DOSEN PENGAMPUH :
MAULIDYAH AMALINA RIZQI,S.E., M.M
NAMA KELOMPOK :
1. MUHAMMAD ZAFIN ASYRAF ( 210301252 )
2. ANGGA DWIKI SAPUTRA ( 210301258 )
3. MUHAMMAD ARYADIVA FIRDAUS ( 210301233 )
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………………………………………..
Bab I…………………………………………………………………………………………………
1. Pendahuluan…………………………………………………………………………..
2. Latar belakang…………………………………………………………………………
3. Rumusan masalah……………………………………………………………………
Bab II………………………………………………………………………………………………….
2.1 Pembahasan……………………………………………………………………………. ….
a. Pengembangan karir…………………………………………………………….
b. Tahapan pengembangan karir………………………………………………
c. Mendisain program pengembangan karir…………………………….
d. Bagaimana model pengembangan karir……………………………….
e. Factor yang mempengaruhi perkembangan karir…………………
f. Apa peran pengembangan karir…………………………………………..
g. Kalaborasi pada pengembangan karir…………………………………
h. Pengertian kompensasi……………………………………………………….
i. Tujuan kompensasi……………………………………………………………..
j. Fungsi kompensasi…………………………………………………………….
k. Factor penentu kompensasi……………………………………………….
Bab iii…………………………………………………………………………………………..
kesimpulan………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Dari identifikasi latar belakang masalah tersebut dapat
memberikan rumusan masalah sebagai berikut :
4. Apakah kompensasi dan pengembangan karier berpengaruh secara
parsial terhadap motivasi karyawan?
2. Apakah kompensasi dan pengembangan karier berpengaruh secara
simultan terhadap motivasi karyawan?
5. Apakah kompensasi dan pengembangan karier berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja karyawan?
6. Apakah kompensasi dan pengembangan karier berpengaruh secara
simultan terhadap motivasi karyawan?
7. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan Karir
Organisasi yang ingin tetap eksis dan memiliki citra positif di mata
karyawan dan masyarakat tidak akan mengabaikan aspek pengembangan
kualitas SDM nya. Oleh karena itu peranan MSDM dalam organisasi
sangatlah penting. Salah satu tugas manajer SDM adalah menyediakan
pengembangan karir bagi pegawai atau karyawan.
Dari uraian di atas berarti pembinaan karir tidak dapat dilepaskan dengan
kegiatan perencanaan SDM, rekruitmen, dan seleksi dalam rangka
pengaturan staf. Dari kegiatan kegiatan manajemen SDM tersebut, harus
diperoleh sejumlah karyawan yang potensial dengan kualitas terbaik.
Karyawan seperti itulah yang harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan karirnya, agar dengan kemampuannya yang terus
meningkatkan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis, tidak saja mampu
mempertahankan eksistensi organisasi, tetapi mampu mengembangkan dan
memajukannya. Maka dari itu, kajian tentang pengembangan karir sangat
penting dan direncanakan dengan sebaik baiknya oleh manajer SDM
organisasi.
Berkaitan dengan pengalaman seseorang pada saat mulai bekerja. Pada masa
ini individu dengan cara mencoba-coba ingin membuktikan apakah pilihan
dan keputusan pekerjaan yang dibuat pada masa eksplorasi benar atau tidak.
Sebagian masa ini adalah masa try-out. Individu mungkin menerima
pekerjaan dengan
perasaan pasti bahwa ia akan mengganti pekerjaan jika merasa tidak cocok.
Apabila ternyata individu mendapat pengalaman yang positif atau
keuntungan dari suatu pekerjaan, pilihannya menjadi mantap, dan dia akan
memasukkan pilihan pekerjaan itu sebagai aspek dari konsep dirinya serta
kesempatan terbaik untuk mendapatkan kepuasan kerja.
b) Tahap pengarahan
3. Model pola terarah, dalam model ini karyawan dibimbing atau diarahkan
untuk membuat keputusan sendiri mengenai seberapa cepat karyawan
menginginkan kemajuan dalam karir. Setiap organisasi memiliki bentuk atau
sistem pengembangan karir yang
3. Personalitas karyawan
apatis, terlalu ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain), maka bisa
mempengaruhi karirnya. 4. Faktor eksternal
apabila terjadi intervensi dari pihak luar, artinya ada seorang karyawan yang
dipromosikan ke jabatan lebih tinggi, bisa dibatalkan karena ada
(dipentingkan) dari luar organisasi. orang lain yang masuk
6. Sistem penghargaan
Organisasi tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan
insentif) akan cenderung memperlakukan karyawannya secara subyektif.
Karyawan yang berprestasi baik bisa saja dianggap sama dengan karyawan
malas, sehingga karirnya terhambat.
8. Ukuran organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini adalah terkait dengan jumlah jabatan
yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan
jumlah personel karyawan yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan
dan pekerjaan tersebut.
9. Kultur organisasi
Maksudnya bahwa semua manajemen secara ilmu di dunia ini sama. Tetapi
dalam impelementasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin bisa
berlainan dari manajemen di organisasi lain. Ada manajemen yang
cenderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada
manajemen yang cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis.
F.
a. Individual
1) Mengemban tanggung jawab atas karir sendiri
2) Menilai minat, keahlian, dan nilai-nilai
3) Mencari informasi karir dan sumber daya
4) Menyusun tujuan dan perencanaan karir
b. Manajer/Pimpinan
1) Memberikan umpan balik pada waktu yang tepat
2) Memberikan dukungan dan penugasan yang membangun
3) Berpartisipasi dalam diskusi pengembangan karir 4) Mendukung rencana
pengembangan karyawan
c. Organisasi
b. Umpan balik. Tujuan dari umpan balik adalah untuk menjamin para
karyawan yang tidak dipromosikan akan dipertimbangkan untuk promosi
selanjutnya.
Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu cara yang paling efektif bagi departemen
personalia guna meningkatkan prestasi kerja, motivasi, serta kepuasan kerja
karyawan. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan
bagi karyawan dan memungkinkan organisasi dapat mempertahankan
karyawan agar betah bekerja.
Masyarakat dan karyawan me nganggap kompensasi sangat penting
keberadaannya, sebab besarnyal kompensasi bagi karyawan mencermin kan
ukuran nilai karya mereka diantara para karyawan. Tingkat kompensasi
absolut karyawan menentukan skala kehidupannya, sedangkan kompensasi
relatif menunjukkan status, martabat, dan harga diri. Jadi bila para karyawan
memandang kompensasi tidak memadai, prestasi kerja, motivasi dan
kepuasan kerja bisa turun secara dramatis.
G. Pengertian Kompensasi
H. Tujuan Kompensasi
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai,
demikian dengan sistem kompensasi yang diterapkan di dalam suatu
organisasi.
Dari tujuan-tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa antara tujuan umum dan
tujuan menurut Martoyo, memiliki beberapa kesamaan seperti menciptakan
karyawan yang lebih baik dan menunjukkan perlakuan yang adil.
H. Fungsi Kompensasi
1. Penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif Kompensasi yang
tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa organisasi
memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan yang
bersangkutan karena besarnya kompensasi sangat ditentukan oleh
tinggi/rendahnya produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan. Semakin
banyak karyawan yang diberi kompensasi yang tinggi berarti semakin
banyak karyawan yang berprestasi tinggi. Banyaknya karyawan yang
berprestasi tinggi akan mengurangi pengeluaran biaya untuk kerja kerja yang
tidak perlu (yang diakibatkan oleh kurang efisien dan efektifitas kerja).
Dengan demikian pemberian kompensasi dapat menjadikan penggunaan
SDM secara lebih efisien dan lebih efektif.
2. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Sistem pemberian
kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu stabilitas organisasi
dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pemberian kompensasi yang kurang baik
dapat menyebabkan gejolak di kalangan karyawan akibat ketidak puasan.
Pada gilirannya gejolak ketidak puasan ini akan menimbulkan kerawanan
ekonomi.
di tengah jalan Menurut Mondy dan Noe (2005), faktor penentu kompensasi
yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri adalah kebijakan kompensasi,
tingkatan organisasi, politik organisasi, dan kemampuan untuk membayar
dari organisasi itu sendiri.
I. Kebijakan kompensasi
Kebijakan kompensasi menyediakan panduan umum untuk
b) Serikat pekerja Para pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja dapat
mempengaruhi pelaksanaan atau penetapan kompensasi dalam suatu
organisasi. Serikat pekerja dapat menjadi simbol kekuatan pekerja di dalam
menuntut perbaikan nasib. Keberadaan serikat pekerja perlu mendapatkan
perhatian atau perlu diperhitungkan oleh pihak manajemen.
b) Biaya hidup
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi daripada yang
ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar. Sebagai
contoh, pada tahun 1970-an, kelangkaan tenaga akuntan menyebabkan
organisasi (organisasi) harus memberikan tunjangan kelangkaan disamping
kompensasi dasar untuk memperoleh karyawan akuntan. 2. Produktivitas
Organisasi harus memperoleh laba untuk menjaga
kelangsungan hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini, organisasi tidak akan bisa
bersaing lagi. Oleh karena itu, organisasi tidak dapat membayar para
karyawannya melebihi kontribusi mereka kepada perusahan melalui
produktivitas mereka. Bila ini terjadi (bisa karena kelangkaan atau kekuatan
serikat pekerja), organisasi biasanya merancang kembali pekerjaan-
pekerjaan, melatih para karyawan baru untuk menaikkan suplai atau
melakukan automatisasi.
Dalam pemberian kompensasi apakah itu berupa upah, gaji, bonus atau
bentuk-bentuk lainnya, wajib memperhatikan masalah keadilan. Keadilan
bukan berarti sama rasa sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait
adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan hasil (output). Semakin
tinggi pengorbanan, semakin tinggi penghasilan yang diharapkan, sehingga
oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanan (input) yang
diperlukan suatu jabatan. Input dalam satu jabatan ditujukan dari
persyaratan-persyaratan (spesifikasi) yang harus dipenuhi oleh orang yang
memangku jabatan tersebut.
Oleh karena itu semakin tinggi pula penghasilan (output) yang diharapkan.
Output ini ditunjukkan dari upah yang diterima para karyawan yang
bersangkutan, dimana di dalamnya tercantum rasa keadilan yang sangat
diperhatikan oleh setiap karyawan penerima kompensasi tersebut. Bila
tuntutan keadilan seperti ini telah terpenuhi ini berarti organisasi telah
memiliki internal consistency dalam sistem kompensasinya. Makin tinggi
nilai suatu jabatan, makin tinggi pula upah yang diterima. Keadilan dalam
pengupahan ini disebut internal consistency (konsistensi internal).
Kelayakan
2.
H.
Evaluasi Pekerjaan