Pendahuluan
Pada pertemuan ke 3 ini, akan dibahas mengenai perencanaan SDM dan
bagaimana aplikasinya pada SDM di pelayanan kesehatan. Sub pokok yang
akan dibahas dalam modul ini meliputi:
a. Pengertian Perencanaan SDM
b. Tujuan dan Manfaat Perencanaan SDM
c. Proses atau tahapan dalam Perencanaan SDM
d. Bagaimana meramalkan kebutuhan SDM
e. Faktor yang mempengaruhi perencanaan SDM
f. Perencanaan SDM pada Pelayanan Kesehatan
Seperti yang sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya dan pada hakikatnya
manusia merupakan makhluk yang unik dan memiliki karakteristik yang multi
kompleks. Perannya di dalam perkembangan sebuah organisasi menjadi sangat
penting dan sentral. Oleh karena itu sebuah organisasi harus menyiapkan SDM
yang handal dan dapat bekerjasama dengan organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi, termasuk pada pelayanan kesehatan. Kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan sangatlah tinggi, sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan
dituntut untuk memenuhi kebutuhan pasien dan pelanggan. Pelayanan kesehatan
yang mudah, cepat, tepat, akurat dan bermutu bukan hanya semata-mata adanya
fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung, namun SDM yang berkualitas,
berkompeten, memiliki skill dan keterampilan yang mumpuni dan sesuai bidang
keahliannya, menjadi keharusan karena akan berdampak kepada mutu dan
kualitas pelayanan kesehatan tersebut.
Selain ini seperti yang sudah diketahui bersama bahwa: Pertama, SDM adalah
komponen yang kritis, artinya tingkat manfaat sumber daya lainnya tergantung
kepada bagaimana sebuah organisasi memanfaatkan SDM. Semakin tinggi
tingkat pemanfaatan SDM maka semakin tinggi pula hasil guna dari sumber daya
yang lainnya. Sehingga hal ini berarti tidak akan ada sumber daya lain tanpa adanya
SDM yang berkualitas. Sangatlah esensial memiliki SDM yang memiliki
pengetahuan, keterampilan serta perilaku yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Jadi, dari beberapa definisi para ahli di atas, setiap perencanaan akan
mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman.
Komponen utama dan perencanaan sumber daya manusia adalah penentuan tipe
sumber daya manusia yang dibutuhkan suatu organisasi atau instansi dalam
jangka waktu tertentu dalam jangka pendek, jangka menengah,dan jangka
panjang).
Perencanaan SDM adalah sebuah proses estimasi terhadap jumlah SDM yang
dibutuhkan. Jumlah yang dibutuhkan ini berdasarkan posisi, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan di dalam sebuah organisasi. Dengan kata lain, sebuah
organisasi harus melakukan peramalan dan memperkirakan siapa mengerjakan
apa, dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Sebagai
contoh di dalam sebuah organisasi rumah sakit, harus meramalkan dan
memperkirakan berapa jumlah pasien yang harus diberikan pelayanan, jenis
perawat dengan keahlian apa saja yang diperlukan, jumlah kebutuhan perawat.
b. Kepentingan Organisasi
Perencanaan sumber daya manusia sangat penting bagi organisasi dalam
mendapatkan calon karyawan yang memenuhi kualifikasi. Perencanaan
SDM dapat mempersiapkan calon-calon karyawan yang berpotensi untuk
menduduki posisi manajer di masa yang akan datang.
c. Kepentingan Nasional
Perencanaan sumber daya manusia sangat bermanfaat bagi kepentingan
nasional. Hal ini karena karyawan-karyawan yang berpotensi tinggi
dapat dimanfaatkan pula oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
produktivitas nasional. Para karyawan dapat dijadikan tenaga ahli dalam
bidang tertentu untuk membantu program pemerintah
Salah satu SDM yang tersedia disebuah pelayanan kesehatan adalah bagian
keperawatan atau perawat. Pada kesempatan ini akan diambil salah satu contoh
model dan perencanaan SDM Keperawatan.
Perencanaan Sumber Daya Manusia Keperawatan adalah kegiatan
merencanakan tenaga keperawatan terhadap jumlah SDM sesuai kebutuhan
organisasi pelayanan keperawatan berdasarkan tempat dan keterampilan yang
dibutuhkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dasar perencanaan SDM Keperawatan tentu harus ada yang mendasari. Berikut
adalah beberapa hal yang mendasari pembuatan perencanaan SDM Keperawatan
:
1. Perencanaan tidak akan timbul dengan sendirinya, tetapi perencanaan
timbul didasari oleh hasil pemikiran yang bersumber darti hasil-hasil
penelitian. Perencanaan tidak boleh hanya mengandalkan asumsi. tanpa
data factual dan valid, perencanaan yang dibuat tidak akan dapat
digunakan untuk menjawab permasalhan yang dihadapi.
2. Perencanaan mutlak harus memiliki keberanian mengambil keputusan
dengan segala resiko
3. Orientasi suatu rencan adalah masa depan
4. Rencana harus mempunyai makna (Asmuji, 2012).
Selain 4 metode dasar tersebut, terdapat beberapa metode lainnya yang pada
dasarnya merupakan pengembangan dari keempat metode dasar tersebut diatas
yaitu :
1. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar Susunan Pegawai
(DSP) (“authorized staffing list”).
2. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN (Work Load Indikator
Staf Need / Indikator KebutuhanTenaga Berdasarkan Beban Kerja).
3. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan skenario/proyeksi dari WHO.
4. Penyusunan kebutuhan tenaga untuk Bencana.
Langkah-langkah
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5
langkah, yaitu :
a. Menetapkan waktu kerja tersedia;
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja
tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di rumah sakit selama
kurun waktu satu tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia yaitu sebagai
berikut :
1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan
Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam
1 tahun 250 hari kerja (5 hari x 50 minggu). (A) Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan tidak ada aturan yang mengatur secara spesifik
mengenai shift malam perawat rumah sakit. Hingga saat ini juga belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengatur waktu kerja
pekerja rumah sakit atau sektor kesehatan. Oleh karena itu, ketentuan
mengenai waktu kerja bagi sektor kesehatan dengan kerja bershift
maka saat shift malam pun merujuk pada ketentuan waktu kerja dalam
Pasal 77 ayat (2) UU Ketenagakerjaan.
2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja
setiap tahun. (B)
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan
di atur mengenai hak cuti bagi karyawan yaitu sebanyak 12 hari.
3. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/ profesionalisme setiap
kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/
lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)
4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002- 2003
ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
5. Ketidakhadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja
(selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan
atau tanpa pemberitahuan atau ijin. (E)
6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan
Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari
kerja/minggu). (F)
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan
waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :
Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja rumah sakit meliputi :
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing
kategori SDM.
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar
pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan
pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan
dengan kompetensi tertentu. Langkah selanjutnya untuk memudahkan
dalam menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM, perlu
disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatanpelayanan,yang berkaitan
langsung/ tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap
kegiatan pokok.
Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM
pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan
sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional
prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta
kompetensi SDM. Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan
dan pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar
diperoleh data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan
acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki
kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
operasionalprosedur (SOP) dan memiliki etos kerja yang baik.
Secara bertahap rumah sakit dapat melakukan studi secara intensif untuk
menyusun standar waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh
masing-masing kategori SDM.
3. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaiakannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki
oleh masing-masing kategori SDM. Adapun rumus
perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut:
Dalam Buku Use’r Manual WISN (WHO, 2010) dijelaskan, langkah terakhir dalam
perhitungan WISN dan berhubungan dengan pengambilan keputusan yaitu rasio.
Rasio antara perbandingan antara kenyataan dan kebutuhan, rasio inilah yang
disebut work load indicator staffing needs (WISN) dengan ketentuan:
1. Jika rasio WISN = 1 artinya SDM cukup dan sesuai beban kerja berdasarkan
SOP yang telah ditetapkan
2. Jika rasio WISN <1 artinya SDM yang ada belum cukup dan belum sesuai
beban kerja. Misal tenaga yang ada 6 sedangkan yang dibutuhkan adalah 8.
Maka 6/8=0.75 atau 75% staf yang dibutuhkan, atau hanya 75% tenaga yang
tercapai