekerja tidak jauh
penggunaan kata jauh dari rumahnya. dari rumahnya.
„di mana‟

4) Penggunaan konjungsi ganda

10
Berikut contoh kalimat penggunaan konjungsi ganda dan pembenarannya :

1 Karena, maka Karena nilainya kurang dari batas Karena nilainya kurang dari batas
minimal, maka ia tak dapat minimal, ia tidak dapat diterima
diterima sebagai siswa. sebagai siswa.

2 Meskipun, tetapi Meskipun kita tidak berperang, Meskipun tidak berperang, kita
tetapi kita harus waspada harus waspada

3 Walaupun, Walaupun mereka maju bersama- Walaupun maju bersama-sama,


namun sama, namun mereka belum dapat mereka belum dapat
mengalahkannya. mengalahkannya

4 Setelah, maka Setelah segala keperluan Sultan Setelah segala keperluan Sultan
Agung selesai maka kembalilah Agung selesai, kembalilah beliau
beliau ke Mataram. ke Mataram.

5 Meskipun, Meskipun negara Indonesia telah Negara Indonesia telah merdeka


namun merdeka sejak tahun 1945, namun sejak tahun 1945 tetapi masih
masih banyak warganya yang banyak warganya yang belum
belum berpendidikan. berpendidikan.

5) Kerancuan bentuk
Berikut contoh kerancuan bentuk kalimat dan pembenarannya :

1 Rancu dalam Hal Hal itu belum dipelajarkan Hal itu belum diajarkan kepada
Bentuk Kata kepada kami. kami.

2 Rancu dalam Hal Dia dilarang tidak boleh Dia dilarang merokok.
Kelompok Kata merokok.

6) Pelesapan salah satu fungsi kalimat


Berikut contoh pelesapan salah satu fungsi kalimat dan pembenarannya :

1 Pelesapan subjek Ketika diangkat menjadi ketua Ketika diangkat menjadi ketua
pada induk kalimat organisasi, tidak organisasi, dia tidak
memperlihatkan kelebihannya memperlihatkan kelebihannya.

2 Pelesapan subjek Sebelum dibicarakan dengan Sebelum pimpinan membicarakan


anak kalimat pimpinan, bagian personalia masalah itu, bagian personalia
sudah memasalahkan masalah sudah memasalahkannya.
itu.

3 Pelesapan predikat. Ia sedang ke luar kota. Ia sedang pergi ke luar kota.

11
7) Kesalahan ejaan
Berikut contoh kesalahan ejaan pada kalimat dan pembenarannya :

1 Penggunaan tanda koma Ayah mengatakan, bahwa adik Ayah mengatakan bahwa adik
yang salah sakit. sakit.

2 Pelesapan tanda koma Jadi definisi demokrasi adalah Jadi, definisi demokrasi adalah
sebagai berikut. sebagai berikut.

3 Kesalahan penulisan Siapa nama saudara? Siapa nama Saudara?


sapaan

8) Kesalahan struktur kalimat


Berikut contoh kesalahan struktur kalimat dan pembenarannya :

1 Surat anda saya sudah baca. Surat Anda sudah saya baca.

2 Dia punya HP sudah dijual. HP-nya sudah dijual.

3 Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya. Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang diakui masyarakat, tunduk pada
ketetapan yang telah dibuat, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa
yang paling sempurna. Sedangkan bahasa tidak baku merupakan salah satu ragam bahasa
Indonesia yang digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup
non formal atau santai.
Bahasa Indonesia baku adalah salah ragam bahasa Indonesia yang telah dikodifikasi,
diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara
luas. Sedangkan bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa, bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak dijadikan model masyarakat
luas.

Bahasa baku bisa ditandai dengan ciri-ciri karakteristik sebagai berikut:

a) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
b) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten
(penggunaan urutan kata yang tepat).
c) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian
kata penghubung secara tepat).
d) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis).
e) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD).
f) Pemakaian peristilahan resmi.

Ciri-ciri karakteristik bahasa Indonesia tidak baku sebagai berikut:

a) Dipengaruhi oleh bahasa asing.


b) Dipengaruhi bahasa daerah.
c) Dapat mengandung makna ganda atau rancu.
d) Merupakan ragam bahasa percakapan.

13
e) Pemakaian imbuhan yang tidak secara eksplisit.
f) Mengandung arti pleonasme.
g) Mengandung hiperkorek.
Ragam bahasa baku bahasa Indonesia difungsikan atau dipakai dalam :
a) Komunikasi resmi.
b) Wacana teknis.
c) Pembicaraan di depan umum.
d) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia
itu meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, kalimat, dan paragraf.

3.2 Saran
Saran dari penulis untuk pembaca yaitu pahami bahasa baku dan tidak baku, dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan sehingga kami mengharap kritik dan saran
membangun untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

La Ode Madina, Maya Pattiwael, Fensca F Lahallo, Frits Rupilele, Aram Palilu. (2019).
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DALAM
BERKOMUNIKASI.

Qho'althofnish, J. (2014). Makalah Bahasa Baku dan Bahasa Nonbaku.

Waridah, D. (2002). Ragam Bahasa Baku Dan Non Baku Bahasa Indonesia. Medan.

15

Anda mungkin juga menyukai