Anda di halaman 1dari 48

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY....... DENGAN PERSALINAN


KETUBAN PECAH DINI ( KPD ) G3P2A0 H 40 MINGGU
DI PUSKESMAS ....................DEMAK

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk


memenuhi ..........................

NAMA : ................................

................................

NIP : .................................

PUSKESMAS .................................. DEMAK

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA


NY....... DENGAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI ( KPD )
G3P2A0 H 40 MINGGU DI PUSKESMAS ............ DEMAK” telah

disetujui sebagai karya tulis ilmiah dan dinyatakan memenuhi


syarat pengajuan....................

Demak, ...................
.......

ttd

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan judul ““ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.......


DENGAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI ( KPD ) G3P2A0 H 40
MINGGU DI PUSKESMAS ............ DEMAK”” telah dinyatakan sah
dan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Demak, ....................................

Kepala Puskesmas

Dr. ........................................
NIP. .......................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman. KTI ini disusun
untuk memenuhi persyaratan Dupak

Penulisan Karya Tulis Ilmiah “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.......


DENGAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI ( KPD ) G3P2A0 H 40
MINGGU DI PUSKESMAS ............ DEMAK” ini tidak akan terealisasi
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ny .... G3P2A0 umur 28 tahun yang bersedia menjadi pasien penelitian


karya tulis ilmiah.

2. Dr ................. sebagai kepala Puskesmas ...........................

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak, ibu dan adik-adikku yang telah mendoakan dan memberikan


semangat serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun


Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat di harapkan untuk menyempurnakan KTI ini.Semoga KTI ini dapat
bermanfaat serta dapat di jadikan penambahan pengetahuan dalam
menyusun KTI kebidanan.

Demak, .................................

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................ v

DAFTAR BAGAN...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................... ...............vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ............viii

ABSTRAK.................................................................................................................ix

ABTRACT..................................................................................................................x
Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LataBelakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah…....................……………………………………………..3
1.3 Tujuan Penulisan..…………...... ……………...…..........………………........3
1.4 Kegunaan Penulisan………...........………....………………………….........4
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian persalinan persalinan dengan ketuban pecah dini ...................5
B. etiologi kpd..................................................................................................7
C. Mekanisme Terjadinya Ketuban Pecah Dini................................................9
D. Tanda dan gejala KPD..............................................................................10
E. diagnosis kpd.............................................................................................10
F. pemeriksaan penunjang............................................................................12
G. komplikasi kpd ..........................................................................................12
H. Penatalaksanaan KPD .............................................................................14
I. Hubungan KPD dengan Paritas ...............................................................19
J. Tinjauan Umum Persalinan Menurut Pandangan Islam ...........................20
K. Asuhan Kebidanan ...................................................................................21
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................23
3.2. Saran..........................................................................................................23
Daftar Pustaka....................................................................................................iii

vi
DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 2.1 Pathways..............................................................................................30

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Table 3.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang.......................................................................50

Tabel 3.2 Hasil Observasi...............................................................................................55-74

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data


Lampira 2. Surat Balasan Izin Pengambilan Data
Lampiran 3.Surat permohonan pengambilan kasus
Lampiran 4. Surat balasan pengambilan kasus
Lampiran 5. Surat Persetujuan Pasien
Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 7. Catatan Kegiatan Ujian Proposal Yang Telah Diikuti


Lampiran 8. Lembar Konsul Karya Tulis Ilmiah

x
SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : ........................................
NIP : ........................................
Tempat bekerja : Puskesmas ...................... Demak
Jenis Penelitian : Karya Tulis Ilmiah
Judul : “Asuhan Kebidanan Pada Ny....... Dengan
Persalinan Ketuban Pecah Dini ( Kpd ) G3p2a0 H
40 Minggu Di Puskesmas ............ Demak”
Email : .........................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Puskesmas ....................


Demak atas penulisan Karya Tulis Ilmiah saya, demi
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak penyimpanan, mengalihmediakan atau
mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database) mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam
bentuk softcopy untuk kepentingan Kesehatan.

Demak, ................................

............................................
SURAT PERMOHONAN IJIN PENGAMBILAN DATA
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PENGAMBILAN DATA
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada : Ibu Responden


Di tempat

Assalamualaikum Wr.Wb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah
Nama Nama : ........................................
NIP : ........................................
Tempat : Puskesmas ........................... Demak
Pada saat ini saya sedang melakukan studi kasus tentanng “Asuhan
Kebidanan Pada Ny....... Dengan Persalinan Ketuban Pecah Dini ( Kpd ) G3p2a0 H
40 Minggu Di Puskesmas ............ Demak” tahun 2020 . berkenaan dengan hal
tersebut , saya mohon kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam studi kasus ini. Data
data tentang saudara saya jamin kerahasiaan dan hanya digunakan untuk
kepentingan studi kasus apabila saudara bersedia.
Saya mohon kesediaanya untuk menandatangai lembar persetujuan dan
menjawab pertanyaan pertanyaan yang saya ajukan . atas perhatian dan
kesediaannnya sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum, Wr, Wb

Demak, .....................................
Hormat saya
peneliti

.........................................
PERSETUJUAN PASIEN DI DALAM PENGAMBILAN KASUS

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : .........................................
Umur : ........... tahun
Alamat : .....................................................
Menerangkan bahwa saya bersedia menjadi pasien dalam pengambilan kasus
untuk karya tulis ilmiah
Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tidak ada unsur
paksaan dari pihak manapun.

Demak, ....................................
Pasien

( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%,
eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya
2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN,
yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain
seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000
kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura
15/100.000 kelahiran hidup.
Upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah yang
menjadi salah satu indikator utama dalam pembangunan kesehatan,
hasilnya menggembirakan. Penurunannya bahkan melebihi target
SDG’s.  Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dr Yulianto
MKes  mengatakan, sebuah negara atau daerah disebut bisa
menurunkan AKI apabila bisa menurunkan paling tidak tiga persen per
tahun. Sementara Jawa Tengah mampu menurunkan lebih dari itu.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda
persalinan. Ketuban pecah dini  merupakan penyebab terbesar
persalinan premature dengan berbagai akibatnya.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan.
Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada
kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir
semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum
aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan
oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak
diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan
dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular
seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria
gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang
inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi
terutama  kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat
kurang bulan (prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena
partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban
Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga
dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
Rahim. Terjadinya kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah
tersebut maka peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan
pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan
janin mendapatkan perawatan yang optimal.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada
kehamilan multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang
paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sindrom distress
pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat, korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion). Oleh sebab itu persalinan dengan
ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara
teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong
persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau
memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya.
Dari data diatas bahwa perdarahan dapat menyebabkan angka
kematian ibu jika tidak segera dilakukan tindakan. Maka penulis tertarik
untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan Kebidanan Pada
Ny....... Dengan Persalinan Ketuban Pecah Dini ( Kpd ) G3p2a0 H 40
Minggu Di Puskesmas ............ Demak”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka penulis
mengambil rumusan masalah yaitu"Bagaimana mengelola dan
menganalisis “Asuhan Kebidanan Pada Ny....... Dengan Persalinan
Ketuban Pecah Dini ( Kpd ) G3p2a0 H 40 Minggu Di Puskesmas ............
Demak”?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD
di Puskesmas ......................... Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara secara lengkap dengan
mengumpulkan semua data yang meliputi data subyektif dan
obyektif terhadap asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD
di Puskesmas ......................... Demak Demak.
b. Melakukan interprestasi data yang meliputi diagnosa kebidanan
masalah dengan kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan KPD di Puskesmas ......................... Demak
c. Menentukan diagnosa potensial asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD di Puskesmas ......................... Demak.
d. Melakukan antisipasi atau tindakan segera pada asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD di
Puskesmas ......................... Demak
e. Menyusun rencana tindakan pada asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD di Puskesmas ......................... Demak
f. Melaksanakan implementasi pada ibu nifas patologi dengan
Perdarahan PostpartumPrimer pasca Atonia Uteri di
Puskesmas ......................... Demak.
g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD di Puskesmas ......................... Demak
h. Menentukan kesenjangan hasil pelaksanaan asuhan kebidanan
dengan teori yang sudah ada.
i. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD di
Puskesmas ......................... Demak

D. Ruang lingkup
1. Sasaran
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan KPD Di
Puskesmas ......................... Demak
2. Tempat
Ruang bersalin Puskesmas ............................. Demak
3. Waktu
Dimulai dari tanggal ................. – ......................... 2020

E. Manfaat
Hasil studi diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Tenaga Kesehatan


Dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam kasus
ibu bersalin dengan KPD di Puskesmas ......................... Demak

2. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD di
Puskesmas ......................... Demak dengan tujuan apabila pasien
suatu saat menemukan kejadian yang serupa dapat melakukan
tindakan antisipasi agar melakukan pertolongan awal dengan
membawa pasien ke unit kesehatan terdekat.

F. Metode Pemerolehan Data


Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan
metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan mengunakan
pendekatan manajemen kebidanan yang meliputi,pengkajian,
mendiagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Adapun
pengumpulan data yang dilakukan dengan
1. Observasi
Pada metode ini penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan
asuhan pada pasien selama dirawat dirumah sakit.Dan lebih bersifat
obyektif dengan melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan.
2. Anamnesa
Pada metode ini penulis melakukan tanya jawab dengan pasien,
keluarga dan anggota tim kesehatan lain yang berhubungan dengan
kasus yang penulis ambil agar mendapatkan data selengkap
mungkin .
3. Dokumentasi
Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan datadengan
mempelajari catatan baik medis ataupun asuhan yang berhubungan
kasus yang diambil.
4. Studi Kepustakaan
Pada metode ini penulis mempelajari buku-buku yang ada untuk
membantu menegakkan diagnosa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau
uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang
menyelimuti janin di dalam Rahim selama kehamilan yang memiliki
berbagai fungsi yaitu melindungi pertumbuhan janin, menjadi bantalan
untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan dari
peubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin
bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam Rahim. Selan itu
ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan pada saat
persalinan, ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga
meratakan tekanan intera-uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuba pecah. Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban
mulai 2 minggu sesudah pembuahan. Kantung ketuban terbentuk saat
usia kehamilan 12 hari setelah pembuahan, dan segera terisi oleh air
ketuban. Setelah 10 minggu, kemudian air ketuban mengandung protein,
karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit untuk membantu
pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan sebagian besar air
ketuban dari urin janin. Saat minggu-minggu awal ketuban berisi
terutama air yang berasal dari ibu, setelah 20 minggu urin janin
membentuk sebagian air ketuban yang mengandung nutrient, hormon,
dan anti bodi yang melindungi janin dari penyakit. Air Ketuban terus
menerus di telan/dihirup dan di ganti lewat proses eksresi seperti juga di
keluarkan lewat urin. Hal demikian merupakan hal yan penting bahwa air
ketuban di hirup dalam paru janin untuk membantu janin mengembang
sempurna. Air ketuban yang tertelan membantu pembentukan mekonium
saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses
persalinan di sebut dengan ketuban pecah spontan, apabila terjadi
sebelum persalinan disebut dengan KPD. Sebagian besar air ketuban
akan berada dalam Rahim sampai neonatus lahir .
KPD / ketuban pecah dini adalah bocornya selaput air ketuban
(likuor amnii) secara spontan dari rongga amnion di mana janin di
tampung. Cairan keluar dari selaput ketuban yang mengalami
kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu dan setidaknya
sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya.
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37
minggu disebut ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah dini.
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture
of membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2
atau 4 atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau
leher Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum
pembukaan serviks 3 cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya (Norma Dan
Dwi, 2013: 247).
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu
a. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia
kehamilan <37 minggu sebelum persalinan.
b. KPD aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes
fern pada usia kehamilan ≥37 minggu.

B. ETIOLOGI
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun
faktor-faktor yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:
a) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang
berasal dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
b) Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih
beresiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
Kehamilan yang terlalu sering dapat mempengaruhi embryogenesis,
selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum
waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi
amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan
sebelumnya. Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia
reproduktif biasanya relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk
hamil dan melahirkan karena pada keadaan tersebut dinding uterus
lebih kuat karena belum banyak mengalami perubahan, dan serviks
belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat
menyanggah selaput ketuban dengan baik. Wanita yang telah
melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko padamengalami KPD,
karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang diakibatkan
oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c) Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka yang
disebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,
curatage).
d) Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan(overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion,
gemelli.
e) Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya di sertai infeksi.
f) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. Kelainan
letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan
letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat
sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar kecinya janin dan posisi
janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan pada selaput
ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang,
karena sebenarnya yangdapat mempengaruhi KPD adalah kuat
lemahnya selaput ketuban menahan janin .
Faktor predisposisi :
 Infeksi menular seksual (klamidia dan gonore)
 Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya
 Merokok selama hamil
 Perdarahan pada vagina lebih dari satu trimester
 Peradangan atau infeksi pada selaput ketuban
 Aktivasi dini enzim pada membran
 Rendahnya kadar kolagen dalam jaringan kantung ketuban
 Volume cairan ketuban terlalu banyak
 Posisi bayi sungsang
 Pernah melakukan amniocentesis di awal kehamilan
 Melakukan olahraga berat atau menempatkan terlalu banyak
tekanan pada tubuh
 Pola makan dan gizi yang buruk
 Kekurangan asupan tembaga, vitamin C, atau seng

C. MEKANISME TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal
kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk membantu oksitosin dan
estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan
oleh uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan
saja, akan tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga
terjadi ketuban pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban akan muda pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin. Pada trimester
terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD
pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah
Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran.
Adapun tanda dan gejala:
 Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
 Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
 Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai
 kelahiran.
 Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,denyut jantung janin
 bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

E. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosa KPD sangat penting. Karena diagnosa yang
positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negativ palsu berarti akan membiarkan ibu
dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan
janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu di perlukan diagnosa yang
cepat dan tepat.
Diagnosa KPD di tegakkan dengan cara:
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan
perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lender dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan
menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada
telinga dan tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD,
maka air ketuban akan keluar .
d. Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau
mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah di goyangkan,
akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior.
e. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina
dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang
bulan yang belum dalam persalian tidak perlu di adakan pemeriksaan
dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah Rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila dalam persalinan atau yang
di lakukan induksi persalinan dan di batasi sedikit mungkin.(Norma
dan Dwi, 2013:249-250).
Selain itu menentukan diagnosa dengan Tentukan pecahnya
selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak
ada dapat di coba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat di lakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG.Tentukan tidak ada infeksi Tanda-tanda infeksi
adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5oC serta air ketuban keruh dan
berbau. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi
intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila
akan di lakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)
(prawirahardjo, 2014:680).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya
1) Tes Lakmus (tes nitrazin)
Jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
3) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri

G. KOMPLIKASI
a. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama,
pendarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Pada Janin
1) Prematuritas
Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan lahir
prematur yakni sebagai berikut :
a) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga dengan
sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi karena paru-paru
bayi belum matang sehingga tidak bisa menghasilkan zat
surfaktan dalam jumlah memadai. Surfaktan memungkinkan
permukaan paru- paru mengembang dengan baik ketika bayi
keluar dari dalam rahim untuk menghirup udara sesuai kebutuhan
bayi. Akan tetapi, jika bayi lahir sebelum paru-parunya berfungsi
dengan sepenuhnya, kemungkinan akan mengalami masalah
pernapasan. Tanpa adanya asupan oksigen yang memadai,
organ-organ yang lain juga bisa terpengaruh.
b) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan suhu
dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena bayi prematur
biasanya tidak memiliki cadangan lemak yang cukup untuk
melindungi proses penurunan suhu. Hipotermia pada bayi yang
lahir prematur juga bisa menyebabkan kondisi lain seperti
gangguan pernapasan dan kadar gula yang sangat rendah.
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu tinggi,
ditandai oleh perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi
kuning (bayi kuning). Bilirubin adalah pigmen kuning yang
memang ada pada sel darah. Hiperbilirubinemia lebih umum
terjadi pada bayi premature dibandingkan pada bayi lahir cukup
bulan.
d) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel darah
merah. Sel darah merah sangat penting karena mengandung
hemoglobin, zat yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Sebagian besar bayi baru lahir memiliki level sel darah merah
lebih dari 15gram. Namun bayi premature beresiko tinggi memiliki
level rendah sel darah merah.
e) Sepsis
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri masuk ke dalam aliran
darah. Sepsis sering menyebabkan infeksi terbawa ke paru-paru
dan bisa mengakibatkan pneumonia.
f) Retinopathy Of Prematurity (ROP)
Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah pertumbuhan
abnormal pembuluh darah di mata yang dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi terutama pada bayi yang
lahir sebelum 32 minggu kehamilan.
g) Intraventricular Hemorrhage (IVH)
Intraventricular Hemorrhage (IVH) disebut juga Perdarahan
Intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi pada beberapa bayi
premature, terutama yang lahir sebelum usia kehamilan 32
minggu.
Pendarahan yang lebih parah dapat menyebabkan struktur
ventrikel otak berkembang pesat terisi cairan, menyebabkan otak
tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti cerebral
palsy, gangguan belajar dan masalah perilaku.
h) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis (NEC) terjadi ketika sebagian usus
bayi memiliki aliran darah yang buruk, yang dapat menyebabkan
infeksi di dinding usus.
i) Prolaps funiculli (penurunan tali pusat).
j) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
k) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus lama,
skor apgar rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan
intraknial, gagal ginjal, distress pernapasan.
l) Sindrom deformitas janin
m) Morbiditas dan mortalitas perinatal (Budi Rahayu, 2017).

H. PENATALAKSANAAN.
Menurut Nugroho (2012) dalam menghadapi ketuban pecah
dini harus dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1.) Fase laten.
 Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses
persalinan.
 Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan
terjadinya infeksi.
 Mata rantai infeksi merupakan isindens infeksi, antara lain:
 Karioamnionitis.
 Abdomen terasa tegang.
 Pemeriksaan laboratorium terjadi leukosiosis.
 Kuitur cairan amnion positif.
 Desiduitis infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.
2.) Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG
yangmempunyai program untuk mengukur BB janin, semakin besar
kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi
memerlukan pertimbangan keluarga.
3.) Presentasi janin instrauterin presentasi janin merupakan penunjuk
untuk melakukan terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau
bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio sesarea.
 Penatalaksanaan Konservatif
1) Perawatan di Rumah Sakit.
o Berikan antibiotic ( ampisillin 4x500mg atau eritromisin ) bila
tidak tahan ampisillin dan metronidazol 2x500mg selama 7 hari.
o Jika usia kehamilan <32 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
o Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif, beri deksametason, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
o Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
o Jika usia kehamilan 32-37 minggu infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi suhu, leokosit tanda-
tanda infeksi intra uterine.
o pada usia kehamolan 32-37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betame-tason 12 mg sehari tunggal selama 2 hari,
deksametason setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Perawatan di Puskesmas
Menurut Ratna ( 2012 ) Langkah-langkah Asuhan Kebidanan
pada Ketuban Pecah dini:
 Observasi tanda - tanda vital, djj, his, kemajuan persalinan,
deteksi dini adanya komplikasi dan TTV.
 Lakukan kolaborasi dengan dokter.
 Lakukan inform consent atas tindakan yang akan dilakukan.
 Hadirkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan
moral.
 Anjurkan ibu untuk berkemih jika kandung kemih terasa penuh.
 Observasi pengeluaran pervaginam.
 Jelaskan pada ibu tentang keadaan dirinya dan janinnya.
 Ajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada his minta ibu
untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
 Berikan dukungan moral pada ibu supaya tenang dalam
menghadapi pesalinan.
 Berikan makanan dan minuman yang cukup.
 Bantu ibu memilih posisi yang nyaman.
 Saat pembukaan lengkap jelaskan pada ibu untuk hanya
meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran.
 Atur posisi ibu saat melahirkan.
 Lakukan pencegahan laserasi.
 Lahirkan kepala bayi.
 Periksa tali pusat pada leher.
 Lahirkan bahu.
 Lahirkan sisa tubuh bayi.
 Keringkan dan beri rangsangan pada bayi.
 Potong tali pusat.
 Lakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala II.
 Beritahu ibu bahwa ibu mau di suntik.
 Berikan suntikan oxytocin.
 Lakukan penegangan tali pusat terkendali.
 Lakukan masase fundus uteri.
 Observasi jumlah pedarahan, laserasi jalan lahir, TFU,
kontraksi uterus, keadaan umum ibu dan TTV.
 Bersihkan tubuh ibu seta ganti pakaian yang bersih.
 Anjurkan ibu untuk makan minum dan istirahat.
 Isi patograf.
 Beriobat: Amoxilin 3x500mg, paracetamol 3x500mg, sulfas
ferossus 3x350mg.
3) Landasan Hukum
Tugas dan wewenang bidan, Tugas bidan ( purwoastutidan
walyani, 2014a )
 Tugas mandiri memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dalam masa persalinan dengan melibatkan klien dan keluarga:
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan
 Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan
dalam masa persalinan.
 Menyusun rencana asuhan kebidanan klien sesuai dengan
rencana yang telah di susun.
 Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
 Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan sesuai
dengan prioritas.
 membuat pencatatan asuhan kebidanan.
 Tugas Kolaborasi / Kerjasama memberikan asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan
 kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
 Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi.
 Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas sesuai dengan
factor resiko dan keadaan kegawatan.
 Menyusun asuhan rencana kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
sesuai prioritas.
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
pertama sesuai prioritas.
 Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan
pertama pada ibu bersalin dengan resiko tinggi.
 Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien / keluarga.
 Penatalaksanaan Aktif
 Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosi. Pada
persalinan pemberian infuse dekstrose5% 500 ml drip oksitosin
sehingga mendorong janin melewati jalan lahir dengan cepat
( Saifudin, 2009 ). Bila gagal, lakukan seksio sesaria, dapat
pula diberikan misoprosol 25-50 mg intra vaginal tiap 6 jam
maksimal 4. Bila Pembukaan serviks < 5, lakukan pematangan
serviks, kemudian induksi.
 Jika tidak berhasil, akhiri dengan seksio sesarea.
 Bila pembukaan cerviks > 5 lakukaninduksi persalinan.
 Penatalaksanaan Bidan Dalam Penangganan KPD
 Membawa pasien dengan KPD ke rumah sakit dan melahirkan
bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya
ketuban untuk meminimalkan resiko infeksi intrauteri – rine
( Fadlun 2012 ).
 Tindakan konservatif dilakukan melalui kolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan dan kandungan di antaranya dalam
pemberian antiboatik penicillin atau ampisilin ( Saefudin, 2009 ).
 Batasi periksa dalam secara ketat untuk menggurangi insidens
koroamnionitis, terutama pada pasien yang memilih
penatalaksanaan konservatif. Melibatkan pada pasien dalam
prosespengambilan keputusan yaitu penatalaksanaan
konservatif atau penatalaksanaan aktif.
 Instrumen penilaian serviks.
o Jika serviks sudah matang , lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin.
o Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan
prostaglandin dan infuse oksitosinatau lahirkan dengan
sesarea.
o Pada kasus KPD perlu mendapatkan asuhan yang tepat untuk
meminimalkan angka kejadian infeksi akibat ketuban pecah
dini.
o Perlu dilakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan
factor resiko yang di alami oleh klien yang bersalin dengan
ketuban pecah dini.
o Sigap dalam menghadapi kasus persalinan dengan ketuban
pecah dini harus mempertimbangkan beberapa kasus antara
lain : infeksi,
o BB janin dan presentasi janin intrauterine.
 Penatalaksanan Post Partum
a. Pengawasan 2 jam post partum tanda-tanda vital tensi, nadi,
suhu, respirasi, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih,
lochea, perineum dan jumlah perdarahan. Dilakukan setiap 15
menit sekali dalam 1 jam pertama, 30 menit sekali 1 jam kedua
b. Pengawasan TTV, kontraksi uterus, perdarahan, kandung
kemih, serta kebersihan perineum
c. Mobilisasi dengan miring kanan miring kiri untuk mempercepat
involusi uterus
d. Memberikan konseling pada ibu tentang tata cara perawatan
perineum.
 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
a. Penatalaksanaan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
b. Pengawasan keadaan umum bayi.
c. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari
yang cukup.
d. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu
tehnik menyusui yang benar.
e. Pencegahan infeksi harus di lakukan untuk menghindari adanya
infeksi pada benjolan.
f. Berikan konseling pada ibu, orang tua tentang:
g. Jelaskan bahwa akan menghilang dengan sendirinya setelah 2
sampai 3 hari tanpa pengobatan.
h. Perawatan bayi sehari - hari.
i. Manfaat dan tehnik pemberian ASI.
 . Alur Rujukan SMS Gateway
Adapun pelaksanaan sistem rujukan yang di lakukan yaitu melalui
sms gateway, dengan format sebagai berikut : r # kode praktik #
nama ibu # umur # nama suami # asuransi # golongan darah #
transportai # diagnosa # tindakan pra rujukan . Dan jika dalam
waktu 10 menit tidak ada jawaban atau Call Center tidak
menghubungi, maka Poned harus melakukan panggilan ke nomor
Call Center. Pada saat Call center menghubungi Poned, Call
Center yang menentukan Rumah Sakit yang akan di tuju untuk
rujukan.
Sedangkan alur rujukannya sebagai berikut:
Pasien datang → Pemeriksaan di Poned → Menentukan
Diagnose → Perlu Rujukan → SMS Gateway → Rujuk RS yang di
tunjuk dari Call Center.

I. HUBUNGAN KPD DENGAN PARITAS


Paritas menurut varney adalah jumlah kehamilan yang dialami oleh
seorang wanita yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi yang
mampu bertahan hidup dengan minimal 20 minggu atau berat janin 500
gram (Elisabet siwi walyani,2015). Kelahiran pertama dan jumlah paritas
yang tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Pada ibu
multipara dan grandemultipara sering terjadi komplikasi karena
berkaitan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah menurun sehingga
mengakibatkan kelainan atau bahkan komplikasi dalam persalinan.
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban
lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin
banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya
struktur serviks pada persalinan sebelumnya. Wanita dengan paritas
kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya relatif memilii keadaan
yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena pada keadaan
tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak mengalami
perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan
sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik. Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada mengalami
KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang
diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan
(Budi, Ayu Novita, 2017).
Pada paritas, resiko KPD banyak terjadi pada multipara dan
grandemultipara disebabkan motilitas uterus berlebih, kelenturan leher
Rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada
serviks. Sedangkan pada usia, bertambahnya usia wanita berhubungan
dengan menurunnya fungsi dan kemampuan organ tubuh sehingga
meningkatkan resiko timbulnya kelainan-kelainan. Pada multipara,
karena adanya riwayat persalinan lalu maka keadaan jaringan ikatnya
lebih longgar dari pada nullipara. Pada multipara jaringan ikat yang
menyangga membran ketuban makin berkurang sehingga multipara lebih
beresiko terjadi KPD dibandingkan nulipara. Menurut Prawirahardjo
(2010) KPD lebih sering ditemukan pada wanita multipara dibandingkan
wanita nulipara. Hal ini disebabkan karena endometrium wanita yang
sudah pernah melahirkan akan lebih bermasalah daripada wanita yang
baru satu kali atau bahkan belum pernah melahirkan. Ketika seorang
wanita sudah pernah mengalami kehamilan/persalinan lebih dari satu
kali, berarti mengalami peletakan plasenta yang berbeda. Hal tersebut
dapat menyebabkan plasenta pada kehamilan-kehamilan seterusnya
rentan terjadi KPD.

J. TINJAUAN UMUM PERSALINAN MENURUT PANDANGAN ISLAM


Hakikat penciptaan manusia dilihat dari sumbernya. Yang pertama
adalah asal atau sumber yang jauh yakni menyangkut proses penciptaan
manusia dari tanah dan disempurnakannya manusia dari tanah tersebut
dengan ditiupkannya ruh. Asal yang kedua adalah penciptaan manusia
dari sumber yang dekat yakni penciptaan manusia dari nutfah yakni sel
telur dan sel sperma.
Di dalam Alqur‟an disebutan tentang asal penciptaan manusia,
diantaranya sebagai berikut, firman Allah SWT Q.S Al-mu‟minun/23:12-
15

K. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN


1. Pengertian
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting thing done).
Prinsip yang mendasari batasan ini adalah “komitmen pencapaian” yakni
komitmen untuk melakukan kegiatan yang bertujuan, bukan semata-mata
kegiatan. Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan,
kemudian menyelesaikannya(Mufdlilah,2009).
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam penerapan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Menurut Varney (1997), proses penyelesaian masalah merupakan
salah satu upaya yang digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney
berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan
harus memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan
diagnosa atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula
kemampuan kolaborasi atau kerja sama.
Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
kebidanan selanjutnya, proses manajemen kebidanan diselesaikan
melalui tujuh langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I )
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara:
1) Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, bio-psiko-sosi-spritual, serta pengetahuan
klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi:
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi)
b) Pemeriksaan penunjang(laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya)
Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan
melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal
yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan
data sesuai kasus yang dihadapi akan menentukan tidak benarnya
proses interprestasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu,
pendekatan ini harus komprehensif. Mencakup data subyektif, data
obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat mengambarkan
kondisi pasien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang
sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
b. Interprestasi Data Dasar(langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar-benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik. Baik rumusan diagnosa atau masalah, keduanya
harus ditangani. Meskipun, masalah tidak dapat ditarik sebagai
diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah yang sering menyertai diagnosis.
Contoh:
Data: Ibu hamil 8 bulan, anak pertama, hasil pemeriksaan
menunjukan tinggi fundus uteri 31 cm, DJA (+), puki, presentasi
kepala, penurunan 5/5, nafsu makan baik, penambahan berat
badan selama hamil 8kg, ibu sering buang air kecil pada malam
hari.
Diagnosa: G1P0A0, hamil 32 minggu, preskep, janin tunggal
hidup intra uterin, ibu mengalami gangguan fisiologis pada hamil
tua.
Perasaan takut tidak termasuk katagori”nomenklatur standar
diagnosis”. Tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengatasinya.
Diagnosa kebidanan merupakan diagnosa yang ditegakkan
dan dalam lingkup praktik kebidanan dan mememuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.

c. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial dan Antisipasi


Penanganannya(Langkah III)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang
sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada
dan bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi
kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan
yang aman.
Pada langkah ini bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah
atau diagnosa tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi
yang rasional/logis.

d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera


dengan Tenaga Kesehatan Lain(Langkah IV)
Bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau dokter
melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota
tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan proses kesinambugan
proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya
berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam
pendampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Dalam kondisi tertentu, seorang bidan juga perlu untuk
berkonsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti, pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa melakukan tindakan
harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan
yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan hal- hal yang telah
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah pada langkah
sebelumnya bidan juga harus merumuskan tindakan darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau bersifat rujukan.

e. Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh(Langkah V)


Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efesien dan


Aman(Langkah VI)
Pelaksanaan ini biasanya dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya. Walaupun
bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
g. Evaluasi(Langkah VII)
Pada langkah keenam dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan.meliputi evaluasi pemenuhan
kebutuhan:apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana
diidentifikasi dalam diagnose / masalah. Rencana dapat dianggap
benar jika efektif dilakukan.
2. Manajemen kebidanan dengan metode SOAP
Menurut Helen Varney(2009), alur berfikir bidan saat
menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang
telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir
sistematis, didokumentasikan berbentuk SOAP, yaitu:
S (subjektif), Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai Langkah
Varney I.
O (objektif ), menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium juga uji diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung sebagai
asuhan Langkah Varney II A (assessment), menggambarkan
pendokumentasian tentang analisis dan interprestasi data subyektif
dan obyektif dalam satu identifikasi:
1) Diagnosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3) Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan rujukan sebagai Langkah 2,3 dan 4
Varney.
P (plan), menggambarkan pendokumentasian dan tindakan (I)
dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai
Langkah 5,6 dan 7 Varney.
3. Teori Hukum Kewenangan Bidan
Dengan berjalannya waktu kewenangan bidan di Indonesia
dari tahun ke tahun selalu berkembang. Kewenangan bidan sesuai
dengan permenkes RI No.1464/2010, tentang perizin dan
penyelengaraan praktik bidan mandiri dalam melakukan asuhan
kebidanan meliputi:
1. Peraturan Menteri Kesehatan menurut Permenkes RI
No.1464/2010 ( BAB III ), tentang perizin dan penyelengaraan
praktik bidan mandiri yaitu:
a. Pada pasal 2, yang berbunyi:
1) Bidan dapat melakukan praktik mandiri dan atau
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus
berpendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
3) Bidan yang menjalankan praktik harus mempunyai
SIPB. Analisa :
Pada ayat di atas dapat dianalisa bahwa bidan yang
akan menyelengarakan praktik bidan mandiri harus
berpendidikan minimal Dilpoma III Kebidanan dan
mempunyai SIPB
b. Pada pasal 9, yang berbunyi:
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu.
2) Pelayanan kesehatan anak; dan
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
c. Pada pasal 10, yang berbunyi:
1) Pelayanan kesehatan kepada ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa
pra hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui dan masa antara dua kehamilan
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksud
pada ayat(1) meliputi:
a) Pelayanan konseling pada pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui; dan
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana
yang dimaksud ayat(2) berwenang untuk:
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan,
dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan
promosi air susu ibu eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen
aktif kala tiga dan postpartum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kematian; dan

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin


d. Pada pasal 18, yang berbunyi:
Bidan dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang
dimaksut dalam pasal 16 berwenang untuk:
a) Memberikan imunisasi
b) Memberikan suntikan pada penyulit
kehamilan, persalinan dan nifas
c) Mengeluarkan plasenta secara manual
d) Bimbingan senam hamil
e) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi
f) Episiotomi
g) Penjahitan luka episotomi dan luka jalan
lahir sampai tinggkat II
h) Amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4cm
i) Pemberian infus
j) Pemberian suntikan intramuskuler
uterotonika, antibiotik, dan sedativa
k) Kompresi bimanual

Analisa :
Pada ayat di atas dapat dianalisa bahwa dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada ibu, bidan
hanya berwenang dalam memberikan pelayanan
pada ibu bersalin dengan episiotomi, penjahitan luka
jalan lahir tingkat I dan II, pemberian infus,
pemberian suntikan uterotonika pada managemen
aktif kala tiga, kompresi bimanual, Penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
BAB lll

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY KUSMIYATUN


DENGAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI ( KPD ) Ny...
G3P2A0 H 40MINGGU DI PUSKESMAS ....................DEMAK

A. ASUHAN INTRANATAL
Hari / Tanggal Pengkajian : ...........................
Wakty Pengkajian : ............. WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin
Nama Pengkaji :
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas Klien
Istri Suami
Nama : .................. Nama : ..................
Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : ds ............... Alamat : ds ..................

b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mules – mules sejak jam 16.00 dan sekarang mengeluarkan
ketuban sejak jam 16.00
c. Riwayat masuk Poned
Ibu datang ke Puskesmas .................. pukul 23.00 diantar suaminya. Dengan
membawa buku KIA yang tertulis R, bahwa usia dan jarak kehamilan
menunjukan resiko tinggi. serta letak janin sesuai pemeriksaan leopold dan
USG adalah letak kepala.
d. Riwayat Penyakit terdahulu
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung, TBC, DM, dan infeksi
lainnya
e. Riwayat Kehamilan Sekarang

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERDAHULU


No Tahun UK Persalinan Abortus Ditolong Komplikasi Bayi
oleh : /
anak
Normal Tindakan Sek Berat Keadaan
lahir

1. 13 th  Bidan - Pr 3000gr Normal


2. 10th Bidan pr 3000gr Normal
3. Hamil
ini

f. Riwayat genetik, alergi


Ibu mengatakan tidak mempunyai keturunan kembar, cacat, alergi obat dan
tidak konsumsi jamu

g. Riwayat Menstruasi dan KB


HPHT : 1 januari 2019
Lamanya menstruasi : 6 hari
Frekuesi : cukup banyak
Pasien menggunakan kb suntik 3 bulan dan di akhiri pada bulan januari 2019

h. Riwayat Bio Psiko Sosial Ekonomi


1) Pola Nutrisi
Ibu terakhir makan jm 19.00 dengan makan gizi seimbang sebanyak 1
porsi. Tidak ada pantangan apapun
2) Pola Hidrasi
Terakhir minum 1 gelas teh manis jam 19.00
3) Eliminasi
Ibu buang air besar jm 06.00 pagi tadi dengan konsistensi lunak dan
banyak. Dan buang air kecil jm 18.00 banyak dan tidak ada keluhan
4) Pola Hidup Sehat
Ibu tidak merokok, minum2nan keras dan tidak menkonsumsi obat-obatan
terlarang, serta ibu tidak terpapar dengan asap rokok selama hamil
5) Psikologi
Ini merupakan kehamilan yang direncanakan , suami dan keluarga
mendukung atas kehamilan ini
6) Sosial
Ibu menikah sudah 13 tahun, ini perkawinan pertamanya, status sah, suami
dan keluarga senang, pengambil keputusan ditangan suami , ibu tinggal
dirumah bersama suami dan ananya. Tidak ada budaya dan kepercayaan
apapun.
7) Ekonomi
Ibu merasa penghasilan suami cukup untuk kehidupan selama hamil dan
persalinan ditanggung BPJS

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda – tanda vital
a) Tekanan darah : 110/70 mmhg
b) Nadi : 80 X/m
c) RR : 21 X/m
d) Suhu : 36 C
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Wajah : tidak odem, tidak ada cloasma, konjungtiva tidak pucat
2) Abdomen
Leopold : perut Membesar, tidak terdapat bekas jahitan, tfu 29 cm, teraba
lunak dan tidak melenting di fundus, bagian kanan teraba keras
memanjang, bagian kiri teraba bagian kecil janin ( PUKA ), bagian bawah
terendah bulat keras dan melenting dan sudah masuk panggul, tafsiran
berat janin ( TBJ) 2635 gr. Djj 134 x/m reguler, his 5x/10 34dtk. Kandung
kemih kosong
3) Ektremitas
Tangan kanan dan kiri tidak odem, kuku tampak bersih dan tidak pucat,
kaki tidak bengkak, tidak ada varises. Terpasang infus 20 tpm
4) Genetalia
Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada varices,
Vt : pembukaan 10cm, ketuban negatif, teraba kepala uuk, di hodge III+,
5) anus
tidak terdapat haemoroid
6) pemeriksaan penunjang
hb 12 mg/dl
7) USG
Terlihat posisi Terlihat posisi bokong berada di fundus dan kepala di
bawah, plasenta berada di atas, air ketuban cukup, denyut jantung janin
baik.
3. ANALISA
Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 h 40minggu dengan janin tunggal hidup intra
uteri puka dengan inpartu kala II dengan letak kepala dan kpd 8jam
4. PENATALAKSANAAN
 Berkonsultasi kepada dokter
 Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
kehamilan ibu letak kepala,
 Melakukan informed consent kepada keluarga bahwa ibu akan dilakukan
pertolongan persalinan dengan jalan normal sesuai SOP persalinan normal
 Menyiapkan alat dan perlengkapan yaitu
1. Partus set berisi (2 pasang sarung tangan DTT, 2 klem Kocher, ½ kocher
(1). Kassa steril minimal 4 buah, gunting tali pusat, gunting episiotomi,
benanbg tali pusat, kateter nelaton) Kapas DTT Uterotonika (Oksitosin (2),
metergin) Spuit 3 cc Penghisap lendir Bengkok Funandoskop Bahan-
bahan yang disusun secara urut (celemek,handuk,alas bokong, ganti
untuk bayi/kain yang hangat, pakaian ganti ibu, washlap) Tempat sampah
(tempat sampah medis, tempat sampah non medis. Tempat pakaian kotor
ibu Air DTT (2) Larutan Klorin 0,5% Peralatan cuci tangan Tempat
plasenta Partograf dan alat pencatatan Alat pelindung (alas kaki, kaca
mata, masker) Jam yang menggunakan detik Tensimeter dan stetoskop
Perlengkapan resusitasi Infus set dan cairan rehidrasi
2. Alat Untuk Penjahitan Bak instrumen berisi: nald voeder, pinset anatomi
dan pinset sirurgi, jarum jahit (bundar dan segitiga), sarung tangan DTT,
duk steril). Spuit 5cc Benang jahit Lampu untuk penerangan Lidocain

 Melakukan pertolongan persalinan dengan langkah-langkah :


No Langkah persalinan normal

1 Mendengar dan melihata adanya tanda gejala Kala Dua

2 Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk


menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bai baru lahir

3 Memakai celemek plastic

4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai

5 Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam

6 Memasukkan oksitoksin ke dalam tabung suntik

7 Membersihkan vulva dan perineum, dengan menggunakan kapas atau kasa


DTT

8 Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih


memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin, melepaskan dan
merendamnya dalam keadaan terbalik

10 Memeriksa denyut jantung janin saat relaksasi uterus

11 Memberitahu pada pasien untuk memastikan pembukaan lengkap dan


keadaan janin baik. Serta bantu ibu untuk menemukan posisi senyaman
mungkin, tunggu hingga timbul rasa ingin meneran serta menjelaskan pada
anggota keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar

12 Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran

13 Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa dorongan kuat


untuk meneran

14 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang


nyaman

15 Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu

16 Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian d bawah bokong ibu

17 Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan

18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
melindungi dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala

20 Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai , dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

21 Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22 Setelah kepala melakukan putan paksi luar, pegang secara biparietal,


menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang

23 Setelah kedua bahu lahir , geser tangan bawah kea rah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, tangan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas

24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke


punggung , bokong dan kaki
B. ASUHAN POSTNATAL
1. Keadaan Ibu
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi keras , ppv normal, luka hecting perineum
baik, asi +
Td 120/70 n 80 s 36,6 rr 20
Obat yang diberikan infus rl 20tpm, amok 3x1, asmef 3x1, metilergometrin
2x1, tambah darah 2x1, vit A 1x1
- Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin
- Menganjurkan ibu untuk makan minum bergizi
- Menganjurkan ibu untuk personal higine yang baik
- Menganjurkan untuk minum obat rutin
- Menganjurkan ibu perawatan bayi baru lahir dengan baik
2. Keadaan bayi
A/S : 9/10/10 s 36.5c
bb 3000 pb 51cm LK 33 LD 32, menangis keras, aktif, kemerahan
salep mata, vit k 1, imunisasi HB0
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
KPD / ketuban pecah dini adalah bocornya selaput air ketuban (likuor
amnii) secara spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan
keluar dari selaput ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia
kehamilan 28 minggu dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan
yang sebenarnya. Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses
persalinan Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu
disebut ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah dini. (Prawirahardjo, 2014:
677).
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
b. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia kehamilan <37 minggu
sebelum persalinan. KPD preterm saat usia kehamilan ibu antara 34 minggu
sampai kurang dari 37 minggu . dan dilakukan rujukan ke rs yang memadai dan
terdekat
c. KPD aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern pada usia kehamilan
≥37 minggu.
Proses persalinan dengan KPD aterm lebih dari 37 minggu di
Puskesmas ........................ Demak sudah di lakukan dan pada kala 2 masih
cukup optimal untuk pemantauan kesejahteraan janin. Serta Penatalaksanaan
KPD di Puskesmas ...................... Demak sudah terlaksana dengan baik dimana
sudah di fasilitasi peralatan yang memadai dan SMS Geteway, tersedia proses
penatalaksanaan kasus yang di observasi di Puskesmas (SOP) sudah ada
cukup banyak tertangani. Pendokumentasian hasil asuhan pelayanan kebidanan
dengan metode SOAP dan tertuang dalam partograf.
3.2    SARAN
Kita harus meningkatkan pelatihan dan keterampilan terhadap bidan dan
dokter umum tentang proses dan manajemen ketuban pecah dini. Agar ilmu
dan keterampilan semakin bertambah dan dalam penanganan maupun pra
rujukan yang dilakukan ke fasilitas yang lebih tinggi . Juga mendorong kepada
para dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan untuk mempertimbangkan
dengan sebaik-baiknya ketika akan menetukan pilihan apakah melakukan
tindakan induksi dan seksio sesarea kepada pasien dengan ketuban pecah dini
ataukah persalinan pervaginam.
DAFTAR PUSTAKA

DinKes Prov Jabar. 2014. Angka Kematian Ibu dan Bayi Turun. Tersedia dalam
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah. Diakses pada tanggal 23 Maret
2017.
DepKes RI. 2016. Perencanaan kegiataan prioritas kesehatan terpadu dan
kebutuhan sumber daya untuk pelaksanaan program percepatan penurunan AKI dan
AKB serta gizi buruk pada tahun 2016. Tersedia dalam www.gizikia.depkes.go.id.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2017
Fadlun, Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi Sosial
untuk Bidan. Jakarta:EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi dan Obstetri
Patologi. Jilid 1. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 369/MENKES/SKIII/2007.
Diakses pada tanggal 14 April 2017.
Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
938/Menkes/SK/VII/2007 tentang standar asuhan kebidanan. Diakses pada tanggal 1
Juli 2017
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Utami, N & Evi 2010. Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010.
Yogyakarta: STIKES ,Aisyiyah Yogyakarta Prodi D IV Bidan Pendidik.
Sulistiyawati .2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V Andi
Taufan. 2009.Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Varney. H., M. Kriebs. J., L. Gegor. C. 2004. Buku AjarKebidanan.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Vivien. W. 2012. Kedaruratan Persalinan Manajemen Komunitas.Jakarta:
EGC Widyastuti. P., Aminah. S. 2009. Safe Motherhood Modul Hemoragi Post
Partum–Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Wildan, Moh. Dan Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Dokumentasi
Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.

Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Bersalin. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

Anda mungkin juga menyukai