Anda di halaman 1dari 2

Nama : Musfira

NIM : F011221032
Jurusan : Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Teori Kebudayaan

Evolusi Baju Bodo Oleh Masyarakat Bugis

Organisme menempati posisi yang bertingkat atau memiliki hierarki, mulai dari yang rendah
dan sederhana, hingga yang paling tinggi dan kompleks merupakan pengartian evolusi yang
diungkapkan oleh Aristoteles. Peristiwa dasar evolusionisme adalah bahwa ada suatu kepastian dalam
tata tertib perkembangan, yang melintasi kebudayaan dengan kecepatan yang agak kecil agak besar
(Baal,1998; 114). Evolusi ini dapat kita lihat dan dapat kita amati melalui kebudayaan yang
berkembang atau sudah berubah seiring berjalannya waktu.
Seperti halnya pada baju Bodo oleh masyarakat Bugis – Maros yang mengalami perubahan
dari masa ke masa. Baju Bodo dikenal sebagai salah satu busana tertua di Indonesia. Baju Bodo
memiliki bentuk segi empat dan berlengan pendek, yaitu setengah atau bagian siku lengan. Baju Bodo
ini dipasangkan dengan selembar sarung sutera yang menutupi pinggang sampai maya kaki. Sarung
pada baju Bodo ini digunakan yang mengkilap atau disebut lipa sabbe yang memiliki corak kotak
besar ataupun kotak kecil dengan hiasan emas pada garisnya. Selain itu, sarung tenun sutera asli yang
berwarna dasar hitam, coklat tua, ataupun biru tua. Sementara itu, baju bodo yang digunakan
berbahan kain muslin atau kasa yang memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada.
Secara umum, baju Bodo ini memiliki tanda bagi pemakainya dilihat dari warna serta
Panjang baju sebagai pembeda tingkat umur ataupun status perkawinan atau derajatnya. Adapun
warna merah tua yang menandakan perempuan yang sudah bersuami, warna merah jambu dengan
lengan pendek menandakan puteri anak bangsawan, hijau muda berlengan pendek menandakan
perempuan yang berada dalam lingkungan bangsawan, sementara warna kuning menandakan orang
dalam kalangan biasa. Ada juga warna hitam dengan lengan panjang yang menandakan ibu mempelai
wanita, merah darah dipakai oleh pengantin Wanita, serta warna ungu menandakan janda dan warna
putih menandakan dukun.
Dapat dipahami bahwa masyarakat Bugis dulunya kental akan kebudayaan yang patriarkis
dengan memberikan warna khusus yang tinggi posisinya di masyarakat. Namun, seiring
perkembangan zaman, kebudayaan Bugis telah dimasuki oleh ajaran Islam yang secara langsing
mengubah penggunaan baju Bodo terhadap masyarakat. Baju Bodo yang digunakan saat ini sudah
tidak memandang umur, status perkawinan, dan strata sosialnya. Tidak ada lagi baju Bodo yang
memperlihatkan payudara serta lekuk tubuh. Sehingga saat ini baju Bodo dirombak sedimikian rupa
yang sesuai dengan ajaran Islam. Begitupun dengan warna baju Bodo saat ini sudah sangat beragam
dan tidak terpaku pada warna-warna yang disebutkan sebelumnya.
Baju Bodo pada awalnya, yaitu transparan, sarung sutera kotak-kotak, tidak ada hiasan
seperti kalung ataupun bandana.

Kemudian berubah lebih tebal dan tidak transparan, sudah ada kalun, anting, bandana dan
hiasan lainnya, serta sudah dapat digunakan bagi yang berjilbab namun menggunakan manset.

Baju Bodo Modern seperti pada foto di bawah, yaitu sudah ada model atau bentuk, lebih
banyak hiasan pada bajunya, lebih banyak aksesoris, dan baju lebih longgar dan tebal.

Anda mungkin juga menyukai