Anda di halaman 1dari 19

lOMoARcPSD|22660926

Makalah Bahasa Indonesia full materi

Psychology (Universitas Surabaya)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)
lOMoARcPSD|22660926

PENGERTIAN BAHASA INDONESIA DAN EJAAN


YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA

Ditujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Dosen pembimbing : Dr. Lukman Fahmi, S. Ag.,M. Pd

Disusun oleh :

1. M. Rivda Izaa Fardana (04010320004)


2. Zidni Ilma Atmagistri (04010320016)
3. Fristiyah Agustianingsih (04020320028)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Bimbingan dan Konseling Islam

Gresik, 2021

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengertian Baahasa Indonesia dan
Ejaan yang Berlaku di Indonesia” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Lukman
Fahmi, S. Ag.,M. Pd pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini dibuat dengan
tujuan menambah wawasan tentang “Pengertian Baahasa Indonesia dan Ejaan yang Berlaku di
Indonesia” bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari kalian semua sangat saya nantikan demi membangun
kesempurnaan makalah ini.

Gresik,06 Maret 2021

penulis

ii

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 1
C. TUJUAN ............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2
1. Definisi Bahasa Indonesia ............................................................................................................. 2
2. Bahasa sebagai Jiwa Bangsa.......................................................................................................... 3
3. Ejaan yang berlaku di Indonesia ................................................................................................... 8
BAB III .......................................................................................................................................................... 13
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 13
A. KESIMPULAN ................................................................................................................................... 13
B. SARAN ............................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 14

iii

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk


berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang mempunyai kepandaian berbahasa yang
berbeda-beda dalam berkomunikasi. Namun, bahasa akan tetap menjadi pedoman setiap
orang untuk berkomunikasi.
Bahasa juga memiliki fungsi dan hakikat. Fungsi bahasa dibagi menjadi 4, yakni:
fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan, dan fungsi pendidikan.
Sedangkan, hakikat dalam berbahasa memiliki ragam sifat, yakni sifat dinamis, sifat
manusiawi, dan sifat produktif. Jadi, kita dalam berbahasa tidak boleh sembarangan
karena dalam bahasa sudah ada aturannya.
Ejaan dalam berbahasa yang pernah dipakai di Indonesia bukanlah hanya satu
macam melainkan banyak macamnya. Maka dari itu setiap orang selalu berkreasi untuk
berbahasa dengan gaya bahasanya sendiri-sendiri. Tetapi, dalam ejaan yang digunakan
harus baik tidak boleh berbahasa dengan ejaan yang buruk.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaskud dengan Bahasa Indonesia?


2. Mengapa bahasa ditunjuk sebagai jiwa bangsa?
3. Apa saja ejaan yang pernah berlaku di Indonesia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Bahasa Indonesia.


2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan hakikat yang terkandung dalam Bahasa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan memahami ejaan yag pernah digunakan di Indonesia.

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan bentuk suatu ungkapan yang mengandung maksud dan tujuan
untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksud yakni bahasa
yang diungkapkan pembicara dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan
bicaranya1. Berbicara dengan bahasa yang sopan dan baik akan mudah dipahami oleh
lawn bicaranya. Sedangkan, jika kita berbicara dengan bahasa kasar maka akan sulit
dimengerti dan kita dianggap tidak sopan

Menurut pendapat seorang ahli mengatakan bahwa “Language is patterned


system of arbitrary sound signal, characterized by structure dependence, creativity,
displacement, duality, and cultural transmission”. Bahasa adalah system yang terbentuk
dari isyarat suara yang disepakati yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung,
kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya2.

Menurut suwarna bahasa adalah alat utama yang digunakan untuk berkomunikasi
dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kelompok3. Bahasa sebagai
komponen penting dalam berbicara, jika dalam berbahasa secara individu sudah baik
maka dalam berbicara dengan bahasa di kelompok sosial akan baik pula.

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
bangsa Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Walaupun bahasa Indonesia diterapkan
hampir 90% di bangsa Indonesia, Namun Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu untuk
kebanyakan penuturnya. Hampir warga Indonesia lebih banyak menggunakan bahasa
daerahnya sendiri. Karena bangsa Indonesia kaya akan bahasa yang dimiliki.

1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.uny.ac.id/pengertianbahasaindonesia
2
Jeans Aiction , The acticulate mammal: an introduction to psyoligistic. (London and New York: Routledge, 2008)
hlm. 21
3
Suwarna Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Bahasa, (Yogyakarta: Adi cinta karya nusa, 2002) hlm 4

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

2. Bahasa sebagai Jiwa Bangsa


“Bahasa menunjukan bangsa”, demikian peribahasa yang sering kita dengar atau baca,
yang artinya bahasa menunjukkan jati diri seseorang. Bahasa akan menampakkan watak, pola
pikir, kebiasaan, atau bahkan kecerdasan seseorang. Dari bahasa yang digunakan, kata-kata
yang dipilih, dan tekanan atau intonasi yang diucapkan, kita dapat mengetahui siapa
sesungguhnya yang berbicara, apakah dia orang baik, bagaimana akhlaknya, seberapa tingkat
kecerdasannya, dan sebagainya. Orang yang hatinya lembut dapat dilihat dari tutur katanya
yang juga lembut. Sebaliknya orang yang hatinya kasar kata-katanya juga cenderung kasar.
Demikianlah, bahasa mencerminkan hati dan kepribadian seseorang. Identitas kebahasaan
suatu bangsa sangat menentukan kualitas bangsa itu.

Bahasa Indonesia bagi bangsa kita bukanlah sekedar alat komunikasi tanpa jiwa. Bahasa
Indonesia sesungguhnya adalah bahasa perjuangan yang mampu melecutkan nasionalisme dan
memberi semangat untuk pantang menyerah dan terus berjuang meskipun dengan risiko
nyawa. Semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh pada tanggal 28 Oktober 1928,
adalah salah satu penyemangat para pejuang bangsa ini untuk merebut tiap jengkal bumi
pertiwi. Sumpah Pemuda yang berisi ikrar untuk menjadi satu dalam tanah air, bangsa, dan
bahasa merupakan awal dari semangat untuk mewujudkan kemerdekaaan Republik Indonesia.
Ikrar itu telah meluruhkan segala perbedaan: suku, agama, ras, dan golongan, serta
menyatukan bangsa ini dalam sumpah setia, Sumpah Pemuda.

Ikrar untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sesungguhnya


merupakan janji suci yang ironisnya saat ini telah banyak dilupakan oleh bangsa ini, terutama
generasi muda kita. Kesadaran berbahasa generasi muda kita baru sebatas bahasa gaul dalam
sms, chatting, facebook dan twitter. Sementara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
tecermin dalam bahasa Indonesia telah banyak dilupakan. Padahal bahasa Indonesia
dilahirkan dengan pengorbanan keringat, air mata, harta, darah, bahkan nyawa.

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

Kemerdekaan pada hakikatnya bukan hanya terbebasnya kedaulatan tanah air dan bangsa
dari penjajahan melainkan juga mencakup bahasa. Bagaimana mungkin suatu bangsa merasa
benar-benar telah merdeka jika tidak kuasa menggunakan bahasanya sendiri. Banyak bangsa
di dunia ini yang tidak memiliki bahasanya sendiri, karena itu kita wajib bersyukur karena
memiliki bahasa sendiri. Menggunakan dan mencintai Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar merupakan bentuk terima kasih kita atas jasa-jasa para pahlawan dalam merajut benang-
benang kemerdekaan. Mempelajari sejarah bahasa Indonesia merupakan wujud penghargaan
kepada bangsa dan negara ini, sekaligus sebagai agar tidak hanyut dalam gelombang
penyalahgunaan bahasa, serta muncul kesadaran di lubuk hati terdalam untuk berbahasa yang
baik dan benar, tanpa harus menanggalkan keinginan untuk berekspresi dan bereksplorasi.
Mempelajari sejarah bahasa Indonesia adalah aspek penting bagi kita untuk mengenal
kepribadian atau karakter bangsa ini, dan pada akhirnya akan mengantarkan kita mampu
menggunakan bahasa Indonesia sesuai fungsi dan kedudukannya4.

a. Fungsi Bahasa
Dalam arti yang paling sederhana “fungsi” dapat dipandang sebagai padanan kata
“penggunaan”. Dengan demikian, bila berbicara tentang fungsi bahasa dapat diartikan
cara orang menggunakan bahasa mereka atau bahasa- bahasa mereka bila mereka
berbahasa lebih dari satu bahasa Halliday (dalam Chaer, 2004: 20). Fungsi bahasa akan
terlihat apabila orang menggunkan bahasa lebih dari satu bahasa. Penggunaan bahasa
merupakan fungsi bahasa, apabila bahasa itu digunakan maka akan mempunyai fungsi
bahasa.
Nababan (1984: 38-45) juga merumuskan fungsi bahasa menjadi empat, yaitu
fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan, dan fungsi pendidikan.
Dari empat fungsi diatas Nababan dapat menjelaskan dan memberikan contohnya sebagai
berikut5:
1. Fungsi Kebudayaan

Bahasa berfungsi sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus


kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Seseorang belajar dan

4
Eko Kuntoro, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, hlm 1-2
5
P. W. J. Nababan, Suatu Pengantar Sosiolinguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984) hlm 38-45

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

mengetahui kebudayaan kebanyakan melalui bahasa. Artinya, kita belajar hidup


dalam masyarakat melalui dan dengan bantuan bahasa. Dengan kata lain, suatu
kebudayaan dilahirkan dalam perorangan kebanyakan dengan bantuan bahasa.

Contohnya, seorang anak yang memberikan sesuatu dengan tangan kiri kepada
ibunya mungkin dipukul tangannya untuk menunjukan bahwa itu tidak baik,
tetapi lazim juga kalau pukulan tangan itu disertai peringatan bahwa “tidak baik
memberikan dengan tangan kiri”. Dan lebih lazim lagi apabila ajaran itu diberikan
hanya lisan saja tidak dengan pukulan.

2. Fungsi Kemasyarakatan

Bahasa menunjukan peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat.


Terbagi dua, yaitu berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan fungsi pemakaian.
Berdasarkan ruang lingkup, mengandung bahasa nasional dan bahasa kelompok.
Bahasa nasional dirumuskan oleh Halim (1976) berfungsi sebagai lambang
kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa, dan bagi negara- negara yang
beraneka suku, bahasa, dan kebudayaan sebagai alat penyatuan berbagai suku
bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa, sebagai alat
penghubung antar daerah dan antar budaya. Seperti pada bahasa nasional
Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda..

3. Fungsi Perorangan
Halliday ( Nababan 1984: 42), dia membuat klasifikasi kegunaan pemakaian
bahasa atas dasar observasi anaknya sendiri. Klasifikasi itu untuk bahasa anak-
anak kecil terdiri dari enam fungsi, berikut penjelasannya:
1. Fungsi Instrumental
terdapat dalam ungkapan bahasa, bahasa bayi untuk meminta sesuatu
(makan, barang, dan sebagainya).
2. Fungsi Menyuruh
ialah ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu ”letakkan itu
diatas meja”.
3. Fungsi Interaksi
terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu iklim untuk hubungan
antar pribadi; “apa kabar?, terimakasih”.

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

4. Fungsi Kepribadian
ialah ungkapan yang menyatakan atau mengahkiri partisipasi; “saya
senang dengan permainan ini”.
5. Fungsi Pemecahan Masalah
ialah terdapat pada ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab
kepada suatu masalah atau persoalan; “coba terangkan bagaimana cara
kerjanya!”.
6. Fungsi Khayalan
ialah ungkapan yang mengajak pendengar untuk berpura-pura seperti pada
anak-anak kalau bermain rumah-rumahan atau sekolah-sekolahan banyak
bentuk kesusastraan yang mempunyai fungsi kebahasaan ini.

b. Hakikat Bahasa Indonesia


Apabila kita membaca buku linguistik dari berbagai pakar, maka akan kita temui
berbagai definisi tentang bahasa. Definisi-definisi itu akan menghasilkan sejumlah ciri
yang merupakan hakikat bahasa. Ciri yang merupakan hakikat bahasa antara lain: bahasa
sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi. Bahasa sebagai sebuah sistem berarti bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bagi kita yang memahami
sistem bahasa Indonesia akan mengakui bahwa susunan “Ayah mem ... adik ... di ...”
merupakan kalimat bahasa Indonesia yang benar sistemnya, walaupun ada sejumlah
komponennya yang dirumpangkan. Tetapi, susunan “Mem ayah adik di kecil kamar”,
bukan kalimat bahasa Indonesia yang benar karena tidak tersusun menurut sistem kalimat
bahasa Indonesia.
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib dan tidak dapat dijelaskan mengapa
lambang itu bermakna tertentu. Hal ini berarti mengapa lambang bunyi bahasa (pena) tadi
menyatakan sejenis alat tulis bertinta tidak dapat dijelaskan. Kearbitreran ini dapat dilihat
dari banyaknya sebuah makna atau konsep yang dilambangkan dengan bermacam-macam
bunyi bahasa. Misalnya, makna besar tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal dalam
bahasa Indonesia dinamakan (kurus), (langsing), (ramping), dan (kerempeng). Namun,

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

kearbitreran itu harus konvensional, artinya setiap penutur bahasa Indonesia akan
mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan.

Bahasa juga bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu bisa terjadi pada tataran
fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon. Perubahan ini terlihat pada
tataran leksikon, misalnya ada kosakata baru muncul, namun ada juga kosakata lama
yang tidak digunakan lagi. Sebagai contoh kata: kerja paksa, kerja rodi, kerja bakti tidak
dipakai lagi, yang dipakai adalah gotong royong.

Bahasa itu beragam, artinya sebuah bahasa mempunyai kaidah-kaidah atau pola
tertentu yang sama, tetapi karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, maka bahasa itu beragam, baik
pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon. Bahasa Indonesia yang
digunakan oleh suku Jawa, suku Aceh, suku Batak Toba, suku Minangkabau, suku
Toraja, suku Ambon, suku Mandailing, suku Karo, suku Dayak akan berbeda dengan
bahasa Indonesia yang digunakan oleh suku Melayu atau suku Pak Pak.
Di samping itu, bahasa bersifat manusiawi yang berarti bahasa sebagai alat
komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa, yang
dimiliki hewan sebagai media komunikasi berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat
produktif dan dinamis serta dikuasai secara naluriah. Manusia dalam menguasai bahasa
bukan secara naluriah, melainkan dengan cara belajar. Tanpa belajar manusia tidak akan
dapat berbahasa. Oleh karena itu, bahasa bersifat manusiawi, hanya dimiliki manusia.
Ciri-ciri bahasa atau bahasa Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, menjadi
indikator akan hakikat bahasa Indonesia menurut pandangan linguistik umum yang
melihat bahasa sebagai bahasa. Menurut pandangan sosiolinguistik, bahasa mempunya
ciri sebagai media mengidentifikasikan diri dan sebagai media komunikasi sosial6.

6
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 2 September 2017

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

3. Ejaan yang berlaku di Indonesia

a. Pengertian ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran
dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang dipisahkan dan digabungkan
dalam suatu bahasa7. Dalam KBBI, ejaan diartikan sebagai sejumlah kaidah tentang
cara penulisan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, kalimat, dan tanda baca
sebagai sarananya.
Ejaan berbeda dengan mengeja. Mengeja merupakan kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan mengatur cara penulisan bahasa secara
keseluruhan. Aturan dalam ejaan ini harus dipatuhi agar terdapat keteraturan dan
keseragaman bentuk, khususnya dalam bahasa tulis.

b. Fungsi ejaan
Ejaan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu ejaan
memiliki beberapa fungai yakni: (1) landasan pembakuan tata bahasa, (2)
landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, (3) alat penyaring masuknya
unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, dan (4) membantu pembaca
dalam memahami informasi yang disampaikan penulis8.

c. Perubahan ejaan
Perubahan ejaan bahasa Indonesia ini dilatarbelakangi oleh dampak
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah menyebabkan
penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai ranah pemakaian, baik secara tulis
maupun tulisan, menjadi semakin luas. Di samping itu, perubahan ejaan bahasa
Indonesia diperlukan karena untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara juga menjadi alasan dilakukannya perubahan

Dalam sejarahnya, ejaan bahasa Indonesia telah mengalami tujuh kali


perubahan, yaitu Ejaan van Ophuijsen (1901−1947), Ejaan Repoeblik/ Ejaan
7
Ida Purtayasa, Kalimat Efektif, (Bandung: Refika Aditama,2014) hlm 21
8
Machasin,dkk, Islam Dalam Goresan Pena Budaya, (Yogyakarta: DIV Press, 2019) hlm 251

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

Soewandi (1947−1956), Ejaan Pembaharuan (1956−1961), Ejaan Melindo


(1961−1967), Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (1967−1972), Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972−2015), dan (2015−sekarang).
Perubahan-perubahan sistem ejaan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut9.

1. Ejaan van Ophuijsen (1901–1947)


Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan
daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi,
karena terjadi kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari
kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di
sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara Latin secara tidak
terpimpin.
Melihat hal tersebut, pemerintah kolonial Hindia-Belanda mulai
menyadari bahasa Melayu dapat dipakai oleh 185 Islam dalam Goresan
Pena Budaya pegawai pribumi untuk keperluan administrasi karena
pegawai pribumi lemah dalam penguasaan bahasa Belanda. Sejumlah
sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa Melayu.
Bahasa Melayu yang distandardisasikan adalah bahasa Melayu ragam
tinggi, yakni bahasa Melayu yang digunakan untuk komunikasi formal.
Contoh ejaan van Ophuijsen antara lain: umur ditulis dengan
oemoer. Kata cara ditulis dengan tjara. Kata maklum ditulis dengan
ma’loem dan lain-lain.
2. Ejaan Repoeblik atau Ejaan Soewandi (1947–1956)
Setelah adanya ejaan van Ophuijsen kemudian disempurnakan lagi
dalam Kongres Pemuda Indonesia I, tahun1993 di Solo. Hasil Kongres
menyebutkan bahwa Ejaan van Ophuijsen untuk sementara waktu
masih dapat digunakan, tetapi karena mengingat kehematan dan
kesederhanaan, perlu dipikirkan perubahannya.
Sembilan tahun kemudian adanya Putusan Menteri Pengadjaran
Pendidikan dan Kebudajaan pada 15 April 1947 tentang perubahan

9
Machasin,dkk, Islam Dalam Goresan Pena Budaya, (Yogyakarta: DIV Press, 2019) hlm 184-198

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

ejaan baru. Perubahan ejaan baru tersebut tertuang dalam surat


keputusan dengan No. 264/ Bhg. A/47 yang berisi perubahan ejaan
bahasa Indonesia agar lebih sederhana. Ejaan baru ini dikenal dengan
nama Ejaan Soewandi yang diresmikan pada 19 Maret 1947.
Beberapa perubahan penting dalam Ejaan Soewandi adalah
preposisi di pada diatas tidak dipisahkan. Huruf oe diganti menjadi u.
Misalnya, kata toetoep menjadi tutup. Bunyi sentak diganti dengan
huruf k. Misalnya, ra’yat menjadi rakyat. Kata ulang boleh 190
Machasin, dkk. ditulis dengan angka dua dengan pengulangan pada
kata dasarnya, misalnya, bermain-main menjadi ber-main2.
3. Ejaan Pembaharuan (1956–1961)
Pada tahun 1954 diadakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Kongres ini diprakarsai oleh Menteri Moehammad Yamin. Kongres ini
membicarakan perubahan sistem ejaan. Beberapa keputusan Kongres
adalah (1) ejaan menggambarkan satu fonem dengan satu huruf, (2)
ejaan ditetapkan oleh badan yang kompeten, dan (3) ejaan tersebut
hendaknya praktis dan ilmiah. Oleh karena itu, Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan mengeluarkan surat keputusan pada 19
Juli 1956 bernomor 44876/S tentang pembentukan panitia perumus
ejaan baru. Panitia ini diketuai oleh Priyono-Katoppo.
Ejaan Pembaharuan dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan
Soewandi. Ejaan Pembaharuan membuat pedoman satu fonem dengan
satu huruf. Misalnya, kata menyanyi dalam ejaan Soewandi ditulis
menjanji menjadi meñañi dalam ejaan Pembaharuan. Tetapi ejaan ini
belum diresmikan dan belum pernah diberlakukan.
4. Ejaan Melindo (1961–1967)
Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam
Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo)
sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun


1959.
Hal ini terjadi karena adanya kosakata yang menyulitkan dalam
penulisannya, yakni adanya satu fonem yang dilambangkan dengan
dua huruf, misalnya, dj, tj, sj, ng, dan ch. Oleh karena itu, agar tidak
menyulitkan dalam penulisannya, para pakar bahasa menghendaki satu
lambang untuk satu bunyi. Contoh kata sedjajar menjadi sejajar.
5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK) (1967-
1972)
Perubahan yang terdapat dalam Ejaan Baru (Ejaan LBK) adalah
huruf tj diganti c, j diganti y, nj diganti ny, sj menjadi sy, dan ch
menjadi kh. Huruf asing seperti z, y, dan f disahkan menjadi ejaan
bahasa Indonesia.
Pada intinya, hampir tidak ada perbedaan berarti di antara ejaan
LBK dan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja. Namun, ejaan
ini juga tidak sempat diresmikan karena menimbulkan reaksi dari
publik karena dianggap meniru ejaan Malaysia, serta keperluan untuk
mengganti ejaan belum benar-benar mendesak.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972- 2015)
Ejaan Soewandi berlaku sampai tahun 1972 yang kemudian
digantikan oleh Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri
Mashuri Saleh. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan
itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dari tulisan Djl. Tjilatjap
menjadi Jl. Cilacap.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia masih terus
diupayakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Indonesia karena ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam
pemakaian bahasa Indonesia yang benar.

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

Adapun latar belakang pembaharuan ejaan bahasa Indonesia


adalah kemajuan iptek, seni, beragama ranah pemakaian bahasa
Indonesia, dan memantapkan fungsi bahasa Indonesia. Di samping itu,
adanya perubahan nama Ejaan yang Disempurnakan menjadi Ejaan
Bahasa Indonesia karena adanya kritik atau tidak kepuasan masyarakat
perihal nama Ejaan yang Disempurnakan.

Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami tujuh kali perubahan dalam kurun waktu
114 tahun, yakni dari tahun 1901 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun 1901
merupakan tonggak awal pembaruan ejaan dalam bahasa Melayu (bahasa Indonesia).
Sebelum kemerdekaan, berlaku ejaan yang bernama Ejaan van Ophuijsen yang resmi
diakui pada tahun 1901. Dalam proses perubahan awal sampai terakhir perlu dipelajari
meskipun sekarang tidak menggunakan ejaan tersebut. Karena dengan memepelajari
ejaan tersebut kita menunujukka bahwa kita menghargai dan mengapresiasi sejarah
tentang ejaan yang berlaku.

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi bangsa
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Fungsi bahasa indonesia adalah fungsi kebudayaan, fungsi kemsyarakatan, dan fungsi
perorangan.
3. Bahasa juga bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu bisa terjadi pada tataran
fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikon.
4. Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia yaitu Ejaan van Ophuijsen (1901−1947),
Ejaan Repoeblik/ Ejaan Soewandi (1947−1956), Ejaan Pembaharuan (1956−1961),
Ejaan Melindo (1961−1967), Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan
(1967−1972), Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972−2015), dan
(2015−sekarang).

B. SARAN
Demikian yang dapat kita sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan, karena terbatasnya
pengetahuan, referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

DAFTAR PUSTAKA
Aiction, Jeans 2008.The acticulate mammal: an introduction to psyoligistic.London and New
York:Routledge

Pringgawidagda, Suwarna 2002.Strategi Penguasaan Bahasa.Yogyakarta:Adi cinta karya nusa

Kuntoro, Eko.Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi pdf

P. W. J. Nababan1984.Suatu Pengantar Sosiolinguistik.Jakarta:PT. Gramedia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 2 September 2017

Purtayasa, Ida 2014.Kalimat Efektif .Bandung:Refika Aditama

Machasin,dkk2019.Islam Dalam Goresan Pena Budaya.Yogyakarta:DIV Press

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.uny.ac.id/pengertianba
hasaindonesia

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)


lOMoARcPSD|22660926

Downloaded by Ilyas Saputra (ilyassaputra3210@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai