Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yolanda Gladys Audrey Sitorus

NIM : 25000122130084

Kelas : 2B

1. Tradisi Se’i pada Ibu dan Bayi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
Tradisi Se’i adalah tradisi mengasapkan ibu yang baru melahirkan bersama bayinya selama
40 hari yang dilakukan oleh masyarakat Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tradisi ini mengharuskan ibu dan bayinya duduk dan tidur di atas ranjang dengan bara api di
bawahnya selama 40 hari. Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ini dapat membantu ibu
pulih lebih cepat pasca melahirkan dan membuat bayi menjadi lebih kuat. Masyarakat setempat
percaya bahwa melahirkan akan mengakibatkan kondisi badan ibu menjadi ‘dingin’ yang
membahayakan darah dan suhu tubuh ibu(Handayani & Prasodjo, 2018). Selain itu jika tidak
melakukan tradisi Se’i akan membuat ibu dan bayinya rentan akan hawa dingin, angin, ‘hawa’
jahat dan penyakit (Prasodjo, 2009).
Selama melakukan Se’i, baik ibu maupun bayi akan menghirup udara tercemar karena
bahan yang digunakan adalah bahan bakar biomassa (kayu bakar). Suami dan anggota rumah
tangga lain selalu menyiapkan kayu bakar dan menjaga agar bara api tetap menyala dan
mengeluarkan asap. Ketentuan atau pantangan-pantangan yang harus dikuti oleh ibu-ibu nifas
tersebut adalah tidak boleh keluar selama empat hari pertama setelah melahirkan, ibu nifas
tidak boleh turun dari bale (tempat tidur), dalam istilah mereka tidak boleh “turun tanah.”
(Handayani & Prasodjo, 2018). Untuk mandi dan buang air, ibu nifas diperbolehkan turun dari
bale (tempat tidur), tetapi dilakukan di rumah bulat itu dan tidak di luar rumah bulat. Selama
nifas, ibu melahirkan tidak ada pantangan untuk makan sesuatu, yang tidak boleh adalah
melakukan kerja yang terlalu berat seperti mengangkat air, sedangkan bayi tidak boleh dibawa
keluar rumah (rumah bulat) (Handayani & Prasodjo, 2018).
Tradisi ini biasanya dilakukan di dalam rumah yang berbentuk bulat dengan atap yang
terbuat dari daun lontar atau alang-alang kering, dinding yang terbuat dari kayu dan bambu,
serta berlantai tanah (Anwar & Soerachman, 2014). Rumah ini disebut Rumah Bulat atau Ume
K’bubu. Rumah tersebut tidak memiliki jendela atau ventilasi lainnya dan hanya memiliki satu
pintu yang pendek sehingga mengharuskan penghuni rumah untuk membungkukan badan
ketika akan masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah yang tidak memadai diperparah selama
musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim kemarau lantai rumah akan berdebu,
sedangkan saat musim hujan lantai akan lembab serta dinding dan atap yang kedap air
menyebabkan udara di dalam rumah menjadi lembab. Kelembapan yang tinggi dapat
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan penghuni.
Konvensi sosial yang mengharuskan perempuan melahirkan di Rumah Bulat yang penuh
debu dan asap akan menyebabkan ibu dan bayinya mudah terpapar ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) (Christiana dkk., 2018). Kepulan asap yang terus-menerus dihirup dapat
menyebabkan ibu berkeringat, dehidrasi, pucat, dan iritasi mata, sedangkan bayi akan
mengalami kesulitan bernapas hingga radang paru-paru. Adapun tradisi ini tetap dilakukan dan
dianggap hal yang wajib karena faktor rendahnya tingkat pendidikan warga. Mayoritas adalah
tamatan Sekolah Dasar (Anwar & Soerachman, 2014). Beberapa ibu hamil tidak pernah
mengenyam bangku sekolah. Meski demikian, tradisi ini lambat laun mulai menghilang
walaupun di beberapa daerah pedalaman tradisi ini masih sering dilakukan.

2. Dampak yang ditimbulkan akibat Tradisi Se’i


Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan apabila seorang ibu dan bayinya melakukan
atau tidak melakukan Tradisi Se’i:
a. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada bayi
Pada dasarnya, ISPA disebabkan oleh infeksi bakteri/virus pada saluran pernapasan.
Menghirup asap dalam waktu lama, suhu, dan kadar debu menjadi faktor yang
mempengaruhi bayi dengan ISPA (Christiana dkk., 2018). Kabut asap membawa partikel
dan gas yang dapat mengganggu, seperti senyawa yang mengandung zat berbahaya seperti
karbon monoksida. Paparan kabut asap mengurangi kemampuan paru-paru untuk melawan
infeksi, terutama pada bayi yang baru lahir. Selain itu, hal ini juga ditambah dengan adanya
peradangan pada saluran napas, penurunan daya tahan tubuh, serta faktor lingkungan,
sehingga tubuh menjadi lebih rentan terkena infeksi.
b. Dikucilkan secara sosial
Tradisi Se’i dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Ketika para ibu
tidak melakukan serangkaian tradisi pasca persalinan, mereka akan dikucilkan secara sosial
oleh masyarakat di sekelilingnya. Kegiatan Se’i bagi masyarakat disana sifatnya wajib
untuk dilakukan, sebab jika tidak dilakukan maka masyarakat disana percaya bahwa akan
tejadi musibah atau malapetaka yang akan menimpa keluarga berkaitan dengan kesehatan
ibu dan bayinya (Handayani & Prasodjo, 2018).
c. Jantung
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the American Heart
Association, kabut asap dapat menyebabkan gangguan jantung, seperti henti jantung dan
gangguan jantung iskemik. Hal ini dapat terjadi dengan paparan jangka pendek atau
paparan jangka panjang. Studi menunjukkan bahwa partikel kecil hasil pembakaran yang
berukuran 2,5 mikrometer atau kurang dapat terhisap dan masuk ke dalam aliran tubuh.
Partikel yang disebut PM2,5 ini dikaitkan dengan perkembangan proses inflamasi dan
gangguan jantung.
d. Iritasi
Kabut asap terdiri dari udara kotor dan partikel kecil. Dalam bentuk yang paling sederhana,
paparan kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung, kulit serta
menyebabkan sakit kepala dan alergi.
Daftar Pustaka

Handayani, K., & Prasodjo, R. S. (2018). Tradisi Perawatan Ibu Pasca Persalinan (se'i Dan
Tatobi) di kecamatan amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa
Tenggara timur. CORE.

Anwar, A., & Soerachman, R. (n.d., April 15). Kesehatan Ibu Dan Bayi Yang melakukan Tradisi
sei Dan Gambaran kesehatan Lingkungan Rumah Bulat (ume 'kbubu) di Kabupaten Timor
Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jurnal Kesehatan Reproduksi.

Christiana, N. R., Budiyono, B., & Setiani, O. (2018, July 1). Hubungan Kondisi kesehatan
Lingkungan Rumah Bulat Suku Dawan Dan tradisi se'i Dengan Kejadian Ispa Pada Bayi di
Puskesmas Kuanfatu Kecamatan Kuanfatu. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai