KEGIATAN 1
Negara asing dengan pesanan paling banyak adalah Korea Selatan dengan 12 unit, disusul
Turki dengan 9 unit, kemudian negara tetangga Malaysia juga tidak ketinggalan dengan
membeli 8 unit. Uni Emirat Arab membeli 7 unit. Thailand sebanyak 3 unit, lalu ada
Senegal dan Nepal masing-masing sebanyak 1 unit.
Adapun proses pembuatan produksi yang saat ini berjalan adalah 2 unit. Masing-masing 1
unit untuk Senegal Air Force serta TNI AL. Indonesia sejauh ini sudah menggunakan 31
unit pesawat ini.
Untuk kebutuhan dalam negeri, selain untuk militer, pesawat tipe ini juga diproyeksikan
untuk kebutuhan sipil. Diperkirakan ada 177 rute domestik yang berpotensi bisa
menggunakan pesawat ini, dengan mayoritas di kawasan Indonesia Timur, yakni
sebanyak 132 unit.
Kegiatan 2
1. Produk pesawat terbang Indonesia makin diminati oleh banyak negara. Kalimat
tersebut termasuk bagian dari kepala berita karena memuat informasi penting yang
terletak di awal paragraf.
3. Gagasan pendukung pada leher teks berita tersebut antara lain negara dan jumlah unit
yang dibeli dari Indonesia, serta pengembangan yang bisa dilakukan terhadap pesawat
CN 235 itu. Karena, teks berita mencantumkan angka dan nama negara yang terlibat
serta instansi yang bertanggung jawab untuk pesawat CN 235.
4. Kata “diantaranya” merupakan kata yang tidak baku. karena kata “antaranya” saja
menunjukkan tempat di dalam teks tersebut. Jika imbuhan di- dihubungkan dengan
kata yang menunjukkan tempat, maka imbuhan di- pada kata “diantaranya”
menggunakan spasi menjadi “di antaranya”.
5. Kata “Rp 400 M” merupakan bentuk kata yang tidak baku. Pada penulisan Rp, angka
tidak setelah “Rp” tidak menggunakan spasi melainkan digabung menjadi “Rp400”
dan kata M harus ditulis miliar. Maka, bentuk yang bakunya adalah “Rp400 miliar”.
6. Menurut saya, pengembangan pesawat CN 235 untuk angkutan komersial sudah
bagus karena saat ini negara cenderung kondusif dan hanya perlu mengawasi
perbatasan saja. Selain itu, pesawat tipe ini pun dapat dijadikan media pembelajaran
tentang sejarah perjuangan Indonesia dan kemajuan teknologinya. Pengembangan
pesawat CN-235 untuk angkutan komersial adalah langkah yang positif. Diversifikasi
penggunaan pesawat ini untuk keperluan sipil dapat membuka peluang pasar yang
lebih luas, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh pesawat komersial
besar.
7. TEKS BERITA
Dengan teknologi dan inovasi terbaru yang terus-menerus, pesawat buatan Indonesia
semakin dikenal dan diakui di dunia penerbangan global. Kualitas serta keandalan
pesawat ini telah menjadi daya tarik utama bagi pembeli dari berbagai negara. Banyak
pesawat yang sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Thailand untuk Royal Thai
Police, Senegal dengan Senegal Air Force, Nepal dengan Nepal Army. PT Dirgantara
Indonesia (PTDI) membuat tipe CN 235-220, dengan jumlah 68 unit dari total 285
unit yang ada di dunia. Negara asing yang paling banyak membeli adalah Korea
Selatan sebanyak 12 unit, Turki sebanyak 9 unit, Malaysia sebanyak 8 unit, Uni
Emirat Arab sebanyak 7 Unit, Thailand sebanyak 3 unit, dan terakhir ada Senegal dan
Nepal sebanyak 1 unit. Pesawat buatan RI juga mendapatkan pengakuan dari berbagai
asosiasi dan badan pengawas penerbangan internasional. Ini membuktikan bahwa
pesawat ini memenuhi standar kualitas dan keselamatan yang ketat dalam industri
penerbangan.
Proses pembuatan produksi yang kini berjalan adalah 2 unik. Masing-masing 1 unit
untuk Senegal Air Force dan 1 unit lagi untuk TNI AL, Indonesia sejauh ini sudah
menggunakan 31 unit pesawat ini. Selain untuk kebutuhan dalam negeri seperti
militer, pesawat ini juga diproyeksikan untuk kebutuhan sipil. Diperkirakan ada 177
rute domestik yang berpotensi bisa menggunakan pesawat ini, dengan mayoritas di
kawasan Indonesia Timur, yakni sebanyak 132 unit. Pesawat jenis ini bisa
dikembangkan untuk angkutan komersial. Pesawat ini memiliki konfigurasi yang
berbeda-beda. Seperti pesawat CN235 yang dikirim ke Senegal dijual dengan harga
US$ 25 juta atau 380,5 miliar, dan yang dijual ke Nepal lebih mahal yakni sekitar
US$ 30 juta sekitar Rp 400 miliar karena dua negara tersebut memiliki konfigurasi
yang berbeda. Berdasarkan data perakitan pesawat PTDI menunjukkan pertumbuhan
yang positif selama beberapa tahun terakhir. Keberhasilan pesawat terbang buatan RI
dengan harga Rp 400 miliar ini adalah pencapaian yang memuaskan bagi Indonesia.
Ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global dan memiliki
potensi besar untuk mengembangkan industri penerbangan nasional menjadi lebih
besar dan lebih kuat di masa depan.