Offering A5H
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK
BAKU” untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dra. Sutansi, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah
Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Terima kasih juga kami ucapkan kepada orang tua kami yang
telah memberikan dukungan penuh secara moral maupun materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, isi, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis memohon maaf jika
terdapat kekurangan. Selain itu juga, kritik dan saran sangat kami diharapkan untuk membantu
perkembangan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya bidang media pembelajaran untuk
anak sekolah dasar bagi para pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
PEMBAHASAN 3
2.1 Konsep Bahasa Baku 3
2.2 Konsep Bahasa Tidak Baku 3
2.3 Bahasa Indonesia Baku 4
2.4 Bahasa Indonesia Tidak Baku 4
2.5 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Baku 4
2.6 Ciri - Ciri Bahasa Indonesia Tidak Baku 6
2.7 Ciri - Ciri Fungsi Bahasa Baku Bahasa Indonesia 7
2.8 Bahasa yang baik dan benar 8
2.9 Sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya 9
BAB III 13
PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep bahasa baku.
2. Untuk mengetahui konsep bahasa tidak baku.
3. Untuk mengetahui bahasa indonesia baku.
4. Untuk mengetahui bahasa indonesia tidak baku.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa indonesia baku
6. Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa indonesia tidak baku.
7. Untuk mengetahui ciri-ciri fungsi bahasa baku bahasa indonesia.
8. Untuk mengetahui bahasa yang baik dan benar.
9. Untuk mengetahui sebab-sebab ketidakbakuan kalimat dan pembenarannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahwa “Bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak baku
merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarakat dalam
berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup non formal atau santai.
4
1. Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang
relatif tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendekiaan, berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat
mengungkapkan perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih
besar penalaran atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Proses pencendikian bahasa
itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya
masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat ragam buku bahasa
Indonesia. Akan tetapi, karena proses bernalar secara cendikian bukan monopoli suatu
bangsa semata-mata, pencendikiaan bahasa Indonesia tidak perlu berarti pemberatan
bahasa.
3. Adanya keseragaman. Di sini, istilah "baku" dimaknai sebagai memiliki kaidah yang
seragam. Proses penyeragaman bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan
menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
Menurut Salliyanti (2003: 1) yang dimaksud dengan bahasa baku merupakan salah
satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan
standar. Adapun ragam bahasa baku bisa ditandai dengan ciri-ciri karakteristik sebagai
berikut:
1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten. Contoh:
- Bahasa Baku : Ahmad melempar mangga yang ada di depan rumahnya.
- Bahasa Tidak Baku : Ahmad lempar mangga yang ada di depan rumahnya.
2. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten
(penggunaan urutan kata yang tepat). Contoh:
- Bahasa Baku : Maksud Anda sudah saya pahami.
- Bahasa Tidak Baku : Maksud Anda saya sudah pahami.
3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian
kata penghubung secara tepat). Contoh:
- Bahasa Baku : Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus.
- Bahasa Tidak Baku : Ia tahu anaknya tidak lulus.
4. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis). Contoh:
5
- Bahasa Baku : Ia memberitahukan bahwa besok ada pertemuan di
sekolah.
- Bahasa Tidak Baku : Ia kasi tahu bahwa besok ada pertemuan di sekolah
5. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD). Contoh:
- Bahasa Baku : asas, universal
- Bahasa Tidak Baku : azas, universal
6. Pemakaian peristilahan resmi. Contoh:
- Bahasa Baku : acak, masukan, peringkat
- Bahasa Tidak Baku : random, input, ranking
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku. Ragam tidak baku memiliki sifat yang statis
yaitu kaku. Bahasa tidak baku tidak memiliki kaidah dan aturan yang luwes dan bahasa
tidak baku ini dapat berubah.
6
- Bahasa Baku : anak itu menangis, kami bermain bola
6. Mengandung arti pleonasme. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : anak itu nangis, kami main bola
- Bahasa Baku : anak itu menangis, kami bermain bola
7. Mengandung hiperkorek. Contoh:
- Bahasa Tidak Baku : saptu, insyaf, ahir
- Bahasa Baku : sabtu, insaf, akhir
7
Fungsi 1 dan 2 adalah fungsi yang didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis,
sedangkan fungsi 3 dan 4 adalah fungsi yang didukung oleh bahasa Indonesia baku lisan.
Dengan demikian, fungsi - fungsi lainnya dipakai bahasa Indonesia nonbaku.
8
2) Penulisan kata (kata dasar dan kata turunan).
3) Penulisan unsur serapan (adopsi atau adaptasi).
4) Pemakaian tanda baca (Titik (.), koma (,), petik („… „) (“ … “), dan sebagainya).
b. Pembentukan Kata
Pembentukan kata digunakan untuk kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.
Berikut adalah contoh penggunaannya :
1) Kata berimbuhan adalah kata yang terdiri dari kata dasar dan imbuhan.
Misalnya : Lari menjadi berlari, Makan menjadi makanan
2) Kata ulang adalah istilah yang berupa ulangan kata dasar seutuhnya atau
sebagiannya, dengan atau tanpa pengimbuhan dan perubahan bunyi.
Misalnya : Rumah menjadi rumah-rumah (pengulangan utuh). Lari menjadi
berlari-lari (pengulangan berimbuhan) Kuning menjadi kekuning-kuningan
(pengulangan berimbuhan).
3) Kata majemuk
Misalnya : Mata dan hari menjadi matahari (senyawa)
Rumah dan sakit menjadi rumah sakit (tidak senyawa)
1 men- Polisi terus usut kematian Munir. Polisi terus mengusut kematian Munir
2 ber- Orang yang dasi kuning itu adalah Orang yang berdasi kuning itu adalah
makelar tanah makelar
3 di- Dua orang pemulung hukum dua tahun Dua orang pemulung dihukum dua
tahun.
5 -an Hempas gelombang tsunami begitu kuat Hempasan gelombang tsunami begitu
kuat.
9
2) Pemborosan Penggunaan kata
Berikut contoh kalimat pemborosan penggunaan kata dan pembenarannya :
1 dimana Tempat dimana ditemukannya benda itu Tempat ditemukannya benda itu telah
telah dicatat dicatat.
2 dalam Dalam masyarakat Jawa pun mengenal Masyarakat Jawa pun mengenal
tradisi semacam itu. tradisi semacam itu
4 daripada Tujuan daripada pembuatan makalah ini Tujuan pembuatan makalah ini adalah
adalah memenuhi tugas mata kuliah memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila.
5 maka Maka dengan ini kami haturkan data Dengan ini kami sampaikan data
seorang ibu dari Kelurahan Panjer. seorang ibu dari Kelurahan Panjer.
6 dari Dari hasil otopsi menunjukkan bahwa Hasil otopsi menunjukkan bahwa
korban meninggal secara tidak wajar. korban meninggal secara tidak wajar.
2 Kesalahan Buku itu diberi ke saya Buku itu diberikan kepada saya
pembentukan
kata
4 Ketidaktepatan Atas bantuannya kami ucapkan Atas bantuan Saudara kami ucapkan
penggunaan terima kasih. terimakasih.
bentuk -nya
5 Ketidaktepatan Kantor di mana ia bekerja tidak Kantor tempat ia bekerja tidak jauh
penggunaan kata jauh dari rumahnya. dari rumahnya.
„di mana‟
10
Berikut contoh kalimat penggunaan konjungsi ganda dan pembenarannya :
1 Karena, maka Karena nilainya kurang dari batas Karena nilainya kurang dari batas
minimal, maka ia tak dapat minimal, ia tidak dapat diterima
diterima sebagai siswa. sebagai siswa.
2 Meskipun, tetapi Meskipun kita tidak berperang, Meskipun tidak berperang, kita
tetapi kita harus waspada harus waspada
4 Setelah, maka Setelah segala keperluan Sultan Setelah segala keperluan Sultan
Agung selesai maka kembalilah Agung selesai, kembalilah beliau
beliau ke Mataram. ke Mataram.
5) Kerancuan bentuk
Berikut contoh kerancuan bentuk kalimat dan pembenarannya :
1 Rancu dalam Hal Hal itu belum dipelajarkan Hal itu belum diajarkan kepada
Bentuk Kata kepada kami. kami.
2 Rancu dalam Hal Dia dilarang tidak boleh Dia dilarang merokok.
Kelompok Kata merokok.
1 Pelesapan subjek Ketika diangkat menjadi ketua Ketika diangkat menjadi ketua
pada induk kalimat organisasi, tidak organisasi, dia tidak
memperlihatkan kelebihannya memperlihatkan kelebihannya.
11
7) Kesalahan ejaan
Berikut contoh kesalahan ejaan pada kalimat dan pembenarannya :
1 Penggunaan tanda koma Ayah mengatakan, bahwa adik Ayah mengatakan bahwa adik
yang salah sakit. sakit.
2 Pelesapan tanda koma Jadi definisi demokrasi adalah Jadi, definisi demokrasi adalah
sebagai berikut. sebagai berikut.
1 Surat anda saya sudah baca. Surat Anda sudah saya baca.
3 Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya. Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang diakui masyarakat, tunduk pada
ketetapan yang telah dibuat, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa
yang paling sempurna. Sedangkan bahasa tidak baku merupakan salah satu ragam bahasa
Indonesia yang digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup
non formal atau santai.
Bahasa Indonesia baku adalah salah ragam bahasa Indonesia yang telah dikodifikasi,
diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara
luas. Sedangkan bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa, bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak dijadikan model masyarakat
luas.
a) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
b) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten
(penggunaan urutan kata yang tepat).
c) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian
kata penghubung secara tepat).
d) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis).
e) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD).
f) Pemakaian peristilahan resmi.
13
e) Pemakaian imbuhan yang tidak secara eksplisit.
f) Mengandung arti pleonasme.
g) Mengandung hiperkorek.
Ragam bahasa baku bahasa Indonesia difungsikan atau dipakai dalam :
a) Komunikasi resmi.
b) Wacana teknis.
c) Pembicaraan di depan umum.
d) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia
itu meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, kalimat, dan paragraf.
3.2 Saran
Saran dari penulis untuk pembaca yaitu pahami bahasa baku dan tidak baku, dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan sehingga kami mengharap kritik dan saran
membangun untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
La Ode Madina, Maya Pattiwael, Fensca F Lahallo, Frits Rupilele, Aram Palilu. (2019).
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DALAM
BERKOMUNIKASI.
Waridah, D. (2002). Ragam Bahasa Baku Dan Non Baku Bahasa Indonesia. Medan.
15