Anda di halaman 1dari 4

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita semua nikmat Islam, iman, dan
kesehatan, sehingga masih bisa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah wajib shalat Jumat,
serta bisa merasakan indahnya momentum tahun baru sebagaimana yang akan kita hadapi saat
ini.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
saw, nabi terakhir yang Allah utus sebagai rahmat bagi alam semesta.    
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir
pada shalat Jumat ini, untuk selalu meningkatkan ketakwaan, dan semangat dalam melaksanakan
ketaatan dalam beribadah, serta semangat dalam meninggalkan setiap sesuatu yang tidak diridhai
oleh Allah swt. Khususnya pada momentum tahun baru ini, jangan hanya tahun yang baru,
namun harus kita tumbuhkan semangat baru dalam beribadah dan melakukan setiap kebajikan.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Banyak peristiwa yang telah kita lalui sepanjang tahun 2022 lalu. Ada rasa sedih. Mungkin di
antara kita, ada yang ditinggal orang-orang terkasih. Ada rasa senang dan bahagia karena cita-
cita dan harapannya tercapai di tahun lalu. Ada pula yang kecewa karena banyak momen yang
terlewatkan, tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Kita juga perlu mengevaluasi atas ibadah
yang telah kita jalani selama tahun 2022. Mana yang sudah cukup baik dan perlu dipertahankan.
Ibadah apa pula yang masih sangat kurang dan harus diperbaiki di tahun baru ini. Soal keburukan
yang telah lalu, di tahun ini, kita harus bisa menghapusnya. Paling tidak, kita berupaya untuk
mengurangi sedikit demi sedikit agar pada waktunya nanti, kita tidak lagi berlaku demikian.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.
Perlunya kita menjadikan masa lalu sebagai pertimbangan itu sudah digariskan Allah swt
dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 berikut.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya al-Azhim, menjelaskan bahwa maksud dari
memperhatikan apa yang telah diperbuat adalah menilai diri sendiri sebelum pada waktunya
nanti bakal dihisab, yakni di akhirat. Hal ini guna melihat apa saja yang telah kita siapkan
sebagai bekal untuk menghadap kepada Allah swt kelak. Sebab, kita tentu pernah mendengar
bahwa kita harus bekerja keras untuk dunia seakan kita hidup selamanya. Kita juga harus
beramal baik untuk akhirat, seakan esok kita akan mati.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Ayat tersebut juga mengingatkan kita akan amal yang telah kita lakukan. Imam As-Shawi
mengatakan, bahwa seluruh amal yang kita perbuat di dunia ini sebetulnya akan tampak
balasannya di hari kiamat kelak. Karenanya, Allah swt mengingatkan kita untuk bertakwa dua
kali dalam ayat tersebut. takwa pertama mengingatkan kita agar bertobat atas dosa-dosa lalu,
sedangkan kedua sebagai pengingat agar takut bermaksiat di masa yang akan datang.
Hal tersebut juga sejalan dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Imam Tirmidzi, dan Imam Ibnu Majah berikut.
Artinya: “Orang bijak adalah dia yang mengutuk dirinya sendiri dan bekerja untuk apa setelah
kematian, dan orang bodoh adalah dia yang mengikuti keinginannya sendiri dan melimpahkan
aspirasinya kepada Tuhan.”
Jamaah Jumat yang berbahagia, Oleh karena itu, mari kita bermuhasabah diri atas apa yang telah
kita lakukan pada tahun-tahun lalu, dan mulai kita perbaiki di tahun baru 2023 ini. Dengan
begitu, semoga kita bisa memperoleh derajat ketakwaan yang lebih tinggi sehingga di akhirat
kelak, kita akan mendapatkan nikmat hakiki dari Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah


Implementasi ketakwaan tidak hanya ibadah shalat, berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya saja,
namun bisa dilakukan dengan banyak cara, di antaranya adalah dengan bersabar ketika Allah
memberikan suatu musibah, karena sejatinya, semua musibah yang menimpa manusia
merupakan bagian dari ketentuan-Nya yang tidak bisa dihindari oleh siapa saja.
Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

Artinya, “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan
barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun [64]: 11).
Ketabahan hati, kesabaran, dan kesadaran diri bahwa semua yang terjadi adalah takdir dari Allah
merupakan satu-satunya cara yang paling ideal untuk bisa menerima semua takdir yang Allah
berikan kepada kita semua. Dengan bersabar, seseorang akan menyadari bahwa semua musibah
yang menimpanya adalah bagian dari kepastian yang sudah tertulis.
Khutbah kedua

Anda mungkin juga menyukai