Anda di halaman 1dari 120

BAB I 1

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai

sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Berbagai forum, baik bilateral, regional maupun multilateral telah dirancang oleh

Indonesia bersama-sama dengan negara-negara sahabat. Dalam menjalin

hubungan tersebut Indonesia senantiasa mempromosikan bentuk kehidupan

masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak

mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan penggunaan kekerasan

serta konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan

keputusan. Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral dengan 162

negara serta satu teritori khusus yang berupa non-self governing territory. Negara-

negara mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan Afrika,

Timur Tengah, Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan dan Tengah, Amerika Utara

dan Tengah, Amerika Selatan dan Karibia, Eropa Barat, dan Eropa Tengah dan

Timur.1

Indonesia dan Korea Selatan merupakan negara yang menganut sistem

demokrasi. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan dibuka pada

tahun 1973, sementara hubungan konsuler dibuka 7 tahun sebelumnya yakni pada

tahun 1966. Selama masa itu, telah banyak aktivitas yang dilakukan oleh antara

1
Hubungan bilateral https://kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerjasama_bilateral , diakses pada 30
september 2019
1
dua negara, dimana bukan hanya sekedar hubungan diplomatik, namun juga 2
2
melalui kerjasama dalam arus saling menguntungkan. Terlebih lagi kondisi kedua

negara, yang sama-sama menganut sistem demokrasi, sehingga tidak sulit jika

melakukan hubungan kerjasama. Sesuai dengan sejarahnya berikut tahapan

sejarah diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan:

1. Pada tahun 1949 merupakan pengakuan Negara Republik Indonesia

2. Pada tahun 1966 hubungan Indonesia dan Korea Selatan terjalin ditingkat

konsulat

3. Pada tahun 1973 hubungan diplomatik di tingkat duta besar terjalin.2

Kedua negara terus berupaya meningkatkan hubungan dan kerjasama baik

bilateral, multilateral, maupun regional. Hubungan kerjasama bilateral memasuki

babak baru kemitraan strategis pada tahun 2006 dengan ditandatanganinya: “Joint

Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation

betwen Republik of Indonesia and Republic of Korea ”.3

Pemerintah Indonesia akan memperkuat industri alat utama sistem

persenjataan Pengembangan dilakukan dengan strategi alih teknologi dan

mengundang investor untuk membangun manufakturnya di Tanah Air. Pada

dasarnya alutsista itu adalah kumpulan dari komponen-komponen yang dirakit, dan

industri komponen inilah yang akan memperkuat peranan industri pembuatan dan

perakitan alutsista di Tanah Air. Beberapa di antaranya PT Dirgantara Indonesia

yang memproduksi pesawat, PT PAL Indonesia yang membuat kapal, dan PT Pindad

2
Sejarah Hubungan Diplomatik, 2016 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2717/contents.do.
Diakses pada 30 September 2019
3
KBRI Seoul-Hubungan Bilateral, 2014. “Hubungan Bilateral Indonesia-Korea Selatan”.
http://www.kemlu.go.id/seoul/id/Pages/HUBUNGAN- BILATERAL.aspx Diakses pada tanggal 30
September 2019
2
yang telah mampu memproduksi panser dan senjata. Dalam dunia modern saat ini,3
2
satu alutsista lengkap tidak harus semuanya dibuat sendiri oleh satu negara atau pun

produsen. Satu negara dengan yang lainnya sudah lazim saling melengkapi untuk

pengadaan komponen-komponen penyusun alutsista.

Indonesia akan terus berusaha mengajak investor asing untuk membangun

pabrik komponen alustista di Indonesia. Pengadaan komponen alutsista juga tidak

mutlak berupa sistem produksi peralatan tersebut saja. Industri komponen otomotif,

kapal, elektronik, dan teknologi informasi (TI) juga dapat digunakan untuk

menunjang sistem pembuatan komponen alutsista. Pemerintah menargetkan, dalam

lima tahun ke depan, penguasaan teknologi pembuatan komponen alutsista di Tanah

Air akan semakin kuat. Sumber alih teknologi bisa diadopsi dari Belanda, Italia,

Jerman, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, dan negara lainnya4

Pada awal tahun 2016, harapan Indonesia membuat pesawat tempur telah

nyata saat perjanjian cost share agreement (CSA) antara Korea Aerospace Industries

(KAI) dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Indonesia ditandatangani. Dalam

kerja sama itu, Indonesia menggelontorkan 1,3 miliar dolar AS atau setara 20 persen,

sedangkan sisanya 80 persen biaya pengembangan ditanggung Korsel. Kontrak work

assignment agreement (WAA) juga telah dilakukan antara PT Dirgantara Indonesia

(PTDI) dan KAI. Sebuah hanggar besar pun kabarnya sudah disiapkan oleh PT.DI

untuk merakit pesawat tempur urunan dua negara ini. Korsel memang punya harapan

besar dengan KFX, mereka bukan hanya belajar membuat pesawat tempur generasi

4,5 di atas kemampuan F-16, tapi juga bisa menambah kesiagaan pertahanan udara

mereka di tengah konflik yang di depan mata dengan saudaranya. Harapan Indonesia
4
Industri alutsista akan diperkuat https://kemenperin.go.id/artikel/3064/Industri-Alutsista-akan-
Diperkuat diakses pada 2 oktober 2019
3
juga lebih besar untuk naik kelas dari sebatas negara pembuat pesawat penumpang4
2
menjadi negara pembuat jet tempur. 5

Korea Selatan mengajak Indonesia untuk mengembangkan jet tempur.

Pesawat yang dikembangkan bersama itu kemudian diberi nama Korean Fighter

Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Alasan Korea Selatan

mengajak Indonesia disebabkan asumsi akan berkembang menjadi negara besar

sehingga pengembangan jet tempur sangat diperlukan. Menurut Korea Selatan,

Indonesia pada tahun 2040 menjadi negara besar dan menjadi potensi yang baik

dalam kerjasama ini. Korea mengajak Indonesia karena sudah mempunyai

pengalaman mengembangkan pesawat melalui PT. Dirgantara Indonesia (DI)

walaupun bukan pesawat jet tempur. Akan tetapi Indonesia akan melakukan

penyesuaian mengembangkan pesawat petarung ini. Korea Selatan juga melihat

bahwa Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat, walaupun bukan

pesawat tempur. Alasan yang selanjutnya adalah Korea Selatan menilai bahwa

Indonesia mempunyai pasar yang besar, kapabilitas dan resources juga

manufacturing serta market yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penjualan

pesawat jet tempur ini. Selain menjadi captive market, Indonesia sudah pasti

membeli pesawat ini dan Korea Selatan juga menggunakan pesawat ini selanjutnya

mencari joint marketing untuk negara di luar negara Indonesia dan Korea Selatan

Indonesia sudah memulai dengan program Lapan Fighter Experiment (LFX)

sebelum hadirnya program KFX/IFX sejak 2009. Korea Selatan menargetkan bisa

menjual 1.000 unit jet tempur dari proyek ini. Indonesia selain sebagai pengembang

5
Berharap kecipratan ilmu pesawat tempur dari korsel https://tirto.id/berharap-kecipratan-ilmu-
pesawat-tempur-dari-korsel-bKrl diakses pada 30 September 2019
4
juga akan jadi pembeli 50 unit jet tempur ini setelah tahap pengembangan, yang5
2
diperkirakan berlangsung hingga 2026. Butuh sepuluh tahun lebih bagi kedua negara

untuk mencapai tahap produksi massal. Rencana pengembangan bersama jet tempur

dengan Korea Selatan memang sangat positif . Di atas kertas tak semua negara bisa

mewujudkannya. Skema transfer teknologi memang jadi barang dagangan produsen

pesawat saat ini, termasuk terhadap negara pemula di industri pesawat terbang, tapi

tak semua negara bisa melakukan transfer teknologi dengan skema pengembangan

bersama seperti Indonesia.6

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan yang telah

ditetapkan, harus dilaksanakan secara konsisten. Dengan langkah itu, diharapkan

akan terus mendorong peningkatan daya saing industri strategis nasional dalam

memproduksi alutsista yang makin berkualitas. Melalui UU tersebut difasilitasi

kerjasama penelitian, perekayasaan, dan riset dengan mitra dari negara-negara

sahabat, utamanya untuk mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan alih

teknologi pertahanan. Meski target ini dianggap sangat berat dicapai, target itu sudah

dirumuskan dalam UU Industri Pertahanan yang disahkan pada 2012. UU itu

mewajibkan penghentian penggunaan produk impor jika industri domestik sudah

mampu memenuhi.7

Pesawat Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental

(KFX/IFX) yang dikembangkan Indonesia dan Korea Selatan memiliki kemampuan

khusus. Kemampuan khusus itu salah satunya ialah perusak system elektronik musuh

atau disebut jammer electronic. Pesawat yang dilengkapi electronic jammer berguna
6
Ibid
7
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan
https://www.kemhan.go.id/itjen/2013/01/02/undangundang-republik-indonesia-nomor-16-tahun-2012-
tentang-industri-pertahanan.html diakses pada 30 September 2019
5
untuk merusak sistem elektronik musuh. Pesawat yang dikembangkan ini masuk6
2
kategori semi siluman. Sebab, secara bentuk sudah mengadopsi sistem itu, di mana

pesawat itu sulit dilacak oleh radar.8

dari uraian diatas peneliti merasa tertantang untuk memilih judul dan melakukan

penelitian terhadap kerjasama bilateral Indonesia dengan Korea Selatan. Berkenaan

dalam hal ini peneliti memilih judul “Kepentingan Indonesia Bekerjasama

Dengan Korea Selatan Dalam Program Pembuatan Jet Tempur IFX/KFX”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian asumsi pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah: Mengapa Indonesia memiliki kepentingan melakukan

kerjasama bilateral dengan Korea Selatan terhadap pembuatan jet tempur IFX/KFX?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepentingan Indonesia dalam

melakukan kerjasama bilateral dengan Korea Selatan terhadap pembuatan jet tempur

IFX/KFX.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan

sebagai referensi dalam penelitian berikutnya yang membahas tentang manfaat


8
Ini Kecanggihan Jet Tempur RI-Korea https://finance.detik.com/industri/d-4294505/ini-
kecanggihan-jet-tempur-ri-korea diakses pada 11 Oktober 2019
6
7
pembangunan infrastruktur Alutsista khususnya pengadaan pesawat tempur
2
bagi pertahanan udara, kepentingan hubungan bilateral Indonesia dengan

Korea Selatan dalam kerjasamanya bidang pembuatan pesawat tempur.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dan analisis bagi pemerintah Indonesia serta pihak terkait tentang pentingnya

hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan dalam pembuatan pesawat jet

tempur IFX/KFX. Kerjasama ini menjadi titik awal Indonesia untuk

memajukan industri dirgantara khususnya pesawat militer dan sarana penting

dalam kemandirian negara untuk pengadaan alutsista pertahanan udara.

1.4 Penelitian Terdahulu

Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa

literatur yng dirasa memiliki relevansi dengan tulisan yang tengah diteliti oleh

penulis. Pertama, “Kerja Sama Indonesia-Australia Bidang Maritim (Maritime

Cooperation) Tahun 2017-2018” yang ditulis Rahmania Kamarudin, dari

Universitas Muhammadiyah Malang.9 Skripsi ini meneliti tentang bagaimana kerja

sama Indonesia dan Australia di bidang maritim khususya di bidang keamanan kedua

negara yang saling bertetangga ini dari segala kejahatan transnasional di daerah

perbatasan dan kerjasama tersebut di namai dengan Maritime Cooperation, serta

dalam penelitian tersebut mempunyai batas waktu dari 2017 awal dari perjanjian

kerjasama dibuat hingga tahun 2018. Penelitian ini menggunakan konsep kerjasama

9
Rahmania Kamarudin, 2019, Kerja Sama Indonesia-Australia Bidang Maritim (Maritime
Cooperation) Tahun 2017-2018, Malang, Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah
Malang.
7
internasional karena fokus penelitiannya membahas kerjasama Indonesia dan 8
2
Australia dan konsep Keamanan Maritim karena fokus kerjasamanya yaitu kerjasama

dalam keamanan maritim. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan

menggunakan teknik analisa kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

penulis yaitu sama-sama berfokus pada kerjasama di bidang maritim dan di inisiasi

pertama kali oleh Indonesia, dan juga fokus penelitian sama-sama di kerjasama di

bidang maritim. Perbedaannya terletak pada negara yang bekerjasama dan fokus dari

kerjasama, yaitu penelitian ini memfokuskan kerjasama Indonesia dan Australia di

bidang keamanan maritim, sedangkan penelitian penulis yaitu kepentingan Indonesia

dalam melakukan kerjasama dengan Korea Selatan dalam pembuatan jet tempur.

Kedua, “Kepentingan Indonesia Bekerjasama Dengan Tiongkok Dalam

Pembangunan Infrastruktur Alutsista Era Joko Widodo” yang ditulis oleh Selly

Lidiana.10 Skripsi ini meneliti tentang bagaimana kepentingan Indonesia melakukan

kerjasama dengan Korsel di bidang pembangunan Alutsista era Presiden Joko

Widodo. Indonesia berinisiatif melakukan kerjasama dengan Tiongkok karena

Indonesia di Era Joko Widodo mempunyai visi misi menjadikan Indonesia negara

porot maritim dunia dan salah satu caranya yaitu melakukan kerjasama dengan

negara yang dianggap lebih maju dari Indonesia, salah satunya Tiongkok. Dalam isi

dari penelitian tersebut dijelaskan tentang kepentingan Indonesia dalam

meningkatkan keamanan dan pertahanan Indonesia (core values), meningkatkan

Ekonomi (middle-range objective), dan kepentingan dalam menjaga keamanan dan

perdamaian dunia (long-range objective). Penelitian ini menggunakan konsep

10
Selly Lidiana, 2018, Kepentingan Indonesia Bekerjasama Dengan Tiongkok Dalam Pembangunan
Infrastruktur Pelabuhan Era Joko Widodo, Malang, Ilmu Hubungan Internasional, Universitas
Muhammadiyah Malang.
8
9
kepentingan nasional karena fokus penelitian ini membahas kepentingan Indonesia
2
dan konsep kerjasama bilateral karena penelitian ini membahas tentang kerjasama

dua negara yaitu Indonesia dan Tiongkok. Penelitian ini menggunakan metode

eksplanatif dan teknik analisa kualitatif. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama

membahas kerjasama dua negara dan berfokus pada kepentingan nasional Indonesia.

Perbedaan penelitian ini yaitu berbeda pada negara yang dituju Indonesia dalam

melakukan kerjasama.

Ketiga “Analisa Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam

Pengembangan Pesawat Tempur KAI KF-X/IF-X” yang ditulis oleh Mischa Guzel

Madian. 11
Penelitian tersebut berupa Tesis yang dilakukan pada tahun 2012 di

Universitas Indonesia, Jakarta dalam program Studi Pasca Sarjana Ilmu Hubungan

Internasional. Pembahasan dalam penelitian ini yaitu menganalisa kerjasama negara

Indonesia dan Korea Selatan dalam mengembangkan pesawat tempur produk baru

generasi 4.5 KAI KF-X/IFX dengan membandingkan fenomena Revolution in

Military Affairs (RMA) yang terjadi di kawasan Asia dengan tingkat kapabilitas

pertahanan kedua negara dalam mensukseskan program kerjasama tersebut. Hasil

analisa penelitian ini adalah tidak adanya Istilah RMA yang dimaksud di Asia

Tenggara secara umum, hal ini berujung pada ketidakmampuan dalam menjelaskan

fenomena modernisasi dan kemajuan dari Industri Pertahanan di sebuah kawasan.

Sedangkan alasan Indonesia tertarik bekerjasama dengan Korea Selatan dalam

pengembangan program pesawat tempur modern adalah mengutamakan langkah

strategis demi jaminan kemandirian pemenuhan kebutuhan pesawat tempur di masa


11
Mischa Guzel Madian, Analisa Kerjasama Indonesia – Korea Selatan dalam Pengembangan
Pesawat Tempur KAI KF-X / IF-X, diakses dari
http://ejournal.hi.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/11/4%20(11-01-16-12-00-11).pdf
diakses pada 15 oktober 2019
9
1
depan. Sehingga, Indonesia tidak selalu bergantung dengan produksi pesawat buatan
02
asing bahkan sebaliknya, Indonesia juga mampu memproduksi produk pesawat

sendiri.

Keempat, “Kepentingan Tiongkok dengan Indonesia Dalam Proyek

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung” yang ditulis oleh Alija

Izetbegovic Al Hasyim Hasibuan12. Penelitian ini membahas mengenai kepentingan

Tiongkok terhadap Indonesia melalui instrumen teknologi kereta cepat yang dimiliki

Tiongkok. Kepentingan Tiongkok disini adalah menguasai perekonomian yaitu

menguasai jalur rel kereta api di Asia khususnya Indonesia karena hal ini merupakan

visi dari Perdana Menteri Tiongkok. Tiongkok bersaing dengan Jepang masalah

pasar kereta cepat keseluruh dunia khususnya Indonesia. Penelitian ini juga

membahas mengenai upaya tiongkok dalam proyek pembangunan kerera cepat

Jakarta-Bandung. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas kerjasama

dua negara dan berfokus pada kepentingan nasional Indonesia. Perbedaan penelitian

ini yaitu berbeda pada negara yang dituju Indonesia dalam melakukan kerjasama.

Kelima Bilqis Fitria Salsabiela13, Risk Assessment Pengembangan Pesawat

Tempur Kfx/Ifx Pada Kerjasama Joint Development Antara Indonesia Dengan Korea

Selatan Risk Assessment In Developing KFX/IFX Fighter On Joint Development

Cooperation Between Indonesia And South Korea. Studi ini membahas tentang risk

assessment pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX dalam kerjasama joint

Alija Izetbegovic Alhasyim, kepentingan Tiongkok Terhadap Indonesia Dalam Proyek


12

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung http://eprints.umm.ac.id/46594/ diakses pada 3


oktober 2019 15:15
13
Bilqis Fitria Salsabiela, Risk Assessment Pengembangan Pesawat Tempur Kfx/Ifx Pada Kerjasama
Joint Development Antara Indonesia Dengan Korea Selatan Risk Assessment In Developing Kfx/Ifx
Fighter On Joint Development Cooperation Between Indonesia And South Korea.
wayan.midhio@idu.ac.id diakses tanggal 5 Januari 2020 14:20
10
development antara Indonesia dan Korea Selatan untuk tahapan Engineering and1
12
Manufacturing Development Phase (EMDP). Risiko-risiko dalam Tahapan EMDP

ditinjau dari aspek Life Cycle of Weapon System. Risk assessment dilakukan dengan

tujuan mengidentifikasi, menganalisis risiko serta menilai tingkat risiko sebagai

kalkulasi matang untuk menggiring proyek ini agar dapat berjalan lancar dan

menghindarkan dari risiko default atau kegagalan proyek mahabesar yang sudah

menelan biaya yang tidak sedikit bagi Indonesia. Apalagi ini merupakan pengalaman

pertama dalam membuat pesawat tempur. Selain itu, pengembangan Pesawat

Tempur KFX/IFX merupakan salah satu program nasional yang bertujuan untuk

membangun kemandirian industry pertahanan dan membuka peta jalan penguasaan

pesawat tempur bagi PT.Dirgantara Indonesia (PT.DI).

Keenam, Semmy Tyar Armandha14, Ekonomi Politik Kerja Sama Korea

Selatan-Indonesia dalam Joint Development Pesawat Tempur KFX/IFX, Proyek

kolaborasi pengembangan Korean Fighter Experiment/Indonesian Fighter

Experiment (KFX/IFX) Joint Development antara Indonesia dan Korea Selatan

dibangun atas dasar keinginan Korea Selatan dan Indonesia untuk membangun

kemandirian industri pertahanan di tengah keberadaan negara-negara besar dalam

laju pengembangan alat utama system persenjataan dunia. Proyek ini pada prosesnya

mengalami hambatan dan tarik ulur di antara kedua negara. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menunjukkan bagaimana hambatan tersebut dapat terjadi. Penelitian ini

menggunakan kerangka teoretis ekonomi kolaborasi dalam proses akusisi pertahanan

secara makro. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif untuk menganalisis

14
Semmy Tyar Armandha, Ekonomi Politik Kerja Sama Korea Selatan-Indonesia dalam Joint
Development Pesawat Tempur KFX/IFX, wayan.midhio@idu.ac.id diakses tanggal 5 Januari 2020
14:20
11
1
secara deskriptif relasi Military-Industrial Complex (MIC) dalam proyek KFX/IFX.
2
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah pemetaan relasi antara Indonesia-

Korea Selatan-Amerika Serikat sebagai segitiga besi pertahanan internasional dalam

proyek KFX/IFX.

Ketujuh “Kerjasama Internasional Indonesia dalam Pembangunan Idustri

Dirgantara Nasional” ditulis oleh Ardo Putra Indhana 15. Hasil penelitian ini adalah

PT.Dirgantara Indonesia melaksanakan program memperluas kapasitas dan

kapabilitas strategi ( 2015-2025), memfokuskan pemasaran pesawat dikategorikan

small-class hingga medium-class, menawarkan program upgrade dan modification

aircraft dalam rangka memberikan kepuasan terhadap konsumen, selalu menghadiri

ajang pameran air show Internasional sebagai upaya promosi produk, selelu

menawarkan variasi dan inovasi pada pesawat buatan PT.Dirgntara Indonesia.

Persamaan dari penelitian ini adalah yaitu sama-sama membahas tentang kerjasama

PT.Dirgantara Indonesia dan berfokus pada kepentingan PT.Dirgantara Indonesia.

Perbedaan penelitian ini yaitu berbeda negara yang dituju Indonesia dalam

melakukan kerjasama.

Adapun dalam penelitian yang dikaji penulis pastinya memiliki persamaan

dan perbedaan yang mendasar dengan penelitian-penelitian terdahulu. Posisi

penelitian ini yaitu memaparkan tentang kepentingan nasional Indonesia melakukan

kerjasama dengan Korea Selatan yang diwadahi perjanjian cost share agreement

(CSA) antara Korea Aerospace Industries (KAI) dan Kementerian Pertahanan

(Kemenhan) Indonesia sebagai salah satu upaya Indonesia dalam mewujudkan visi

dari pemerintahan Presiden Joko Widodo yaitu negara Mandiri Alutsista. Dalam
15
Ardo Putra Indhana, Kerjasama Internasional Indonesia dalam Pengembangan Industri Dirgantara
Indonesia http://eprints.umm.ac.id/44864/ ,diakses pada 15 oktober 2019 19:10
12
mengkaji penelitian ini, penulis berfokus menggunakan konsep kepentingan nasional1
32
dari K.J. Holsti yang membagi kepentingan nasional negara menjadi tiga hal utama,

yaitu core values, middle-range objective, long-range objective. Penelitian yang

dilakukan penulis ini menggunakan metode penelitian eksplanatif yaitu dengan

mengumpulkan data dan informasi serta menggunakan konsep atau teori untuk

menganalisis data dan teknik analisa kualitatif yaitu teknik pengumpulan data-data

melalui sumber-sumber terpercaya.

1.4.1. Tabel Penelitian Terdahulu


No Judul & Nama Jenis Penelitian Hasil
. Peneliti & Alat Analisa
1. Kerja Sama Metode Skripsi ini meneliti tentang bagaimana
Indonesia- Deskriptif, kerja sama Indonesia dan Australia di
Australia Teknik Analisa bidang maritim khususya di bidang
Bidang Kualitatif, keamanan kedua negara yang saling
Maritim bertetangga ini dari segala kejahatan
(Maritime Konsep : transnasional di daerah perbatasan dan
Cooperation) Kerjasama kerjasama tersebut di namai dengan
Tahun Internasional Maritime Cooperation, serta dalam
2017-2018
Kerjasama penelitian tersebut mempunyai batas
Oleh : Rahmania
Internasional & waktu dari 2017 awal dari perjanjian
Kamarudin,
Keamanan kerjasama dibuat hingga tahun 2018.
Universitas
Maritim Kerjasama tersebut merupakan upaya
Muhammadiyah kedua negara dalam menciptakan
Malang keamanan maritim dimana hal tersebut
(Skripsi) bermuara pada terlindungnya sektor
ekonomi dan ketahanan masing-masing
pihak.
2. Kepentingan Metode Skripsi ini meneliti tentang bagaimana
Indonesia Eksplantif, kepentingan Indonesia melakukan
Bekerjasama teknik analisa kerjasama dengan Tiongkok di bidang
Dengan Kualitatif, pembangunan Alutsista era Presiden
Tiongkok Dalam Joko Widodo. Indonesia berinisiatif
Pembangunan Konsep : melakukan kerjasama denga Tiongkok
Infrastruktur Kepentingan karena Indonesia di Era Joko Widodo
Alutsista Era Nasional & mempunyai visi misi menjadikan
Joko Kerjasama Indonesia negara porot maritim dunia
Widodo Bilateral dan salah satu caranya yaitu melakukan
Oleh : Selly kerjasama dengan negara yang dianggap
Lidiana, lebih maju dari Indonesia, salah satunya

13
Universitas Tiongkok. Dalam isi dari penelitian 1
Muhammadiyah 2
4
tersebut dijelaskan tentang kepentingan
Malang Indonesia dalam meningkatkan
(Skripsi) keamanan dan pertahanan Indonesia
(core values), meningkatkan Ekonomi
(middle-range objective), dan
kepentingan dalam menjaga keamanan
dan perdamaian dunia (long-range
objective).

3. Analisa Metode : Pesawat tempur KAI KFX/IFX tidak


Kerjasama Kualitatif mempengaruhi Revolution in Military
Indonesia dan Deskriptif Affairs (RMA) Indonesia karena
Korea Selatan Analisis pesawat tempur tersebut akan memenuhi
dalam tuntutan operasional TNI AU di masa
Pengembangan Teori: depan dan tidak akan menyebabkan
Pesawat Tempur Stratification perubahan signifikat terhadap dokrin
KAI KF-X/IF-X And tiers maupun postur TNI. Yang terjadi adalah
Oleh : Mischa Evolution in Military Affair, bukan
Guzel Median Konsep: Revolution in Military Affairs.
Revolution in
Military Affairs
4. Kepentingan Metode Penelitian ini membahas mengenai
Tiongkok eksplanatif kepentingan Tiongkok terhadap
terhadap Indonesia melalui instrumen teknologi
Indonesia dalam Konsep kereta cepat yang dimiliki Tiongkok.
Proyek Internasional Kepentingan Tiongkok disini adalah
Pembangunan Political menguasai perekonomian yaitu
Kereta Cepat Economy menguasai jalur rel kereta api di Asia
Jakarta-Bandung khususnya Indonesia karena hal ini
Oleh : Alija merupakan visi dari Perdana Menteri
Izetbegovic Al Tiongkok. Tiongkok bersaing dengan
Hasyim Hasibuan Jepang masalah pasar kereta cepat
keseluruh dunia khususnya Indonesia.
(Skripsi) Penelitian ini juga membahas mengenai
upaya tiongkok dalam proyek
pembangunan kerera cepat Jakarta
Bandung.

5. Risk Assessment Metode Hasil penelitian ini asumsi dan analisis


Pengembangan Deskriptif kalkulasi matang untuk menggiring
Pesawat Tempur Kualitatif proyek ini agar dapat berjalan lancar dan
Kfx/Ifx Pada menghindarkan dari risiko default atau
Kerjasama Joint Teori: kegagalan proyek mahabesar yang sudah
Development risk assessment menelan biaya yang tidak sedikit bagi
Antara Indonesia Indonesia. Apalagi ini merupakan

14
Dengan Korea Konsep : pengalaman pertama dalam membuat 1
Selatan Risk Investasi dan pesawat tempur. Selain 2
5 itu,
Assessment In Konsep Ventura pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX
Developing Bersama merupakan salah satu program nasional
KFX/IFX Fighter yang bertujuan untuk membangun
On Joint kemandirian industry pertahanan dan
Development membuka peta jalan penguasaan pesawat
Cooperation tempur bagi PT.Dirgantara Indonesia
Between (PT.DI). Persamaan dari penelitian ini
Indonesia And adalah yaitu sama-sama membahas
South Korea tentang kerjasama PT.Dirgantara
oleh : Bilqis Fitria Indonesia dan berfokus pada kepentingan
Salsabiela PT.Dirgantara Indonesia dan Negara yang
Universitas dituju. Perbedaan penelitian ini yaitu
Pertahanan konsep yang dibahas adalah dalam risk
Indonesia assessment dalam hubungan bilateral
(Skripsi) antara Indonesia dan Korea selatan dalam
pembuatan pesawat temput.

6. Ekonomi Politik Metode Hasil yang dicapai dalam penelitian ini


Kerja Sama Deskriptif adalah pemetaan relasi antara Indonesia-
Korea Selatan- Kualitatif Korea Selatan-Amerika Serikat sebagai
Indonesia dalam segitiga besi pertahanan internasional
Joint Teori: dalam proyek KFX/IFX.Persamaan dari
Development Kerjasama penelitian ini adalah yaitu sama-sama
Pesawat Tempur Internasional membahas tentang kerjasama
KFX/IFX PT.Dirgantara Indonesia dan berfokus
Konsep : pada kepentingan PT.Dirgantara Indonesia
oleh : Semmy Investasi dan dan Negara yang dituju. Perbedaan
Tyar Armandha Konsep Ventura penelitian ini yaitu konsep yang dibahas
Universitas Bersama adalah dalam hal ekonomi politik.
Pertahanan
Indonesia
(Skripsi)
7. Kerjasama Metode Hasil penelitian ini adalah PT.Dirgantara
Internasional Deskriptif Indonesia melaksanakan program
Indonesia Dalam Kualitatif memperluas kapasitas dan kapabilitas
Pengembangan strategi (2015-2025), memfokuskan
Industri Teori: pemasaran pesawat dikategorikan small-
Dirgantara Pemasaran class hingga medium-class , menawarkan
Nasional (2010- program upgrade dan modification
2016) Konsep : aircraft dalam rangka memberikan
oleh : Ardo Putra Investasi dan kepuasan terhadap konsumen, selalu
Indhana Konsep Ventura menghadiri ajang pameran air show
Universitas Bersama Internasional sebagai upaya promosi
Muhammadyah produk, selelu menawarkan variasi dan
15
Malang (Skripsi) 1
inovasi pada pesawat buatan PT.Dirgntara
2
6
Indonesia. Persamaan dari penelitian ini
adalah yaitu sama-sama membahas
tentang kerjasama PT.Dirgantara
Indonesia dan berfokus pada kepentingan
PT.Dirgantara Indonesia. Perbedaan
penelitian ini yaitu berbeda negara yang
dituju Indonesia dalam melakukan
kerjasama.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kepentingan Nasional

Negara menetapkan kepentingan nasional dan bagaimana kepentingan

tersebut dapat dicapai adalah dengan cara menggunakan kebijakan nasional yang

sudah disepakati. Dalam hal ini, negara memilik peran sebagai aktor utama yang

mengambil keputusan yang akan berperan penting bagi masyarakat dalam negerinya.

Kepentingan nasional tercipta dikarenakan adanya kebutuhan bagi suatu negara, baik

secara politikekonomi, militer, sosial-budaya. Dalam pelaksanaannya, kepentingan

nasional dapat tercapai dengan melakukan kerjasama dengan negara lain, baik

kerjasama bilateral maupun multilateral yang sesuai dengan keputusan kebijakan

nasional.16

Kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memahami

perilaku internasional serta menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Setiap

negara tentu saja tidak bisa dipisahkan oleh kepentingan nasional. Kepentingan

nasional sendiri merupakan salah satu ambisi negara untuk memenuhi kebutuhan

atau kepentingan negara tersebut. Kepentingann nasional juga dapat digunakan

Dennis J.D. Sandole, 2003, combating Crime In Southeastern Europe: An Integrated Coordinated,
16

Multilevel Approach diakses dalam http://scar.gmu.edu/Reichen4.pdf diakses pada 2 oktober 2019


16
1
sebagai fundamentar dan faktor penentu untuk para pembuat keputusan untuk
72
membuat kebijakannya.17

Thomas Hobbes menyimpulkan bahwa negara dipandang sebagai pelindung

wilayah, penduduk dan cara hidup yang khas dan berharga, karena negara merupakan

suatu yang vital bagi kehidupan warga negaranya. Tanpa negara dalam menjamin

alatalat maupun kondisi-kondisi keamanan ataupun dalam memajukan kesejahteraan,

kehidupan masyarakat jadi terbatasi.18

Hans Morgenthau menyatakan bahwa tujuan negara dalam politik

internasional adalah untuk mencapai kepentingan nasional dan negara-negarawan

yang berhasil dalam sejarah adalah mereka yang berusaha memelihara kepentingan

nasional.19 Hans Morgenthau mendefinisikan bahwa,

“tujuan negara dalam politik internasional adalah untuk mengejar

kepentingan nasionalnya dengan penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk

menjaga berbagai kepentingan yang dianggap vital bagi kelestarian negaranya”20

Menurut K.J. Holsti kepentingan nasional merupakan suatu gambaran akan

peristiwa masa depan dan rangkaian kondisi yang akan diwujudkan oleh pemerintah

melalui pengaruh dari luar negeri dan mendukung sikap dari negara lain. K.J. Holsti

menjelaskan bahwa kepentingan nasional sangat berkaitan erat dengan beberapa


17
Ibid
18
Robert Jackson & Georg Sorensen, 2009, Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, hal. 89
19
Hans J. Morgenthau, The America Political Science Review; The Mainsprings of
American Foreign policy The National Interest Vs. Moral Abstractions, Vol. XLIV, No. 4
(Desember 1950), University of Chicago, hal. 834 dalam
https://canvas.harvard.edu/courses/5110/files/1090828/download?
verifier=M7uRlKqJZVQ6hZpr2fc0blTECWWy NNRiF5aG8NqY&wrap=1 diakses pada 2 oktober
2019
20
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, 1990, Jakarta : LP3ES,
hlm 20-21 33 Banyu, Anak Agung dan Yani, Yanyan Mochamad, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. hlm 51-52

17
kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui kerjasasama dengan1
82
negara lain. K.J Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam tiga

klasifikasi yaitu :21

1. Core Values

Core values merupakan sesuatu yang dianggap penting bagi sebuah

negara. Sebuah negara dalam mengambil keputusan didasari atas kebutuhan-

kebutuhan dan anggapan terhadap isu tertentu yang diyakini oleh negara

tersebut. Menurut K.J Holsti terdapat dua hal yang menjadi core values sebuah

negara dalam melakukan kebijakan luar negerinya, yaitu keamanan dan

pertahanan nasional.

Keamanan dan pertahanan nasional merupakan kepentingan yang

paling dasar bagi suatu negara. Negara selalu mempertimbangkan keamanan

nasionalnya sebelum mengambil sebuah kebijakan luar-negeri. Keamanan

nasional ini tidak hanya terdiri dari keamanan teritorial negara tersebut, namun

keamanan nasional juga menyangkut tentang keamanan kebudayaan,

keamanan nilai-nilai kearifan lokal, dan keamanan ideologi yang dianut negara

tersebut.

2. Middle-Range Objectives

Middle-range-objectives merupakan tujuan-tujuan yang dilakukan dalam

sebuah negara untuk mengambil kebijakan luar negerinya dalam rana

21
Hans J. Morgenthau, The America Political Science Review; The Mainsprings of
American Foreign policy The National Interest Vs. Moral Abstractions, Vol. XLIV, No. 4
(Desember 1950), University of Chicago, hal. 834 dalam
https://canvas.harvard.edu/courses/5110/files/1090828/download?
verifier=M7uRlKqJZVQ6hZpr2fc0blTECWWyNNRiF5aG8NqY&wrap=1 diakses pada 2 oktober
2019
18
kerjasama internasional yang dapat membangkitkan derajat perekonomian 1
92
negaranya unuk mendapatkan kepentingan nasional. Keputusan negara yang

menyangkut tentang middle-range-objectives biasanya sebuah tindakan

penting yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian negara tersebut.

Ekonomi merupakan tujuan dasar sebuah negara untuk melakukan

kebijakan luar negerinya. Bahkan faktor ekonomi biasanya lebih banyak

mendorong sebuah negara untuk mengambil kebijakannya daripada faktor lain

seperti politik. Sebuah negara lebih sering berusaha untuk mengambil tindakan

yang memajukan ekonomi negaranya.

Pertimbangan kepentingan negara dalam skala middle-range-objective

selanjutnya adalah image negara di mata negara lain. Image negara di mata

negara lain dapat menjadi pertimbangan negara dalam mengambil

tindakannya. Keuntungan yang didapat dari pertimbangan suatu negara untuk

mengambil sebuah kebijakan luar negeri dalam hal ini adalah promosi

terhadap image negara. Salah satu contoh tindakannya adalah melakukan

sebuah promosi untuk membangun image negara tersebut di mata dunia.

3. Long-Range Objectives

Long range objective merupakan tujuan negara dalam mengambil

kebijakannya untuk mencapai ideal dari sebuah negara tersebut. Idealnya

sebuah negera adalah seperti keinginan suatu negara yang ingin mencapai

perdamaian dunia. Kebijakan yang diambil negara untuk memenuhi

19
2
kepentingan negaranya dalam menjaga stabilitas di negaranya maupun di
02
negara lainnya.

Jika diaplikasikan kedalam kepentingan nasional milik K.J. Holsti,

kepentingan Indonesia dalam memperkuat kerjasama dengan Tiongkok dalam

bidang pembuatan pesawat jet tempur adalah untuk mencapai tujuan dari

negara Indonesia itu sendiri. Dengan meningkatnya kualitas senjata tentu saja

dapat memajukan Indonesia dalam bidang dirgantara dan mewujudkan salah

satu visi Indonesia. Dengan begitu peningkatan kerjasama tersebut tentu dapat

membuat pertahanan Indonesia semakin meningkat dan memberikan

keuntungan bagi Indonesia yang sebelumnya belum dapat mengelola sumber

daya manusia dengan baik. Kerjasamanya dengan Korea Selatan dinilai juga

akan mengurangi ketergantungan membeli alutsista dari negara maju yang

selama ini terjadi diantara kedua negara, sehingga kerjasama tersebut tentu

akan meningkatkan pertahanan dan keamanan Indonesia dalam bidang

pertahanan sehingga kerjasama kedua negara tersebut akan mulai membaik

dan dapat meningkatkan kembali kerjasamanya untuk mempererat hubungan

kedua negara tersebut agar terhindar dari hal-hal yang dianggap dapat

merugikan kedua negara tersebut. Hal tersebut akan membuat Indonesia

mencapai kepentingan negaranya sehingga Indonesia tertarik menjalin

kerjasama pembuatan jet tempur yang menjadi sebuah kebutuhan negara

bersama Korea Selatan.

20
1.5.2 Konsep Hubungan Bilateral 2
21
Hubungan bilateral adalah suatu kerjasama yang terjalin diantara kedua

negara, baik dalam bidang politik, budaya, maupun ekonomi dan saling

menguntungkan.

Menurut Plano dan Olton :

“Hubungan kerjasama terjadi antara dua negara di dunia ini pada

dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara.

Kepentingan nasional merupakan unsur yang sangat viral mencakup

kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah,

keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi”22

Menurut Perdana Menteri Australia John Howard,

“Hubungan bilateral adalah keadaaan yang menggambarkan adanya

hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Kerjasama bilateral

dilaksanakan guna menjalin hubungan yang lebih baik diantara kedua negara

yang bertetangga maka dengan semangat kerjasama dan give and take serta

orientasi kedepan dalam membangun kedua negara.”23

Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya

hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya timbal balik antara dua

pihak. Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai berikut:

1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.

2. Presepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara

penerima.

22
Pickles, Dorothy, Pengantar Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm: 127
23
Rezasyah, Teuku, Politik Luar Negeri Indonesia antara Idealisme dan Prakter. Bandung, 2008,
hlm: 55
21
3. Respon atau aksi timbal balik dari negara penerima. 2
2
4. Presepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.

Realisasi hubungan bilateral dalam konteks politik negara diwujudkan

melalui saluran hubungan diplomatik sebagai bentuk hubungan formal antar

kedua negara. Hubungan diplomatik merupakan salah satu cara yang digunakan

dalam hubungan internasional dengan memakai metode diplomasi atau

negosiasi.24 Bagi negara manapun tujuan utama diplomasinya adalah pengamanan

kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Ini bisa dicapai dengan memperkuat

hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan erat dengan negara-

negara yang sehaluan dan menetralisisr negara yang memusuhi. Persahabatan bisa

dibina dan sahabat-sahabat baru diperoleh melalui negosiasi yang bermanfaat dan

lebih mudah apabila terdapat kesamaan kepentingan.

Dalam Hubungan Internasional dikenal apa yang dinamakan Kerjasama

Internasional, yang mana Kerjasama Internasional adalah bentuk hubungan yang

dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama Internasional,

meliputi kerjasama dibidang politik, soSial, pertahanan keamanan, kebudayaan

dan ekonomi, berpedoman kepada politik luar negeri masing-masing. Adapun

Konsep kerjasama internasional yang dikemukakan oleh KJ. Holsti adalah:

“Kerjasama dilakukan oleh pemerintah yang saling berhubungan dengan

mengajukan alternatif pemecahan, perundingan atau pembicaraan mengenai

masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopak

24
M. Tasrief, Hukum Diplomatik (Teori dan Prakteknya), Surabaya: CV. Al-Ihsan, 2008, hal.
14
22
pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundingan dengan membentuk 2
32
beberapa perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi semua pihak”. 25

Hubungan Internasional juga mengkaji masalah Politik Luar Negeri yang

dipengaruhi oleh kepentingan nasional suatu negara dan EkonomiPolitik

Internasional, Politik Luar Negeri (PLN) menjembatanibatas wilayah dalam

negeri dan lingkungan internasional. PLN itu bisa berupa hubungan diplomatik,

mengeluarkan doktrin, membuat aliansi, mencanangkan tujuan jangka panjang

maupun jangka pendek Jack C Plano & Ray Olton mengatakan bahwa Politik

Luar Negeri adalah sebagai berikut: “Strategi atau rencana tindakan yang dibentuk

oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam mengahadapi negara lain atau

unit- politik Internasional lainnya yang dikendalikan untuk mencapai tujuan suatu

bangsa lain, harus didefinisikan dalam pengertian yang cocok dengan bangsa-

bangsa lain itu” 26

Hubungan bilateral dan kepentingan nasional dalam bidang pertahanan untuk

mencapai keamanan nasional Indonesia merupakan salah satu konsep yang

mendasari terjadinya hubungan Indonesia dan Korea Selatan. Hubungan bilateral

menjadi penting bagi suatu negara, karena tidak ada negara yang dapat berdiri

sendiri. Dengan adanya hubungan bilateral pencapaian tujuan suatu negara akan

lebih mudah dilakukan tak satu bangsa pun di dunia ini dapat membebaskan diri

dari keterlibatan dengan bangsa dan negara lain. Menurut Didi Krisna dalam

kamus politik internasional mendefinisikan bahwa: “Hubungan bilateral adalah

25
K.J Holsti, Politics International:Suatu Kerangka Analisis (Terjemahan Wawan Juanda) (Bandung:
Pedoman Ilmu Jaya, 2008) hlm.65
26
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3ES, 2004),
hlm.140
23
keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau2
42
terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak (dua negara)”. 27

Kerjasama pertahanan Indonesia dan Korea Selatan selain untuk memenuhi

kepentingan nasional Indonesia di bidang pertahanan, kerjasama tersebut

bertujuan untuk mencapai stabilitas keamanan nasional Indonesia. Keamanan

nasional lebih menekankan kepada kemampuan pemerintah dalam melindungi

suatu Negara dari ancaman dalam maupun dari luar sehingga terpenuhinya kondisi

yang aman. Kerjasama pertahanan yangdilakukan oleh Indonesia, diletakkan

diatas prinsip- prinsip kerjasama luar negeri pemerintah Indonesia, serta diarahkan

untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan sektor pertahanan negara.

Lebih lanjut Arivind Dutta menjelaskan sebagai berikut: “Defense

cooperation is an ideal tool to advance the national foreign policy objectives by

building bridges of friendship, preventing conflicts, building mutual trust and

capacities on a global basis. The process signals the political commitment to

develop cooperative relations and dispel mistrust and misperception on issues of

common military interest. The evolving geo-strategic realities necessitates that

policy guidelines be formulated for integrated inter-ministerial planning on issues

concerning the external security of the country” 28

Makna dari pernyataan Arvind Dutta diatas bahwa kerjasama pertahanan

merupakan salah satu jalan dalam mencapai tujuan politik luar negeri suatu negara

dengan membangun kepercayaan satu sama lain. Pertahanan Indonesia sendiri

bermula pada tahun 1945, dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi

Didi Krisna(Ed), Kerjasama Ekonomi Indonesia-Brasil (Makassar: Unhas, 2008), hlm.16


27

28
Arvind Dutta,”Role of India’s Defense Cooperation Initiatives in Meeting the Foreign Policy
Goals”,dalam institusi pertahanan dan analisis, No.3, July2009 (New Delhi:2009), hlm.1
24
2
sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia
52
memerlukan kemampuan pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap

tegaknya kedaulatan NKRI. Doktrin pertahanan (defence, doctrin), atau lebih luas

lagi doktrin keamanan nasional (national security doctrine), meliputi berbagai

prinsip dasar yang menjadi pegangan dan arahan bagi penggunaan sumber daya

pertahanan untuk mencapai tujuan nasional. Strategi pertahanan dimengerti

sebagai segenap seni dan pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan dan

penggunaan unsur pertahanan, pada masa damai maupun perang, untuk

maksimalisasi penggunaan sumber daya dan minimalisasi resiko. Semuanya

merupakan sebuah kerangka sistematik dengan perkaitan antara konsep, strategi,

dan operasionalnya.

Di Indonesia, gagasan konseptual untuk itu tertuang dalam apa yang dikenal

sebagai “sistem pertahanan (dan keamanan) rakyat semesta” sishan (kam) rata,

kini mulai disebut sinhanrata, dengan menghilangkan elemen keamanan di

dalamnya. Menurut Sayidiman Suryohadiprojo “Sistem Pertahanan Rakyat

Semesta (Sishanrata) adalah konsep yang ditetapkan bangsa Indonesia sebagai

cara menghadapi dan mengatasi serangan dan gangguan yang dilakukan negara

bangsa lain terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”. 29

Kerjasama bilateral merupakan cara untuk mencapai kepentingan nasional

dari berbagai negara yang tidak dapat dipenuhi dari negara itu sendiri. Hubungan

bilateral memiliki timbal balik antar kedua negara untuk membangun kemitraan

yang kuat dan menciptakan hubungan yang baik. Kerjasama antara Indonesia dan

29
Sayidiman Suryohadiprojo, “Sistem Pertahanan Rakyat Semesta: Hakikat Sistem Pertahanan
Rakyat Semesta” dalam http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1634, diakses 12 Desember 2018
25
Korea Selatan dinilai akan menguntungkan satu sama lain. Dengan kerjasama2
62
bilateral tersebut hubungan kedua negara yang pernah renggang akhirnya bisa

terjalin dengan baik lagi. Hal tersebut juga merupakan salah satu cara untuk

menciptakan perdamaian diantara kedua negara tersebut. Selain itu kerjasama

tersebut juga dapat meningkatkan perekonomian dimasing-masing negara

terutama Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa pesawat jet tempur di Indonesia

masih kurang dan belum dikembangkan sendiri. Melihat kondisi Korea Selatan

yang memiliki industri pesawat tempur berpengalaman dan memiliki peranan

industri yang penting di dunia penerbangan maka hal itu dapat membantu

Indonesia untuk meningkatkan kembali alutsistanya. Kerjasama tersebut juga

dapat mendapat keuntungan dari segi ekomomi, Tentu saja kerjasama tersebut

akan menguntungkan keduanya agar lebih baik kedepannya dan menjadi mitra

kerja yang erat.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode eksplanatif. Metode

eksplanatif ini juga digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada pada

penelitian “Apa Kepentingan Indonesia melakukan kerjasama bilateral dengan

Korea Selatan terhadap pembuatan jet tempur IFX/KFX”

26
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data 2
27
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah studi

kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dari literature yang berhubungan

dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisisnya. Literature

ini terdiri dari buku-buku, jurnal, dokumen, majalah, surat kabar, dan situs internet

ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti penulis

agar mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk kelancaran peneliti ini.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah kualitatif, yaitu teknik

pengumpulan data-data melalui sumber-sumber terpercaya supaya mendapatkan data

yang sesuai dengan keadaan yang ada, sehingga menjadikan analisis ini menjadi

kongkrit. Adapun dalam menganalisis, permasalahan digambarkan berdasarkan data

primer ataupun skunder yang ada kemudian dianalisis, dieksplorisasi dengan

menggunakan konsep dan teori yang telah ditentukan.

1.6.4 Level Analisa

Penelitian ini terdiri dari 2 variable, unit analisa dan penelitian ini adalah

Kerjasama Indonesia Dengan Korea Selatan yang menjadi variable independen yang

termasuk dalam level negara dan Pembuatan Jet Tempur menjadi variable dependen,

sedangakan kedua variable tersebut berada pada level negara-bangsa. Maka model

level analisa yang digunakan adalah korelasionis.

27
1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian 2
82
a. Batasan Waktu

Penelitian yang diteliti memiliki banyak arti dan makna yang luas, oleh

karena itu untuk membatasi waktu yang sangat luas maka peneliti menggunakan

batasan waktu yaitu pada tahun 2006 yang merupakan awal ditandatanganinya MoU

oleh kedua negara yang didalamnya berisi salah satu kerjasama yaitu pembuatan

pesawat jet tempur hingga tahun 2016

b. Batasan Materi

Penelitian ini berfolus pada batasan materi yaitu awal desepakatinya

perjanjian kesepahaman MoU yang ditandatangani oleh wakil dari Indonesia dengan

Korea Selatan hingga akhirnya kepentingan Indonesia dalam menyepakati kerjasama

dibidang dirgantara tersebut

1.7 Hipotesa

Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Korea Selatan adalah salah

satu kebijakan Indonesia untuk mencapai visi alih teknologi dirgantara yang menjadi

kepentingan nasional Indonesia. Kerjasama tersebut disepakati oleh Indonesia demi

meningkatkan kemandirian alutsista yang masih belum terwujud. Bila dilihat dari

teknologi penerbangan Korea Selatan, kepentingan-kepentingan yang ingin

Indonesia capai akan mudah terealisasikan dan akan meningkatkan teknologi

alutsista Indonesia. Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memiliki industri

persawat tempur yang berpengalaman dan banyak memproduksi pesawat tempur di

Asia saat ini. Sehingga Indonesia bisa belajar dan melakukan kerjasama dalam

pembuatan pesawat jet tempur yang selama ini belum pernah memproduksi pesawat

28
jet tempur, serta keuntungan dari memajukan alutsista Indonesia ialah untuk 2
92
mencapai alih teknologi yang baik dan visi yang diharapkan oleh Joko Widodo yaitu

visi Indonesia mandiri alutsista

1.8 Sistematika Penulisan

Sistermatika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.4.1 Tabel Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kepentingan Nasional
1.5.2 Kerjasama Bilateral
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
1.6.3 Teknik Analisa Data
1.6.4 Level Analisa
1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.7 Hipotesis
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II 2.1 Gambaran Umum Pesawat KFX/ IFX Untuk Mendukung
Kepentingan Pertahanan Udara Dan Industri Pesawat
Indonesia
2.1.1 Urgensi Pembuatan Pesawat Jet Tempur
2.1.2 Hambatan Pembuatan Pesawat Jet Tempur
2.2 Visi Indonesia Menjadi Mandiri Alutsista
2.3 Kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam
pembuatan Pesawat Jet Tempur
2.4 Keunggulan Korea Selatan dalam Pembuatan Pesawat
BAB III Kepentingan Indonesia Dalam Kerjasama
Pembuatan Pesawat Jet Dengan Korea Selatan
3.1 Kepentingan Indonesia Dalam Meningkatkan Keamanan
29
Dan Pertahanan Indonesia (Core Values) 3
3.2 Kepentingan Indonesia Dalam Keuntungan Ekonomi 2
0
Indonesia (Middle-Range Objective)
3.2.1 Penambahan Alutsista
3.2.1.1 Pengembangan teknologi dirgantara
3.2.1.2 Moderenisasi Teknologi
3.2.2 Posisi Strategis Indonesia Dalam Relasi
perdagangan
3.3 Kepentingan Indonesia Dalam Menjaga Keamanan dan
Perdamaian Dunia (Long-Range Objective)
3.3.1 Mengurangi Pemborosan Anggaran Belanja
Alutsista
BAB IV Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

30
BAB II 3
12
GAMBARAN UMUM PESAWAT KFX/ IFX UNTUK MENDUKUNG

KEPENTINGAN PERTAHANAN UDARA DAN INDUSTRI PESAWAT

INDONESIA

Bab ini menyajikan gambaran umum pesawat KFX/ IFX untuk mendukung

kepentingan pertahanan udara dan industri pesawat Indonesia. Sub bahasan yang

disusun dideskripsikan diawali dengan gambaran umum Pesawat KFX/IFX,

dilanjutkan visi Indonesia menjadi mandiri alutsista, kerjasama Indonesia dengan

Korea Selatan dalam pembuatan Pesawat Jet Tempur dan diakhiri dengan

keunggulan Korea Selatan dalam pembuatan pesawat.

2.1 Gambaran Umum Pesawat KFX/ IFX

Korea Aerospace Industries KFX/ KFI/ Indonesian Aerospace IF-X adalah

program Korea Selatan dan Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur

multfungsi lanjutan untuk Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) dan Angkatan

Udara Indonesia (TNI-AU), dipelopori oleh Korea Selatan dengan Indonesia sebagai

mitra utama. Ini adalah program pengembangan tempur kedua Korea Selatan setelah

FA-50.30

Proyek ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-

Jung pada upacara wisuda Akademi Angkatan Udara Korea pada bulan Maret 2001.
31
Korea Selatan dan Indonesia sepakat untuk bekerja sama dalam memproduksi

30
Palupi Annisa Auliani, Proyek Pesawat Tempur KF-X dan Hegemoni Teknologi Korsel atas
Indonesia, dalam https://nasional.kompas.com/read/2019/01/18/15403971/proyek-pesawat-tempur-kf-
x-dan-hegemoni-teknologi-korsel-atas-indonesia?page=all., diakses tanggal 20 Januari 2020 11:30
31
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2009/03/116_41896.html, diakses tanggal 20
Januari 2020 10.20
31
pesawat tempur KFX/ KFI / IF-X di Seoul pada bulan Juli 15, 2010. Persyaratan 3
2
operasional awal untuk program KFX/ KFI / IF-X seperti yang dinyatakan oleh ADD

(Agency for Defense Development) adalah mengembangkan jet berpilot tunggal,

bermesin ganda dengan teknologi siluman melebihi kemampuan Dassault Rafale

atau Eurofighter Typhoon, Lockheed Martin F-35 Lightning II.

Fokus keseluruhan dari program ini adalah memproduksi pesawat tempur

generasi ke 4,5 dengan kemampuan lebih tinggi daripada pesawat tempur kelas KF-

16 pada tahun 2020. Jumlah pesawat tempur yang diproduksi rencananya 120 unit

untuk Angkatan Udara ROK dan 80 unit untuk Angkatan Udara Indonesia. Korea

Selatan berencana untuk membeli dari tahun 2023 sampai 2030.32

Model KFX/ KFI, dirancang oleh perusahaan sebagai pesawat bermesin

tunggal dengan sebagian besar sistem yang dikembangkan berdasarkan pesawat

latihan T-50 tanpa ruang amunisi internal. Pengalaman dari T-50, dan dukungan

yang diberikan oleh Lockheed untuk pesawat itu, dipandang sebagai pendekatan

yang hemat biaya, karena pejabat KAI melihat proposal yang lebih kecil dan lebih

murah untuk mendapatkan program peluncuran dan memasuki layanan sekitar

pertengahan 2020-an. Ada dua versi KFX-E yang tersedia, yang standar dengan satu

sirip vertikal dan opsi lain dengan dua sirip vertikal yang memerlukan lebih banyak

pekerjaan pembangunan namun memiliki sedikit refleksi radar. Meskipun KFX-E

lebih kecil dari F-35 Lightning II, beratnya lebih tinggi daripada T-50 dan F-16,

dengan kapasitas bahan bakar internal 14 persen lebih tinggi daripada F-16C Blok 40

dengan 6,36 ton.33

32
http://www.asiae.co.kr/news/view.htm, diakses tanggal 20 Januari 2020 10.20
33
KAI KFX IFX https://id.wikipedia.org/wiki/KAI_KF-X, diakses 20 Januari 12:30
32
Sayapnya yang lebih besar dibanding F-16 akan menghasilkan lebih banyak3
32
seretan/gesekan dan membuatnya berakselerasi lebih lambat. Model lainnya

dirancang oleh Seoul's Agency for Defense Development (ADD) yang menjadi

pesaing KAI, mereka menilai desain ADD untuk pesawat bermesin ganda akan

membutuhkan lebih banyak pengembangan sistem domestik yang dinilai terlalu

ambisius. Sebenarnya ada dua proposal ADD, yaitu C103 dan C203, keduanya

memiliki berat kosong 11 ton. AAD merancang pesawat yang sulit dideteksi radar,

dan versi selanjutnya memiliki teknologi siluman yang canggih dan ruang senjata

internal. Desain ADD memiliki keuntungan bekerja sama dengan Indonesia sebagai

mitra asing utama. C103 dan KFX-E memiliki dua ekor vertikal, sementara C203

memiliki stabilizer horizontal di bagian depan.34

Tabel 2.1 Desain Pesawat Tempur KFX/ IFX


Berat Kosong 9.3 metrik ton (20,500 lb)
Berat Maksimum 20.9 metrik ton (46,000 lb)
Bahan Bakar Internal 3.6 metrik ton (8,000 lb)
Rentang Sayap 9.8 meter (32 ft)
Panjang 15.2 meter (50 ft)
Permukaan Sayap 37.1 meter persegi (400 square ft)
Mesin 1 X P&W F100 atau GE F110
Hardpoint 9
Senjata Internal Tidak Tersedia
Sumber: DAPA, 201535

DAPA mengumumkan persetujuan pengembangan KFX/ KFI pada tanggal 5

Januari 2014, setelah hampir satu dekade dengan mengajukan alokasi 20 miliar won

(US $ 19 juta). Dengan dimulainya pembangunan, kelayakan desain dan spesifikasi


34
ibid
35
Michael Herh, Air Force: 'Korea Will Be Able to Continue KF-X Project without 4 Core Techs from US',
http://www.businesskorea.co.kr/news, diakses tanggal 22 Januari 2020 11.00
33
3
mulai ditinjau. Konsep ADD mencakup C103 bergaya F-35 dan C203 bergaya Eropa
42
dengan canards dalam bingkai siluman, keduanya akan didukung oleh dua mesin

masing-masing minimal 20.000 lb (9.100 kg). ADD mengklaim pesawat yang lebih

besar dari KF-16 memiliki lebih banyak ruang untuk upgrade; Blok KFX/ KFI 2

akan memiliki ruang senjata internal, dan sebuah blok 3 memiliki tingkat siluman

canggih yang sebanding dengan F-35 atau B-2 spirit. Angkatan Udara lebih memilih

pesawat tempur bermesin ganda untuk keamanan dan jangkauan.

Proposal KAI dijuluki C501, konsep dengan mesin tunggal 29.000 lb (13.000

kg) berdasarkan FA-50 dengan fitur yang sulit terdeteksi dan avionik lebih maju.

Model C501 ditujukan untuk keterjangkauan dan kinerja berdasarkan teknologi yang

ada. Lockheed, yang ikut merancang pesawat latihan jet T-50, mendukung konsep

satu mesin karena lebih murah dan cepat dikembangkan daripada pesawat bermesin

ganda, namun mengatakan akan mendukung keputusan mana pun yang dibuat.

Institut Korea untuk Analisis Pertahanan (KIDA) juga mendukung KAI, karena

yakin Korea Selatan belum siap atau mampu bersaing dengan pesawat tempur yang

dibuat oleh perusahaan A.S. atau Eropa, mereka memperkirakan biaya

pengembangan program akan mencapai setidaknya 10 triliun won ($ 927 juta).36

Program KFX/ KFI dipercepat, kebutuhan operasional dikonfirmasi pada

pertengahan Juli 2014, dan proposal dimulai pada awal bulan berikutnya. ADD dan

ROKAF telah memilih badan pesawat bermesin ganda untuk kapasitas lebih,

mobilitas, daya dorong, dan keamanan yang lebih besar; pendukung desain bermesin

36
ibid
34
tunggal mempertahankan bahwa akan lebih murah, lebih menarik untuk di ekspor, 3
52
dan teknologi mesin modern akan membuat insiden kegagalan mesin jarang terjadi.37

Desain awalnya adalah menciptakan pesawat tempur generasi 4,5 dengan

kapasitas + 20.000 lb (9.100 kg), dengan Blok KFX/ KFI 2 memiliki ruang senjata

internal, dan Blok 3 memiliki fitur siluman yang sebanding dengan F-35 Lightning II

atau B-2 Spirit. Pengoperasian awal dijadwalkan pada tahun 2025, dua tahun mundur

dari yang dijadwalkan. DAPA mengajukan proposal pada tanggal 23 Desember

2014, kementerian keuangan kemudian menyetujui anggaran 8,6991 triliun won ($

7,9171 miliar) untuk pengembangan desain ADD KFX/ KFI, namun parlemen tidak

akan mengizinkan pembelanjaan atau produksi skala penuh sampai pada anggaran

pemerintah tahun 2016 di bulan Desember 2015. Selama waktu itu, Airbus, Boeing,

dan Korean Airlines mencoba untuk mengusulkan alternatif yang lebih murah untuk

desain tempur ADD dan menjadi saingan Lockheed Martin untuk memberikan

bantuan teknis. Tim ini kemungkinan akan menawarkan versi F/A-18E/F Super

Hornet sebagai desain dasar. Karena A.S. membatasi teknologi tertentu yang

diperbolehkan ditransfer ke luar negeri, Boeing dapat memberikan pengetahuan

siluman dan radar melalui perusahaan Airbus Eropa.38

Pada tenggat waktu pengiriman proposal 9 Februari 2015, tim KAI / Lockheed

Martin telah mengajukan penawaran mereka namun Korean Air and Airbus Defense

gagal, alasannya kemungkinan akan lebih banyak membutuhkan persiapan. Karena

undang-undang Korea mengamanatkan setidaknya harus ada dua peserta lelang,

tenggat waktu untuk pelelangan kedua dimundurkan ke 24 Februari. Gagal


37
Budi Satria, Indonesia-Korea Selatan Kembangkan Pesawat Tempur KFX/IFX, dalam
http://www.bumn.go.id/ptdi/berita/1-Indonesia-Korea-Selatan-Kembangkan-Pesawat-Tempur-KFX-
IFX, diakses tanggal 21 Januari 2020 10:00
38
ibid
35
mendapatkan tawaran lain kemungkinan akan menunda jadwal program. Jika 3
62
tawaran lain tidak diterima oleh pelelangan ketiga, badan pengadaan senjata

diizinkan untuk maju hanya dengan satu peserta. Pada tanggal 30 Maret 2015 tim

KAI / Lockheed Martin dipilih untuk kontrak KFX/ KFI mengalahkan Korean Air

and Airbus.39

2.1.1 Urgensi Pembuatan Pesawat Jet Tempur

Kecil kemungkinan Indonesia bakal terlibat perang fisik dengan negara lain.

Namun, sebagai negara berdaulat, negara lain tak boleh semaunya melintasi wilayah

Indonesia tanpa otorisasi dari Pemerintah Indonesia. Kenyataannya, beberapa kali

wilayah Indonesia dilanggar kedaulatannya oleh negara lain. Kapal pencuri ikan,

penjaga pantai, ataupun pesawat terbang dari negara lain berkali-kali memasuki

wilayah Indonesia tanpa izin. Komando Pertahanan Udara Nasional mencatat,

sepanjang 2014 terdapat 50 pelanggaran wilayah, tahun berikutnya 182 kali. Kasus

paling hangat adalah kapal pencuri ikan yang dijaga kapal penjaga pantai Tiongkok

beroperasi di sekitar Natuna. Kenyataan ini membuat harapan agar Indonesia

memiliki pesawat tempur dan kapal perang andal untuk mencegah pelanggaran

kedaulatan tersebut tak mungkin dihilangkan.40

Keselamatan Indonesia semata-mata tergantung karena tidak adanya intensi

negara-negara luar itu untuk terjun dalam perang konvensional. Taburan beberapa

sorti bom ke sasaran-sasaran kritis, termasuk rantai komando militer dan sasaran

strategis, jejaring urat syarat operasi militer kemungkinan besar cukup melumpuhkan

39
ibid
40
KF-X/IF-X dan Mimpi Jet Tempur Indonesia,
https://nasional.kompas.com/read/2016/04/14/15591721/KF-X.IF-X dan Mimpi Jet Tempur
Indonesia, diakses tanggal 12 Januari 2020 20.12
36
3
Indonesia. Sulit dibayangkan hal seperti itu bisa dilawan semangat juang gerilya
72
tradisional.41

Menjaga perbatasan darat mugkin tidak menjadi asalah utama, khususnya

untuk menghadapi perang konvensional dan dihadapkan pada negara-negara yang

memiliki perbatasan darat sepereti Timor Leste, Papua Nugini dan Malaysia.

Perbatasan laut dan udara jauh lebih kompleks baik karena kebutuhan untuk

memperoleh assurance kepada perairan dan ruang udara internasoinal tetapi juga

karena fungsi pertahanan matra laut dan udara juga merambah pada isu kedaulatan di

laut dan udara, tidak melulu pertahanan matra seperti angkatan darat. Fungsi

constabulari (penegakanm hukum, atau penegakan kedaulatan) mejadi jauh lebih

kompleks dan penting seiring dengan merebaknya berbagai ancaman transnaisonal

seperti terorisme maritim, perompakan dan pebajakan, atau sekedar memastikan sea

lanes of communicationm dan choke points mampu menyangga gerak pertahanan laut

dan udara.42

Ruang udara adalah titik lemah lain, khususnya karena pengaturan ruang udara

masih dikendalikan oleh Singapura. Keliru besar untuk menganggap pengaturan itu

hanya merupakan isu pengelolaan (managerial) dan bukan isu kedaulatan, dan oleh

karenanya pertahanan negara. Sejarah menunjukkan bahwa koridor Selat Malaka,

Selat Karimata dan perairan Natuna merupakan perbatasan kritis (critical border).

Sebagian besar invasi ke wilayah Nusantara di masa lalu memasuki wilayah

Indonesia dari perbatasan kritis itu. Selat jalur itu juga merupakan jalur perdagangan

paling penting di dunia, dengan nilai lebih dari 5 trilyun dollar pertahun. Rapuhnya

41
Kusnanto Anggoro, 2016, Ketahanan dan strategi pertahanan Indonesia menuju Negara Wibawa
2045, Jurnal Final version, vol. 1 No. 2 24 Mei 2016 hlm. 21
42
ibid
37
3
penjagaan atas ruang FIR (Flight Information Region) terkait secara langsung dengan
82
pertahanan militer maupun ketahanan perekonomian Indonesia.43

Kemampuan pertahanan Indonesia yang dirancang hingga tahun 2019 atau

bahkan 2024 tidak lebih dari sekedar kemampuan militer minimum, untuk mengatasi

dua trouble spot sekaligus. Namunn konteks utama minimum essential forces yang

utama dan terutama adalah untuk keamanan internal, misalnya menghadapi daerah-

daerah rawan konflik di penghujung timur dan barat Indonesia. Sejarah panjang

Aceh dan Papua memberi bekas yang begitu kuat dalam persepsi elit Indonesia.

Dinamika politik identitas dan globalisasi ideologi radikal masih juga akan menjadi

salah satu tantangan penting, sekurang-kurangnya sampai tahun 2024 ketika

Indonesia diharapkan memenuhi siklus demokratisasi yang stabil dan, oleh

karenanya, berhasil membangun persatuan negara bangsa.44

Pada tahun 1998-2000, Indonesia mempunyai tiga kebijakan pertahanan.

Ketiga kebijakan pertahanan tersebut adalah rencana program upgrade sistem radar

pertahanan udara yang dilakukan pada akhir tahun 1999, usulan pengadaan kapal

selam buatan Korea Selatan, dan rencana pembelian enam unit domestic NC-212

MPAs dan tiga unit helikopter NBO-105 CB. Ketiga kebijakan pertahanan tersebut

tidak tercapai. Indonesia tidak membentuk banyak kegiatan di bidang pertahanan

selama lima tahun pasca-reformasi. Indonesia berfokus pada pembenahan di

sektor TNI daripada bidang pertahanan. Hal ini yang diindikasi sebagai penyebab

43
ibid
44
Aulia Fitri dan Debora Sanur, Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional Dalam Pemenuhan
Minimum Essential Forces (MEF), Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XI-22-II-P3DI-November-2019-
1947.pdf diakses tanggal 7 Pebruari 2020 19:30
38
ketidakadaan data anggaran pertahanan Indonesia pada tahun 3
1998-2000.45
92
Sebagaimana yang terjadi di kawasan Asia Selatan, peningkatan anggaran

pertahanan Indonesia memberikan efek yang sama dengan yang diberikan India ke

negara-negara di kawasan Asia Selatan, khususnya Pakistan.

Oleh sebab itu dapat dimengerti kalau daerah-daerah itu tetap dinyatakan

sebagai daerah rawan konflik atau sekurang-kurangnya yang paling potensial untuk

mengancam kedaulatan internal Indonesia. Apalagi rumusan tugas TNI dalam UU

34/2004 yang agak ambiguous, misalnya dalam kaitannya dengan kecenderungan

preemtif maupun untuk tujuan-tujuan menyelenggarakan operasi militer selain

perang seperti dimaksud dalam pasal 7 UU 34/2004. Dalam perdebatan menjelang

perumusan UU TNI 2004, operasi militer selain perang tidak lebih dari sekedar peran

tambahan (secondary roles) bagi TNI yang tugas utamanya tetap mempertahankan

keutuhan wilayah, kedulatan negara dan ancaman disintegrasi bangsa.46

Dalam berbagai pembahasan RUU TNI waktu itu diasumsikan beberapa hal,

khususnya: pertama, “kekuatan TNI yang mampu mengatasi berbagai ancaman

militer dengan sendirinya dapat pula mengatasi ancaman-ancaman non-militer”;

kedua, ancaman militer tidak terjadi setiap saat, berbeda dengan canaman non-militer

yang memang dapat terjadi kapanpun, sehingga kekuatan TNI yang tidak digelar

untuk menghadapi ancaman militer itulah yang digunakan untuk menghadapi

ancaman-ancaman nir-militer. Karena itu pula perlu keputusan politik dalam

penggunaan kekuatan TNI untuk tugas-tugas non-militer; dan ketiga, tugas-tugas

untuk menghadapi ancaman nir-militer pada prinsipnya merupakan fungsi sipil


45
Sulistyo, I. (2012). Kebijakan Pertahanan Indonesia 1998—2010 dalam Merespon Dinamika
Lingkungan Strategis di Asia Tenggara. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hlm.54
46
Sulistyo, I. (2012). Kebijakan Pertahanan Indonesia 1998—2010 dalam Merespon Dinamika
Lingkungan Strategis di Asia Tenggara. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
39
4
(civilian function), sehingga reformasi militer dan/atau reformasi militer harus
02
disertai dengan peningkatan kapasitas sipil untuk menghadapi ancaman-ancaman

non-militer itu.

2.1.2 Hambatan Pembuatan Pesawat Jet Tempur

1. Ketergantungan Korea Selatan terhadap teknologi Amerika Serikat

Indonesia menyadari bahwa program KF-X telah terjerat ke dalam jaring

military industrial complex AS yang menempatkan kolaborasi pertahanan di bawah

proses politik rumit di Washington. Tanpa adanya kesepakatan kerja sama teknis

Indonesia dan AS dan status negara kita bukan sekutu sang adikuasa, insinyur

Indonesia dilarang mengakses data teknis dari Lockheed Martin yang memberi 21

teknologi kunci kepada KAI untuk pengembangan KF-X.47 Akses ke teknologi

Lockheed Martin hanya bisa dibuka bila ada peningkatan status hubungan antara

Indonesia dan AS, seperti yang terjadi pada India. Presiden Barack Obama pada

2016 mengakui India sebagai "mitra utama bidang pertahanan" yang bisa mengakses

hampir semua teknologi militer AS. Pada pertengahan 2018, Presiden Donald Trump

menaikkan status India ke STA-1, sekaligus menjadikannya negara Asia ketiga

setelah Jepang dan Korea Selatan yang dianggap setara anggota NATO.48

2. Teknologi Pesawat Jet Tempur KFX/ KFI akan tertinggal dengan

Perkembangan Yang Baru

Teknologi pesawat tempur IFX/KFX memiliki panjang 51,3 feet, panjang

sayap 35,2 feet, tinggi 14.9 feet, berat maksimum untuk take off (MTOW) 53.200 lb,

dengan kecepatan maksimum hingga 1,9 Mach. Indonesia selalu mencari cara
47
Rahmat Budi Harto, Proyek Pesawat Tempur KF-X dan Hegemoni Teknologi Korsel atas
Indonesia, https://nasional.kompas.com/read/2019/01/18/15403971/proyek-pesawat-tempur-kf-x-dan-
hegemoni-teknologi-korsel-atas-indonesia?page=all, diakses tanggal 17 Januari 2020 20:45
48
ibid
40
mendekat ke sumber teknologi dirgantara canggih dengan tujuan mencapai 4
12
kemandirian industri pertahanan. Terlebih lagi, Indonesia punya pengalaman lebih

panjang daripada Korea Selatan dalam pengembangan pesawat, sehingga alih

teknologi di KF-X sebetulnya juga berjalan dua arah. TNI AU selaku calon pemakai

KF-X juga merasa bahwa pesawat yang dihasilkan program ini tanggung, tak cukup

canggih untuk menghadapi tantangan masa depan ketika langit kawasan akan

dipenuhi jet tempur generasi ke-5. Dalam satu dekade ke depan, Australia dan

Singapura berencana mengoperasikan F-35, sedangkan China sudah menyiapkan dua

pesawat tempur siluman. Sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis

bahkan sudah mengumumkan rencana pengembangan pesawat tempur generasi ke-

6.49

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan telah mengumumkan bahwa lima

tahun ke depan Indonesia akan memiliki pesawat tempur sendiri tipe KFX/IFX

buatan bersama Korea-Indonesia. Pertanyaan terbesar di seputar pembuatan

KFX/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi

jet tempur generasi ke-4,5? Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh

teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini

tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta

lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya

“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa
meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet
tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu:
FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang
jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,”50

49
Pingit Aria, Proyek Jet Tempur KFX/IFX yang Dapat Lampu Hijau Mahfud MD, dalam
https://katadata.co.id/berita/2019/12/13/proyek-jet-tempur-kfxifx-yang-dapat-lampu-hijau-mahfud-
md, diakses tanggal 10 Pebruari 2020 14:00
41
Pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk 4
2
membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5

maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik

dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara

material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang

bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.

Kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman)

macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent

Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar

seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin

juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau

pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang

“dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa

mengendalikan penerbangan.

“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar.


Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang
elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab
KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi”51

Material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan

mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5. Begitu pun Tim KFX/IFX akan

membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak

dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk

gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa

mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea
50
Mulyo Widodo.Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember 2019 di
BPPT, Jakarta
51
Ibid
42
maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada 4
32
beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan

baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-

35 dan F-22.52

Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16

dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-

16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super

cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu

dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih

unggul dari F-16Plus.

2. Manfaat program pembuatan Pesawat Jet Tempur KFX/ KFI tak sebanding

dengan anggaran yang harus dikeluarkan

Program pembuatan jet tempur KFX/IFX merupakan pesawat multi-peran

semi-siluman generasi 4.5 yang dikembangkan oleh Indonesia dan Korea Selatan.

Dalam nota kesepahaman kedua negara, Indonesia akan menanggung biaya program

pengembangan pesawat tempur itu sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80

persen. Program KFX yang memerlukan dana sangat besar, semula Korea Selatan

juga menggandeng Turki, namun seiring berjalannya waktu Turki mengundurkan

diri. Ada beberapa teknologi kunci yang mutlak harus dikuasai untuk mewujudkan

superioritas KFX (belakangan juga IFX) ini, di antaranya adalah teknologi radar

AESA.53

52
http://indonesiasatu.co/detail/profil-pesawat-tempur-kfx-ifx-buatan-korea-indonesia, diakses
tanggal 22 Januari 2020 14.10
53
http://www.bumn.go.id/ptdi/berita/1-Sudah-Sejauh-Manakah-Pembuatan-Jet-Tempur-KFX-IFX-
43
Persoalan yang masih mengganjal proyek KFX/IFX ini adalah penyediaan 4
42
anggaran, yang memang butuh dana sangat besar. Ketua Parlemen Korea Selatan

Ahn Hong-joon pada Mei 2013 mengungkapkan, pemerintah Korea Selatan kesulitan

mencari dana untuk proyek mahal tersebut. Namun Hong-joon meyakinkan, proyek

KFX/IFX tak akan terhenti. Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi

Alisjahbana, pada Agustus 2013 menjelaskan, pihak Korea terpaksa menunda

pembangunan proyek tersebut karena harus menunggu keputusan dari pemerintah

yang baru. Setidaknya dibutuhkan 8 miliar dollar AS atau setara Rp 78,4 triliun

untuk menghasilkan prototipe jet tempur KFX/IFX, yang tersertifikasi dan siap

produksi.54

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan sudah mengalokasikan

anggaran 1,8 miliar dollar AS atau senilai Rp 15,68 triliun. Alokasi ini setara 20

persen dari keseluruhan biaya pengembangan jet tempur KFX/IFX. Sementara 80

persen atau setara 6,2 miliar dollar AS untuk biaya pengembangan ditanggung oleh

Korea Selatan. Di luar aspek anggaran, pengamat militer dan dosen Hubungan

Internasional UI, Andi Widjajanto, mengkhawatirkan, yang terjadi sesungguhnya

lebih serius karena menyangkut kontrak alih teknologi. Indonesia sebagai negara

bebas-aktif tidak menganut blok pertahanan, karena itu upaya alih teknologi menjadi

lebih sulit. Berbeda dengan Korea Selatan yang jelas adalah sekutu dekat AS di

kawasan Asia-Pasifik.

54
Satrio Arismunandar, Ambisi Indonesia Memproduksi Pesawat Jet Tempur KFX/IFX (Strategi &
Teknologi Militer), anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI (1995-
97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera
Indonesia (SBSI) 1993-95. Jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988- 1995), Majalah D&R
(1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV
(Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013).
Alumnus Program S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI
(Asosiasi Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011
44
Dalam kasus KFX/IFX, Indonesia awalnya berharap bisa belajar teknologi 4
52
pesawat tempur F-16, yang lisensinya sudah dilimpahkan AS kepada Korea Selatan.

Belakangan, Korea Selatan tergiur ingin mengembangkan KFX dengan teknologi

pesawat F-35, yang lisensinya belum tentu boleh dibagi dengan Indonesia. Hal ini

karena tidak ada pelibatan Indonesia sama sekali dalam konsorsium persenjataan

global dengan Amerika Serikat.55

Apapun hambatannya, jika proyek ini berhasil, KFX/IFX akan menjadi

pesawat jet tempur pertama yang dibuat Indonesia. Dalam proyek tersebut, Indonesia

mendapat porsi pengarapan pesawat hingga 20 persen. Pesawat KFX/IFX nantinya

akan diproduksi sebanyak 250 unit, dan Indonesia mendapat bagian 50 unit. Satu unit

pesawat tempur ini nantinya dihargai sekitar 70-80 juta dollar AS.

Memang, keterlibatan Indonesia dalam program KF-X tak melulu hanya soal

peningkatan kemampuan pertahanan, tetapi juga terkait aspek politis. Lamanya

Indonesia membuat keputusan soal KF-X, dari menunda pembayaran sejak 2017

sampai keputusan negosiasi ulang pada Oktober 2018, lebih terkait dengan adanya

kekhawatiran bahwa keputusan mundur dari program ini akan merusak hubungan

bilateral yang sudah demikian erat. Korea Selatan saat ini menduduki peringkat

kelima investasi asing di Indonesia.56

Indonesia mempunyai pengalaman diembargo dan dibatasi penggunaan


alutsistanya oleh negara pembuat. Selain itu, suku cadang dari alutsista yang
digunakan saat ini bergantung pada kesiapan negara pembuat. Walaupun Indonesia
mempunyai dana yang memadai, operasionalisasi alutsista tetap terbatas. Oleh

55
Antara, Korea Selatan berharap proyek pesawat KFX/IFX segera dilanjutkan,
https://www.antaranews.com/berita/1250220/korea-selatan-berharap-proyek-pesawat-kfx-ifx-segera-
dilanjutkan, diakses tanggal 17 Januari 2020 18:45
56
ibid
45
karena itu, Indonesia membutuhkan kemandirian dalam membangun industri4
62
pertahanannya.
Pengembangan KFX/IFX ini memberikan peluang kepada Indonesia untuk
membangun kemandirian dalam industri pertahanan. Teknologi pesawat tempur
yang dikembangkan bersama dengan Korsel dapat menghasilkan kompetensi di
bidang industri pesawat tempur. Kemandirian tersebut tidak hanya dalam produksi
pesawat tempur dengan mengandalkan industri nasional, tetapi juga pemeliharaan
pesawat dan pengembangannya57.
Salah satu keuntungan yang dapat dicapai melalui Joint Development
KFX/IFX adalah penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan. Teknologi
yang diperoleh melalui penelitian dan pengembangan ini dapat memperkuat matra
udara Indonesia. Dengan teknologi tersebut, Indonesia dapat mendesain dan
mengembangkan pesawat tempur sesuai dengan yang dibutuhkan oleh TNI
Angkatan Udara.58
Sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara maju, Indonesia
membangun industri pertahanannya untuk berkontribusi terhadap perekonomian
negara. Indonesia dapat mencontoh Amerika Serikat yang mempunyai pendapatan
yang besar melalui penjualan peralatan pertahanan yang dihasilkan oleh industri
pertahanannya. Melalui penjualan alat pertahanan yang dihasilkan oleh industri
pertahanan, Indonesia tidak hanya mengembangkan industri pertahanan dan
mendorong perekonomian Indonesia, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan
yang berarti juga berdampak secara signifikan kepada masyarakat.
Pertimbangan ekonomi lainnya berkaitan dengan dana yang digunakan
untuk perawatan alutsista. Sebagai contoh, untuk mengelola dua kapal selam
Indonesia, KRI Cakra dan KRI Manggala, dana yang digunakan sekitar USD 140
juta. Itu hanya untuk pengelolaan atau maintenance kapal selam, belum untuk
artileri, Tarantula, dan pelbagai jenis alutsista lainnya. Oleh karena itu, kerja
sama ini dapat mendukung penghematan dana yang digunakan untuk maintenance
pesawat tempur yang digunakan Indonesia.
57
Madian, M.G. 2012. Analisa Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan dalam Pengembangan
Pesawat Tempur KAI KF-X/IF-X. Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Indonesia.
58
ibid
46
4
72
2.2 Visi Indonesia Menjadi Mandiri Alutsista

Industri pertahanan merupakan salah satu industri prioritas karena berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan strategis. Pentingnya industri pertahanan menjadi faktor

pendorong utama dalam penetapan peraturan tentang pengelolaan, pemberdayaan,

dan pembangunannya dalam kebijakan pertahanan. Tidak hanya dalam bentuk

kebijakan pertahanan yang bersifat periodik, pemerintahan SBY membentuk

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan yang menjadi

kerangka acuan dalam pemberdayaan, pengelolaan, dan pembangunan industri

pertahanan 59. Selain itu, pemerintah juga membentuk Komite Kebijakan Industri

Pertahanan (KKIP) melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010 tentang KKIP

yang keorganisasiannya dipertegas melalui penetapan Peraturan Presiden Nomor 59

Tahun 2013 tentang Organisasi, Tata Kerja, dan Sekretariat KKIP.60

Suksesi kepemimpinan SBY kepada Joko Widodo tidak menyurutkan langkah

pembangunan industri pertahanan. Visi, misi, arah kebijakan, dan strategi

pembangunan industri pertahanan semakin diperjelas pada era pemerintahan Joko

Widodo. Untuk pemerintahan periode 2015-2019, pembangunan dilaksanakan

dengan visi “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”. Visi ini didukung dengan tujuh misi pembangunan,

yaitu61:

59
Erlinda Matondang, 2018, Pembangunan Industri Pertahanan Indonesia, Universitas Pertahanan,
dalam https://www.academia.edu/27947637/Proyek_Penulisan_Buku_IF-X.docx, diakses tanggal 3
Pebruari 2020 16:45
60
Lampiran Matrik Isu Strategis 2019, dalam http://www.bphn.go.id/data/documents/14pr043.pdf,
diakses tanggal 9 Januari 2020
61
Erlinda Matondang, 2018, Pembangunan Industri Pertahanan Indonesia, Universitas Pertahanan,
dalam https://www.academia.edu/27947637/Proyek_Penulisan_Buku_IF-X.docx, diakses tanggal 3
Pebruari 2020 16:45
47
1. mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,4
82
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;

2. mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

hukum;

3. mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim;

4. mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera;

5. mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

6. mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional; dan

7. mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Visi dan misi pembangunan ini berlaku untuk seluruh bidang atau sektor dalam

negara Indonesia, termasuk industri. Dengan mengusung visi dan misi pembangunan

nasional, pembangunan industri dilaksanakan dengan berlandaskan pada visi yang

berbunyi: “Indonesia menjadi negara industri tangguh. Industri tangguh bercirikan:

struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan; industri yang

berdaya saing tinggi di tingkat global; dan industri yang berbasis inovasi dan

teknologi.”62

Sebagaimana visi dan misi pembangunan nasional, pemerintah juga

membentuk tujuuh misi untuk membangun industri dalam negeri. Ketujuh misi

tersebut tidak hanya mendukung pencapaian visi pembangunan industri, tetapi juga

62
ibid
48
4
menjadi bagian dari misi pembangunan nasional. Adapun ketujuh misi tersebut,
92
antara lain:63

1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian

nasional;

2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;

3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri

Hijau;

4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan

atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan

masyarakat;

5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia

guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan

7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

Industri pertahanan merupakan salah satu industri strategis yang mendapat

perhatian khusus dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, industri pertahanan menjadi

agenda penting dalam kebijakan pokok pertahanan Indonesia periode 2015-2019

yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan

Umum Pertahanan Negara 2015-2019. Tujuan dari pembangunan industri pertahanan

dalam Kebijakan Umum Pertahanan Negara 2015-2019 sama dengan kebijakan

sebelumnya, yaitu kemandirian. Namun, dengan penegasan bahwa visi yang diusung

63
Erlinda Matondang, 2018, Pembangunan Industri Pertahanan Indonesia, Universitas Pertahanan,
dalam https://www.academia.edu/27947637/Proyek_Penulisan_Buku_IF-X.docx, diakses tanggal 3
Pebruari 2020 16:45
49
dalam pembangunannya adalah “Industri Pertahanan yang Kuat, Mandiri, dan5
02
Berdaya Saing.”

Sasaran dari pembangunan industri pertahanan di era pemerintahan Joko

Widodo juga sama dengan yang diterapkan pada era SBY walaupun secara kuantitas

ada perbedaan target capaian. Di era pemerintahan SBY, tidak ada penjelasan

eksplisit terkait target capaian yang menjadi sasaran pembangunan industri

pertahanan. Sementara itu, pemerintahan Joko Widodo menetapkan kuantitas target

capaian yang dinyatakan dalam persentase. Pemerintahan Joko Widodo menargetkan

untuk mencapai 60% Minimum Essential Force (MEF), 50% pemeliharaan dan

perawatan alutsista; dan 20% kontribusi industri pertahanan terhadap pemenuhan

MEF dan pemeliharaan alutsista pada tahun 2019. Untuk mencapai target tersebut,

kebijakan pemerintah diarahkan pada upaya peningkatan kontribusi industri

pertahanan dalam penyediaan dan pemeliharaan alutsista serta peningkatan

kontribusi penelitian dan pengembangan pertahanan dalam produksi prototipe

alutsista.64

Permasalahan utama dalam industri pertahanan Indonesia adalah penguasaan

teknologi, khususnya teknologi tingkat tinggi. Keterbatasan teknologi dan keinginan

untuk terbebas dari ketergantungan terhadap industri negara lain mendorong

pemerintah untuk melakukan kerja sama luar negeri yang didukung dengan

kebijakan imbal dagang, ofset, dan/atau kandungan lokal. Kebijakan ini tertulis

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2014 tentang Mekanisme Imbal

Dagang dalam Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan dari Luar

64
Erlinda Matondang, 2018, Pembangunan Industri Pertahanan Indonesia, Universitas Pertahanan,
dalam https://www.academia.edu/27947637/Proyek_Penulisan_Buku_IF-X.docx, diakses tanggal 3
Pebruari 2020 16:45
50
Negeri. Di dalam kebijakan ini, setiap pengadaan alat pertahanan dan keamanan dari5
12
luar negeri harus diikuti dengan pemberian imbal dagang, ofset, dan/atau kandungan

lokal. Dengan kata lain, pemerintah tidak akan sekedar membeli, tetapi juga

membentuk kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan alat pertahanan dan

keamanan.

Sebagian besar negara maju mengelompokkan industrinya dengan tujuan untuk

mempermudah pengawasan dan pengembangannya. Walaupun belum dapat

diklasifikasikan sebagai negara maju, Indonesia juga mengklasifikasikan industri

pertahanannya. Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang

Industri Pertahanan, ada empat kelompok industri pertahanan,. Keempat kelompok

industri pertahanan tersebut, antara lain.

1. Industri alat utama adalah industri yang bertugas sebagai pemadu utama (lead

integrator) yang mengintegrasikan semua komponen menjadi suatu alat utama.

2. Industri komponen utama dan/atau penunjang merupakan industri yang

memproduksi komponen utama. Selain itu, industri ini mengintegrasikan

komponen atau suku cadang dengan bahan baku, sehingga menjadi komponen

utama atau wahana (platform) sistem alutsista.

3. Industri komponen dan/atau pendukung (perbekalan) adalah industri yang

menghasilkan suku cadang, baik untuk alat utama maupun komponen utama.

Industri ini juga menghasilkan produk perbekalan yang dibutuhkan untuk

mendukung pelaksanaan tugas militer.65

4. Industri bahan baku adalah industri yang menghasilkan bahan baku untuk

produksi alat utama, komponen utama, dan komponen pendukung.

65
ibid
51
5
Jika Indonesia tidak membangun industri pertahanannya dan masih tergantung
2
pada negara lain, kemungkinan adanya hambatan yang sama di masa depan semakin

besar. Untuk mendapatkan teknologi tingkat tinggi yang diperlukan dalam

pembangunan industri pertahanan, pemerintah Indonesia menetapkan tujuh program

nasional. Di dalam tujuh program nasional ini, terdapat pengembangan tujuh industri

strategis yang tidak hanya bernilai strategis di bidang pertahanan, tetapi juga di

bidang ekonomi dan bisnis. Tujuh program nasional juga mampu memenuhi sasaran

strategis pembangunan kekuatan pertahanan, yaitu memenuhi kebutuhan TNI,

khususnya alutsista yang sesuai dengan tuntutan operasional di masa depan;

membangun kemandirian; dan meningkatkan kinerja industri pertahanan. Penetapan

ketujuh program nasional ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut.66

1. mengandung teknologi tinggi yang belum dikuasai oleh industri pertahanan;

2. program dilaksanakan secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang

(melintas tahun anggaran);

3. program dapat dijamin keberlangsungannya walaupun terjadi perubahan

pemerintahan, sehingga pertanggungjawabannya dapat dilakukan lintas

pemerintahan;

4. program memerlukan sinergitas peranan dari masing-masing kementerian dan

lembaga terkait, sehingga koordinasi lintas kementerian/lembaga sangat

diperlukan;

5. program berdampak positif dalam forum internasional dan bernilai strategis untuk

kepentingan nasional;

66
AS Hikam, 2012, Buku Menyongsong 2014 2019 Memperkuat Indonesia dalam Dunia Yang
Berubah, Jakarta, cv. rumah buku, hlm. 54
52
6. program dapat diandalkan sebagai perkembangan dan pertumbuhan ekonomi5
32
nasional; dan

7. program dapat mengisi kesenjangan teknologi dalam upaya menuju kemandirian

industri pertahanan melalui alih teknologi.67

Keterbatasan industri pertahanan dalam menghasilkan alutsista menjadi

penyebab utama ketergantungan sistem pertahanan Indonesia terhadap negara lain.

Ketergantungan ini tidak hanya memperlemah industri pertahanan, tetapi juga

menghambat penggunaan kekuatan pertahanan dalam situasi tertentu yang secara

politis bertentangan dengan negara penghasil alutsista.68 Dua contoh hambatan ini

adalah larangan pemerintah Inggris kepada Indonesia untuk menggunakan alutsista

buatannya dalam mengatasi konflik domestik dan embargo Amerika Serikat kepada

Indonesia yang dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam operasi

militer di Timor Timur.69

Pemerintah Indonesia menargetkan tercapainya kemandirian senjata untuk

kebutuhan TNI pada tahun 2029. Meski target ini dianggap sangat berat dicapai,

target itu sudah dirumuskan dalam UU Industri Pertahanan yang disahkan pada 2012.

UU itu mewajibkan penghentian penggunaan produk impor jika industri domestik

sudah mampu memenuhi. Belajar dari pengalaman pahit, menjadi korban embargo

militer Amerika pasca referendum Timor Timur 1999, salah satu kebijakan penting

Indonesia adalah berusaha mandiri dalam penyediaan alutsista. Untuk itu, industri

pertahanan dalam negeri didukung penuh, untuk memproduksi senjata sendiri atau

67
ibid
68
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 7 Tahun 2008 Tanggal : 26 Januari 2008 Kebijakan
Umum Pertahanan Negara
69
AS Hikam, 2012, Buku Menyongsong 2014 2019 Memperkuat Indonesia dalam Dunia Yang
Berubah, Jakarta, cv. rumah buku, hlm. 54
53
lewat kerjasama transfer teknologi pertahanan dengan negara-negara lain. UU 5
42
Industri Pertahanan itu mengamanatkan, offset industri pertahanan RI adalah 35

persen. Offset adalah istilah yang dipakai untuk menyebut tingkat pencapaian alih

teknologi dari luar ke dalam BUMN strategis yang saat ini diklaim sudah mencapai

35 persen.70

Industri pertahanan Republik Indonesia terlihat peningkatan yang signifikan.

Hal yang mendasari adalah PT. Pindad di Bandung, Jawa Barat sudah berhasil

memproduksi panser Anoa 6X6 yang kini sudah aktif digunakan di jajaran TNI-AD.

Kendaraan lapis baja pengangkut pasukan, yang dikembangkan sejak 2008, ini malah

sudah dibeli sejumlah negara lain, seperti Malaysia, Brunei, dan Timor Leste, karena

kualitasnya memang terbukti. Anoa ini bentuknya mirip panser VAB, tapi

spesifikasinya lebih unggul dari panser buatan Perancis itu, yang juga dimiliki TNI-

AD. Pindad akan menambah koleksi produksi panser, dengan mengembangkan

panser jenis Anoa Amphibious, yang ditargetkan dapat diluncurkan pada 2015.

Pengembangan Anoa jenis amfibi ini dilakukan dengan penambahan spesifikasi,

sehingga mampu menyeberang sungai, danau, dan bergerak dinamis menghadapi

gelombang laut. Uji dinamis akan dilakukan pada 2014, sehingga pada 2015 sudah

bisa diserahkan ke TNI. Dalam pengembangan ini, Pindad bekerjasama dengan

Korea Selatan dan Italia.71

Indonesia juga sudah mengikat nota kesepahaman dengan Turki, pada Mei

2013, untuk bekerjasama memproduksi tank tempur. Kedua pihak saat ini lebih dulu

mendesain satu prototipe tank. Setelah desain tank selesai dibuat, akan diproduksi
70
Erlinda Matondang, 2018, Pembangunan Industri Pertahanan Indonesia, Universitas Pertahanan,
dalam https://www.academia.edu/27947637/Proyek_Penulisan_Buku_IF-X.docx, diakses tanggal 3
Pebruari 2020 16:45
71
ibid
54
massal dan digunakan bagi militer kedua negara. Desain tank ini akan diumumkan ke 5
52
publik internasional, setelah kedua negara selesai menggelar pemilihan presiden pada

Juli 2014. Di pihak Indonesia, proyek tank melibatkan PT Pindad dan PT LEN

Industri. PT LEN merupakan mitra perusahaan Aselsan asal Turki, yang sudah

berpengalaman memproduksi peralatan komunikasi militer taktis dan sistem

pertahanan elektronik untuk militer Turki. Sedangkan di pihak Turki, proyek tank ini

ditangani kontraktor pertahanan FNSS Defense System, yang kerap memproduksi

roda kendaraan tempur lapis baja dan senjata untuk militer Turki dan sekutunya.72

Penguasaan teknologi FNSS lebih maju dari PT Pindad, sehingga ini menjadi

peluang bagi Indonesia untuk menerima transfer teknologi. Saat ini Turki sudah

mampu membuat tank tempur utama bernama Altay, berbobot 65 ton, yang

dipersenjatai meriam kaliber 120 mm dan senapan mesin kaliber 12,67 mm. PT

Pindad juga akan bekerjasama dengan Belarusia untuk mengembangkan tank.

Kerjasama industri pertahanan adalah salah satu poin dalam nota kesepahaman RI-

Belarusia, yang ditandatangani di Jakarta, Maret 2013.73

Selain bekerjasama dengan negara lain, PT Pindad juga siap meluncurkan tank

tipe medium asli buatan Indonesia yang pertama ke publik. Tank yang prototipenya

dinamai SBS ini sedang masuk ke fase pematangan model prototipe atau purwarupa

di pusat penelitian dan pengembangan. Tank ini merupakan loncatan dari

pengembangan panser Anoa dan kendaraan taktis Komodo. Ketika prototipe tank ini

nanti tuntas, akan dilanjutkan ke proses sertifikasi di Kementerian Pertahanan. Tank

72
Kemhan, Indonesia Defence White Paper 2015 dalam
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2016/05/2015-INDONESIA-DEFENCE-WHITE-
PAPER-ENGLISH-VERSION.pdf diakses tanggal 10 Pebruari 2020 11:15
73
ibid
55
5
ini kira-kira sekelas dengan Marder, tank medium yang belum lama ini dibeli
62
Indonesia dari Jerman.

Perkembangan industri pertahanan matra darat. Dalam matra laut, industri

pertahanan Indonesia akan belajar membuat kapal selam, sebagai bagian dari paket

pembelian tiga kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan. Pada 20 Desember

2011, Kementerian Pertahanan RI telah menandatangani kontrak dengan Daewoo

Shipbuilding Marine Engineering (DSME) untuk pengadaan tiga kapal selam senilai

1,07 miliar dollar AS.74

2.3 Kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam pembuatan Pesawat Jet

Tempur

Kerjasama antara Republik Indonesia dengan Korea Selatan ini tidak hanya

dengan skema G to G (government to government) namun juga diperkuat dengan

skema B to B (business to business) antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan

Korea Aerospace Industries (KIA). Di mana dalam kerjasama ini disepakati

diadakannya transfer of technology (ToT). Kerjasama ini didasarkan pada asumsi

bahwa Indonesia adalah negara besar, nomor 3 di dunia, kemudian luas dengan darat

laut begitu, harus punya kemampuan laut udara yang handal, dan harus. Kalau nggak

dimulai dari sekarang kapan lagi kita dapat membuat. Kalau membeli semua orang

bisa, kalau membuat kan tidak semua orang bisa.75

74
Endro Tri Susdarwono, 2017, Ekonomi Politik Pengadaan Alutsista Kapal Selam Changbogo dalam
Rangka Menuju Proses Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia, Laporan Penelitian
75
Ryamizard Ryacudu Menteri Pertahanan Republik Indonesia, 2015, disampaikannya dalam acara
penandatangan kontrak kerja sama di kantor Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat hari
Kamis tanggal 7 Januari 2015. Penandatanganan kontrak CSA dilakukan antara Dirjen Potensi
Pertahanan Timbul Siahaan dan President and CEO KAI Ltd, Ha Sung Yong. Pada saat yang sama
juga ditandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) antara Dirut PT Dirgantara
Indonesia Budi Santoso dan Ha Sung Yong. Penandatanganan kontrak disaksikan oleh Ryamizard dan
56
Kemandirian industri pertahanan merupakan fokus utama pemerintah dalam5
72
membangun kekuatan pertahanan Indonesia saat ini. Hal tersebut yang menjadi

landasan keterlibatan Indonesia dalam Joint Development KFX/IFX Indonesia tidak

ingin bergantung pada negara lain dalam membangun kekuatan pertahanannya.

Pelaksanaan Joint Development KFX/IFX. Adapun kedua poin tersebut adalah (1)

upaya modernisasi dan penggantian alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang

dinilai tidak layak pakai; dan (2) upaya pendayagunaan industri pertahanan

nasional bagi kemandirian pertahanan melalui penyusunan cetak biru dan road

map, peningkatan penelitian dan pengembangan, serta dukungan pendanaannya.76

Untuk dana sharing dalam pengerjaan proyek jet tempur ini, Indonesia

mengeluarkan dana sebesar Rp 18 Triliun di mana dana ini baru untuk pembuatan

prototipe saja. Dana dari Indonesia tersebut adalah 20 persen dari total semua biaya

dalam proyek ini. Indonesia sendiri sudah menyiapkan infrastruktur dalam

pengerjaan jet tempur generasi 4,5 itu. Termasuk sudah dibuatnya hanggar di PT DI.

Untuk pembuatan prototipe sendiri, direncanakan akan selesai pada tahun 2020.

TNI AU membutuhkan banyak pesawat yang akan dibuat untuk pemenuhan alat

ketahanan udara di wilayah Republik Indonesia.

Dua skuadron, (rencana selesai) tahun 2025. Satu-dua pesawat dibuat di sana,
pembuatan pesawat ketiga dilakukan di sini, 80 persen yang mengerjakan orang
kita.77 Pihak Korea menyambut baik berlanjutnya kerja sama ini. Seperti yang
disampaikan Menteri Pertahanan Korea Chang Myoungjin dalam kesempatan yang
sama. Penandatanganan ini adalah titik dimulainya kerja sama ilmuwan Indonesia
dan Korea Selatan. Sebagai penanggung jawab penuh, saya optimis proyek ini akan
sukses. Proyek KFX/IFX ini memakan biaya terbesar dari apa yang pernah Korea

Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin.
76
Erlinda Matondang, 2015, Anggaran Pertahanan Sebagai Dinamisator Diplomasi Pertahanan
Indonesia Dalam Joint Developm Ent Korea Fighter Experim Ent/Indonesia Fighter Experim Ent
(PERIODE 2009-2014), Tesis Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 44
77
ibid
57
5
Selatan lakukan selama ini. Oleh karena itu kami tidak menghemat kapasitas kami,
baik secara lembaga maupun akademisi untuk menyukseskan proyek ini. 78
2
8

Kontrak CSA ini mengatur kesepakatan dan ketentuan mengenai dana sharing

atau pendanaan sebagai kewajiban yang akan diserahkan oleh RI (Kemhan) kepada

KAI. Ini berdasarkan project agreement on engineering and manufacturing

development of joint development KFX/IFX yang telah dilakukan sebelumnya.

Sementara itu kontrak WAA mencakup partisipasi industri pertahanan Indonesia

dalam kegiatan rancang bangun, pembuatan komponen, prototipe, pengujian, dan

sertifikasi serta mengatur hal-hal terkait aspek bisnis maupun legal. WAA juga

mengatur peran yang akan diambil oleh PT. DI meliputi semua hak dan

kewajibannya karena WAA merupakan dokumen businness to businnes (B to B).

Kerja sama Joint Development KFX/IFX dibentuk dan dituangkan dalam

sebuah perjanjian internasional yang disebut dengan MoU between the Ministry of

Defense of the Republic of the Republic of Indonesia and Ministry of National

Defense of the Republic of Korea on Joint Development of Korean Future Fighter

pada tanggal 15 Juli 2010. Perjanjian ini dibentuk dengan berpayung pada

deklarasi Indonesia-Korea Selatan yang ditandatangani pada 4 Desember 2006.

Perjanjian ini merupakan bentuk ketetapan pada komitmen yang sebelumnya

sudah dituangkan dalam Letter of Intent on Co-Development of A Fighter Jet

Project between the Department of Defense of the Republic of Indonesia and the

Defense Acquisition Program Administration of the Republic of Korea, yang

ditandangani pada 6 Maret 2009.

78
Chang Myoungjin Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik
Korea, disampaikannya dalam acara penandatangan kontrak kerja sama di kantor Kemenhan, Jl
Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat hari Kamis tanggal 7 Januari 2015.
58
Secara operasional, MoU yang melandasi pelaksanaan kerjasama ini5
92
memayungi beberapa perjanjian teknis pelaksanaan program. Adapun perjanjian

teknis yang dibentuk dalam program ini, seperti Non-Disclosure Agreement, TDP

Project Agreement, TDP Contract, dan EMDP Project Agreement. Perjanjian-

perjanjian ini berfungsi pada tataran teknis dan operasional. Setelah pelaksanaan

TDP, pemerintah Indonesia dan Korea Selatan membentuk perjanjian untuk

memperkuat kerja sama di bidang pertahanan pada 12 Oktober 2013. Perjanjian

tersebut yang disebut dengan Agreement between the Government of the Republic

of Indonesia and the Government of the Republic of Korea on Cooperation in

the Field of Defense.79

Perjanjian ini bersifat lebih umum dibandingkan dengan MoU, tetapi lebih

spesifik daripada perjanjian kerja sama strategis Indonesia-Korea Selatan. Di

dalam perjanjian tersebut dibahas dua hal yang sangat krusial, yaitu pembentukan

komite bersama untuk kerja sama pertahanan Indonesia Korea Selatan dan hak

kekayaan intelektual. Komite bersama tersebut bertujuan untuk melakukan

eksplorasi kerja sama, koordinasi kedua pihak, menyelesaikan permasalahan,

perencanaan, dan penyediaan fasilitas kerja sama. Sementara itu, terkait dengan hak

kekayaan intelektual, kedua negara bersepakat bahwa hasil dari kerja sama menjadi

hak kepemilikan bersama dengan proporsi tertentu. Kronologi perkembangan

kerja sama KFX/IFX dapat dilihat dalam Gambar 2.1 dan 2.2.

79
Erlinda Matondang, 2015, Anggaran Pertahanan Sebagai Dinamisator Diplomasi Pertahanan
Indonesia Dalam Joint Developm Ent Korea Fighter Experim Ent/Indonesia Fighter Experim Ent
(PERIODE 2009-2014), Tesis Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 41
59
6
02

Gambar 2.1 Kronologi Pembentukan Dasar Pelaksanaan


Joint Development KFX/IFX pada TDP

Gambar 2.2 Kronologi Pembentukan Dasar Pelaksanaan


Joint Development KFX/IFX pada EMDP

Dalam pasal 21 Joint Declaration Between the Republic of Indonesia and the

Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and

Cooperation in the 21 st Century dinyatakan bahwa kerja sama antara Indonesia

dan Korea Selatan di bidang teknologi juga meliputi penelitian dan pengembangan

teknologi pertahanan. Secara eksplisit, dalam perjanjian tersebut juga dijelaskan

60
empat bidang kerja sama di bidang pertahanan. Salah satunya adalah melakukan6
12
joint production, transfer high technology, joint marketing, dan kerja sama

spesifik lainnya, khususnya di bidang industri pertahanan yang dilakukan melalui

Joint Defense Logistics and Industrial Committee (JDLIC).80

LoI yang dibentuk sebelum MoU KFX/IFX, terdapat lima pernyataan yang

menunjukkan kesepahaman, kesepakatan, dan kesamaan kepentingan antara

Kemhan dan DAPA. Salah satu poin penting yang tertuang di dalam kelima hal

tersebut adalah kesepakatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

KFX/IFX. Selain itu, kedua institusi yang merepresentasikan kedua negara

tersebut juga menyatakan bahwa penundaan dan penghentian kerja sama dapat

terjadi sesuai dengan kondisi domestik dan internasional.81

MoU KFX/IFX merupakan kelanjutan dari LoI KFX/IFX. Pembentukan

MoU KFX/IFX ini merupakan dasar pembuatan landasan- landasan operasional

yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan kerja sama. Dalam MoU ini

dinyatakan bahwa kerja sama yang dijalin Indonesia dan Korea Selatan tidak

hanya TDP, EMDP, dan PDP, tetapi juga MP. Di dalam perjanjian ini juga

disepakati untuk membentuk sebuah joint committee dengan beranggotakan

sepuluh orang yang ditentukan oleh masing -masing negara dan satu orang yang

dipilih secara bersama untuk menduduki posisi sebagai asisten dari chairman.

Sementara itu chairman adalah Direktur Departemen Program Pesawat Tempur

DAPA.

80
Erlinda Matondang, 2015, Anggaran Pertahanan Sebagai Dinamisator Diplomasi Pertahanan
Indonesia Dalam Joint Developm Ent Korea Fighter Experim Ent/Indonesia Fighter Experim Ent
(PERIODE 2009-2014), Tesis Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 48
81
ibid
61
Selain itu, MoU KFX/IFX juga menunjukkan adanya work sharing yang6
2
didasarkan pada nilai investasi kedua negara dalam pelaksanaan kerja sama, yaitu

20% untuk Indonesia dan 80% untuk Korea Selatan. Namun, work sharing yang

tercantum di dalam MoU ini hanya difokuskan pada tiga fase, yaitu TDP, EMDP,

dan PDP. Sementara itu, work sharing untuk MP tidak dicantumkan. Hingga saat

ini proses pengembangan sudah mencapai 20 persen. Dalam nota kesepahaman

kedua negara, Indonesia akan menanggung biaya program pengembangan pesawat

tempur itu sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen. Untuk program

KFX yang memerlukan dana sangat besar, semula Korea Selatan juga

menggandeng Turki, namun seiring berjalannya waktu Turki mengundurkan diri.

Ada beberapa teknologi kunci yang mutlak harus dikuasai untuk mewujudkan

superioritas KFX (belakangan juga IFX) ini, di antaranya adalah teknologi radar

AESA.

Hal paling penting yang tertuang dalam MoU ini adalah hak atas

kepemilikan teknologi akan dibahas dalam perjanjian lain. Selain itu, kesepakatan

terkait dengan penundaan dan penghentian kerja sama tidak terdapat dalam MoU

ini. Perjanjian ini hanya berlangsung selama lima tahun. Perjanjian ini dapat

diperpanjang untuk lima tahun berikutnya sesuai dengan kesepakatan dari kedua

pihak. Untuk pelaksanaan setiap fase dalam kerja sama KFX/IFX ini terdapat

perjanjian yang bersifat teknis. Perjanjian teknis yang dibentuk di setiap fase

pengembangan KFX/IFX, yaitu Non-Disclosure Agreement (NDA), Intellectual

Property Right (IPR), dan PA. Sementara itu, untuk melaksanakan EMDP, ada

empat perjanjian yang dibentuk, yaitu NDA, IPR, perjanjian work share dan

cost share, serta perjanjian antara DAPA dan KAI. Dari keempat perjanjian
62
tersebut, tiga di antaranya berkaitan dengan Indonesia, yaitu NDA, IPR, serta6
32
perjanjian tentang work sharing dan cost sharing. Struktur perjanjian-perjanjian
82

teknis tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Kolaborasi Indonesia-Korea Selatan dalam Joint


Development KFX/IFX

Berdasarkan Gambar 2.3, kesepakatan cost sharing melibatkan Kemhan

dengan KAI, sehingga ada perbedaaan level interaksi, yaitu dari pemerintah

kepada pihak swasta. Hal ini yang menyebabkan JPMO mempunyai peranan

penting di dalam operasionalisasi kerja sama. Namun, dalam pembentukan kerja

sama, interaksi tetap berada antara Kemhan dan KAI. Sementara itu, pada

kesepakatan yang berkaitan dengan work sharing, interaksi terjadi antara KAI

dengan PT DI untuk membahas hal-hal yang bersifat teknis.

82
Erlinda Matondang, 2017, Anggaran Pertahanan Sebagai Dinamisator Diplomasi Pertahanan
Indonesia Dalam Joint Development Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment,
Journal Global & Strategis, Th. 10, No.1
63
Penawaran oleh produsen untuk KFX/ KFI akan dimulai pada bulan April6
42
2014. Hasrat untuk mengembangkan pesawat tempur di dalam negeri sebagian

didorong oleh niat untuk mengekspornya ke pembeli asing, sesuatu yang tidak dapat

dilakukan negara tersebut dengan pesawat buatan Amerika. Desain pesawat tempur

masih belum diputuskan, dengan ADD mengusulkan twin-engine clean-sheet C103,

dan DAPA menyukai mesin tunggal C501 yang sebagian besar berasal dari teknologi

dari FA-50. Angkatan Udara ROK tertarik pada pesawat bermesin ganda, yang

walaupun harganya lebih mahal, memiliki kapasitas muatan yang lebih besar, jarak

yang lebih jauh, keamanan yang lebih besar jika satu mesin rusak, dan kemampuan

yang lebih baik untuk menggabungkan upgrade di masa depan; C103 generasi 4,5

kemudian dapat ditingkatkan menjadi standar generasi kelima.83

Pengembangan C501 akan menghasilkan pesawat tempur generasi keempat

yang tidak dapat menggantikan armada tempur F-15 dan F-16 di masa depan, dan

akan usang pada saat direncanakan untuk beroperasi sekitar tahun 2023 oleh jet

siluman canggih Tetangga Korea Selatan. Merampingkan badan pesawat FA-50 ke

dalam C501 akan lebih mahal untuk merancang ulang aerodinamika dan akan

memperpanjang waktu pengembangan. Pada bulan November 2013, Korea Institute

of Science and Technology Evaluation and Planning (KISTEP) memperkirakan C501

bermesin tunggal menjadi lebih murah dan lebih cepat berkembang daripada C103.

6,4 triliun won lebih dari 8,5 tahun dibandingkan dengan 8,6 triliun won selama 10,5

tahun, dan biaya 1 triliun won untuk operasional dan pemeliharaan. KAI percaya

bahwa C501 yang lebih kecil memiliki potensi ekspor yang lebih baik sebagai

83
Pingit Aria, Proyek Jet Tempur KFX/IFX yang Dapat Lampu Hijau Mahfud MD, dalam
https://katadata.co.id/berita/2019/12/13/proyek-jet-tempur-kfxifx-yang-dapat-lampu-hijau-mahfud-
md, diakses tanggal 10 Pebruari 2020 14:00
64
pesawat jet dengan harga terjangkau, kemungkinan untuk menggantikan jalur 6
52
produksi F-16 milik Amerika yang ditutup. Menggunakan dua mesin besar mungkin

membuat ukuran KFX/ KFI terlalu besar dan mahal untuk sebagian besar pasar

tempur ekspor. Kementerian Pertahanan akan memutuskan jenis pesawat mana yang

akan digunakan, dan program ini akan didanai oleh pemerintah dengan dukungan

keuangan perusahaan terbatas.84

Pusat Pengembangan dan Aplikasi Konsep Teknologi Senjata Universitas

Konkuk, KFX/ KFI ditujukan lebih superior dari KF-16, menggantikan pesawat F-

4D / E Phantom II dan F-5E / F Tiger II milik Korea Selatan, dengan jumlah

produksi diperkirakan lebih dari 250 pesawat. Dibandingkan dengan KF-16, KFX/

KFI akan memiliki radius tempur 50% lebih besar, jarak tempuh 34% lebih lama,

avionik yang lebih baik termasuk radar AESA yang diproduksi di dalam negeri (oleh

Elta), perang elektronik yang lebih baik, IRST, dan kemampuan datalink.

Persyaratan operasional juga menentukan sekitar 50.000 pon daya dorong yang

dihasilkan satu mesin atau dua mesin, kemampuan interceptor dan supercruise

berkecepatan tinggi, teknologi siluman dasar, dan kemampuan multifungsi. Saat ini

ada dua desain bersaing untuk KFX, KFX-201 yang memiliki susunan tiga lapisan

permukaan dengan canard bergaya mesin tunggal F-35 yang lebih konvensional.85

Korea Selatan berencana untuk meminta Lockheed untuk membantu

pengembangan KFX/ KFI dan menanggung 20 persen dari biaya seiring dengan

keputusan akhir pada 24 Maret 2014 untuk membeli Lockheed F-35 untuk F-X

Tahap 3. Pemerintah Korea Selatan mendanai 60 persen pembangunan, dan

Indonesia mengambil 20 persen sisanya. Sebagai bagian dari kesepakatan F-35,


84
ibid
85
KAI KFX IFX https://id.wikipedia.org/wiki/KAI_KF-X, diakses 20 Januari 12:30
65
Lockheed telah menawarkan untuk memberikan keahlian teknik "300 tahun-orang"6
62
untuk membantu merancang KFX/ KFI, bersama dengan lebih dari 500.000 halaman

dokumentasi teknis yang berasal dari F-16, F-35, dan F-22. Lockheed telah berhasil

mengembangkan pesawat terbang bersama Korea Selatan. Selama pengembangan

pesawat latihan T-50, Lockheed menutupi 13 persen biaya, dengan KAI mencakup

17 persen, dan pemerintah mengambil 70 persen sisanya. Namun, perusahaan

Lockheed khawatir dengan membantu program KFX/ KFI menciptakan pesawat

tempur menengah, akan menjadi pesaing bagi ekspor pesawat tempur mereka sendiri.

Korea Selatan akan mendanai 60% pengembangan pesawat tempur, dan

mengharapkan mitra asing untuk menyediakan 40% sisanya. Korea Selatan memiliki

63% teknologi yang diperlukan untuk memproduksi KFX/ KFI, dan oleh karena itu

mereka mencari kerja sama dengan Aerospace Industries, Turkish Aerospace

Industries, Saab, Boeing, dan Lockheed Martin untuk mengembangkan KFX/ KFI.

Sekitar 120 KFX/ KFIs akan dibangun pada awalnya dan lebih dari 130 pesawat

akan diproduksi tambahan setelah model tahap pertama mencapai kemampuan

operasional. Biaya setiap pesawat KFX/ KFI diperkirakan sekitar lebih dari $ 50

juta.86

Pada bulan Oktober 2009, seorang pensiunan Jenderal ROKAF ditangkap

karena membocorkan dokumen rahasia ke Saab. Jenderal itu diberi suap beberapa

ratus ribu dolar untuk salinan sejumlah dokumen rahasia yang dia potret di

Universitas Pertahanan Korea Selatan, Namun pejabat Saab membantah terlibat.

Pada tanggal 15 Juli 2010, pemerintah Indonesia setuju untuk mendanai 20% biaya

86
Rommy Pujianto, Negosiasi Ulang Pengadaan Pesawat Tempur,
https://mediaindonesia.com/read/detail/247983-negosiasi-ulang-pengadaan-pesawat-tempur, diakses
tanggal 4 Pebruari 2020 15:35
66
proyek KFX/ KFI dengan imbalan sekitar 50 pesawat yang dibangun untuk TNI AU6
72
setelah proyek selesai. Pada bulan September 2010, Indonesia mengirimkan tim ahli

hukum dan ahli penerbangan ke Korea Selatan untuk membahas masalah hak cipta

pesawat terbang.

Pada tanggal 7 September 2010, Choi Cha-kyu, direktur jenderal biro program

pesawat terbang di Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea (DAPA)

mengatakan bahwa Turki tertarik untuk mengikuti program ini. Pada tanggal 15

Desember 2010, seorang pejabat pengadaan Turki senior mengatakan bahwa "Yang

kami butuhkan adalah kemitraan yang benar dan setara untuk pengembangan

pesawat tempur. Masalahnya adalah bahwa Korea Selatan tidak mungkin menyetujui

sebuah kemitraan yang setara". Pada bulan Desember 2010, program tersebut beralih

dari pesawat tempur F-16 ke pesawat siluman untuk menanggapi tekanan Korea

Utara.

Pada tanggal 20 April 2011, Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea

Selatan (DAPA) mengkonfirmasi penandatanganan kesepakatan definitif antara

Korea Selatan dan Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur

generasi KFX/ KFI Korea. Pada tanggal 2 Agustus 2011, sebuah pusat penelitian

bersama dibuka di Daejeon. Sebuah keputusan mengenai pemilihan jalur desain

diharapkan dimulai pada tahun 2013. Namun juru bicara Kementerian Pertahanan

Indonesia Pos Hutabarat mengumumkan penghentian proyek selama satu setengah

tahun pada 2013. Keterlambatan ini dikatakan disebabkan oleh ketidaknyamanan di

pemerintahan baru Korea Selatan karena biaya program tersebut.87

87
ibid
67
Pada tanggal 23 Mei 2013, EADS menyatakan bahwa jika Korea Selatan6
82
memilih Eurofighter Typhoon sebagai pemenang program tempur F-X fase 3,

mereka akan menginvestasikan $ 2 miliar ke dalam program KFX/ KFI. F-35A

dipilih pada November 2013 dengan rencana 40 pesawat dan dengan opsi 20 pesawat

jenis lain. EADS telah menawarkan dua opsi untuk 40 Eurofighter dan 20 Lightning

II, dan akan terus menawarkan dana untuk program KFX/ KFI jikapun Eurofighter

dibeli.

Pada bulan Juli 2013, pemerintah Indonesia mengumumkan akan melanjutkan

pembangunan KFX/ KFI. Indonesian Aerospace bersiap untuk melakukan tahap

kedua pengembangan pesawat terbang. Pada bulan Oktober 2013 di Pameran

Dirgantara dan Pertahanan Internasional Seoul, dua model konsep untuk pesawat

tempur KFX/ KFI ditampilkan.88

Program pengembangan jet tempur KF-X/IF-X mempunyai empat sasaran

kegiatan. Pertama, produksi jet tempur ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AU

sesuai dengan persyaratan operasi pada tahun 2025—2040. Kedua, industri

pertahanan Indonesia dapat menguasai 52% teknologi inti pesawat tempur, baik pada

tataran pembuatan maupun pemeliharaan. Penguasaan teknologi ini meningkatka

kemandirian sebagaimana yang tertuang dalam visi dan misi pembangunan industri

pertahanan. Ketiga, program ini mendorong peningkatan kinerja industri pertahanan

melalui pembuatan satu prototipe di PT DI dan pelaksanaan uji coba di Indonesia.

Keempat, kepemilikan dan kemampuan untuk memproduksi jet tempur generasi 4,5

meningkatkan deterrent effect kekuatan pertahanan Indonesia. Apalagi pesawat

88
Ria Anastasia, Menilik Kemajuan Proyek Pembuatan Jet Tempur Indonesia-Korea Selatan, dalam
https://www.indonesian-aerospace.com/news/ indonesia-korea+selatan, diakses tanggal 21 Januari
2020
68
6
tempur merupakan satu dari tiga alutsista termahal dan mempunyai deterrent effect
92
tertinggi.89

Proyek KFX/IFX kini memasuki tahap kedua, yakni pengembangan pesawat

atau engineering manufacturing development. Mulai dari rincian desain, persiapan

produksi, pengerjaan 6 sampai 8 prototyping, pengujian, dan sertifikasi, itu semua

butuh waktu 8 tahun. PTDI menyiapkan 30 item dari 72 teknologi dalam pesawat

tempur itu. Setelah proses ini, barulah akan dilanjutkan ke produksi dan

pemeliharaan. Saat ini telah dihasilkan dua konsep jet tempur KFX/IFX, yang

merupakan pesawat generasi 4.5, yakni sekelas di atas jet tempur F-16, namun masih

di bawah F-35. Perannya adalah sebagai pesawat tempur siluman yang bisa

melaksanakan berbagai macam misi (multirole stealth fighter). Sistem propulsinya

adalah dua mesin jet General Electric F414-GE-400 (2 x 97,9 kN)/ F414 EPE.

Rencananya pesawat ini akan dilengkapi radar AESA buatan Korea Selatan, IRST,

datalink, dan memiliki kemampuan jelajah yang tinggi (supercruise). Dua disain

pesawat sedang dianalisis, yakni KFX/IFX-201 (dengan canards) dan KFX/IFX-101

(konvensional).

Saat diproduksi di tahun 2020, untuk pembuatan struktur pesawat KFX/IFX

direncanakan dibuat di PTDI, Bandung. Sementara proses pemasangan peralatan

elektronik pesawat, khusus KFX dilakukan di Korea Selatan. Sementara IFX tetap

diproduksi di Indonesia. Keinginan pihak PTDI, produksi struktur pesawat KFX/IFX

dilakukan di PTDI, baik struktur untuk IFX Indonesia maupun KFX Korea.

Sedangkan perlengkapan elektronikanya dirakit di Korea.90


89
ibid
90
Palupi Annisa Auliani https://nasional.kompas.com/read/2019/01/18/15403971/proyek-pesawat-
tempur-kf-x-dan-hegemoni-teknologi-korea Selatan-atas-indonesia?page=all, diakses tanggal 25
Pebruari 2020
69
7
02
2.4 Keunggulan Korea Selatan dalam Pembuatan Pesawat

Korea Selatan selama beberapa dekade memang telah mengasah penguasaan

teknologi maritim sehingga pernah mendominasi pasar industri perkapalan. Namun,

sektor industri dirgantara Korea Selatan memiliki ketergantungan besar terhadap

teknologi dari Amerika Serikat yang selama ini dikenal menerapkan konsep

globalisasi pertahanan. Melalui konsep tersebut, AS dengan senang hati

memberikan teknologi kepada negara lain demi meluaskan pengaruh politik

internasional sambil membangun hegemoni struktural yang kemudian menciptakan

ketergantungan teknologi91.

Korea Selatan mulai menerapkan sistem offset pada tahun 1983, program

ini telah mencapai nilai sebesar USD 4,5 milyar hingga Mei 2002, atau dengan

rataan USD 230 juta tiap tahunnya. Berkat program ini, industri pertahanan Korea

Selatan telah menerima USD 1,1 milyar yang diwujudkan dengan ekspor produk

industri dalam negeri. Nilai tersebut dihasilkan dari penerapan program offset dengan

setidaknya enambelas negara, dimana Amerika Serikat mendominasi dengan 67%

dari total pembelian yang dilakukan dengan Korea Selatan. Berada di bawah

Amerika Serikat, ada Inggris dengan 11%, Jerman dan Perancis masing-masing 7%

dan Italia dengan angka mencapai 3%. Lebih jauh, Korea Selatan menempatkan

transfer teknologi dan pelatihan yang terkait teknologi sebagai prioritas utama yang

berusaha melalu program offset. Kementerian Pertahanan Korea Selatan menitik

beratkan pada transfer teknologi pada setiap pembelian yang dilakukan, dengan

91
Caverley. D. 2007, Jonathan “Power and Democratic Weakness: Neoconservatism and Neoclassical
Realism” Northwestern University
70
rasionalisasi bahwa secara umum transfer teknologi menghasilkan manufacturing 7
12
skills dan technical assistance yang sangat berguna dalam meningkatkan kapabilitas

industri dalam negeri, yang tentunya akan mempercepat kemandirian Korea Selatan.

Produk yang dihasilkan oleh industri pertahanan dalam negeri Korea Selatan

merupakan gambaran dari konsistensi Pemerintah dalam mendorong percepatan

kemandirian industri pertahanan. Dari berbagai alutsista yang dimiliki Korea

Selatan, beberapa merupakan hasil pengembangan dengan negara lain, seperti kapal

selam jenis Changbogo-209 yang merupakan hasil kerjasama dengan Jerman, dan

Korean Jet-Fighter yang merupakan hasil adopsi dari F-16 Falcon

AmerikaSerikat. Produk ini pun menunjukkan keberhasilan Korea Selatan dalam

berkolaborasi dengan pihak asing, mulai dari sistem pengadaan/ pembelian hingga

ke tingkat pengembangan alutsista bersama. Tentu hasil yang dicapai Korea ini

tidak diraih dengan proses yang instan, melainkan melewati berbagai dinamikan di

berbagai sektor. Komitmen seluruh pihak yang terkait dengan pengembangan

industri pertahanan menjadi kunci utama penncapaian Korea Selatan.

Korea Selatan berencana mengembangkan 120 pesawat tempur KFX selama 10

tahun ke depan untuk menggantikan pesawat tempur F-4 dan F-5 mereka yang sudah

uzur. Indonesia mengincar ilmu dari proyek ini. Sebanyak 300 ilmuwan dan teknisi

pembuat pesawat tempur dari Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk proyek

KFX/IFX yang diperkirakan menelan investasi 8,67 triliun won atau sekitar 7,5

miliar dolar AS. Media businesskorea.co.kr mengungkapkan Korea Selatan

menargetkan bisa menjual 1.000 unit jet tempur dari proyek ini. Indonesia selain

sebagai pengembang juga akan jadi pembeli 50 unit jet tempur ini setelah tahap

71
7
pengembangan, yang diperkirakan berlangsung hingga 2026. Butuh sepuluh tahun
2
lebih bagi kedua negara untuk mencapai tahap produksi massal92.

Proyek ini mencakup beberapa tahapan, tahap pertama technology development

(TD), tahap ini telah selesai dilaksanakan pada Desember 2012 dari Administrasi

Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA). Saat ini memasuki tahap kedua

atau engineering and manufacturing development (EMD), hingga tahap terakhir

produksi massal. Pada tahap pengembangan, Korea Selatan mengkonfirmasikan

sebanyak 6 pesawat akan uji coba terbang di Korea Selatan. Sebanyak 1 prototipe

akan diberikan ke Indonesia untuk dilaksanakan perakitan akhir, tes, dan evaluasi

ulang.

Rencana pengembangan bersama jet tempur dengan Korea Selatan memang

sangat positif di atas kertas karena tak semua negara bisa mewujudkannya. Skema

transfer teknologi memang jadi barang dagangan produsen pesawat saat ini,

termasuk terhadap negara pemula di industri pesawat terbang, tapi tak semua negara

bisa melakukan transfer teknologi dengan skema pengembangan bersama seperti

Indonesia. Korea Selatan juga menerapkan pendekatan globalisasi pertahanan

kepada Indonesia dengan menawarkan alih teknologi. Program KFX/IFX Korea

Aerospace Industries (KAI) hanya sebagai sistem integrator dalam pengembangan

jet tempur eksperimental KFX/IFX. Komponen akan diproduksi oleh pihak lain

termasuk engine dan avioniknya. Navigasi diproduksi oleh pihak lain yang

diintegrasikan ke dalam pesawat. KAI melakukan kesiapan teknologi misalnya, data

link, weapon integration dan radar93.


92
Mischa Guzel Madian, 2012, Analisa Kerjasama Indonesia-Korea Selatan Dalam Pengembangan
Pesawat Tempur KAI KF-X / IF-X, Jakarta, Jurnal FISIP Universitas Indonesia
93
http://www.bumn.go.id/ptdi/berita/1-Sudah-Sejauh-Manakah-Pembuatan-Jet-Tempur-KFX-IFX
diakses tanggal 2 Pebruari 2020 16:35
72
7
Keputusan Korea Selatan menjatuhkan pilihan proyek KFX/IFX ke Indonesia,
32
bukan sesuatu yang mengherankan. Indonesia merupakan negara pembeli pertama

untuk selusin lebih pesawat tempur latih buatan Korea Selatan T-50i Golden Eagle.

Setelah Indonesia bersedia sebagai pembeli pertama di luar Korea Selatan, menyusul

Irak dan Filipina selanjutnya. Sebagai pendatang baru di industri jet tempur, Korea

Selatan tentunya diuntungkan karena ada negara yang bersedia membeli jet

tempurnya. Indonesia juga pembeli 3 kapal selam dari industri galangan kapal

mereka. Belum lagi bila melihat aspek lain, Indonesia merupakan pemasok utama

gas alam cair (LNG) ke Korea Selatan, negara yang banyak menggantungkan

kebutuhan energinya pada gas.

73
BAB III 7
24
KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJASAMA PEMBUATAN

PESAWAT JET DENGAN KOREA SELATAN

Kepentingan Indonesia bekerjasama dengan Korea Selatan dalam pembuatan

pesawat Jet Temput KFX/IFX dijabarkan pada bab ini. Sub bahasan yang disusun

dideskripsikan diawali dengan kepentingan Indonesia dalam meningkatkan

keamanan dan pertahanan indonesia (core values), kepentingan Indonesia dalam

keuntungan ekonomi indonesia (middle-range objective) dan kepentingan Indonesia

dalam menjaga keamanan dan perdamaian dunia (long-range objective).

3.1 Kepentingan Indonesia Dalam Meningkatkan Keamanan Dan Pertahanan

Indonesia (Core Values)

Kepentingan Indonesia terhadap pembuatan Pesawat Tempur KFX/IFX

diharapkan akan meningkatkan sistem pertahanan Indonesia. Kepentingan nasional

yang ingin dicapai oleh Indonesia dalam melakukan kerjasama produksi pesawat

tempur KF-X/IF-X dengan Korea Selatan yaitu untuk melindungi keamanan

kedaulatan negara Indonesia serta keamanan penduduknya. Pemerintah Indonesia

dan Korea Selatan menandatangani nota kesepahaman (MOU) mengenai

pengembangan pesawat tempur KFX/IFX pada tahun 15 juli 2010 yang lalu di

Seoul-Korea Selatan, berangkat dari tujuan untuk memperkokoh hubungan antara

kedua Negara dalam rangka lebih memajukan hubungan kerjasama kedua Negara

membuat sebuah program pengembangan bersama pesawat tempur yang bertujuan

dapat memenuhi kebutuhan dan tantangan kedua Negara dalam waktu kurang lebih

30 sampai dengan 40 tahun kedepan dimana Indonesia akan menanggung 20% biaya
74
pengembangan dan sisanya 80% akan di tanggung pemerintah Korea Selatan.7
52
Dinamakan Korea Fighter Xperiment/ Indonesia Fighter Xperiment atau KFX/IFX94.

Pentingnya adalah memiliki kemampuan tidak kalah dengan pesawat tempur

negara tetangga dan region terdekat yang sudah dan akan dimiliki. Dalam rangka

memenuhi program tersebut agar tercapai sesuai target dan untuk mewujudkan

kemandirian pembangunan penguatan pertahanan negara, Kementerian Pertahanan

melalui program kerjanya mewujudkan sistem pertahanan negara yang tangguh.

Salah satu program yang menjadi prioritas adalah penguatan industri pertahanan

nasional dengan implementasi programnya. dilakukan penyiapan infrastruktur

pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X dengan ditandai peletakan batu pertama

pembangunan hanggar pesawat tempur KFX/IFX di kawasan PT. Dirgantara

Indonesia Bandung.

Peningkatan kemampuan TNI yang masih dalam skala rendah dibandingkan

negara-negara lain masih menjadi upaya pemerintah dengan mengatur segala

kebijakan, strategi dan perencanaan pertahanan sudah mulai serius membahas

kepada pembentukan minimum essential force. Hal ini merupakan upaya pemerintah

untuk menggerakkan posisi pertahanan Indonesia setara dengan standarisasi minimal

dengan negara-negara lain dikarenakan kemampuan alutsista TNI belum mencapai

kebutuhan minimal95. Peningkatan kemampuan alutsista TNI dirpioritaskan pada

perpanjangan usia pakai melalui repowering atau retrofit. Hal ini akan dilanjutkan

94
Kementrian Pertahanan Nasional Republik Indonesia Dan Kementrian Petahanan Nasional
Republik Korea Tentang Pembangunan Bersama Pesawat Tempur Korea Selatan
http://treaty.kemlu.go.id/uploadspub/698_KOR diakses tanggal 12 Maret 2020 19:35
95
Kompas.com, “Meski anggaran terbatas, TNI wajib memenuhi Minimum Essential Force”.
Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2016/06/22/19225331/meski.anggaran.terbatas.tni.wajib.penuhi.
minimum.essential.force pada 08 Februari 2020 12:22
75
pada tahun 2007 sebagai langkah yang strategis dalam upaya mengoptimalkan7
62
alutsista yang tersedia. Selain dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah, hal

tersebut merupakan langkah yang lebih murah apabila dibandingkan dengan

pembelian alutsista baru. Pembelian alutsista baru secara selektif hanya dilaksanakan

untuk menggantikan alutsista yang sudah tidak dapat dioperasionalkan dan dalam

rangka penyesuaian terhadap perkembangan teknologi pertahanan. Di samping itu,

upaya modernisasi alutsista, khususnya pertahanan udara, juga dilakukan dengan

memanfaatkan teknologi Rusia yang modernitasnya setingkat dengan teknologi

Eropa dan Amerika Serikat. Pemanfaatan industri pertahanan dalam negeri

senantiasa ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kualitas produk peralatan

militer.

Dalam mempertahankan wilayah khususnya pada masalah perbatasan, dalam

amanat Undang-Undang Dasar 1945 telah disebutkan setiap warga negara berhak

dan wajib ikut serta dalam bela negara yang menganut sistem pertahanan negara

semesta. Namun, partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertahanan belum

dapat terarah dengan baik mengingat belum tersedianya peraturan perundang-

undangan yang mengatur partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertahanan. Di

sisi lain, dibutuhkan biaya yang besar untuk melatih dan mendidik masyarakat

sehingga siap untuk dikerahkan dalam sistem pertahanan. Oleh karena itu, peran

aktif dari para tokoh masyarakat dan agama diharapkan semakin meningkat seiring

dengan upaya peningkatan kegiatan bela negara bagi pemuda dan masyarakat di

daerah rawan konflik dan wilayah perbatasan.96

Semmy Tyar Armandha, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari & Haryo Budi Rahmadi, 2018,
96

Ekonomi Politik Kerja Sama Korea Selatan - Indonesia dalam Joint Development Pesawat Tempur
KFX/IFX Universitas Pertahanan Indonesia, Global & Strategis, Th. 10, No.1, hlm. 45
76
Tantangan yang dihadapi pembangunan nasional adalah bagaimana memenuhi7
72
kebutuhan alutsista TNI untuk meningkatkan kemampuan pertahanan pada tingkat

minimum essential force. Kemandirian dengan tidak menggantungkan alutsista luar

negeri atau impor sebagai bentuk kemandirian dalam menciptakan alutsista dan

berupaya untuk memenuhi kebutuhan dari minimum essential force atas upaya dari

pemerintah sendiri.97

Dalam mempertimbangkan untuk menentukan kerjasama pertahanan, kondisi

georafi, demografi, sumber kekayaan alam dan buatan serta kondisi sosial termasuk

kemampuan keuangan negara menjadi faktor yang penting. Faktor penting lainnya

yaitu seperti penguasaan teknologi terutama di bidang alat utama sistem senjata

(alutsista), ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara serta

perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek-aspek ideologi, politik,

ekonomi, dan sosial budaya. Jumlah penduduk yang banyak serta luasnya wilayah

laut dan darat yang dimiliki Indonesia tidak seimbang dengan jumlah maupun jenis

alutsista yang dimilikinya untuk melakukan pengamanan. Oleh karena itu

diperlukan suatu pengembangan alutsista, apalagi saat ini hampir seluruh kekuatan

alutsista yang dimiliki TNI tidak sanggup beroperasi secara maksimal. Hal ini

dikarenakan faktor usia peralatan dan terbatasnya anggaran untuk pengadaan

alutsista.

Demi mencapai kemandirian dalam bidang pertahanan Indonesia memilih

untuk bekerja sama dengan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur

KFX/IFX. Hal ini disebabkan karena dalam kesepakatan perjanjian di tekankan

bahwa Korea Selatan tidak menolak untuk melakukan transfer teknologinya kepada

97
ibid
77
7
Indonesia, yang mana membuat Indonesia akan semakin diuntungkan dalam kerja
82
sama ini.

3.2 Kepentingan Indonesia Dalam Keuntungan Ekonomi Indonesia (Middle-

Range Objective)

3.2.1 Penambahan Alutsista

Kepentingan Indonesia terhadap penguatan Alutsista disampaikan dalam Pidato

Kenegaraan oleh Presiden RI tanggal 17 Agustus 2017 bahwa pelaksanaan

pembangunan keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat pembangunan dimensi

lainnya. Pembangunan kemanan dan ketertiban meliputi pembangunan Kekuatan

Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF) Tahap II, penguatan perbatasan,

pengembangan industri pertahanan, deteksi dini dan penanganan potensi gangguan

keamanan dalam negeri, penguatan keamanan laut, serta pemberantasan narkoba.98

Pembangunan MEF diselenggarakan dalam rangka mewujudkan postur TNI

untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa.

Pembangunan MEF saat ini memasuki Tahap II dengan beberapa capaian antara lain

terbentuknya pangkalan TNI terpadu di wilayah Natuna berupa dermaga, sarana

prasarana satgas marinir, pangkalan udara dengan runway yang telah diperpanjang

beserta hanggar dan taxiway, serta radar permukaan Long Range Camera, Gudang

Bekal dan Gudang Munisi. Kekuatan utama pangkalan TNI terpadu di wilayah

Natuna tersebut antara lain Baterai Armed, Baterai Arhanud Rudal, dan Kompi Zeni

Tempur. Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar sebagai halaman depan
98
Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, Dalam Rangka HUT ke 72 Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia di Depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,
https://www.bappenas.go.id/files/lampid/lampid-2017/LAMPID%20Tahun%202017.pdf, diakses
tanggal 20 Maret 2020 20:30
78
NKRI terus dibangun dalam rangka meningkatkan pertahanan negara dan sekaligus7
92
mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Pembangunan tersebut

mencakup Jalan Inspeksi dan Patroli Perbatasan (JIPP) di Kalimantan, sistem

penginderaan pengamanan perbatasan, serta infrastruktur pertahanan di Natuna,

Papua, dan NTT. Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar sebagai

halaman depan NKRI terus dibangun dalam rangka meningkatkan pertahanan

negara dan sekaligus mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan.

Pembangunan tersebut mencakup Jalan Inspeksi dan Patroli Perbatasan (JIPP) di

Kalimantan, sistem penginderaan pengamanan perbatasan, serta infrastruktur

pertahanan di Natuna, Papua, dan NTT.

Capaian penting terkait pengembangan industri pertahanan antara lain: (1)

Pembangunan Industri Propelan terkait dengan pabrik nitrogliserin; (2) Program Jet

Tempur IFX/KFX telah menyelesaikan tahap Technology Development; (3)

Pembangunan tiga unit kapal selam yang sudah memasuki tahap final.99 Arah

kebijakan dan strategi terkait pembangunan bidang pertahanan dan keamanan adalah

sebagai berikut: (1) Peningkatan postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan

wilayah perbatasan yang aman melalui: Pemeliharaan dan perawatan alutsista TNI,

Pengadaan alutsista TNI dalam rangka pemenuhan MEF, Penguatan industri

pertahanan, Pembangunan sarana prasarana alutsista TNI, Peningkatan sarana

prasarana keamanan perbatasan.

Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa industri pertahanan merupakan

salah satu hal yang vital dalam pemenuhan kebutuhan alutsista agar mampu
99
Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, Dalam Rangka HUT ke 72 Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia di Depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,
https://www.bappenas.go.id/files/lampid/lampid-2017/LAMPID%20Tahun%202017.pdf, diakses
tanggal 20 Maret 2020 20:30
79
dioperasionalkan secara maksimal dalam pertahanan.8
penyelenggaraan
02
Ketergantungan Indonesia akan alutsista yang diproduksi luar negeri akan

menimbulkan permasalahan dan mempengaruhi kemampuan dan kesiapan TNI

dalam menjalankan tugas-tugas operasional di masa yang akan datang.100

Ketergantungan Indonesia akan alutsista yang diproduksi luar negeri selama

ini cukup tinggi terutama di bidang teknologi pertahanan sehingga sangat sulit

untuk dapat menyusun upaya pembangunan jangka panjang yang memiliki

kepastian. Restriksi dan embargo merupakan faktor politik yang sangat rentan

dikarenakan ketergantungan terhadap produk luar negeri. Kesiapan dan kemampuan

penangkalan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan suatu permasalahan

lain yang muncul. Secara politik, kondisi tersebut akan mengakibatkan Indonesia

rentan terhadap tekanan politik negara lain, yang dapat berakibat pada

kemungkinan terkena embargo atau pembatasan-pembatasan terhadap peralatan

tertentu yang menghambat pembangunan dan pemeliharaan alutsista.101

Peralatan militer yang dimiliki Indonesia saat ini merupakan pengadaan

dari luar negeri yang dimana hal tersebut menguntungkan negara produsen saja.

Tidak sesuainya perjanjian transfer of technology (TOT) dilihat hanya sebagai

bentuk perjanjian di awal-awal transaksi.102 Secara umum indusrti pertahanan

Indonesia saat ini ternyata mesin dan fasilitas produksinya sudah ketinggalan

zaman sehingga kapasistas produksi tidak optimal. Industri Indonesia kesulitan


100
Aulia Fitri dan Debora Sanur, Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional Dalam Pemenuhan
Minimum Essential Forces (MEF), Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XI-22-II-P3DI-November-2019-
1947.pdf diakses tanggal 7 Pebruari 2020 19:30
101
ibid
102
Bakrie, Connie R. 2007.PertahananNegara dan Postur TNI Ideal , Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, hlm. 75
80
modal untuk melakukan modernisasi terhadap mesin/fasilitas produksi karena8
12
membutuhkan investasi yang sangat besar.

Upaya menambah alokasi anggaran pertahanan negara merupakan langkah-

langkah yang dapat dilakukan negara, terutama bagi upaya modernisasi alutsista

dan pengembangan industri pertahanan setiap tahunnya. Realitas kondisi negara

saat ini digambarkan dengan minimum essential force yang menjadi tumpuan

pembangunan pertahanan negara sesuai yang ditekankan oleh kebijakan

Kemhan/TNI.103

3.2.1.1 Pengembangan Teknologi Dirgantara

Teknologi pertahanan dapat dikembangkan secara mandiri maupun

berkolaborasi dengan pihak lain. Dalam konteks implementasi kebijakan mengenai

teknologi pertahanan, program pengembangan pesawat tempur yang dilakukan

dengan Korea Selatan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu dari 7

(tujuh) program nasional yang diprioritaskan. Program tersebut dapat membuka peta

jalan penguasaan teknologi pesawat tempur bagi industri pertahanan (PT.Dirgantara

Indonesia) untuk meningkatkan kapabilitasnya guna mencapai kemandirian. Selain

itu, perwujudan pranata riset dan pengembangan teknologi pertahanan dapat

diaktualisasikan dalam kegiatan Design Center Indonesia (DCI) sebagai kawah

pengetahuan untuk mematangkan proyek pembuatan pesawat tempur agar praktek

implementasinya dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.

Pada tahun 2011, fase pengembangan teknologi yang merupakan tahap awal

dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX sudah dimulai. Dalam tahap

pengembangan teknologi ini Kementrian Pertahanan pada tanggal 17 Juli 2011


103
ibid
81
mengirimkan 37 orang teknisi pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ke Korea 8
2
Selatan. 37 orang teknisi ini terdiri dari 6 orang pilot pesawat tempur TNI AU, 3

orang dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan, 24 orang

teknisi dari PT. Dirgantara Indonesia dan 4 orang dosen teknik penerbangan dari

Institut Teknologi Bandung. Tim ini tergabung dalam Program Manager Unit

(PMU) pesawat tempur KFX/IFX, yang merupakan program kerjasama Indonesia

dan Korea Selatan untuk pembuatan pesawat tempur KFX/IFX.104

Fase pengembangan teknologi sudah selesai dilakukan pada Desember 2012

antara PT. Dirgantara Indonesia dan Korean Aerospace Industry (KAI) serta Institut

Teknologi Bandung (ITB). Rencana terakhir bila mengutip pernyataan Korean

Aerospace Industry (KAI), tahun 2016 atau paling lambat 2017 sudah bisa dilakukan

uji terbang (flight test). Setelah tahap Technology Development (TD) selesai maka

akan masuk ke dalam fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur atau

Engineering Manufacturing Development (EMD).

Fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur seharusnya dilaksanakan

pada awal tahun 2013, namun fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur

ini sempat tertunda dikarenakan adanya pergantian pemerintah baru di Korea Selatan

dan adanya pemotongan anggaran yang masih menunggu persetujuan dari parlemen

Korea Selatan. Dalam fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur akan

dibangun 6 buah prototype pesawat tempur KFX/IFX.105

Dalam konferensi pers yang dilakukan oleh Hight Level Committee (HLC) dan

Kementerian Pertahanan dalam rangka penandatanganan Memorandum of


104
Syaiful Hakim, Proses pengembangan pesawat tempur KFX/IFX capai 20 persen, dalam
https://www.antaranews.com/berita/775354/proses-pengembangan-pesawat-tempur-kfx-ifx-capai-20-
persen, diakses tanggal 2 Pebruari 2020 15:40
105
ibid
82
Understanding (MoU) fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur, 8
32
menjelaskan bahwa dalam KFX/IFX akan membuat 6 prototype, dimana 1 unit akan

diberikan ke Indonesia dan 5 akan tetap di Korea Selatan. Proses pembuatan keenam

prototype tersebut akan dilaksanakan di Korea Selatan dan akan menjalani flight

test di Korea Selatan dengan melibatkan test pilot dan engineer Indonesia secara

aktif.106

Selanjutnya 1 unit prototype yang akan diberikan kepada Indonesia dilakukan

test dan evaluasi lanjutan. Fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur

dimulai pada tahun 2015, meskipun fase pengembangan rekayasa teknik dan

manufaktur ini tertunda selama dua tahun namun selama tahun 2013 dan 2014

banyak sekali perkembangan terhadap proyek pembuatan pesawat tempur KFX/IFX.

Diantaranya tim ilmuan menyelesaikan dua desain pesawat tempur KFX/IFX, yaitu

KF-X C-103 single engine dan KF-X C-103 twin engine dan kemudian diputuskan

untuk menggunakan KF-X C-103 twin engine, dimana pilihannya adalah mesin

F414 atau SNECMA M88 (mesin F/A-18 Super Hornet). Terdapat dua pilihan

pesawat yaitu C-103 (Sayap Konvensional) dan C-203 (Sayap Delta). Pada fase

pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur, sudah harus ditentukan desain

akhir yang akan dipakai. Selain itu, jenis mesin apa pula yang akan digunakan.

Pemenang tender FX-III dimenangkan oleh F-35 A, sehingga desain yang akan

dipakai adalah desain C-103 (sayap konvensional).107

106
ibid
107
Aulia Fitri dan Debora Sanur, Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional Dalam Pemenuhan
Minimum Essential Forces (MEF), Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XI-22-II-P3DI-November-2019-
1947.pdf diakses tanggal 7 Pebruari 2020 19:30
83
Indonesia melakukan peletakan batu pertama pembangunan hangar untuk 8
42
proyek pesawat tempur KFX/IFX pada tanggal 2 September 2015. Peletakan batu

pertama ini dilakukan oleh Sekjen Kemhan Letjen TNI Ediwan Prabowo, bersama-

sama dengan Direktur Utama PT. Dirgantara Indonesia Budi Santoso, Kabalitbang

Kemhan Dr. Ir. Anne Kusmayati, M.Sc, Tim ahli KFX/IFX Marsdaya TNI (Pur) Eris

Heryanto dan Komandan Koharmaatau (Komandan Pemeliharaan Materiil TNI AU)

Marsda TNI Robert S. Marut. Pembangunan hangar pesawat KFX/IFX dilakukan di

atas tanah seluas 4 ha dan akan selesai pada Desember 2015. Hal ini menjadi hal

bersejarah bagi kebangkitan industri pertahanan nasional Indonesia dan sebagai

realisasai dari program industri pertahanan Indonesia dalam rangka memperkuat

sistem pertahanan dan keamanan Indonesia. Selain itu, upaya mendayagunakan

potensi pertahanan negara dengan meningkatkan peran aktif masyarakat masih

menghadapi beberapa kendala, khususnya kendala dari aspek legalitas dan aspek

finansial.108

Penguatan industri pertahanan diharapkan dapat memberikan multiplier effect

baik terhadap pembangunan ekonomi maupun penguasaan teknologi bangsa

Indonesia, dengan demikian prinsip defence supporting economy dapat diwujudkan

di masa mendatang

3.2.1.2 Moderenisasi Teknologi

Indonesia belum berpengalaman membuat pesawat tempur sehingga agar

pencapaiannya bisa optimal, Indonesia harus mampu meningkatkan TRL dan

menghilangkan disparitas gap teknologi dengan Korea Selatan. Oleh sebab itu,

108
Noor Novisa Agustiara, 2016, Analisis Kerjasama Produksi Pesawat Tempur Kf-X/Ifx Antara
Indonesia - Korea Selatan, ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (2) ISSN 2477-2623, hlm.
9
84
8
dibutuhkan tingkat kesiapan yang matangdari industri (industrial readiness) untuk
52
mengatasi permasalahan kompleks ini.

Salah satunya adalah mengenai peta jalan penguasaan teknologi pesawat

tempur yang dirintis oleh Indonesia bisa menemui kegagalan lagi dan hal itu akan

berimbas luas pada tingkat penyerapan tenaga kerja yang kurang, bahkan target

leverage dari segi penguasaan teknologi ini bagi perekonomian bisa terbengkalai

begitu saja. Untuk itu, pemerintah harus mendukung penuh keberlangsungan

program nasional ini dan hal tersebut tentunya memerlukan support yang kuat dari

DPR, misalnya dengan diterbitkan dalam bentuk Undang-undang untuk lebih

menguatkan posisi essensial proyek kerjasama joint development pengembangan

Pesawat Tempur KFX/IFX ini.

Tabel 4.1 Abatement Plan untuk Peningkatan TRL dan Kapabilitas Industri

No Kegiatan Pelaksana Masalah yang Perkembangan


dihadapi
1. Meningkatkan TRL di PT. DI Ada gap teknologi Saat ini area
area-area penunjang pada kemampuan struktur dan
pembuatan pesawat Indonesia dan aerodinamics
tempur Korea Selatan sudah berada pada
level 7, area yang
lemah adalah di
weapon system
dan berusaha
untuk terus
ditingkatkan
2. Meningkatkan TRL di PT. DI Kemampuan atau seringkali
ar Meningkatkan kapasitas setiap memberikan
kualitas SDM orang (SDM) dalam trainingtraining
khususnya tenaga menyerap ilmu itu untuk kegiatan
yang dikirimkan untuk berbedabeda begitu pengembangan
berpartisipasi dalam juga dengan pesawat tempur
proyek pengembangan spesifikasi keahlian SDM diupgrade
Pesawat Tempur ilmu dan keahlian
KFX/IFX melalui pemberian
beasiswa

85
3. Menanggulangi PT. DI Regenerasi SDM di kedepannya dapat 8
masalah tenaga kerja tubuh diambil 2
6 dari
yang akan pensiun dan perguruan-
brain drain perguruan tinggi
yang berkualitas
4. Membangun hanggar PT. DI Injeksi struktur Saat ini area
dan fasilitas-fasilitas modal oleh struktur dan
penunjang pembuatan Pemerintah melalui aerodinamics
pesawat tempur pendanaan APBN sudah berada pada
seringkali masih level 7, area yang
terhambat lemah adalah di
koordinasi weapon system
dan berusaha
untuk terus
ditingkatkan
5. Meningkatkan TRL di PT. DI Koordinasi antar yang mengetahui
area-area penunjang kementerian dan spesifikasi akan
pembuatan pesawat lembaga khususnya setiap kebutuhan
tempur perencanaan yang
jelas dari PMU
dengan melibatkan
PT.DI
6. Mendukung strategic PT. DI Masih dalam proses Baru dalam
investment dalam karena pesawat tahapan
rangka pemberdayaan belum jadi konsolidasi karena
industri lokal membutuhkan
jangka waktu yang
panjang dan
menunggu produk
pesawatnya jadi
terlebih dahulu,
kemudian produk
akan
dikembangkan
secara mandiri
dengan komponen-
komponen

Setiap negara memiliki kepentingan yang sama yaitu menjaga kedaulatan

wilayahnyaserta menjaga keamanan penduduknya dari berbagai macam ancaman

yang dapat timbul. Baik dari dalam ataupun yang dari luar negara itu sendiri.

86
Selain itu setiap negara pasti menginginkan untuk dapat mandiri dalam8
72
memproduksi alutsista negaranya.109

Penguasaan teknologi dalam sistem pertahanan merupakan sesuatu yang harus

selalu diperhatikan Indonesia. Penyelenggaraan sistem pertahanan di Indonesia

harus mengupayakan penguasaan dan peningkatan teknologi pertahanan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek berikut:

1. Kekuatan pertahanan Indonesia akan lebih diperhitungkan jika Indonesia dapat

menguasai aspek teknologi dengan baik. Aspek teknologi telah memepengaruhi

perkembangan sejarah militer dunia selama berabad-abad dan semakin hari akan

semakin meningkat pengaruhnya. Teknologi akan menjadi factor penting yang

menunjang kekuatan pertahanan Indonesia. Oleh karena itu, melalui penguasaan

teknologi, kekuatan pertahanan Indonesia akan semakin meningkat . Penguasaan

teknologi inilah yang harus segera diupayakan.

2. Penguasaan teknologi modern bisa mengubah struktur, postur, bahkan strategi

pertahanan suatu Negara. Penguasaan teknologi yang maju bisa mempengaruhi

hal tersebut. Semakin maju teknologi yang dikuasai , maka penentuan struktur,

postur, dan strategi pertahanan akan semakin efisien dan semakin memperkuat

pertahanan Negara.

Dalam kerjasama pertahanannya dengan Korea Selatan, Indonesia akan

memperoleh Transfer of Technology, pada kerjasama pesawat tempur KFX/IFX

terdapat 4 teknologi utama yang akan ditransfer yaituActive electronically scanned

array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting

109
Angga Nurdin Rachmat, 2014, Tantangan dan Peluang Perkembangan Teknologi Pertahanan
Global Bagi Pembangunan Kekuatan Pertahanan Indonesia, Jurnal Transformasi global, Vol. 1 No. 4,
hlm. 12
87
pod (EOTGP), dan Radio Frequency Jammer (Suhada, 2017). Active electronically8
82
scanned array (AESA), juga dikenal sebagai active phased array radar (APAR)

adalah jenis radar array bertahap yang fungsi pemancar dan penerima (transceiver)

terdiri dari banyak transmit/receive modules (TRMs). AESA radar mengarahkan

sorot mereka dengan memancarkan gelombang radio yang terpisah dari setiap modul

yang mengganggu konstruktif pada sudut tertentu di depan antena.

Sedangkan infrared search and track (IRST) yaitu sistem pencarian dan

pelacakan inframerah, digunakan untuk mendeteksi dan melacak objek yang

melepaskan radiasi inframerah seperti pesawat jet dan helikopter.Sistem yang

digunakan bersifat pasif seperti kamera termografi, yang berarti mereka tidak

memberikan radiasi apapun, tidak seperti radar. Hal ini merupakan keunggulan dari

IRST karena akan sulit terdeteksi.Electronic optics targeting pod (EOTGP)

merupakan alat penunjuk target yang digunakan oleh pesawat berfungsi untuk

membantu mengakusisi target high value di darat.Pada awalnya Korea Selatan akan

bekerjasama dengan perusahaan milik Amerika yaitu Lockheed Martin untuk

mendapatkan keempat teknologi inti tersebut. Namun, Amerika malah menolak

untuk mentransfer keempat teknologi tersebut.Kemudian Korea Selatan bekerjasama

dengan Eropa untuk mendapatkan teknologi inti tersebut. Nantinya keempat

teknologi tersebut akan ditransfer ke Indonesia110.

Transfer teknologi yang terjadi awalnya dengan melibatkan para ilmuwan dan

insinyur Indonesia dalam proses pengerjaan prototype pesawat tempur KFX/IFX.

Begitu pula dengan Indonesia, Indonesia dituntut untuk dapat menjaga keamanan

110
Karim, Silmy & Widjajanto. 2014, Membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia,
Gramedia, Jakarta, hlm. 72
88
8
wilayah serta keamanan seluruh penduduknya. Oleh karena itu peneliti memaparkan
92
beberapa alasan yang menyebabkan Indonesia melakukan kerjasama produksi

pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, yaitu:

1. Mencapai Kemandirian Alutsista Serta Mengembangkan Kemampuan

Rekayasa Insinyur Indonesia Melalui Transfer of Technology (ToT) dari

Korea Selatan

Pencapaian kemandirian alutsista dan pengembangan kemampuan rekayasa

teknisi Indonesia dapat dicapai melalui kerjasama pembuatan pesawat IFX/IFX antara

Indonesia dan Korea Selatan. Kepentingan Indonesia dalam hal ini lebih diutamakan

dalam kemandirian dalam bidang alutsista merupakan hal yang ingin dimiliki oleh

setiap negara terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu

dimata negara-negara Asia Tenggara Indonesia merupakan negara yang besar.

Karena memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang besar serta penduduk yang

besar. Kemandirian ini akan membuat Indonesia tidak lagi sepenuhnya bergantung

kepada luar negeri, walaupun mungkin dalam beberapa teknologi masih akan tetap

mengandalkan negara lain. Seperti yang terjadi saat ini Indonesia masih belum bisa

mandiri dalam bidang alutsista. Masih banyak kekurangan dalam menuju

kemandirian alutsista salah satunya karena kurangnya penguasaan teknologi dan

modal terhadap alutsista.111

Saat ini pesawat militer yang dimiliki Indonesia kebanyakan merupakan hibah

pesawat militer bekas dari beberapa negara maju. Contohnya 9 unit pesawat

transport C-130H Hercules dari Australia. Dari 9 unit pesawat, 4 unit diterima

111
Tangguh Chairil, Kemandirian di bidang pertahanan: sebuah misi yang tidak mungkin
bagi Indonesia? Dalam http://theconversation.com/kemandirian-di-bidang-pertahanan-sebuah-misi-
yang-tidak-mungkin-bagi-indonesia-99300 diakses tanggal 4 Pebruari 2020 14:35
89
9
Indonesia dalam bentuk skema hibah dan 5 unit diterima dalam skema jual beli antar
02
kedua negara. Pesawat Hercules memiliki tugas dasar yaitu Penerbangan Angkutan

Udara Militer (PAUM). Selain untuk mengangkut pasukan Tentara Nasional

Indonesia dan bahan logistik, pesawat ini juga bisa digunakan untuk misi

kemanusiaan.112 Selain itu 24 unit pesawat tempur F-16 C/D Block 25 dari Amerika

Serikat. Kedua jenis pesawat hibah yang dimiliki Indonesia tersebut pernah

mengalami kecelakaan dan kemudian hancur yang mengakibatkan banyak korban

jiwa dikarenakan pesawat tersebut mogok atau rusak ketika sedang terbang.

Untuk memperbaiki dan memodernisasi alutsista serta untuk mencapai

kemandirian dalam alutsista, Indonesia melakukan kerjasama dengan negara yang

mempunyai kemampuan dalam bidang teknologi pesawat tempur. Salah satunya

adalah proyek KFX/IFX yang dibangun bersama Korea Selatan yang diharapkan

akan menambah pengalaman ahli-ahli design pesawat tempur dari Indonesia dan

juga menambah pengalaman Industri Dirgantara Indonesia. Sehingga diharapkan

suatu saat nanti pengalaman ini bisa digunakan untuk menciptakan hal-hal baru atau

alutsista baru secara mandiri di dalam Industri Strategis Indonesia.113

Selain memajukan kemandirian, melalui program KFX/IFX ini menjadi salah

satu cara Indonesia dalam rangka mengembangkan alutsista untuk kebutuhan

sekarang dan masa depan dan dapat pula mengembangkan kemampuan rekayasa

insinyur penerbangan Indonesia, yang berikutnya diharapkan bisa menghasilkan

manfaat lanjutan yang memicu produk atau kemampuan lain sehingga dapat

meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian


112
ibid
113
Ant (p2) Proyek Produksi Pesawat Tempur dengan Korea Selatan Berlanjut,
https://mediaindonesia.com/read/detail/277541-proyek-produksi-pesawat-tempur-dengan-korea-
selatan-berlanjut diakses tanggal 5 Pebruari 2020 16:00
90
dan sistem pertahanan strategis. Dalam proyek kerjasama dalam pembuatan pesawat9
12
tempur KFX/IFX ini pemerintah dan industri nasional harus sepenuhnya mendukung

program nasional ini dan menjadikannya ujung tombak penguasaan teknologi serta

alutsista yang dibutuhkan negara.114

Kerjasama ini sangat penting untuk Indonesia karena adanya transfer of

technology, yang bersesuaian dengan visi pembangunan kemandirian industri

pertahanan yang hendak dicapai pada tahun 2020. Selain itu, wilayah yang luas

menuntut Indonesia untuk memperkuat postur pertahanan udaranya. Pesawat tempur

modern dengan spesifikasi yang sesuai dengan kontur wilayah Indonesia

merupakan kebutuhan mendasar dalam postur pertahanan Indonesia. Oleh karena

itu, Indonesia terlibat dalam kerja sama yang diperkirakan menghabiskan dana

lebih dari $1 miliar115

Letter of Intent, yang dibentuk pada tanggal 6 Maret 2009, merupakan

bentuk awal perjanjian Indonesia-Korea selatan. Di dalam perjanjian tersebut,

kedua negara bersepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian yang mempunyai

daya ikat yang lebih baik, yaitu Memorandum of Understanding (MoU). Pada

tanggal 15 Juli 2010, Indonesia dan Korea selatan menandatangani kesepakatan

yang menyatakan bahwa biaya pembangunan pesawat tempur KFX/IFX

dibebankan kepada Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Korea selatan

sebesar 80% dan Kemhan Indonesia sebesar 20% dari total biaya. Rasio

pembayaran tersebut berlaku untuk pelaksanaan Technical Development Phase

(TDP) dan Engineering and Manufacturing Development Phase (EMDP),

ibid
114

115
Rutherford, T. 2011. “Military Balance in Southeast Asia.” Research Paper 11/79, Library of
Common House. P. 9
91
9
sedangkan untuk Production Development Phase (PDP), work sharing-nya
2
ditentukan secara terpisah.116

Seperti yang dikatakan Morgenthau, dalam rangka menjaga kesiagaan militer

suatu negara diperlukan pranata militer yang mampu mendukung politik luar negeri

yang ditempuh. Dalam menghadapi ancaman keamanan yang dapat terjadi Indonesia

harus memiliki kemampuan militer yang tangguh. Untuk memiliki kemampuan

militer yang tangguh Indonesia harus memiliki sejumlah faktor tersebut, salah

satunya adalah dalam bidang teknologi. Kerjasama pembuatan pesawat tempur

KFX/IFX dengan Korea Selatan ini Indonesia mendapatkan transfer of technology

yang akan menjadi inovasi teknologi dalam bidang alutsista kedirgantaraan untuk

Indonesia. Dengan melakukan inovasi teknologi secara mandiri dalam bidang

alutsista kedirgantaraan, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan militer yang

dimilikinya.117

Dalam konsep Military Industrial Complex, untuk menjadi sebuah Industri

pertahanan yang strategis dibutuhkan dukungan dari semua bagian dalam

pemerintahan Indonesia yaitu Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia (TNI-

AU), pihak legislatif dan eksekutif yaitu Presiden, Kementerian Pertahanan, dan

DPR serta perusahan nasional milik Indonesia yaitu PT. Dirgantara Indonesia untuk

mengembangkan industri pertahanan strategis. Teknologi dan kemajuan yang

dihasilkan dalam kerjasama pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea

Selatan ini akan berdampak positif untuk Indonesia, akan membantu meningkatkan

tingkat kompetitif perindustrian, menyentuh sektor besi baja, elektronik, armaments,


116
ibid
117
Noor Novisa Agustiara, 2016, Analisis Kerjasama Produksi Pesawat Tempur Kf-X/Ifx Antara
Indonesia - Korea Selatan, ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (2) ISSN 2477-2623, hlm.
9
92
9
dan lainnya agar dapat menghasilkan produk yang bersaing dengan produksi luar
32
negeri. Kalaupun hasilnya masih sama atau kurang dapat bersaing dengan buatan

luar, minimal dapat memperolehnya dengan harga yang lebih bersahabat dan

melibatkan industri nasional Indonesia.118

2. Memperkuat dan Melindungi Sistem Keamanan Militer Udara Indonesia

Indonesia merupakan negara yang luas dan merupakan negara kepulauan.

Jumlah alutsista untuk melakukan pengamanan, tidak sebanding dengan luas

wilayah NKRI. Untuk menghadapi situasi dan perkembangan ancaman maupun

bentuk perang yang tidak lagi konvensional, penguasaan atas teknologi bagi TNI

merupakan suatu keharusan. Armada yang sangat efektif dan cocok untuk

melindungi negara kepulauan adalah pesawat. Karena dengan menggunakan

pesawat, Indonesia dapat mencapai titik-titik wilayah dengan cepat.119

Kebutuhan dalam pemenuhan alat utama sistem senjata (alutista) untuk

Indonesia sangatlah penting mengingat alutsista TNI masih sangat memprihatinkan,

karena sebagian besar alat utama sistem pertahanan mereka adalah warisan peralatan

tahun 1960-an, 1970-an dan 1980-an. Pesawat yang dimiliki oleh TNI AU

merupakan pesawat-pesawat yang sudah tidak layak terbang dikarenakan memang

sudah tidak dapat mengudara karena sudah tua. Pesawat yang kemampuannya sudah

tidak sesuai lagi dapat mengakibatkan kecelakaan. Seperti yang terjadi dengan

pesawat hibah F-16 dari Amerika Serikat yang mengalami dua kali kecelakaan.120

118
Andri Mastiyanto, Industri Pertahanan Indonesia 10 Tahun ke Depan, Seperti Apa? dalam
https://www.kompasiana.com/rakyatjelata/5e019326d541df59c0579f62/industri-pertahanan-
indonesia-10-tahun-kedepan-seperti-apa?page=all diakses tanggal 3 Pebruari 20:20
119
Teddy Hambrata Azmir, Pertahanan Udara Nasional Indonesia Bersinergi Dengan K4IPP, dalam
https://www.kompasiana.com/lembagakeris/55123606a33311ef56ba80c0/pertahanan-udara-nasional-
indonesia-bersinergi-dengan-k4ipp diakses tanggal 4 Pebruari 2020 13:30
120
Angga Nurdin Rachmat, 2014, Tantangan dan Peluang Perkembangan Teknologi Pertahanan
Global Bagi Pembangunan Kekuatan Pertahanan Indonesia, Jurnal Transformasi global, Vol. 1 No. 4,
93
9
Hal seperti inipun dapat menjadi ancaman yang bersifat internal. Oleh karena
42
itu perlunya rejuvenation atau peremajaan pesawat untuk menghindari kecelakaan.

Salah satu peremajaan dalam bidang pesawat militer yang dilakukan oleh Indonesia

adalah dengan melakukan kerjasama dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX

dengan Korea Selatan. Dengan kerjasama ini Indonesia dapat memiliki pesawat

tempur baru generasi 4,5 yang merupakan produksi sendiri bersama dengan negara

Korea Selatan yang memiliki teknologi lebih maju daripada Indonsia.121

Sehingga selain maju dalam bidang penyerapan atau penguasaan teknologi

dalam pesawat tempur, kerjasama pemubuatan pesawat KFX/IFX membuat kekuatan

militer Indonesia di Asia tenggara bahkan di dunia akan semakin meningkat. Hal ini

akan membuat negara lain akan semakin segan dengan bangsa Indonesia dan

membuat indonesia tidak dipandang remeh soal perang dalam hal kepemilikian

alutsista yan mulai modern.

Seiring berjalannya waktu, perekonomian Indonesia mulai mengalami

perkembangan yang berarti. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, kondisi perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

baik. Pertumbuhan ekonomi tumbuh pesat seiring pemulihan ekonomi pasca peristiwa

krisis global yang terjadi sepanjang 2008-2009. Hal ini ditandai dengan perekonomian

Indonesia yang mampu bertahan di tengah ancaman pengaruh dari krisis ekonomi dan

finansial yang terjadi di benua Eropa.Indonesia kini telah pulih dari krisis moneter yang

dulu melumpuhkan perekonomian Indonesia.

Berbagai pencapaian dalam bidang ekonomi membuat Indonesia semakin mantap

melangkahkan kaki untuk menjalin kerjasama internasional. Berbagai tawaran kerjasama

hlm. 17
121
ibid
94
internasional dari Negara lain terus berdatangan. Hal ini merupakan suatu keberhasilan9
52
yang telah lama dicita-citakan Indonesia. Namun, Indonesia masih memiliki hutang luar

negeri yang entah sampai kapan akan berakhir. Kondisi keuangan Negara yang belum

stabil, serta desakan pembayaran hutang luar negeri yang mengambil porsi cukup besar

menjadikan pemenuhan anggaran pertahanan terbatas. Pemenuhan anggaran pertahanan

menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia, yang hingga saat ini belum

terselesaikan.

Jumlah anggaran pertahanan di Indonesia kurang-lebih Rp. 87 triliun pada 2014.

Angka ini hanya 0,8 dari besaran PDB Indonesia, namun jika dilihat dari kecenderungan

beberapa tahun terkahir, anggaran pertahanan Indonesia sudah mengalami kenaikan.

Negara-negara anggota NATO rata-rata memiliki anggaran pertahanan 2 persen dari PDB.

Jika anggaran pertahanan Indonesia bisa mencapai 2 persen dari PDB, maka ada ruang

untuk terus tumbuh. Tetapi sebelum angka 2 persen dari PDB tersebut bisa dicapai, industri

pertahanan harus disiapkan sedini mungkin. Hal ini dikarenakan agar ketika anggaran

pertahanan Indonesia bisa mencapai angka 2 persen dari PDB, uang tersebut tidak mengalir

ke negara lain untuk membeli berbagai alutsista.

Meski anggaran pertahanan Indonesia memiliki kenaikan, namun sebagian besar

anggaran pertahanan tersebut masih digunakan untuk keperluan operasional,

pemeliharaan alat, dan belanja pegawai. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi

Indonesia. Jika Indonesia tidak mampu mengembangkan industri pertahanannya sendiri,

uang negara akan banyak mengalir ke negara lain yang punya kemampuan memproduksi

alutsista. Jika dibandingkan dengan anggaran pertahanan negara lain, terutama negara-

negara maju, Indonesia masih dalam posisi tertinggal. Bahkan Indonesia masih tertinggal

dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Anggaran pertahanan

Indonesia yang hanya sekitar 0,8 persen dari total PDB masih jauh dari Singapura yang

mencapai 3 persen dan Malaysia yang sudah 2 persen. Meski mengalami peningkatan,
95
namun anggaran pertahanan Indonesia masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan9
62
negara lain. Oleh karena itu sangat disayangkan jika Indonesia terus membeli alutsista dari

negara lain. Untuk menciptakan industri pertahanan yang lebih baik, Indonesia berupaya

untuk mengembangkan alutsistanya sendiri.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk membangun industri pertahanannya, Indonesia

cenderung mencari partner kerjasama pertahanan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Maka dari itu, Korea Selatan merupakan pilihan yang tepat sebagai partner kerjasama.

Karena dalam kerjasama tersebut pendanaannya tergolong murah. Dalam kerjasama

pembuatan pesawat tempur KFX/IFX, pemerintah Korea akan menanggung 60 persen biaya

pengembangan pesawat, Korean Aerospace Industry sebuah perusahaan swasta milik Korea

Selatan menanggung 20 persennya, dan pemerintah Indonesia akan menanggung 20 persen.

Dengan rincian dana sebagai berikut:

Tabel 4.2 Rincian Dana Pesawat Tempur KFX/IFX


Total Indonesia Korea Korean
Dana (20%) Selatan Aerospace
(60%) Industry (20%)

US$ 8 US$ 1,8 US$ 4,4


miliar miliar miliar US$ 1,8 miliar

Sumber :detikFinance.com

Dalam kerjasama ini, Indonesia akan mendapatkan 50 pesawat yang mempunyai

kemampuan tempur melebihi F-16, sementara 150 pesawat untuk Korea Selatan. Indonesia

memperoleh banyak keuntungan, karena Indonesia hanya mengeluarkan modal 20% dari

total biaya tetapi Indonesia bisa dapat 25% dari total output proyek. Sedangkan Korea

Selatan yang mengeluarkan modal 80% dari total biaya hanya mendapatkan 75% dari total

jet tempur yang dibuat, dengan kata lain Korea Selatan rugi 5%. Modal atau harga yang

dikeluarkan Indonesia dalam kerjasama pesawat tempur ini juga tergolong murah bila

96
dibandingkan dengan Negara lain. Dalam pembelian 11 pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia,9
72
Indonesia akan mengeluarkan biaya senilai US $ 1,14 miliar. Bahkan di China harga untuk

24 pesawat total kontrak senilai sekitar US$ 2 miliar.

Tabel 4.3 Harga Pesawat Tempur

Negara Harga (per unit)


Korea Selatan US$ 70-80 juta
Amerika US$ 94 juta
Rusia US$ 90 juta
China US$ 83-85 juta
Sumber: jejaktapak.com

Dalam tabel 4.3 dapat dilihat bahwa harga per unit pesawat tempur KFX/IFX

diperkirakan sekitar US$ 70-80 juta. Sedangkan di Negara lain, harga pesawat

tempur dengan kualitas yang hampir sama harganya lebih mahal. Seperti di

Amerika, harganya sekitar US$ 94 juta, di Rusia US$ 90 juta, dan di China US$ 83-

85 juta. Oleh karena itu Indonesia memilih Korea Selatan sebagai partner dalam

kerjasama pembuatan pesawat tempur.

3.2.2 Posisi Strategis Indonesia Dalam Relasi perdagangan

Kerjasama di bidang pertahanan yang dijalin antara Indonesia dan Korea

Selatan paska peristiwa reformasi diawali pada tahun 1999. Perjanjian ini berisikan

pengaturan pelaksanaan antara Departemen Pertahanan dan Keamanan Republik

Indonesia dengan Kementerian Pertahanan Republik Korea tentang penerimaan

bersama jaminan mutu antar pemerintah untuk materiil dan jasa pertahanan

(Arrangement Between the Department of Defense and Security of the Republic of

Indonesia and the Ministry of National Defense of the Republic of Korea

97
Corcerning on Mutual Acceptance of Government Quality Assurance of Defense9
82
Materiel and Services). 122

Kemudian satu tahun seteleh perjanjian ini, Indonesia dan Korea Selatan

melalui Menteri Pertahanan masing-masing menandatangani Letter of Intent for

Specific Defense Industry Cooperation. Perjanjian ini mencakup lima poin

kesepakatan, diantaranya ialah Program Imbal Beli antara Republik Indoneisa dan

Republik Korea, Pesawat Latih Dasar KT-1, Kerjasama di bidang Pembuatan

Kapal, Program Pemeliharaan Mesin Pesawat Terbang, Kerjasama di bidang

Amunisi.Kesepakatan yang tercapai kala itu jelas mengindikasikan semakin

harmonisnya hubungan Indonesia dan Korea Selatan di awal era reformasi. Hal ini

pun kemudian membawa pengaruh yang positif bagi perkembangan hubungan

kerjasama Indonesia dan Korea Selatan ke ranah yang lebih kompleks.123

Negosiasi dalam akuisisi pertahanan mengharuskan seorang negosiator untuk

mempertimbangkan dua hal. Pertama, negosiator harus mengidentifikasi isu ke

dalam dua jenis, yaitu yang dapat dinegosiasikan dan yang tidak dapat

dinegosiasikan124. Kedua, negosiator harus mengidentifikan posisi trade off ke dalam

tiga posisi, yaitu the most desirable, objective, dan the least desirable untuk setiap

isu. Berdasarkan posisi ini dapat ditentukan bargaining range, yaitu interval antara

titik minimum dan maksimum dari isu yang dapat dinegosiasikan. Negosiasi dalam

akuisisi pertahanan kerapkali ditujukan untuk kerja sama bilateral berupa jual-beli

alat-alat pertahanan, sehingga konsepnya cenderung mengarah pada tawar menawar


122
Kemhan, Indonesia Defence White Paper 2015 dalam
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2016/05/2015-INDONESIA-DEFENCE-WHITE-
PAPER-ENGLISH-VERSION.pdf diakses tanggal 10 Pebruari 2020 11:15
123
ibid
124
Wright, E. et al. 2010. Defense Acquisition Management: A Reader. Bloomington:
iUniverse, p 192
98
dalam suatu kegiatan perdagangan. Namun, dalam penelitian ini, negosiasi9
92
diarahkan pada bagian dari suatu proses komunikasi yang dilakukan untuk mencapai

persyaratan yang ditetapkan pada awal proses akuisisi. Oleh karena itu, definisi

negosiasi dalam akuisisi pertahanan yang digunakan adalah bagian dari suatu

komunikasi dan interaksi antarnegara untuk memenuhi persyaratan atau

requirements kekuatan pertahanan Indonesia.125

Lebih jauh lagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Korea

Selatan Roh Moo Hyun menyepakati Joint Declaration on Strategic Partnership to

Promote Friendship and Cooperation between the Republic of Indonesia and the

Republic of Korea in the 21st Century pada Desember 2006. Perjanjian ini

berisikan tiga bidang kerjasama yang menjadi fokus kedua negara, yaitu kerjasama

di bidang politik dan keamanan, kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi,

serta kerjasama di bidang sosial budaya. Kerangka baru yang disepakati kedua

negara menjadi tanda pentingnya Korea Selatan bagi Indonesia begitupun

sebaliknya. Strategic partnership ini pun menjadi babak baru bagi hubungan

Indonesia dan Korea Selatan ke depannya, terutama peningkatan pada sektor

investasi Korea Selatan ke Indonesia.126

Keterlibatan Korea Selatan yang semakin besar dalam berbagai proyek di

Indonesia menjadi gambaran betapa kuatnya hubungan kedua negara yang tentunya

tidak hanya terfokus pada satu bidang kerjasama. Nilai investasi Korea Selatan di

Indonesia pun setiap tahunnya mengalami peningkatan yang mencapai puncaknya

125
ibid
126
Kompas, 2016, Presiden Korsel ke Indonesia, dalam
https://nasional.kompas.com/read/2009/02/27/18502460/presiden.korsel.ke.indonesia, diakses tanggal
12 Pebruari 2020 17:10
99
pada tahun 2013, meskipun ada penurunan pada tahun 2014, namun satu tahun1
2
00
setelahnya nilai investasi tersebut kembali mengalami kenaikan. 127

Indonesia dan Korea Selatan memiliki kesamaan dalam sistem pemerintahan

yang dianut, dimana kedua negara menganut sistem demokrasi. Tentu ini menjadi

kesamaan yang kemudian mempermudah dan memperlancar hubungan kerjasama

Indonesia dan Korea Selatan. Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu

menekankan bahwa Indonesia memandang Korea Selatan sebagai sahabat dekat dan

memiliki peran yang penting dalam di kawasan. Kedua negara pun terus

berkolaborasi dalam mewujudkan kestabilan kawasan, misalnya Indonesia yang

mengajukan diri sebagai mediator dalam proses damai yang diupayakan Korea

Selatan dan Korea Utara. Kedekatan kedua negara pun ditunjukkan dengan tukar-

menukar kunjungan antara pejabat kedua negara, mulai dari level Menteri hingga

level Kepala Negara.Intensitas kunjungan yang dilakukan Indonesia dan Korea

Selatan menunjukkan kedekatan dan keharmonisan hubungan kedua negara

meskipun terjadi pergantian kepemimpinan nasional di masing-masing pihak.

Hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan dalam bidang pertahanan semakin

menunjukkan keakraban yang tinggi.128

Hal ini dibuktikan dengan dipercayakannya kerjasama dua dari tujuh program

strategis pengembangan industri pertahanan Indonesia kepada Korea Selatan. Kedua

program strategi tersebut ialah Kerjasama di bidang industri pertahanan antara

Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur yang ditandai

dengan disepakatinya Letter of Intent on Co-Development of a Fighter Jet Project


127
Sita Hidriyah, Penguatan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan,
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IX-6-II-P3DI-Maret-2017-229.pdf
diakses tanggal 3 Pebruari 2020 22:10
128
ibid
100
between the Department of Defense of the Republic of Indonesia and the Defense 1
2
01
Acquisition Program Administration of the Republic of Korea pada tahun 2009, serta

kerjasama pembelian yang dibarengi dengan co-production pada bidang maritim

yang fokus pada sektor kapal selam jenis Chanbogo pada tahun 2011.129

Korea yang memiliki keunggulan dalam tingkat pengusaan teknologi

memainkan peran yang penting dalam pengembangan industri pertahanan Indonesia.

Sementara Korea Selatan memerlukan pasar yang lebih besar bagi produk industri

pertahanannya, dan Indonesia menjadi negara yang membuka pasar bagi produk

Korea. Hal ini tidak lepas dengan adanya pertimbangan bahwa produk yang

dihasilkan Korea merupakan hasil dari berbagai kerjasama dengan pihak asing.

Keberhasilan industri maritim Korea Selatan dalam membangun kapal selam

merupakan hasil dari kerjasama dengan Jerman, sedangkan pesawat tempur

merupakan hasil dari kerjasama dengan Amerika Serikat. Pertimbangan inilah yang

kemudian menjadi salah satu alasan adanya hubungan pengembangan di sektor

strategis antara Indonesia dan Korea Selatan hingga kini.130

3.3 Kepentingan Indonesia Dalam Menjaga Keamanan dan Perdamaian Dunia

(Long-Range Objective)

Pada tataran eksternal diplomasi pertahanan Indonesia, ada dua aspek yang

menjadi tinjauan, yaitu politik luar negeri Indonesia terhadap Korea selatan dan

politik dunia. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Namun, secara

implementasinya, Indonesia lebih mengarah pada slogan politik luar negeri yang

129
https://www.kemlu.go.id, diakses tanggal 7 Pebruari 2020 10:30
130
IW Sulpai, Kerjasama, Indonesia, Korea Selatan dan Industri Pertahanan, Jurnal Unila 2018, hlm.
16
101
dicetuskan oleh Mohammad Hatta, “mendayung di antara dua karang.” Dalam 1
2
02
catatan perpolitikannya di pergaulan internasional, Indonesia tidak pernah berada

dalam posisi netral seperti yang tertuang dalam politik luar negeri bebas dan aktif.

Beberapa kali Indonesia menunjukkan sikap yang cenderung mengarah pada blok

atau aliansi tertentu. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan

sebagai catatan adalah kedekatan Indonesia pada salah satu blok atau aliansi

didorong oleh kepentingan Indonesia pada waktu tertentu.131

Sebagai contoh adalah kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet dan Blok

Timur pada karena Blok Barat cenderung menunjukkan dukungan untuk Belanda

yang merupakan negara penjajah Indonesia. Sementara itu, kedekatan Soeharto

pada Blok Barat didorong oleh adanya upaya membentuk gerakan komunis yang

dianggap menjadi penyebab perpecahan. Selain itu, kedekatan ini juga disebabkan

oleh banyaknya bantuan ekonomi yang diberikan negara-negara anggota Blok

Barat kepada Indonesia yang sedang mengalami krisis pasca keruntuhan Orde

Lama. Begitupula dengan masa pemerintahan B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid,

Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono, ada kedekatan- kedekatan tertentu

yang mengindikasikan kepentingan Indonesia dan kecenderungan pemerintah

terhadap suatu aliansi kerja sama.132

Kerja sama yang berbentuk Joint Development KFX/IFX ini menunjukkan

kedekatan Indonesia dengan Korea selatan. Indonesia mempunyai kepentingan

yang besar terhadap Korea selatan dalam kerja sama ini. Namun, catatan yang

harus diperhatikan dalam politik luar negeri Indonesia adalah aliansi Korea selatan
131
Erlinda Matondang, 2015, Anggaran Pertahanan Sebagai Dinamisator Diplomasi Pertahanan
Indonesia Dalam Joint Developm Ent Korea Fighter Experim Ent/Indonesia Fighter Experim Ent
(PERIODE 2009-2014), Tesis Universitas Pertahanan Indonesia, hlm. 44
132
ibid
102
1
dan Amerika Serikat. Kecenderungan aliansi ini adalah otorisasi Amerika Serikat
2
03
terhadap Korea selatan. Bukti nyata dari otorisasi tersebut adalah pengutamaan

kerja sama pertahanan Korea selatan dan Amerika Serikat sebagaimana yang

tertuang dalam kebijakan pertahanannya. Dalam buku putih pertahanan yang

diterbitkan oleh pemerintah Korea selatan, Amerika Serikat selalu menjadi

tujuan kerja sama pertahanan utama yang menjadi perhatian pemerintah Korea

selatan. Korea selatan terlihat sangat bergantung pada Amerika Serikat. Hal ini

merupakan salah satu dorongan kuat untuk mengarahkan politik luar negeri

Indonesia kepada Amerika Serikat. Dengan kata lain, Indonesia harus membangun

kedekatan dengan Amerika Serikat jika ingin memenuhi kepentingannya terhadap

Korea selatan terkait dengan proyek KFX/IFX.133

Pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia dalam pertemuan USINDO, seolah

membuka peluang untuk diplomasi pertahanan Indonesia dalam proyek KFX/IFX

yang sejak akhir tahun 2014 terus mengalami jalan buntu. Namun, peningkatan

hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat ini perlu memperhatikan kondisi

regional, internasional, dan politik dunia. Politik luar negeri Indonesia yang

mengarah pada Amerika Serikat tidak hanya akan memengaruhi hubungan bilateral

dengan Korea selatan, tetapi juga hubungan bilateral dengan negara lain, interaksi

multilateral, interaksi pada tataran regional, dan politik dunia.134

Pada aspek politik dunia, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari agenda

dan struktur internasional. Agenda internasional sudah berkembang dan mengalami

perluasan. Pembahasan dalam forum-forum internasional lebih mengangkat

permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan, dan isu nonkonvensional


133
ibid
134
ibid
103
1
lainnya. Walaupun aliansi militer masih tetap bertahan, isu tradisional bukan fokus
2
04
utama interaksi antarnegara. Isu-isu ini perlu diperhatikan pemerintah Indonesia

dalam proyek KFX/IFX karena ini berkaitan dengan kepemilikan teknologi dan

pengembangan komponen-komponen yang digunakan dalam pengembangan

KFX/IFX.135

Indonesia pernah diembargo karena pelanggaran HAM. Selain itu, Indonesia

juga pernah dilarang menggunakan Hawk untuk menghadapi konflik atau

pemberontakan domestik. Ini harus dijadikan pembelajaran oleh Indonesia. Tidak

semua komponen diproduksi oleh Indonesia. Hal yang kemudian patut

dipertanyakan adalah identitas pembuat komponen tersebut, mulai dari asal negara

dari industri tersebut hingga kepentingan negaranya terhadap Indonesia dan hal

yang menjadi perhatian negara tersebut. Sebagai salah satu contoh, mesin dari

KFX/IFX adalah buatan industri pertahanan Amerika Serikat, begitupula dengan

misil yang digunakan adalah buatan Lockheed Martin Global, Inc., yang juga

merupakan industri pertahanan Amerika Serikat. Indonesia harus mewaspadai

kemungkinan-kemungkinan embargo dari Amerika Serikat jika ada isu

nonkonvensional yang dianggap bertentangan dengan prinsip dan kepentingan

Amerika Serikat. 136

Dalam struktur internasional yang terjebak dalam perdebatan antara

konsep unipolar dan multipolar, Indonesia sudah menunjukkan bahwa

pemerintah menganggap dunia sedang dalam kondisi multipolar. Hal ini

ditunjukkan dengan tindakannya yang memasukkan sejumlah negara besar

135
ibid
136
ibid
104
dalam kerja sama di kawasan Asia Tenggara dan keterlibatannya dalam pelbagai1
2
05
organisasi internasional.

Berkaitan dengan proyek KFX/IFX, ada tiga polar yang perlu menjadi

perhatian Indonesia. Pertama adalah Amerika Serikat, yang mempunyai

kedekatan dengan Korea selatan dan teknologi yang digunakan di dalam

K F X /IFX. Kedua adalah Tiongkok. Negara yang perekonomiannya melesat

pada beberapa waktu terakhir ini patut diperhitungkan karena keterlibatannya

dalam konflik di Semenanjung Korea dan Laut Tiongkok Selatan. Apalagi ada

spektrum yang menunjukkan perseteruan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Ketiga adalah Association of South East Asian Nations (ASEAN). Organisasi

regional ini adalah prioritas Indonesia. Apalagi Korea selatan, Amerika Serikat,

dan Tiongkok adalah tiga negara mitra ASEAN dalam kerja sama di bidang

politik dan keamanan, ekonomi, serta sosial dan budaya. 137

Sebelum kerjasama pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X masuk ke

dalam fase pengembangan rekayasa teknik dan manufaktur atau Engineering

Manufacturing Development (EMD). Kerjasama pembuatan jet tempur KF-X/IF-X

sempat tertunda dikarenakan pergantian Perdana Menteri di Korea Selatan dan

adanya pemotongan anggaran yang masih menunggu persetujuan dari parlemen

Korea Selatan. Karena penundaan yang dilakukan oleh Korea Selatan, pekerja

profesional yang merupakan perwira (TNI AU) PT. Dirgantara Indonesia banyak

yang menganggur sehingga kerjasama pembuatan pesawat tempur jenis KFX/IFX

itu perlu ditinjau kembali. Selain itu tantangan yang harus dihadapi oleh tim

137
Pingit Aria, Proyek Jet Tempur KFX/IFX yang Dapat Lampu Hijau Mahfud MD, dalam
https://katadata.co.id/berita/2019/12/13/proyek-jet-tempur-kfxifx-yang-dapat-lampu-hijau-mahfud-
md, diakses tanggal 10 Pebruari 2020 14:00
105
pengembang KF-X/IF-X adalah masalah time line project. Prototype KF-X/IF-X 1
2
06
diharapkan sudah mulai dibuat di tahun 2018, dan diharapkan di tahun 2023 akan

mulai masuk kepada masa produksi massal tahap pertama. Di pihak Indonesia

diharapkan KFX/IFX akan mulai masuk ke inventory TNI AU di tahun 2025. Jika

dilihat dari time line yang dibuat, maka kemungkinan ini bisa terjadi.138

Hambatan besar yang terjadi sebelumnya juga adalah saat Indonesia masuk ke

masa Pemilu 2014 lalu, dimana pemerintahan akan berganti. Yang menjadi

hambatan adalah apabila pemerintah yang baru tidak mendukung proyek pembuatan

pesawat tempur KF-X/IF-X ini karena sampai saat ini, belum ada Undang Undang

yang mengikat secara hukum yang bisa memastikan proyek KF-X/IF-X ini akan

tetap berjalan walaupun pemerintah sudah berbeda.139

Pada akhir-akhir ini program kerjasama produksi pesawat tempur KF-X/IF-X

dievaluasi oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Menurut Menteri Pertahanan

Ryamizard Ryacundu, penundaan kerjasama peswat tempur ini sudah dengan

berbagai pertimbagan. Menurut Menteri Pertahanan, salah satu pertimbangan itu

adalah masih ada yang lebih prioritas dibandingkan dengan proyek kerjasama

pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X. Anggaran untuk kerjasama produksi

pesawat tempur ini nantinya akan digeser ke pengadaan dan perbaikan alutsista yang

lain seperti pengadaan senjata ataupun alat-alat selam yang dimiliki Pasukan

Komando Pasukan Katak (Kopaska). Berbeda dengan pesawat tempur yang bisa

138
ibid
139
Noor Novisa Agustiara, 2016, Analisis Kerjasama Produksi Pesawat Tempur Kf-X/Ifx Antara
Indonesia - Korea Selatan, ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (2) ISSN 2477-2623, hlm.
15
106
menghabiskan dana yang cukup besar, untuk pengadaan senjata dapat dilakukan1
2
07
dengan dana yang lebih sedikit.140

Namun pada tanggal 4 Desember 2015 di Kantor Kementerian Pertahanan

Indonesia, Indonesia dan Korea Selatan melalui PT. Dirgantara Indonesia dan

Korean Airspace Industry menandatangani perjanjian kerjasama pembuatan

pesawat tempur KF-X/IF- X yang disaksikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan)

Ryamizard Ryacudu dan Duta Besar (Dubes) Korea selatan untuk Indonesia Cho Tai

Young. Penandatanganan ini dilakukan untuk melanjutkan kerjasama produksi

pesawat tempur dalam fase pengembangn rekayasa teknik dan manufaktur seperti\

maintenance/sustainability, modification, dan upgrading.

Indonesia juga akan memperoleh keuntungan teknologi. Teknologi

merupakan aspek yang bisa membedakan kemampuan pertahanan suatu Negara

dengan Negara lain. Jika penguasaan teknologi bisa dilakukan oleh para pelaku

industri pertahanan di Indonesia, hal ini akan menjadi keuntungan besar bagi

kekuatan pertahanan Indonesia. Dengan berkembangnya penguasaan teknologi

maka akan memberikan keuntungan jangka panjang dalam bentuk keunggulan

peralatan pertahanan dibandingkan dengan Negara lain. Hal ini terbukti dengan

adanya Negara-negara maju yang mempunyai pelaku industri pertahanan yang juga

maju dan menguasai teknologi canggih.

Kemandirian industri pertahanan juga akan membuat Sumber Daya Manusia

menjadi ahli di bidang industri pertahanan. SDM ahli ini akan muncul seiring

dengan berkembangnya industri pertahanan yang semakin maju. Industri pertahanan

yang semakin maju dan berkembang akan memberikan ruang kepada para peneliti

140
ibid
107
dan ilmuwan untuk berkarya di negeri sendiri. Salah satu permasalahan yang1
2
08
dihadapi Indonesia adalah masih lambatnya perkembangan industri pertahanan

dalam negeri.Hal ini mengakibatkan para pelaku industri pertahanan di dalam

negeri belum bisa menampung SDM berkualitas yang telah belajar secara formal di

Negara-negara maju. Kemandirian dalam membuat alat-alat pertahanan sendiri

adalah tujuan besar yang hendak dicapai bangsa Indonesia. Meski kemandirian total

sulit dicapai, namun langkah menuju kemandirian industri pertahanan tidak boleh

surut.

3.3.1 Mengurangi Pemborosan Anggaran Belanja Alutsista

Logistik militer adalah proses pengadaan, pemeliharan dan transportasi dari

materiil, fasilitas dan jasa. Logistik militer merupakan ilmu tentang perencanaan

dan penganggaran gerakan dan pemeliharaan suatu kekuatan141.39 Strategi terkait

dengan penentuan dan cara pencapaian logistik sesuai penciptaan dan

penyelenggaraan dukungan secara terus menerus kepada satuan tempur dan satuan

taktis demi tercapainya tujuan strategi. Teknis strategi dan taktik memberikan pola

penyelenggaraan operasi militer, sedangkan logistik menyediakan sarananya.

Dalam ilmu militer, menjaga agar jalur suplai sambil mengganggu jalur

logistik musuh amatlah krusial. Napoleon bahkan mengatakan logistik adalah faktor

terpenting dalam strategi militer, karena sebuah angkatan bersenjata tanpa sumber

daya dan transportasi itu tidak berdaya. Kekalahan Inggris di perang kemerdekaan

Amerika dan kekalahan Poros Nazi Jerman, Italia dan Kekaisaran Jepang di

141
Penkostrad, “Peran Logistik Militer dalam Pertempuran”, diakses dari
https://penkostrad.wordpress.com/2011/12/15/peran-logistik-militer-dalam-pertempuran/ pada 3
Februari 2020 20:45
108
medan Afrika pada Perang Dunia II semua disebabkan oleh kegagalan Logistik142.1
2
09
Para pemimpin bersejarah seperti Hannibal Barca, Alexander Agung dan Duke

Wellington dianggap sebagai jenius dalam logistik.

ILS (Integrated Logistics Support) atau dukungan logistik terpadu adalah

kegiatan yang dilaksanakan oleh tentara/militer untuk memastikan system dukungan

yang kuat dengan memberikan layanan perbekalan (logistik)143 Konsep

pemikirannya adalah biaya terendah dan sesuai dengan kebutuhan, handal,

persediaan yang mencukupi, pemeliharaan dan lain-lain sebagai persyaratan yang

ditetapkan untuk itu.

Dalam logistik militer, perwira logistik mengatur bagaimana dan kapan

memindahkan sumber daya ke tempat dimana mereka dibutuhkan. Manajemen

rantai suplai di logistik militer biasanya bersinggungan dengan variabel-variabel

tertentu untuk memprediksi biaya, penurunan kualitas, konsumsi dan permintaan

masa depan. Pengelompokan kategori pengurutan dan kategorisasi yaitu klasifikasi

suplai dikembangkan sedemikian rupa sehingga suplai dengan kategori

konsumsi yang mirip dikelompokkan menjadi grup-grup tersendiri untuk kegunaan

perencanaan lebih lanjut. Contohnya, konsumsi pada masa damai untuk amunisi dan

bahan bakar akan lebih sedikit dibandingkan pada masa peperangan, dimana suplai

lainnya seperti makanan dan baju memiliki rasio konsumsi yang konstan tanpa

menghiraukan perang maupun damai. Pasukan akan selalu membutuhkan seragam

142
Shiftindonesia, “Karena Logistik Jerman kalah Perang: Studi Kasus Operasi Barbarossa”.
Diakses dari http://shiftindonesia.com/karena-logistik-jerman-kalah-perang-studi-kasus-operasi-
barbarossa/ pada 4 Februari 2020 12:35
143
Rinatnunay, “Beberapa Tentang Logistik”, diakses dari
https://rinatnunay.com/2013/07/02/beberapa-pengertian-tentang-logistik/ pada 3 February 2020 14:15
109
dan makanan, lebih banyak pasukan berarti kebutuhan makanan dan seragam akan1
2
10
lebih banyak.

Prinsip-prinsip logistik militer secara umum, pertama responsif yaitu

menyediakan dukungan yang tepat pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.

Kedua, kesederhanaan yaitu menghindari kerumitan dalam persiapan, perencanaan

dan pelaksanaan operasi logistik. Ketiga, fleksibilitas yaitu mengadaptasi dukungan

logistik terhadap setiap perubahan kondisi, baik perubahan lingkungan, perubahan

misi, maupun perubahan konsep operasi.

Keempat, ekonomis yaitu penggunaan kemampuan dukungan logistik secara

efektif dan pemanfaatan yang ekonomis. Kelima, daya memperoleh dukungan

logistik pokok minimum untuk memulai operasi pertempuran. Keenam, daya

dukung dalam penyediaan logistik untuk jangka waktu operasi dan yang terakhir

ketahanan logistik terutama infrastruktur logistik144. Dalam sistem logistik militer

dikenal logistik pertahanan dan logistik wilayah. Logistik Pertahanan menekankan

pada logistik sebagai jembatan antara garis depan dan garis belakang, dan proses

logistik merupakan unsur ekonomi dalam operasi-operasi militer. Logistik

pertahanan adalah segala upaya dalam menentukan kebijakan, perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian melalui tahap

pembinaan dan penggunaan personel, materiel, fasilitas, dan jasa sesuai tuntutan

operasional, baik dalam jumlah, mutu, waktu, jenis, tempat, dan kondisi serta dapat

mempertahankan kesiapannya selama digunakan. Sedangkan logistik wilayah

menekankan pada penyiapan dukungan logistik yang ditetapkan pada lokasi dan

jarak dari medan-medan pertahanan dan daerah-daerah pangkal pertahanan dan


144
Logistikmiliter, “Logistik Militer”. Diakses dari http://logistik-militer.civil.web.id/ind/1000-
884/Logistik-militer-civil.html pada 4 Februari 2020 13.10
110
perlawanan. Pembangunan pusat-pusat dukungan logistik sesuai dengan lokasi1
2
11
pusat pengembangan ekonomi dan industri (sesuai tata ruang wilayah negara) yang

memadukan kepentingan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan.

Hingga tahun 2018, pemerintahan Jokowi-JK telah membangun 214.441

rumah prajurit yang meningkat dari tahun 2015 sebanyak 209.885 rumah. Tunjangan

bagi veteran juga telah ditingkatkan sebesar 25% berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 31 tahun 2018. Ini adalah bentuk dari janji Nawacita yang dijanjikan

Presiden Jokowi sebagai bentuk kesejahteraan prajurit TNI serta menjadikan

anggaran pertahanan sebagai prioritas. Meskipun anggaran pertahanan mengalami

penurunan dari tahun 2017, anggaran kementerian yang paling tinggi menurut

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) masih dipimpin oleh Kementerian

Pertahanan.

3.3.2 Mengembangkan Hubungan Bilateral Indonesia Korea Selatan

Dalam konteks Joint Development KFX/IFX, Indonesia melakukan

diplomasi pertahanan dengan aktivitas. Indonesia melakukan diplomasi pertahanan

melalui kegiatan pembentukan kerjasama bilateral di bidang industri pertahanan,

yaitu Joint Development KFX/IFX. Diplomasi pertahanan ini dilakukan Indonesia

untuk mendukung upaya peningkatan kemampuan militer dan penguatan industri

pertahanan145. Peningkatan kemampuan militer dan penguatan industri pertahanan

tersebut diperlukan untuk melindungi kedaulatan, menjaga segenap bangsa

Indonesia, dan memelihara perdamaian dunia, sebagaimana yang tertuang dalam

Doktrin Pertahanan Negara. Peranan seluruh rakyat Indonesia sangat penting

145
Gindarsah, I., 2014. “Politics, Security and Defence in Indonesia: Interaction and
Interdependencies.” National Security College Issue Brief, No. 4, hlm. 28
111
dalam menangkal berbagai bentuk serangan terhadap negara. Hal ini yang 1
2
12
mendorong pembentukan sistem pertahanan dengan keyakinan pada kemampuan

atau kekuatan sendiri146. Oleh karena itu, Indonesia membentuk sistem

pertahanan semesta yang melibatkan partisipasi seluruh rakyat Indonesia dan

membagi pertahanan ke dalam dua klasifikasi, yaitu militer dan nirmiliter.

Konsep diplomasi pertahanan Indonesia meliputi pertahanan militer dan

nirmiliter. Diplomasi pertahanan militer dilakukan untuk mencapai kepentingan-

kepentingan militer, sedangkan diplomasi pertahanan nirmiliter dilakukan untuk

meningkatkan ketahanan nasional melalui pelbagai profesi rakyat Indonesia. Dalam

konteks Joint Development KFX/IFX, diplomasi pertahanan yang dilakukan

adalah diplomasi pertahanan militer yang bertujuan untuk membentuk

kemandirian industri pertahanan Indonesia. Oleh karena itu, definisi diplomasi

pertahanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu instrumen poli tik

luar negeri yang bergerak dalam spektrum konflik dan kerja sama di bidang

pertahanan, baik militer maupun nirmiliter, untuk membentuk kemandirian industri

pertahanan Indonesia.147

Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar serta faktor yang paling

menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik

luar negeri. Kepentingan nasional merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang

sangat vital bagi negara. Salah satu dari unsur tersebut adalah prestige. Dimana

dengan melakukan kerjasama dalam pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X

Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia mampu memiliki pesawat tempur hasil


146
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 2014, hlm. 44
147
Teddy Hambrata Azmir, Pertahanan Udara Nasional Indonesia Bersinergi Dengan K4IPP, dalam
https://www.kompasiana.com/lembagakeris/55123606a33311ef56ba80c0/pertahanan-udara-nasional-
indonesia-bersinergi-dengan-k4ipp diakses tanggal 4 Pebruari 2020 13:50
112
dari pembuatan atau produksi bersama dengan Korea Selatan. Hal ini menunjukkan1
2
13
bahwa insinyur Indonesia mampu untuk memproduksi pesawat tempur dan

memungkinkan Indonesia kelak dapat memproduksi pesawat tempur sendiri secara

mandiri. Melalui pesawat tempur KF-X/IF-X Indonesia berusaha meningkatkan citra

negara serta identitas negara di dunia internasional.

Kerjasama pembuatan pesawat tempur dengan Korea Selatan ini jika ditinjau

dengan sudut pandang dari kepentingan nasional masuk kedalam kepentingan

sekunder. Dimana Indonesia melakukan kerjasama ini untuk melindungi kedaulatan

wilayah negaranya sebagai bentuk keamanan negaranya dan negara- negara tetangga

bukan digunakan Pesawat tempur KF-X/IF-X ini akan digunakan sebagai penjaga

zona terluar dari kedaulatan Indonesia, bukan digunakan menjadi senjata berperang

untuk menyerang negara lain sehingga membuat perdamaian dunia terganggu karna

kebijakan strategis yang dimiliki Indonesia adalah defensif aktif.148

Pesawat tempur ini akan ditempatkan di luar dari titik-titik landasan udara

terluar di Indonesia yang memang dapat menjangkau negara-negara ASEAN, tapi

hanya akan sebagai pelindung karena dapat menjangkau luasnya nusantara dan juga

sebagai efek pencegahan bagi negara lain. Indonesia berusaha untuk menjaga

kedaulatan wilayah negaranya dan masyarakatnya. Dengan adanya pesawat tempur

KF-X/IF-X ini diharapkan dapat menghalau pesawat-pesawat yang terkadang

memasuki wilayah udara Indonesia tanpa ijin dan dapat mengganggu keamanan atau

bahkan menjadi ancaman kedaulatan wilayah Indonesia.

148
Rommy Pujianto, Negosiasi Ulang Pengadaan Pesawat Tempur,
https://mediaindonesia.com/read/detail/247983-negosiasi-ulang-pengadaan-pesawat-tempur, diakses
tanggal 4 Pebruari 2020 15:35
113
1
Jika Indonesia berhasil mewujudkan cita-citanya untuk memiliki industri
2
14
pertahanan yang maju dan mandiri, maka Indonesia akan memiliki beberapa

keuntungan yaitu keuntungan ekonomi, keuntungan pendapatan pajak, keuntungan

lapangan kerja, keuntungan teknologi, dan keuntungan Sumber Daya Manusia yang

ahli. Industri pertahanan yang maju diharapkan akan memberikan sumbangan bagi

pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana industri manufaktur, yang selama ini

mampu menjadi penyumbang terbesar PDB Indonesia. Indonesia juga bisa

memanfaatkan industri pertahanan sebagai salah satu komoditas ekspor yang bisa

menyumbangkan devisa bagi Negara. Pasar senjata dan peralatan pertahanan di dunia

masih terbuka luas.Selama ini Indonesia berperan sebagai importir dalam industri

pertahanan, namun jika Indonesia bisa memaksimalkan industri pertahanannya maka

Indonesia dapat menjadi eksportir alat-alat pertahanan.

Dengan berkembangnya industri pertahanan di dalam negeri, hal ini akan

memberikan manfaat untuk Negara, termasuk manfaat dari pajak yang disetorkan

kepada Negara. Selain itu juga akan memperluas ketersediaan lapangan kerja.

Karena di Indonesia persoalan pengangguran menjadi masalah besar.Meskipun

tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, angkatan kerja yang tumbuh setiap tahun

belum seluruhnya dapat ditampung oleh lapangan pekerjaan yang ada.

114
BAB IV 1
2
15
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Hubungan Kerjasama Indonesia Korea Selatan Dalam Pembuatan Pesawat Jet

Tempur KFX/IFX. Keputusan Korea Selatan menjatuhkan pilihan proyek

KFX/IFX ke Indonesia adalah asumsi yang logis. Indonesia merupakan negara

pembeli pertama untuk selusin lebih pesawat tempur latih buatan Korea Selatan

T-50i Golden Eagle. Setelah Indonesia bersedia sebagai pembeli pertama di luar

Korea Selatan, menyusul Irak dan Filipina selanjutnya. Sebagai pendatang baru di

industri jet tempur, Korea Selatan tentunya diuntungkan karena ada negara yang

bersedia membeli jet tempurnya. Proyek Kerja Sama Pengembangan KFX/IFX

antara Korea Selatan dan Indonesia, membentuk relasi segitiga besi pertahanan

internasional yang tidak dapat dilepaskan dari peranan dan kepentingan Amerika

Serikat. Pengaruh negara maju dengan kekuatan besar masih belum dapat

dilepaskan dari upaya kemandirian industri pertahanan di Negara berkembang.

MIC menjadi suatu kondisi yang niscaya dalam setiap pengadaan alat pertahanan,

dan kerja sama antar Negara memungkinkan lebih dalamnya pengaruh negara

maju terhadap Negara berkembang tersebut.Hal tersebut dapat dilihat dari

dinamika proses akuisisi pertahanan yang melandasi terbentuknya kerja sama

pengembangan KFX/IFX antara Korea Selatan dan Indonesia. Indonesia juga

pembeli 3 kapal selam dari industri galangan kapal mereka. Belum lagi bila

melihat aspek lain, Indonesia merupakan pemasok utama gas alam cair (LNG) ke

115
1
Korea Selatan, negara yang banyak menggantungkan kebutuhan energinya pada
2
16
gas.

2. Kepentingan Indonesia Dalam Kerjasama Pembuatan Pesawat Jet Dengan Korea

Selatan. Keamanan wilayah teritorial beserta penduduknya merupakan hal yang

sangat penting bagi negara yang berdaulat. Melintasnya pesawat negara lain ke

dalam wilayah Indonesia tanap izin merupakan suatu ancaman yang harus bisa

dihadapi oleh Indonesia. Untuk menghadapi ancaman tersebut indonesia harus

Indonesia harus memperkuat pertahanan negaranya dengan melakukan

modernisasi alutsista dan pesawat tempur merupakan alutsista yang mutlak

harus dimiliki Indonesia untuk menjaga wilayah udaranya. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut Indonesia melakukan kerjasama industri pertahanan dengan

Korea Selatan yang berupa pembuatan bersama pesawat tempur. Indonesia

melakukan kerjasama karena Korea Selatan selama ini selalu menyertakan ToT

atau Transfer of Technology dalam bidang industri pertahanan.

3. Pemetaan segitiga pertahanan menunjukkan adanya relasi kompleks-strategis

yang mau tidak mau harus dihadapi Indonesia ke depan dalam proyek KFX/IFX.

Dari pemetaan tersebut, terlihat adanya segitiga besi pertahanan internasional.

Amerika Serikat cenderung berperan sebagai regulator, yang tidak memiliki

kepentingan langsung namun memiliki pengaruh kuat dan menentukan laju

perkembangan proyek (dengan penguasaan teknologinya). Korea Selatan

cenderung berperan sebagai agensi pemerintah yang memiliki kepentingan paling

besar (80% investasi) dalam proyek. Indonesia, dalam hal ini cenderung terlihat

sebagai kontraktor: tidak memiliki kepentingan yang cukup besar (20% investasi),

dan sangat bergantung pada dinamika hubungan antara Korea Selatan dan
116
Amerika Serikat. Kerjasama produksi pesawat tempur dengan Korea Selatan 1
2
17
Indonesia memiliki beberapa alasan yaitu untuk mencapai kemandirian dalam

bidang alutsista sehingga pada masa yang akan dating Indonesia mampu untuk

memproduksi sendiri alutsistanya yang berupa pesawat tempur dan produk

lainnya karena mendapatkan transfer teknologi yang membuat kemampuan

rekayasa militer Indonesia semakin maju dan berkembang. Selain itu hal utama

dari kerjasama ini adalah untuk memperkuat sistem keamanan militer Indonesia

dan menjaga keamanan wilayah udara Indonesia.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari kesimpulan di atas adalah

1. Untuk Kementerian Pertahanan: agar meningkatkan pemanfaatan parlemen (DPR)

sebagai pengawas penggunaan anggaran. Penundaan yang dilakukan Korea Selatan

dapat dihindari terulang lagi jika parlemen turut “berbicara” bersama pemerintah.

Jika parlemen juga mendukung dengan positif, maka segitiga besi pertahanan

Indonesia akan lengkap dan kokoh. Dari sisi perjanjian, ke depannya sebaiknya

pemerintah Indonesia lebih hati-hati dalam menentukan poin-poin dalam sebuah

perjanjian. Hal ini penting untuk diperhatikan guna meminimalisir adanya potensi

penundaan atau pemberhentian program kerjasama ketika kerjasama belum

selesai.

2. Untuk DPR, agar lebih kritis pada pelaksanaan proyek KFX/IFX. Hal ini dengan

jelas ditunjukkan oleh Partai Saenuri dan NPAD dalam National Assembly di

Korea Selatan ketika mengetahui gagalnya transfer teknologi F-35. Kritisnya

parlemen akan menunjukkan kuatnya check and balances dalam suatu Negara.
117
Dalam merealisasikan MEF, Indonesia telah meningkatkan anggaran pertahanan1
2
18
Indonesia. Hal ini harus terus diperhatikan bagi pemerintah Indonesia untuk

mencapai kemandirian pertahanan Indonesia kedepannya karena mengingat

anggaran pertahanan suatu negara merupakan faktor yang sangat penting dalam

peningkatan kekuatan pertahanan.

3. Untuk Industri pertahanan khususnya PT. Dirgantara Indonesia: agar dapat

memaksimalkan peran pemerintah dan pro-aktif dalam mendukung pengembangan

industri pertahanan. Di sisi lain pemerintah juga harus pro-aktif mencari dan

menemukan pasar internasional dan memberikan dukungan anggaran. Selanjutnya,

dalam kerjasama Indonesia dan Korea Selatan, Indonesia harus lebih memegang

kendali dalam proses pembuatan Alutsista dalam setiap kerjasamanya sehingga

Transfer Technology mudah untuk didapatkan oleh teknisi Indonesia. Sehingga

kedepannya dapat digunakan untuk memajukan Industri Pertahanan dalam negeri

Indonesia.

3. Melihat dari implementasi kerjasama industri antara Indonesia dan Korea Selatan

pada periode 2013 hingga 2017 yang mengalami penundaan, maka sebaiknya

pihak-pihak yang terkait dalam kerjasama tersebut memiliki komitmen yang kuat.

Komitmen yang kuat bisa menjadi pondasi bagi sebuah kerjasama, sehingga

proyek yang ada tidak mengalami penundaan meskipun terjadi perubahan

kepemimpinan nasional. Berdasarkan tujuan dari Indonesia untuk memiliki

industri pertahanan nasional yang mandiri, maka pihak Indonesia harus

memiliki rencana jangka panjang yang mendukung peningkatan kapabilitas

industri pertahanan nasional.

118
4. Pemerintah harus menjamin adanya keselarasan antara tiga pihak utama yang 1
2
19
terlibat bagi eksistensi industri pertahanan nasional. Komitmen yang kuat pun

harus hadir, dimana sejauh ini industri pertahanan Indonesia masih terlampau

sulit dalam menemukan pasar guna mengembangkan kapabilitas industri

tersebut. Selain itu, komitmen dalam konteks pendanaan juga harus kuat,

karena untuk menjadikan industri pertahanan yang mandiri memerlukan biaya

yang sangat besar. Terakhir ialah mengenai budaya internal yang harus dirubah,

mulai dari keinginan terhadap sesuatu yang instan (hanya membeli) menjadi lebih

sabar, dan kondisi internal seperti KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang

harus dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi berbagai program strategis.

119
KEPENTINGAN INDONESIA BEKERJASAMA DENGAN
KOREA SELATAN DALAM PROGRAM PEMBUATAN JET
TEMPUR KFX/IFX

SKRIPSI

Menyelesaikan Program Sarjana (S1)


Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh:
MUHAMMAD BOFID BAIHAQI
NIM. 201310360311183

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

Anda mungkin juga menyukai