Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KE-2 MATA KULIAH TOKSIKOLOGI

Nama : Erwin Irawan


NIM : 41035003200049
Kelas : VI / HPT

Jelaskan Mengenai Biomonitoring dan Bionindikator


1. Biomonitoring
Lingkungan mampu menyetabilkan keadaan dengan sendirinya apalagi dataran hutan yang
mempunyai khas tersendiri untuk melindungi dirinya walaupun dengan waktu ratusan tahun .
Tetapi sudah banyak tangan tangan manusia dalam merusak kestabilan ekosistem di
lingkungan. Oleh karena itu , lingkungan harus terdapat campur tangan manusia dalam
menyetabilkan ekosistem lingkungan. Pemanfaatan makhluk hidup di suatu ekosistem sekrang
banyak di lirik sebagaii monitoring untuk melihat keadaan lingkungan.
Menurut (Náray & Kudász, 2016) Biomonitoring dapat diartikan sebagai suatu teknik
penggunaan respon makhluk hidup (organisme) secara sistematis untuk mengevaluasi
perubahan-perubahan kualitas lingkungan dengan menggunakan metode prinsip pengukuran
berulang pada penanda biokimia terkait paparan pada sample subjek yang di monitoring
Tehnik ini digunakan untuk berfungsi dalam mengetahui kestabilan lingkungan dengan
ekosistem di dalamnya. Biomonitoring dapat digunakan juga dalam mengidentifikasi toksik
pada lingkungan serta mengetahui dampak akak pencemaran udara , air dan tanah. Kegunaan
tersebut mampu menjadi dasar dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan
lingkungan yang lebih baik.
A. Jenis Jensi Biomonitoring
1) Bioassesment Study
Pengkajian terhadap kehidupan suatu komunitas dan di dalamnya termasuk fungsi
dan struktur komunitasnya seperti halnya mengukur indicator kualitas air , evaluasi
kondisi habitat.
2) Toxcity Bioasays
Toxicity bioassays adalah melakukan kegiatan pengujian di laboratorium dan
menganalisis dampak polutan terhadap bentukbentuk kehidupan (tumbuhan dan
hewan). Tujuan pengujian toksisitas adalah untuk menentukan apakah suatu senyawa
atau sampel air memiliki potensi untuk menjadi racun bagi organisme biologi. Dalam
menilai toksik ada 2 macam cara yaitu :
• Penilai toksisitas langsung
Ada beberapa cara dalam penilaian ini yaitu :
- In Vivo Bioasays
Pengujian toksisitas in vivo umumnya dilihat sebagai prediktor yang paling
relevan terhadap dampak bagi kesehatan manusia, meskipun ini tergantung
pada spesies yang digunakan. Hal ini karena tes in vivo termasuk ukuran
penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi, yang semuanya dapat
memodulasi toksisitas sampel
- Bioasays In Vitro
Uji in vitro umumnya merupakan tes jangka pendek (<1 minggu) yang
memberikan pengukuran cepat potensi toksisitas dalam sampel, Metode metode
imo pada tahap tahap perkembangan yang berbeda dan tidak semuanya saat ini
cocok untuk dimasukan dalam program pemantauan.
- Epidemiologi
Jika pengujian toksisitas menggambarkan toksisitas yang terukur pada
sumber air minum, penelitian epidemiologi terhadap populasi yang terpajan
dapat dibenarkan untuk menentukan apakah potensi paparan terhadap
kontaminan telah berdampak bagi kesehatan manusia.
- Pendekatan In Slico
Pendekatan ini menggunakan hubungan struktur-aktivitas atau structure-
activity relationships (SAR). Di SAR, struktur kimia dan sifat fisiko-kimia
lainnya dari zat tersebut (ketika diketahui) dapat digunakan untuk memprediksi
toksikokinetiknya
• Bioassay Perilaku
Behavioral bioassays mengukur perilaku organisme, secara kualitatif atau
kuantitatif, untuk mendeteksi dan menganalisis beberapa stimulus eksternal atau
sebagai indikator keadaan fisiologis atau psikologis internal. Artinya, Behavioral
bioassays menggunakan perilaku dalam mengukur kemampuan hewan untuk
mendeteksi rangsangan lingkungan secara fisiologis atau neurologis

2. Biondikator
Menurut (Setyono & Sutarto, 2008) Bioindikator adalah kelompok atau komunitas
organisme yang saling berhubungan, yang keberadaannya atau perilakunya sangat erat
berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai satu
petunjuk kualitas lingkungan atau uji kuantitatif. Biondikator ini dipakai sebagai petunjuk
keadaan lingkungan serta kualitas lingkungan dengan cara melihat makhluk hidup yang erat
kaitanya dengan lingkungan sehinngga bisa menjadi indicator.
A. Tipe Biondikator
Tipe Biondikator dibagi dari berbagai aspek yaitu :
1) Aspek Aplikasinya
• Indikator lingkungan
• Indikator ekologis
• Indicator keberagaman
2) Aspek Fungsi
• Indikator
• Spesies uji
• Monitor
3) Aspek Makhluk hidupnya
• Fitoindikator
• Zoindikator
4) Aspek Pengaruh
• Biondikator Polusi
• Biondikator lingkungan
• Biondikator ekologi
• Biondikator keanekaragaman hayati
5) Aspek tujuan biondikasi
• Indicator kepatuhan
• Indicator diagnostic
• Indicator peringatan dini
B. Kriterian makhluk hidup sebagai biondikator
Juliantara (2011) menyatakan bahwa bioindikator yang dapat digunakan untuk
memantau keadaan polusi di suatu tempat sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kisaran toleransi yang sempit
terhadap perubahan lingkungan
2) Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator memiliki kebiasaan hidup menetap di
suatu tempat atau pemencarannya terbatas
3) Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator mudah dilakukan pengambilan sampel
dan merupakan organisme yang umum dijumpai di lokasi pengamatan.
4) Akumulasi dari polutan tidak mengakibatkan kematian pada organisme yang dijadikan
sebagai bioindikator.
5) Organisme yang dijadikan sebagai bioindikator lebih disukai yang berumur panjang,
sehingga dapat diperoleh individu contoh dari berbagai stadium atau dari berbagai
tingkatan umur.
C. Kelebihan Biondikator
1) Biondikator ada komponen temporan yang membuat integrasi dengann kondisi
lingkungan
2) Menunjukan efek biotik polutan Ketika tehnik kimia tidak dapat digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Husamah, S. -D. (2019). Biondikator(Teori dan Aplikasi dalam Biomonitorng). Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang.
Juliantara. (2011, 09 16). LINTAH (Hirudo medicinalis) sebagai Bioindikator Pencemaran
Lingkungan Perairan Tawar. Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/ikpj/550abe46a333119b1e2e3a5a/lintah-hirudo-
medicinalis-sebagai-bioindikator-pencemaran-lingkungan-perairan-tawar
Kudasz, M. N. (2011, 04 13). Biological Monitoring (Biomonitoring). Retrieved from OSHWIKI:
https://oshwiki.osha.europa.eu/en/themes/biological-monitoring-biomonitoring
Soetarto, S. d. (2008). Biomonitoring degradasi ekosistem akibat limbah CPO di muara Sungai
Mentaya Kalimantan Tengah dengan metode elektromorf isozim esterase. Biodiversitas,
9(3), 232-236.

Anda mungkin juga menyukai