Anda di halaman 1dari 11

h M ah

lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah


lI a
Volume 4, Nomor 2 : 1-11 Januari 2019

sis
a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP
TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN ACEH
MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan Politik GAM
Pasca 13 Tahun Perjanjian MoU Helsinki)
Cut Maisarah, Effendi Hasan
(cutmaisarah95@gmail.com, effendi@unsyiah.ac.id)
(Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala)

ABSTRAK
Konflik antara Aceh/GAM dengan Pemerintah Pusat terjadi pada
tahun 1976. GAM merupakan organisasi pembebasan Aceh dari Pemerintah
Pusat, Pemberontakkan GAM di Aceh dilatarbelakangi oleh ketidakadilan
Pemerintah Pusat terhadap daerah Aceh baik secara politik, ekonomi,
maupun sosial budaya. Pada tanggal 15 Agustus 2005 pihak GAM dan
Pemerintah RI sepakat untuk berdamai setelah berkonflik selama 30 tahun.
Setelah kedua pihak menandatangani perjanjian damai MoU Helsinki,
organisasi GAM bertransformasi dari perjuangan bersenjata kepada
perjuangan politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Arah
perjuangan GAM pasca 13 tahun perdamaian Aceh sudah sesuai dengan
MoU Helsinki dan mengetahui Dampak transformasi GAM setelah
kesepakatan damai antara GAM dan pemerintah Indonesia. Metode
penelitian ini adalah penelitian Deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data adalah data primer yaitu dengan cara wawancara dan data skunder
berupa dokumentasi/kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan Arah
perjuangan GAM pasca 13 tahun perdamaian Aceh yang sesuai dengan MoU
Helsinki adalah implementasi poin-poin perjanjian yang terdapat dalam
MoU Helsinki oleh Pemerintah pusat serta pihak GAM melalui partai lokal
khususnya Partai Aceh berusaha menguasai posisi-posisi strategis
dibidang pemerintahan dan legislatif. Transformasi GAM setelah
kesepakatan damai antara GAM dan Pemerintah Indonesia juga memberikan
dampak yang signifikan untuk daerah Aceh umumnya dan kombatan GAM
khususnya. Dampak tersebut dapat dilihat dari beberapa bidang seperti
dalam hal perubahan konstelasi politik di Aceh, terbentuknya KPA dan
Partai Aceh, perubahan birokrasi, dan dalam bidang sosial ekonomi.
Kata kunci : Transformasi, Gerakan Aceh Merdeka, Partai Aceh.

Corresponding Author: cutmaisarah95@gmail.com, effendi@unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol 4, No. 2, Januari 2019
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
POLITICAL STRUGGLE TRANSFORMATION OF FREE ACEH
MOVEMENT (GAM)
(A Study on the Direction and Strategy of the Free Aceh Movement (GAM)
Political Strategy Fight after Thirteen Years of the MoU-Helsinki
Agreement)

ABSTRACT
The conflict between Free Aceh Movement (GAM) with the Central
Government started in 1976. GAM is an organization that fights for Aceh
independence from the Central Government. This fight is caused by injustice
of the Central Government towards Aceh province politically, economically,
socially, and culturally. On August 15, 2005, GAM and Republic Indonesia
Government agreed on the MoU after long conflict of 30 years. After both of
the parties signed the MoU-Helsinki peace agreement, GAM transformed
from the armed movement to the political movement. The aim of this
research is to define the movement direction of the Free Aceh Movement
(GAM) after 13 years of the peace agreement whether it is in line with the
MoU-Helsinki peace agreement, and to find out GAM transformation impact
after the peace agreement between GAM with Indonesia Government. The
method of this research is a descriptive qualitative. The techniques of data
collection used are the primary data which was obtained through interview
and the secondary data which was obtained through documentation/library.
The result of this research shows that the movement direction of GAM which
is appropriate to the MoU-Helsinki Aceh peace agreement after 13 years is
the Aceh Free Movement (GAM) especially the Aceh party tries to dominate
strategic positions on the government and legislative. GAM transformation
after the peace agreement between GAM and the Indonesia government also
lead significant impact to Aceh and specifically to the combatants of the Free
Aceh Movement (GAM). Those impacts can be viewed on several sectors like
the political constellation change in Aceh, the formation of Aceh Transition
Commission and Aceh party, bureaucracy, and social economy change.

Keyword: Transformation, Aceh Free Movement, Aceh Party

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
PENDAHULUAN

Konflik antara Aceh dengan Pemerintah Republik Indonesia terjadi


pada tahun 1976 ketika Tengku Hasan M. Di Tiro memproklamirkan
Gerakan Aceh Merdeka pada tanggal 4 Desember 1976. GAM merupakan
sebuah organisasi gerakan pembebasan Aceh dari Pemerintah Indonesia,
pemberontakan GAM di Aceh tersebut pada umumnya dilatarbelakangi oleh
ketidakadilan Pemerintah Pusat terhadap Aceh, baik secara politik, ekonomi,
maupun sosial budaya. Padahal, Aceh pernah disebut-sebut sebagai daerah
modal bagi bangsa Indonesia, namun dalam perjalanannya, Aceh
diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah Indonesia dengan
mengeksploitasi sumberdaya alam, sementara hasil tersebut hanya dinikmati
oleh lingkaran pusat, sehingga rakyat Aceh menjadi rakyat yang kaya tapi
miskin. Akumulasi kekecewaan tersebut yang kemudian memaksa rakyat
Aceh untuk bangkit melakukan perlawanan demi menunjukkan jati diri
sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan memiliki harga diri serta
menuntut kemerdekaan. Selama 30 tahun GAM berkonflik dengan
pemerintah Republik Indonesia banyak menibulkan kerugian harta benda
dan menelan korban jiwa. (Riza Rahmami 2016 : 2)
Setelah berkonflik selama 30 tahun akhirnya GAM dan Pemerintah
Republik Indonesia mencapai satu konsesus untuk mengakhiri konflik
bersenjata di Aceh. Pada tanggal 15 Agustus 2005 kedua pihak sepakat untuk
menandatangani nota kesepahaman Memorandum of Understanding (MoU) di
Helsinki, Finlandia, yang difasilitasi oleh Crisis Management Initiative (CMI)
yang berkedudukan di Finlandia dan dipimpin oleh mantan presiden
Finlandia Martti Ahtisaari.
Keberhasilan perundingan MoU Helsinki menjadi titik balik
transformasi konflik yang merubah konstelasi sosial, politik dan budaya di
Aceh. Secara politik, kondisi ini menjadi peluang bagi pihak GAM untuk
masuk dalam struktur politik sebagai sarana untuk mengartikulasi aspirasi
dalam ruang demokrasi. Dalam hal partisipasi politik, Aceh memiliki izin
untuk mendirikan partai politik lokal sebagai kendaraan politik para pejuang
GAM dan masyarakat Aceh secara keseluruhan sebagai manifestasi butir-
butir kesepakatan damai MoU Helsinki. (Fadli Zain 2009 : 27).

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Terlibatnya mantan kombatan GAM dalam ranah politik serta
terbentuknya partai politik lokal di Aceh khusunya Partai Aceh merupakan
proses transformasi organisasi GAM dari perjuangan bersenjata ke
perjuangan politik. Namun pada hakikatnya transformasi adalah sebuah
proses yang membawa perubahan fundamental untuk mengamati sebuah
keadaan status quo menjadi lebih baik, transformasi juga identik dengan
perubahan, karena pada dasarnya transformasi adalah sebuah bentuk
perpindahan menuju sistem yang dianggap lebih baik dan mendukung.
Transformasi (perubahan) penting dilakukan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. (Symphorosa, 2005 : 34).
Hipotesis awal yang didapat dalam penelitian ini adalah transformasi
politik yang dilakukan oleh GAM pasca 13 tahun perjanjian damai antara
GAM dan Pemerintah RI lebih bertujuan ke arah orientasi perebutan
kekuasaan. Arah orientasi perebutan kekuasaan ini, dikuatkan oleh
penyataan Tgk Nasruddin bin Ahmad yaitu mantan juru runding GAM
pada masa perjanjian CoHA (Cessation of Hostilities Agreement). Pada acara
fokus grup diskusi yang bertema “Inclusive Peacebuilding and Political
Transformation: Experience and Lessons Learned From Aceh and Asia” yang
diselenggarakan oleh Berghof Foundation dan bertempat dihotel Hermes
Palace pada tanggal 30 Januari 2015. Dalam acara tersebut Tgk Nasruddin
bin Ahmad menyatakan bahwa “ Perubahan yang paling dirasakan pasca
damai adalah semakin terangnya mantan elite GAM di pemerintahan
terjebak dalam politik kekuasaan, transformasi atau peralihan perjuangan
GAM dari bersenjata ke ranah politik setelah 10 tahun perdamaian Aceh
belum mengakar kuat dan dirasakan dampaknya oleh masyarakat, bahkan
dalam struktur perjuangan GAM, banyak mantan kombantan yang tidak
mendapat kesejahteraan. Hal ini dikarenakan para elit GAM yang
memegang tampuk kekuasaan telah terjebak dalam politik kekuasaan.
Padahal kunci dari perdamaian Aceh ini bisa berkelanjutan adalah
kesejahteraan dan keadilan.”
Beliau juga menambahkan akibat dari perubahan paradigma berfikir
para elit penguasa tersebut, membuat Aceh kehilangan identitas yang sejak
lama diperjuangkan GAM pada saat masih berkonflik dengan Pemerintah
Republik Indonesia, “Kita punya partai, tapi kita juga sudah kehilangan

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
identitas yang sejak lama kita perjuangkan dan sekarang terjebak dalam
kekuasaan” ( Aceh.tribunnews.com )
Saharusnya transformasi yang dilakukan oleh GAM pasca 13 tahun
perdamaian yaitu dari gerakan bersenjata kepada gerakan politik dapat
membawa dampak kesejahteraan bagi mantan kombatan GAM khususnya
dan masyarakat Aceh pada umumnya, transformasi GAM diharapkan juga
dapat membawa Aceh menjadi daerah yang mandiri serta bermartabat
sesuai dengan yang tercantum pada perjanjian MoU Helsinki.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data


berdasarkan data primer yang diperoleh melalui wawancara, serta data
sekunder yaitu data penunjang yang diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar.
Kemudian pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi
dan studi kepustakaan.
Adapun informan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perwakilan Elit Kombatan GAM : Kamaruddin Abubakar
2. Pengamat Politik Aceh : Fajran Zain
3. Mantan Kombatan GAM : Abdul Razak
: Jailani
: Nukman Piyeung
4. Masyarakat : Ilyas
: Januardi

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Arah Perjuangan GAM Pasca 13 Tahun Perdamaian Aceh Yang


Sesuai Dengan Mou Helsinki.

Andres Nilsson (2005 : 27) menekankan pentingnya melihat


reintegrasi tidak hanya dalam ranah teoritis saja, melainkan juga perlu
mempertimbangkan aspek praktis. Menurutnya reintegrasi di pandang
sebagai proses bermasyarakat yang bertujuan pada perpaduan aspek
ekonomi, politik, dan sosial dari eks kombatan dan keluarga kedalam
masyarakat sipil.
Reintegrasi GAM dari militer ke sipil memberi peluang bagi GAM
untuk berjuang melalui sayap politik, dengan membentuk partai lokal
berupa Partai Aceh memberi kesempatan bagi GAM untuk berkontribusi
dan berjuang untuk membangun Aceh seperti yang diamanatkan dalam
MoU Helsinki, dan melalui Partai Aceh, GAM memperjuangkan
implementasi MoU Helsinki yang sampai sekarang ini masih ada yang
belum disahkan. GAM akan terus memperjuangkan hal itu demi
terpenuhinya semua janji yang merupakan alasan Aceh berdamai dengan
pemerintah RI.
Arah perjuangan GAM pasca 13 tahun perdamaian Aceh yang sesuai
dengan MoU Helsinki adalah implementasi poin-poin perjanjian yang
terdapat dalam MoU Helsinki oleh Pemerintah pusat. Poin-poin tersebut
sebagian telah direalisasikan ke dalam UUPA, namum masih ada poin-poin
yang belum direalisasikan hingga sekarang. Terdapat 10 Pasal dalam MoU
Helsinki yang sampai saat ini belum terealisasi dan terkendala di tingkat
pemerintah pusat. Pertama, menyangkut dengan nama Aceh dan gelar
pejabat senior yang dipilih akan ditentukan oleh Legislatif Aceh setelah
pemilu yang akan datang. Kedua, perbatasan Aceh dengan Sumatera Utara
yang merujuk pada perbatasan 1 Juli 1956. Ketiga, Aceh memiliki hak
menggunakan simbol-simbol wilayah, termasuk bendera, lambang dan
hymne, Keempat, Aceh berhak memperoleh dana melalui utang luar negeri.
Aceh juga berhak menentapkan tingkat suku bunga berbeda dengan yang
ditetapkan oleh Bank Sentral RI (Bank Indonesia).

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Kelima, Pemerintah RI dan Aceh menyetujui auditor luar melakukan
verifikasi atas pengumpulan dan pengalokasian pendapatan antara pusat
dengan Aceh. Keenam, suatu sistem peradilan yang tidak memihak dan
independen, termasuk pengadilan tinggi dibentuk di Aceh dalam sistem
peradilan RI. Ketujuh, semua kejahatan sipil yang dilakukan aparat militer di
Aceh akan diadili pada pengadilan sipil (Pengadilan Negeri) di Aceh,
Kedelapan, Pemerintah RI akan mengalokasikan tanah pertanian dan dana
yang memadai kepada Pemerintah Aceh untuk diberikan kepada semua
mantan pasukan GAM, semua tahanan politik yang memperoleh amnesti
dan rakyat sipil yang dapat menunjukkan kerugian jelas akibat konflik.
Kesembilan, Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI akan membentuk Komisi
Bersama Penyelesaian Klaim untuk menangani klaim-klaim yang tidak
terealisasikan. Kesepuluh, pasukan GAM akan memiliki hak untuk
memperoleh pekerjaan sebagai polisi dan tentara organik di Aceh tanpa
diskriminasi dan sesuai dengan standar Nasional.
Bagi kelompok GAM, perjuangan politik juga menguasai posisi-
posisi strategis dibidang pemerintahan dan legislatif. Mereka menyadari
bahwa dengan cara itu maka kelompok GAM akan eksis ditengah
kompetisi politik dengan kekuatan-kekuatan politik lainnya. Upaya merebut
posisi-posisi strategis ini dianggap sebagai satu-satunya cara agar GAM
menjadi kekuatan politik yang besar di Aceh. Dalam dunia politik dan
demokrasi, hal ini merupakan suatu kewajaran karena salah satu cara yang
ditempuh untuk menyelesaikan konflik adalah melalui jalur politik. Ketika
kelompok yang mengangkat senjata ini meninggalkan cara-cara militernya
dan masuk ke jalur politik dalam konteks demokrasi lokal di Aceh maka
tujuan mereka yang mendirikan partai politik ingin menguasai parlemen
atau memperoleh dukungan sebanyak-banyaknya dalam Pilkada maupun
Pemilu.

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
2. Dampak Dari Transformasi GAM Setelah Kesepakatan Damai
Antara GAM Dan Pemerintah Indonesia.

Transformasi perjuangan politik yang dilakukan oleh GAM termasuk


kategori transformasi bersifat Gramatikal Hiyasan (ornamental). Hal ini
terlihat dari sifat politik yang dilakukan GAM yaitu mengubah pola politik
untuk mencapai apa yang diinginkan sama seperti sebelum MoU Helsinki,
yaitu menguasai Aceh dengan cara menggeser strategi atau memutar arah
perjuangan dari kemerdekaan kepada hak otonomi khusus seperti yang
tercantum pada MoU Helsinki.
Transformasi GAM juga termasuk dalam kategori transformasi
Refersal yaitu merubah citra GAM yang sebelumnya disebut sebagai gerakan
separatis atau gerakan bersenjatata yang indentik dengan kekerasan kepada
citra yang lebih baik yaitu sebagai gerakan politik dan menjadi kekuatan
politik di Aceh yang memperjuangkan kepentingan masyarakat melalui jalur
demokrasi.
Transformasi perjuangan politik GAM setelah kesepakatan damai
antara GAM dan Pemerintah Indonesia memberikan dampak yang
signifikan bagi GAM maupun rakyat Aceh. Dampak tersebut diantaranya :
a. Dampak Terhadap Perubahan Konstelasi Politik Di Aceh
Setelah MoU Helsinki ditandatangani, perubahan konstelasi politik
terjadi di Aceh. peristiwa politik seperti Pilkada 2006, Pemilu 2009, Pilkada
2012, dan Pemilu 2014 terjadi perubahan watak dan konstelasi politik di
Aceh, dimana partai nasional seperti Golkar, PPP, Demokrat, PDI
Perjuangan, PAN dan partai nasional lainnya, yang pernah jaya di Aceh
digeser kekuatannya oleh Partai Aceh. Berdasarkan tiga peristiwa politik
tersebut, pihak GAM dapat dianggap telah menjelma sebagai kekuatan
politik paling fenomenal dalam sejarah politik di Aceh. Perkembangan
tersebut sekaligus memperlihatkan dominasi Partai Aceh dalam seluruh
sendi kehidupan masyarakat di Aceh.
b. Dampak Dalam Bidang Birokrasi
Dampak transformasi perjuangan politik GAM setelah kesepakatan
damai antara GAM dan Pemerintah Indonesia yaitu terjadinya perubahan
birokrasi di Aceh. GAM menyadari bahwa anggota mereka yang sebagian
besar berpendidikan SLTP dan SLTA tidak mungkin akan berkompetisi
TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN
ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
melalui jalur birokrasi didalam pemerintahan. Karena itu, peluang yang
mereka miliki lebih pada jalur perebutan kekuasaan Gubernur, Bupati, dan
Wali kota serta menduduki jabatan politik lainnya seperti menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi atau kabupaten/kota sehingga
pihak GAM bisa sangat berpengaruh dalam hal memberi keputusan atau
kebijakan dalam birokrasi.
c. Dampak Sosial Ekonomi
Transformasi perjuangan GAM pasca MoU Helsinki memberikan
dampak yang siginifikan terhadap aktivitas sosial ekonomi elit GAM
khususnya dan mantan kombatan GAM. Pertama mantan kombatan GAM
mendapatkan dana kompensasi yang disalurkan melalui BRA, dimana
Pemerintah berjanji memberikan sejumlah dana untuk membantu mantan
kombatan dan orang orang yang menjadi korban konflik, Kedua meskipun
tidak semua elit GAM beruntung bisa aktif mengelola usaha bisnis,
beberapa elit GAM mulai mengelola sektor kontraktor bangunan fisik, serta
merambah ke sektor bisnis lain seperti gula pasir dan batu. Aktivitas bisnis
kelompok GAM tidak hanya terbatas dalam pengelolaan perusahaan atau PT
tetapi mereka juga memainkan peran penting dalam tender tender yang
dilakukan Pemda baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten kota.
Secara umum dampak transformasi politik dan ekonomi GAM belum
terasakan secara meluas di kalangan GAM, tampaknya hanya sejumlah elit
tertentu saja yang bisa menikmati transformasi dibidang politik dan
ekonomi., Meskipun kader GAM sudah memimpin Aceh mayoritas anggota
GAM masih belum puas dan kecewa karena belum ada perubahan yang
konkret.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Arah perjuangan GAM pasca 13 tahun perdamaian Aceh yang sesuai
dengan MoU Helsinki adalah implementasi poin-poin perjanjian yang
terdapat dalam MoU Helsinki yang belum disahkan oleh Pemerintah
pusat serta menguasai posisi-posisi strategis dibidang pemerintahan
dan legislatif melalui Partai Aceh (PA).
TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN
ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
2. Transformasi Politik GAM setelah kesepakatan damai antara GAM dan
Pemerintah Indonesia memberikan dampak yang signifikan untuk
daerah Aceh umumnya dan kombatan GAM khususnya. dampak
tersebut telihat dibeberapa bidang seperti dalam hal perubahan
konstelasi politik di Aceh terbentuknya KPA dan Partai Aceh, dampak
terhadap perubahan birokrasi, serta dibidang sosial ekonomi.

Rekomendasi
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa
kekurangan terkait permasalahan ini. Adapun saran yang dapat tuliskan
adalah:
1. Diharapkan kepada pihak GAM agar terus mengarahkan perjuangan
untuk mewujudkan implementasi butir-butir MoU Helsinki yang belum
diimplementasikan serta terus memperjuangkan kepentingan
masyarakat Aceh bukan hanya untuk kepentingan kelompok.
2. Diharapkan kepada pemerintah Aceh agar menjadi penyeimbang antara
konflik yang mungkin bisa terjadi antara pihak Gam dan pemerintah RI
atas implementasi butir-butir MoU Helsinki.
3. Diharapkan kepada masyarakat agar tetap kritis atas segala sesuatu yang
sedang terjadi di Aceh, khususnya tentang implementasi MoU Helsinki
dan dampak yang terjadi.

DAFTAR RUJUKAN

A. Buku
Zain, Fajran dkk. 2010. Geunap Aceh “Perdamaian Bukan Tanda Tangan”, Banda
Aceh : Aceh Institute Press.
Moleong, Lexy, J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja
Rosida Karya.
Herdiansyah, Haris. 2012 . Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial.
Jakarta : Salemba Hamanika.
B. Skripsi
Rahmami, Riza. 2016. Trasnformasi Perjuangan Gerakan Aceh Merdeka Dari
Bersenjata Ke Politik (Studi Pada Mantan Kombatan GAM Di Aceh Besar).
Skripsi. Fisip Universitas Syiah Kuala.
TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN
ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)
h
lmia M ah a Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI

sis
a
Volume 4, Nomor 2: 1-11 Januari 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Zain, Rakhmad Fadli. 2009. Transformasi Politik Gerakan Aceh Merdeka Menjadi
Partai Aceh ( Dalam Proses Perdamaian). Skripsi. Fisip Universitas
Indonesia.
C. Jurnal
Nurhasim, Moch. 2009. Transformasi Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ), :
Universitas Indonesia.
Ancona, dkk. 2005. Managing For The Future : Organizational Behaviour And
Process : South- Western college Publishing.
Symphorosa Willibaid Rembe, 2005. The Politic Of Transformation In South
Africa : An Evaluation Of Education Policies And Their Implementation
With Particular Reference To The Easters Cape Province, : Rhodes
University.
Guaqueta, Alexandra, 2007 . The Way Bac In : Reintegrating Illegal Armed
Groups In Columbia Then And Now, Conflict, Security And Development,
London : Mortimer House.
Mugah, Robert, 2005 . Security And Post- Conflict Reconstruction, New York :
Routledge.
Nilsson, Andres. 2005 . Reintegrating Ex- Combatans In Post Conflict Societies.
Sweden : SIDA.
Refor, Reto. 2005 . Disarmament, Demobilization And Reintegration (DRD) :
Conceptual Approaches, Specific Settings, Practical Experiences. Geneva :
DCAF.
D. Internet
http://aceh.tribunnews.com/2015/01/31/tgk-nas-elite-gam-terjebak-
kekuasaaam diakses pada 27 Maret 2018.
http://kip.acehprov.go.id/tag/rekapitulasi diakses pada 20 April 2018
https://m.detik.com/news/berita/d-3432015/hasil-akhir-pleno-kip-aceh-
pasangan-irwandi-nova-unggul Di akses pada 11 Mei 2018.
https://www.acehprov.go.id/profil.html diakses pada 10 november 2018

TRANSFORMASI PERJUANGAN POLITIK GERAKAN


ACEH MERDEKA
(Suatu Penelitian Terhadap Arah dan Strategi Perjuangan
Politik GAM Pasca 13 Tahun Perjanjian Mou Helsinki)

Anda mungkin juga menyukai