Anda di halaman 1dari 3

Ada tiga pendapat 

tentang persoalaan apakah bunga bank itu sama dengan riba


yaitu:
1.      Bunga bank adalah riba dan karenanya dianggap haram
2.      Membolehkan bunga ank karena dianggap tidak sama dengan riba yang diharamkan oleh
syariat islam
3.      Bunga bank haram tapi karena belum ada jalan keluar untuk mengindarinya, maka
diperbolehkan.
Para ulama dan cendekiawan muslim masih berbeda pendapat tentang hukum
muamalah dengan bank konvensional dan bunga bank diantaranya:
Abu zahrah, abu ‘ala al-Maududi Abdullah al- ‘Arabi dan yusuf Qardhawa
mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh islam. Karena
itu umat islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai system bunga,
kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa. Bahkan menurut Yusuf Qardhawi tidak
mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi secara mutlak beliau mengharamkannya.
Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurut beliau bahwa bunga bank yang
diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit
maupun banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan meminjam uang
di bank itu dengan bunga. Jumhur (mayoritas/kebanyakan) Ulama’ sepakat bahwa bunga
bank adalah riba, oleh karena itulah hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka
dalam konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo,
Mesir menyepakati secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam
pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank.
Berbagai forum ulama internasional yang juga mengeluarkan fatwa pengharaman bunga
bank,
Musthafa Ahmad Zarqa Guru Besar Hukum Islam dan Hukum Perdata pada
universitas syiria di Damaskus mengatakan, berpendapat bsebagai berikut:
a.       System prbankan yang berlaku sampai kini dapat diterima sebagai suatu penyimpangan
yang bersifat sementara. Dengan kata lain istem perbankan merupakan suatu kenyataan
yang tidak dapat dihindari sehingga umat islam diperbolehkan bermuamalah atas dasar
pertimbangan darurat, tetapi umat islam harus senantiasa berusaha mencari jalan keluar.
b.      Pengertian riba dibatasi hanya mengenai praktek riba di kalangan jahiliyah yaitu yang
benar-benar merupakan suatu pemerasan dari orang-orang mampu (kaya) terhadap orang-
orang miskin dalam utang-piutang yang bersifat konsumtif, bukan utang-piutang yang
bersifat produktif.
c.       Bank-bank dinasionalisasi sehingga menjadi perusahaan Negara yang akan
menghilangkan unsure-unsur ekploitasi. Sekalipun bank Negara mengambil bunga
sebagai keuntungan, penggunanya bukan untuk orang-orang tertentu, melainkan akan
menjadi kekayaan Negara yang akan digunakan untuk kepentingan umum.
Ulama di negara-negara Timur Tengah dan beberapa orang pakar ekonomi di
negara sekuler, berpendapat bahwa riba tidaklah sama dengan bunga bank. Seperti Mufti
Mesir Dr. Sayid Thantawi yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi yang
dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang secara total masih menggunakan sistem bunga,
dan ahli lain seperti Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir. Doktor Ibrahim dalam buku Sikap
Syariah Islam terhadap Perbankan mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak
mungkin ada kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak
ada kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbankan
tanpa riba. Ia juga mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan yang
jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia. Karena bunga bank
adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti yang
terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba”. Mr. Kasman Singodimedjo
berpendapat, sistem perbankan modern diperbolehkan karena tidak mengandung unsur
eksploitasi yang dzalim, oleh karenanya tidak perlu didirikan bank tanpa bunga. A.Hasan
Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal
karena tidak ada unsur lipat gandanya. Prof.Dr.Nurcholish Madjid berpendapat bahwa
riba di mengandung unsur eksploitasi satu pihak kepada pihak lain, sementara dalam
perbankan (konvensional) tidaklah seperti itu. Dr.Alwi Shihab dalam wawancaranya
dengan Metro TV sekitar tahun 2004 lalu, juga berpendapat bunga bank bukanlah riba.
Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamar di sidoarjo Jawa Timur tahun 1968
memutuskan bahwa; a) Riba hukumnya haram dengan nash sharih Qur’an dan sunah, b)
Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal, c) Bunga
yang diberikan oleh bank-bank milik Negara kepada para nasabahnya atau sebaliknya
yang selama ini berlaku, termasuk perkara musytabiat , d) menyarankan kepada PP
muhammadiya untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian
khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah islam.
Dapat disimpulkan bahwa ada empat pendapat yang berkembang dalam masyarakat
mengenai masalah bunga bank yaitu:
1.      Pendapat yang mengharamkan.
2.      Pendapat yang mengharamkan bila bersifat konsumtif dan tidak haram bila bersifat
produktif.
3.      Pendapat yang membolehkan (tidak haram)
4.      Pendapat yang mengatakan subhat.
Lajnah Bahtsul Masail NU berpendapat mengenai bank dan pembungaan uang 
meskipun ada perbedaan pandangan , memutuskan bahwa pilihan yang lebih berhati-hati
ialah pendapat yang mengatakan bahwa bunga bank adalah haram.
Apa yang disarankan oleh Muktamar Muhammadiyah di atas, saat ini sepertinya
telah terjawab, hal itu dibuktikan dengan telah menjamurnya bank-bank yang
berprinsipkan syariah,seperti bank muamalat dan sebagainya. Bahkan di bank
konvensional pun telah dibuka bank yang menggunakan system syariah. , lebih jauh lagi
MUI dalam dua tahun ini telah mengeluarkan fatwa mengenai haramnya umat islam
bermuamalah dengan menggunakan bank konvensional yang menggunakan system
bunga, hal itu karena telah banyak bank yang menggunakan system syariah.

Anda mungkin juga menyukai