Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putri Kumala Dewi

NIM : 2010211220036
Kelas :G
Pengajar : Dr. Hj. Noor Hafidah, S.H., M.H.

KRONOLOGI :
Si A memiliki rumah dikomplek Bunyamin Residence. Kemudian rumah
tersebut disewakan kepada Si B dengan harga sewa 100juta/tahun, ternyata pada
bulan ke-3 Si B menyewakan kembali rumah tersebut kepada Si C dengan harga yang
sama yaitu 100juta/tahun tanpa sepengetahuan Si A selaku pemilik rumah tersebut.
Suatu hari Si A mengetahui bahwa rumahnya dihuni oleh Si C, setelah
mengetahui itu Si A menyuruh Si C untuk pindah dan mengosongkan rumah tersebut,
tetapi Si C menolak dan tidak mau mengosongkan rumah tersebut karena sudah
membayar uang sewa kepada Si B. Kemudian Si C berkata akan mengosongkan
rumah tersebut jika uangnya dikembali, namun Si A tidak menerima uang sewa Si C.
Kemudian Si A menghubungi Si B untuk membicarakan pertanggungjawaban
hal ini karena Si B telah melakukan wanprestasi, lalu si B tidak terima untuk
melakukan pertanggungjawaban dan berdalih bahwa perjanjian sewa-menyewa
tersebut dibatalkan secara sepihak oleh Si A maka Si B menganggap perjanjian itu
batal demi hukum dan konsekuensinya Si B meminta uang sewanya dikembalikan
senilai Rp. 100 Juta.

Pertanyaan :
Bagaimana kalian sebagai mediator menengahi kasus tersebut diatas ?

Jawab :
Menurut saya, saya sebagai mediator akan mencari tahu dahulu titik awal
permasalahan dan bagi saya banyak kemungkinan-kemungkinan terjadi.
1. Seperti yang tertulis pada kronologi diatas, Si B melakukan wanprestasi dan
“Berdalih” bahwa perjanjian tersebut dibatalkan sepihak dan batal demi hukum.
Sedangkan perjanjian sah tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. Namun, bisa
saja yang dikatakan Si B itu benar.
2. Perjanjian tersebut diatas tidak memenuhi syarat Subyektif maupun syarat
Objektif, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan bisa batal demi
hukum. Dapat dibatalkan artinya salah satu pihak dapat memintakan pembatalan
tapi tetap mengikat keduanya selama tidak dibatalkan oleh hakim dan batal demi
hukum artinya adalah perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada dan tidak
pernah ada suatu perikatan diantara keduanya.
3. Bisa jadi sewa-menyewa rumah tersebut telah jatuh tempo antara Si A dan Si B,
makanya saat Si A kerumah itu telah jatuh tempo 1 tahun sewa, dan melihat
bahwa rumah tersebut tidak ditinggali oleh Si B melainkan si C dan meminta Si C
untuk mengosongkan rumah tersebut, namun karna Si C menempati rumah
tersebut dibulan ke-3. dan masih ada tersisa sewa 3 bulan
4. Atau tempo sewa-menyewa rumah tersebut masih ada setengah jalan. Makanya
Si B berdalih bahwa perjanjian tersebut batal demi hukum dan meminta uangnya
kembali secara utuh.
5. Si B pada saat bulan ke-3 menempati rumah itu, merasa bahwa rumah tersebut
tidak cocok dengan dirinya, lalu Si B menyewakan kembali rumah tersebut
kepada Si C karna tidak mau rugi.
Penjelasan :
Saya akan menjelaskan lebih detail beberapa poin-poin kemungkinan diatas.
1. Jika apa yang dikatakan Si B adalah hanya dalih semata pada poin karena tidak
ingin rugi, maka saya selaku mediator akan memberikan nasehat kepada Si B
bahwa dia telah melakukan wanprestasi terhadap Si A dan memiliki saksi yaitu Si
C, Si B tidak akan terlepas dari denda (ganti-rugi) kepada Si A. maka saya
sarankan kepada Si B untuk menerima kerugian tersebut dan mengembalikan
uang Si C sesuai bulan yang belum ditinggalinya, dan memberikan selama uang
sewa Si C kepada Si A. kemudian Si A akan mengembalikan uang Si B selama
dia meninggali rumah tersebut. Lalu, terserah Si C dan Si A apakah mereka
berdua akan melakukan perjanjian sewa-menyewa antarkeduanya. (win-win
solution). Tapi, jika apa yang dikatakan Si B itu benar dan memang Si A yang
membatalkan perjanjian tersebut demi hukum dan akan mengembalikan uang
sewa tersebut maka mediator tidak diperlukan, kecuali Si C masih mau
melakukan sewa-menyewa ini maka saya akan membujuk Si B untuk
mengembalikan semua uang sewanya kepada Si C dan membiarkan Si A dan Si
C melakukan perjanjian ulang.

Anda mungkin juga menyukai