PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pemahaman atau wawasan yang diperoleh dari unit kerja dimana
penulis ditempatkan, serta pembahasan mengenai penugasan yang diberikan oleh pembimbing
eskternal kepada penulis.
SVP Produksi
Departemen Produksi
Terak 1
Biro Produksi Terak 1 Biro Pemel Mesin 1 Biro Pemel Listrik &
Instrumen 1
Seksi RKC 1
Seksi pemel Seksi pemel listrik
Mesin RM 1-2 RKC 1-2
Seksi RKC 2
Seksi pemel Seksi pemel
Mesin KCM 1-2 instrument & sistem
Seksi AF
kontrolRKC 1-2
IV-1
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
CCR Planner
Raw Mill
Regu CCR Raw Mill Tuban 1
fungsinya, seksi ini dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dibantu oleh breaker CCR
dan planner.
lapangan dan pemantauan kelancaran operasi Kiln dan Coal Mill Tuban 1,
sehingga peralatan beroperasi dengan lancar, efektif, efisien dan aman,
agar menghasilkan produk dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan
rencana yang ditetapkan perusahaan.
4.3.4.2 Regu CCR
Regu CCR kiln dan coal mill dipimpin oleh supervisor yang tugasnya
adalah mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengoperasiaan
Kiln dan Coal Mill Tuban 1 secara terpusat dari central control room, agar
peralatan beroperasi dengan lancar, efektif, efisien dan aman sesuai
instruksi kerja (IK) dan rencana mutu sehingga menghasilkan produk
dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan rencana yang ditetapkan
perusahaan.
Gambar 4.2 Visual Inside Rotary Kiln Tuban 1 PT.Semen Indonesia (Persero), Tbk
Kiln berputar (rotary kiln) merupakan peralatan utama di seluruh unit pabrik semen,
karena di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan klinker dari bahan
bakunya (raw mix). Secara garis besar, di dalam kiln terbagi menjadi 3 zone yaitu zone
kalsinasi, zone transisi, dan zone sintering (klinkerisasi). Perkembangan teknologi
mengakibatkan sebagian zone kalsinasi dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner,
sehingga proses yang terjadi di dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa semen merupakan perekat hidraulik yang
memiliki unsur-unsur utama klinker (campuran antara C3S, C2S, C4AF, dan C3A) dan gypsum
(CaSO4. 2H2O). Klinker dibuat dengan bahan baku utama batu kapur (limestone sekitar 70% -
90%), tanah liat (clay sekitar 10% - 30 %), dan sisanya adalah bahan koreksi (0 – 10%).
Bahan baku tersebut ditimbang dengan proporsi yang telah ditentukan sesuai dengan jenis
semen yang akan kita buat kemudian digiling (terutama untuk proses kering) dan dibakar di
sistem kiln.
Proses pembakaran bahan baku hingga berubah menjadi klinker serta proses
pendinginan klinker hingga mencapai temperatur tertentu yang aman untuk digiling bersama
gypsum sampai menjadi semen merupakan rangkaian proses pembuatan semen yang penting.
Beberapa parameter inilah yang akan dipergunakan sebagai parameter pengendalian mutu
proses sehingga akhirnya akan diperoleh mutu klinker yang baik sesuai dengan spesifikasi
yang sudah ditetapkan.
Umpan kiln dari preheater akan masuk melalui inlet chamber. Tenaga gerak dari motor
dan main gear menyebabkan kiln berputar. Perputaran pada kiln diatur oleh girth gear yang
berfungsi sebagai pengaman dan mengurangi beban main gear. Karena pengaruh kemiringan
dan gas panas hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh burner, sehingga terjadi kontak
panas dan perpindahan panas antara umpan kiln dengan gas panas. Kontak panas tersebut
akan mengakibatkan terjadinya reaksi kimia untuk membentuk komponen semen.
Pembakaran akan terus berlangsung sampai terbentuk klinker dan akan keluar menuju clinker
cooler.
Dari arah yang berlawanan, gas panas hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh
burner sehingga terjadi kontak panas dan perpindahan panas antara umpan kiln dan gas panas.
Kontak panas tersebut akan mengakibatkan terjadinya reaksi kimia untuk membentuk
komponen semen. Pembakaran akan terus berlangsung sampai terbentuk clinker dan akan
keluar menuju clinker cooler. Selama proses pembakaran, material akan melewati 4 zona
dalam kiln dengan range suhu yang berbeda-beda sehingga dalam kiln akan terjadi reaksi
kimia pembentukan senyawa penyusun semen. Zona-zona tersebut yaitu :
1. Zona kalsinasi, yaitu proses dimana material yang baru masuk ke dalam kiln akan
terkalsinasi dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi daripada di dalam
suspention pre heater (SP), yaitu berkisar antara 900-1000°C, sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada material tersebut yang tadinya berupa
serbuk-serbuk padat menjadi serbuk-serbuk yang mulai terlihat meleleh.
2. Zona transisi, yaitu proses dimana material mendapatkan pemanasan yang lebih
tinggi berkisar antara 1000-1250°C dimana pada proses ini material hampir
mendekati cair.
3. Zona pembakaran, yaitu proses dimana material benar-benar mendapatkan
pemanasan secara penuh dari kiln hingga material tersebut mencair dan panasnya
mencapai 1250-1450°C.
4. Zona pendinginan, zona pendinginan pada kiln 1450-1300°C pada proses ini
material yang telah masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara cepat atau
proses pendinginan yang mendadak karena pada cooler ini panas pada material
harus lebih dingin dibandingjkan didalam kiln. Panas yang dihasilkan di dalam
tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar karena pada dinding kiln dilapisi bata
tahan api yang mampu menahan panas yang sangat tinggi sehingga lingkungan yang
disekitar kiln tidak terlalu panas pada saat kita berada di sekitar area kiln.
5.
6.
tahan api di setiap bagian proses berbeda maka jenis bata tahan api disesuaikan dengan
fungsinya.
Refraktori (bata tahan api) adalah material non metal yang dapat dipakai untuk
kontruksi atau melapisi tungku yang beroperasi pada temperatur tinggi dan juga mampu untuk
mempertahankan bentuk dan komposisi kimianya pada temperatur tinggi. Fungi refraktori
pada industri semen adalah untuk melindungi bagian metal agar tidak langsung kontak dengan
nyala api atau gas/padatan yang sangat panas. Sebagai contoh shell kiln akan sangat turun
kekuatannya pada temperatur diatas 400ᵒC sementara itu temperatur klinker berkisar 1350-
1450ᵒC, serta nyala api di kiln bisa mencapai 1900ᵒC. Selain itu refraktori juga berfungsi
untuk mencegah kehilangan panas sehingga berada pada kondisi yang masih bisa ditoleransi.
Hal ini penting untuk mempertahankan temperatur nyala sehingga proses yang terjadi di
dalam kiln akan terjamin kualitasnya.
Tabel 4.1 Data Perubahan Bentuk Kimia Selama Proses Pembakaran pada Rotary Kiln
PT.Semen Indonesia,Tbk Pabrik Tuban 1
Tempat Terjadi
Temp, C Proses Reaksi Kimia Proses
Raw Mill
100 pelepasan air bebas
Raw Mill
100 – 400 pelepasan air terikat
Al4(OH)8 Si4O10
Pre Heater
400 – 750 Dekomposisi tanah liat 2(Al2O3.2SiO2) +
4H2O
Gambar 4.5 Visualisasi Rotary Kiln PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban 1
Dimensi Rotary Kiln PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik Tuban 1 adalah
sebagai berikut :
Panjang(length) : 84 meter
Diameter(Diameter) : 5,6 meter
Kemiringan(elevation) : 1,2°
Putaran(rotation) : 2,8 rpm (bergantung pada kiln feed)
4.4.1.3 Burner di Kiln PT.Semen Indonesia,Tbk
menyebabkan biaya operasional akan menjadi lebih murah dibanding dengan menggunakan
listrik. Penggunaan listrik dapat menyebabkan proses pemanasan akan lebih lama dan daya
yang digunakan akan lebih besar.
Material di burning zone berupa semisolid dan akan memadat sempurna pada
cooling zone. Di dalam rotary kiln selain jumlah panas yang dibutuhkan untuk pembakaran
raw mix harus terpenuhi, perlu juga diperhatikan bentuk nyala saat pembakaran bahan bakar
pada burner. Bentuk nyala ini mempengaruhi kualitas klinker yang dihassilkan. Kedua
parameter ini dipengaruhi oleh proses pembakaran saat bahan bakar mulai keluar dari ujung
burner hingga habis terbakar. Secara umum, pembakaran terjadi melalui 4 tahapan proses,
yaitu :
Pencampuran Penyalaan Reaksi Kimia Penyebaran
Panas/Produk Pembakaran
Untuk mendapatkan bentuk nyala yang diinginkan merupakan pekerjaan yang
cukup kompleks sebab selain dengan mengatur aliran di burner tip, bentuk nyala juga
dipengaruhi oleh kondisi di dalam kiln itu sendiri. Ada dua kemungkinan pengaturan bentuk
nyala, yaitu :
1. Bentuk nyala cone flame, dimana bentuk ini dihasilkan dengan komponen kecepatan
aliran aksial diletakkan di bagian dalam sedang komponen radial di bagian luar.
2. Bentuk nyala hollow cone flame, dimana bentuk ini diperoleh dengan meletakkan
komponen aksial di bagian luar sedang komponen radialnya di bagian dalam.
Dari bentuk nyala ada beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap kualitas klinker yang
dihasilkan, yaitu :
1. Laju Pembakaran (Burning Rate)
Laju pembakaran ini sangat berpengaruh terhadap ukuran komponen alite (C2S) yang
terbentuk. Komponen alite yang berukuran kecil akan mengakibatkan klinker yang
dihasilkan tidak dusty, sehingga mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan proses
penggilingannya mudah.
2. Temperatur Tertinggi (Maximum Temperature)
Pada temperatur tertinggi yang sesuai akan dihasilkan klinker dengan litre weight yang
baik, sehingga mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan akan mudah digiling.
Tetapi pada temperatur tertinggi yang terlalu tinggi akan dihasilkan klinker yang
sifatnya berlawanan dengan sifat-sifat tersebut.
RKC 1 ST
Mengerjakan
laporan dan
12. CCR Kiln-
Coal Mill
RKC 1
Adalah proses pengupasan top soil (lapisan penutup tanah), langkah ini dilakukan
pada daerah bahan galian yang ditutupi lapisan tanah penutup. Dimana lapisan tanah
nantinya akan dikembalikan kembali untuk kesuburan tanah.
3. Tahap pembongkaran (breaking)
Sebelum batu kapur digali harus dilakukan pengeboran untuk menanamkan bahan
peledak. Jarak dan kedalaman antar lubang untuk menanamkan bahan peledak harus
disesuaikan, umumnya:
* Diameter lubang : 3,5 inci
* Kedalaman : 6-9 meter
* Jarak antar lubang : 1,5-3 meter
Peralatan yang dipakai adalah Crawl Air Drill type Atlas Copco ROC F7 (alat bor),
kompresor (alat penggerak bor).
4. Peledakan (Blasting)
Langkah pertama adalah mengisi lubang dengan bahan peledak, tetapi tidak semua
lubang yang dibuat diisi dengan bahan peledak. Lubang yang tidak diisi berfungsi
sebagai peredam getaran dan retakan akibat ledakan yang ditimbulkan.
Bahan peledak yang digunakan:
• Damotin (Dinamit Amonium Gelatine) merupakan bahan peledak primer.
• ANFO (campuran 94,5 % amonium nitrat dan 5,5 % fuel oil), merupakan bahan
peledak sekunder.
Peralatan yang dipakai adalah Blasting machine (alat peledak) dan Blasting
ohmmeter (alat pengukur daya ledak)Sebelum masuk pada unit pengolahan crusher,
dilakukan proses pemuatan (Loading) dan pengangkutan (hauling)
Tahap loading yaitu pengangkutan atau pengambilan material untuk ditempatkan ke
alat transportasi dan diteruskan ke penimbunan. Peralatan yang digunakan adalah
loader, wheel loader, dan power shorel.
Untuk tahap hauling yaitu pemindahan material dari quarry ke unit crusher,
sedangkan peralatan yang digunakan adalah dump truck. Ada 2 macam hauling, yaitu :
a. Hauling Load, adalah pengangkutan batu kapur ke pabrik dengan menggunakan
dump truck.
b. Hauling Empty, adalah dump truck kosong dari pabrik kembali ke lokasi
pengambilan batu kapur.
Setelah mengalami tahap–tahap diatas batu kapur (Limestone) dari Limestone
Storage diangkut dengan menggunakan Dump truck menuju Crusher. PTSG
Jurusan S1 Teknik Kimia FTI ITS
IV-15
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
menggunakan 2 buah Crusher. Batu kapur berukuran maksimum 120 x 120 cm dengan
kandungan air maksimal 12 % ditumpahkan oleh Dump truck ke dalam Hopper yang
memiliki kapasitas 75 ton. Dari Hopper batu kapur dipisahkan oleh Wobbler Feeder,
untuk batu kapur yang mempunyai diameter <9 cm akan jatuh ke dalam Hopper menuju
ke Belt Conveyor, sedangkan yang memiliki diameter >9 cm akan jatuh dan
dihancurkan ke dalam Limestone Crusher. Batu kapur yang berupa bongkahan-
bongkahan besar (>9 cm) di dalam Limestone Crusher akan dipukul oleh 6 buah
Hammer Mill supaya bongkahan menjadi lebih halus. .
sanitasi. Lubang galian terbuka jika sudah terisi oleh air hujan bentuknya menyerupai
telaga dan oleh penduduk sekitar telaga buatan daerah temandang disebut telaga waru.
Bentuk lubang galian terbuka menyerupai tangga, ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kelongsoran.
Tahap penggalian tanah hampir sama dengan penggalian batu kapur perbedaannya
adalah penggalian tanah liat tidak menggunakan Drilling dan Blasting, sehingga hanya
meliputi :
1. Pembersihan (Cleaning)
Yaitu membersihkan lapisan atas tanah liat dari tumbuhan serta kotoran lainnya.
Alat yang digunakan adalah Buldozer.
2. Pengupasan (Stripping)
Yaitu pengupasan lapisan humus sampai permukaan tanah liat. Alat yang
digunakan adalah Backhu.
3. Pengerukan (Digging)
Yaitu pengerukan tanah liat dari lapisan tanah dengan menggunakan Drag Line.
4. Pengangkutan (Hauling)
Yaitu pengangkutan tanah liat dari lokasi penggalian ke pabrik dengan
menggunakan wheel loader.
Conveyor. Produk Limestone ini bercampur dengan produk Clay pada Belt Conveyor.
menuju ke Secondary Crusher untuk dipreblending.
Untuk pengolahan tanah liat dengan kandungan H2O maksimal 25 % dibawa dari
Clay Storage dengan wheel loader menuju Clay Hopper, selanjutnya diumpankan ke
Appron Conveyor dengan laju 440 t/h. Dari Appron Conveyor, tanah liat diumpankan ke
Clay Cutter yang berfungsi untuk memotong-motong tanah liat sehingga memudahkan
proses pengeringan.
Produk dari Clay Cutter akan turun ke Belt Conveyor kemudian ditimbang oleh Belt
Scale yang terdapat dalam Belt Conveyor. Tanah liat akan bercampur dengan batu kapur
pada Belt conveyor menuju ke Secondary Crusher yang berfungsi sebagai pemecah kedua
campuran batu kapur dan tanah liat, sebab seringkali pencampuran antara tanah liat dan
batu kapur mengakibatkan terbentuknya gumpalan–gumpalan material mix yang besar.
Setelah dari Secondary Crusher, mix (batu kapur dan tanah liat) diumpankan ke Belt
Conveyor dengan total feed pada set point adalah 2000 t/h. Bila terjadi kerusakan ataupun
kebakaran pada Secondary Crusher, maka motor pada Belt Conveyor akan memutar
dengan arah berkebalikan, sehingga mix akan jatuh ke Belt Conveyor.
Mix dari Belt Conveyor dibawa menuju Limestone Clay Storage melalui Belt
Conveyor untuk disimpan dan dipreblending. Sebagai alat untuk pembentuk pile
(tumpukan) digunakan Tripper yang dipasang tepat di atas Belt Conveyor. Ukuran Storage
Limestone Clay Mix adalah 48,8 m x 454 m, kapasitas total storage adalah 100.000 ton
dengan 2 stok pile yang masing-masing 50.000 ton. Limestone Clay Mix Storage
dilengkapi Reclaimer tipe Bridge Scrapper. Limestone Clay Mix yang ada dalam storage di
reklaiming dengan Scrapper Reclaimer, kemudian produknya dibawa Belt Conveyor ke
Belt Conveyor dan dimasukkan dalam Mix bin.
4.6.1.3 Operasi Finish Mill
Proses penggilingan akhir tersebut diatas dimulai dari proses penyiapan bahan–bahan
additive yaitu gypsum dan trass dengan diameter >3cm. Sebelum bahan–bahan ini
ditambahkan, dihancurkan terlebih dahulu kedalam Crusher menjadi partikel dengan
diameter <3cm, selanjutnya ditransportasikan kedalam Bin masing–masing sebelum
diumpankan kedalam Ball Mill untuk digiling dan dikecilkan ukurannya bersama–sama
dengan Clinker membentuk semen. Clinker yang akan digiling dikeluarkan dari Clinker
Dome yang mempunyai sebelas outlet, masing–masing outlet dilengkapi dengan Discarge
Gate. Gate–gate ini menumpahkan clinker kedalam Bin Clinker dengan kapasitas 175 t/h
untuk ditampung sebelum didistribusikan ke penggilingan akhir.
Jurusan S1 Teknik Kimia FTI ITS
IV-18
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
Silo merupakan tempat penampungan sementara produk semen jadi dari Finish Mill
sebelum dilakukan pengantongan. Setiap silo memiliki kapasitas 20.000 Ton. Pada
unit Packer Tuban terdapat empat silo yang semuanya dialokasikan untuk
penyimpanan jenis semen Portland Pozzoland Cement (PPC). Berikut merupakan
alokasi silo untuk masing-masing unit packer yang ada:
- Packer Tuban II
Unit packer Tuban II memiliki empat silo, dimana tiga silo dialokasikan untuk semen
jenis Portland Pozzoland Cement (PPC) dan satu silo dialokasikan untuk semen jenis
Ordinary Portland Cement (OPC).
- Packer Tuban III dan IV
Unit packer Tuban III dan IV masing-masing memiliki empat silo, dimana dua silo
dialokasikan untuk semen jenis Portland Pozzoland Cement (PPC) dan dua silo
lainnya dialokasikan untuk semen jenis Ordinary Portland Cement (OPC).
Empat silo ini dibagi menjadi dua line, yaitu:
- Line 1
Line 1 merupakan bagian yang mengurusi pengantongan semen dan proses load ke
truk-truk dari silo 1 dan silo 2. Pada line 1 ini terdapat empat packing machine.
- Line 2
Line 2 merupakan bagian yang mengurusi pengantongan semen dan proses load ke
truk-truk dari silo 3 dan silo 4. Pada line 2 ini terdapat empat packing machine.
2. Packing Machine
Packing Machine merupakan alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengantongan semen. Pada unit Packer Tuban I dan II terdapat delapan packing
machine dimana setiap mesinnya terdapat 6 corong untuk melakukan pengantongan.
Sedangkan pada unit Packer Tuban III memiliki enam packing machine, unit Packer
Tuban IV memiliki empat packing machine. Setiap packing machine ini memiliki
kapasitas bin sebesar 20 Ton. Packing machine yang terdapat pada unit Packer Tuban
I masih bersifat manual, dimana terdapan operator yang menempatkan kraft semen ke
setiap corong yang terdapat pada mesin. Sedangkan, pada unit Packer Tuban II, III
dan IV packing machine yang digunakan telah bersifat otomatis. Setiap jamnya
packing machine pada unit Packer Tuban I ini mampu menghasilkan 1800 sak.
3. Vibrating Screen
Vibrating screen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan proses ayak semen
untuk memisahkan semen dengan material-material lain yang terbawa. Mesin ini
memiliki kapasitas sebesar 500 Ton/ Jam.
4. Bucket Elevator
Bucket Elevator merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut semen hasil
proses pengayakan ke Bin Central Cement. Mesin ini memiliki kapasitas sebesar 500
Ton/ Jam.
5. Bin Central Cement
Bin Central Cement merupakan tempat penyimpanan sementara semen hasil proses
pengayakan sebelum masuk ke packing machine. Mesin ini memiliki dua bin dengan
kapasitas masing-maing sebesar 80 Ton.
Selain melakukan kunjungan lapangan ke Packer, penulis juga melakukan
kunjungan lapangan ke Pelabuhan milik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban. Pada kunjungan lapangan tersebut, penulis melihat secara langsung kegiatan
operasional pelabuhan. Secara umum, tugas utama unit kerja di pelabuhan ini antara
lain :
1. Melakukan release semen dalam bentuk curah maupun bag ke kapal.
2. Melakukan kegiatan unloading batubara dari kapal tongkang untuk dibawa ke pabrik.
Pelabuhan memiliki beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan release semen
dan unloading batubara.
Release Semen
Unit kerja pelabuhan ini melakukan release semen baik curah maupun dalam bentuk
bag. Untuk semen dalam bentuk bag, release dilakukan secara manual dari truk ke
atas kapal yang telah disewa. Sementara untuk semen curah, dibagi menjadi dua cara :
1. Semen PPC
Untuk semen jenis PPC, semen curah akan di-loading langsung dari truk semen curah
ke atas kapal.
2. Semen OPC
Untuk semen OPC, pelabuhan memiliki fasilitas berupa dua buah silo dengan
kapasitas masing – masing 6000 ton. Jadi, semen curah dari truk akan ditampung
terlebih dahulu di silo, kemudian semen curah dari silo akan dialirkan ke kapal dengan
menggunakan conveyor.
Unloading Batubara
Untuk melakukan unloading batubara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cara manual menggunakan excavator dan dengan cara otomatis dengan
menggunakan alat yang bernama Siwertel. Unloading secara manual dilakukan dengan
menempatkan excavator di dalam kapal tongkang untuk memindahkan batubara dari
kapal tongkang ke dump truck. Sementara unloading secara otomatis dilakukan
dengan memakai alat bernama Siwertel, batubara dari dalam kapal tongkang akan
dinaikkan ke conveyor secara langsung, lalu dibawa ke penampungan batubara untuk
selanjutnya diangkut ke pabrik dengan menggunakan dump truck.
Kapasitas kapal tongkang yang biasanya disewa untuk mengangkut batubara dari
Kalimantan ada dua jenis, yaitu 6000 ton dan 7500 ton. Sementara kapasitas dump
truck yang digunakan rata – rata sebesar 35 ton.
Kegiatan unit kerja pelabuhan dalam release semen maupun unloading batubara
ini berjalan selama 24 jam non-stop. Karena itu, unit kerja ini terdiri atas empat regu
yang akan bergiliran kerja selamaa tiga shift dalam satu harinya.
memerlukan kalibrasi yang dilakukan baik oleh pihak internal perusahaan ataupun
eksternal.
3. Regu Mixed Pile
Regu ini berfungsi untuk mengatur kesesuaian target dengan realisasi yang
ada dalam pencampuran komposisi antara batu kapur sebesar 79% dan tanah liat
sebesar 21%.
Tantangan yang dihadapi oleh unit kerja ini adalah melakukan konfigurasi komposisi
dari bahan baku semen dikarenakan stok batu kapur dan tanah liat yang terbatas agar tetap
sesuai dengan rencana mutu yang telah ditetapkan. Dengan adanya penambahan Pabrik Tuban
IV tentunya stok dari bahan baku sendiri semakin terbatas, sehingga diperlukan efisiensi
dalam pemakaian bahan bakunya dengan melakukan pengendalian proses-proses yang ada.
4.6.2.4 Jaminan Mutu
Unit Kerja Jaminan Mutu merupakan unit kerja yang berfungsi untuk menjaga
kualitas material incoming dan outgoing agar sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan
oleh perusahaan, pemerintah dan internasional. Unit kerja ini dibagi menjadi empat regu,
yaitu:
1. Regu Fisika
2. Regu Kimia
3. Regu Bahan Baku dan Penolong
4. Regu Batu Bara dan Alternative Fuel
Pada pelaksanaan kerja praktek ini, penulis melakukan kunjungan ke Regu Batu
Bara dan Alternative Fuel. Jenis bahan bakar alternatif yang digunakan oleh PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk ada beberapa jenis, diantaranya adalah sekam padi, serabut kelapa,
tembakau steam dan gergaji kayu. Sedangkan, jenis batu bara yang digunakan sebagai bahan
bakar utama adalah jenis medium calories yang memiliki kalori berkisar antara 5400 - 5700
cal/gr dan ash content sebesar 1 - 7. Unit ini melakukan beberapa pengujian terhadap kadar
air yang terkadung, gross calories, ash content, volatile matter dan sulfur dalam batu bara dan
alternative fuel yang digunakan.
4.6.2.5 Perencanaan Bahan & Produksi
Pada unit Perencanaan Bahan & Produksi dilakukan perencanaan penyediaan barang,
sehingga persediaan bahan baku utama dan bahan-bahan penunjang lainnya dapat terus
digunakan
4.6.2.6 Unit Kerja Shipping
Unit Kerja Shipping merupakan unit kerja yang berfungsi untuk mengatur penyerahan
dan distribusi dari produk semen jadi baik dalam bentuk bag maupun curah. Alur mulai dari
truk datang sampai truk keluar dapat dilihat pada Gambar 4.19: