Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG KAROMAH, BAROKAH DAN ZIARAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ke NU-an

Disusun oleh :
Siti Rokilah
Indri Aji Sabar Riyanto

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan segala karunia dan
rahmat-Nya makalah ini dapat tersusun dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Makro Ekonomi, dengan dosen pengampu Bpk. Dr. Sugeng
Priyono, S.E., M.E.
Dengan upaya dan kerja sama yang maksimal, kami memilih tema TENTANG
KAROMAH, BAROKAH DAN ZIARAH
untuk memenuhi tugas tersebut. Segala bentuk kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah, baik dalam penyusunan kalimat maupun tata bahasanya adalah murni kesalahan
kami. Oleh karena itu, segala kritik dan saran akan kami terima, baik secara lisan maupun
tulisan.
Terima kasih kami ucapkan telah berkenan membaca. Kami berharap dengan penyusunan
makalah Pengantar Makro Ekonomi ini tata bahasanya mudah dipahami dan dapat
memberikan sedikit manfaat maupun inspirasi.
Jakarta, 21 Oktober 2022

Kelompok 3
BAB I
A. Pengertian Karomah
Karomah adalah sebuah keistimewaan yang di berikan oleh Alloh SWT kepada
makhluk Nya, dan diterima oleh para wali. Dan secara bahasa, karomah berasal dari
salah satu asmaul husna, yaitu al karim yang artinya yang maha mulia. Dikutip dari
buku “Jalan menggapai Ridho Alloh” yang ditulis oleh abdul aziz. Orang-orang yang
mendapatkan karomah adalah orang yang jujur,takwa,dan selalu menjalankan syariat
Alloh ta'ala. Dan dijelaskan dalam Al-Qur’an surat yunus ayat 62-64 yang Artinya:
Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya
dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria.
Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati
makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?”
Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. Karomah juga di bagi 2 macam,
karomah hisiyyah dan karomah ma'nawiyah.

1. Karomah Hisiyyah
Karomah hisiyyah adalah karomah yang dapat disaksikan oleh orang-orang
awam. Contohnya, mengetahui isi hati seseorang dan memberitahukan sesuatu yang
sudah terjadi atau akan terjadi. Selain itu, kemampuan berjalan di atas air,
memperpendek jarak perjalanan, menghilang dari pandangan mata, dan
dikabulkannya doa dalam waktu dekat juga termasuk contoh karomah Hisiyyah.
Biasanya, jenis karomah ini muncul dari anggota tubuh seseorang yang meliputi mata,
telinga, lisan, tangan, perut, alat kelamin, kaki, dan hati.

2. Karomah Ma’nawiyah
Karomah ma’nawiyah adalah karomah yang tidak dimengerti oleh orang-
orang awam. Namun, karomah ini hanya dipahami dan dirasakan oleh orang-orang
alim saja.
Di antara contoh karamah ma’nawiyah adalah perilaku istiqomah untuk menjalankan
adab-adab syariat, memiliki akhlak yang terpuji, bergegas dalam kebaikan, hatinya
disucikan dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti iri, dengki, berburuk sangka, dan
lain-lain.
Karomah memang identik dengan hal-hal yang tidak maşuk nalar. Akan terapi,
İa adalah nyata dan haqq, sepertİ halnya mukjizar para nabİ. Bedanya, jika mukjizat
dişertaİ dengan pengakuan kenabİan (nubuwwab), pada karomah hal itü ridak ada.
Karomah adalah anugerah dari Allah kepada para hamba yang dİcİntaİ-Nya. la adalah
buah darİ mujâhadah dalam memerangİ hawa nafsu serta keİstİqamahan seseorang
dalam beribadah kepada Allah Swt. Hampir semua ulama sepakat bahwa karomah
memang benar-benar ada, kecualİ İbnu Hazm dan ulama kelompok Miftazilah (lİhat
Kıramât ash-Shabâbah, As'ad Muhammad Thayyib). Argumentasi yang menjadi dasar
penetapan adanya karomah adalah Al-Qur'an— seperti kisah Ashhåbul Kahfi dalam
surat al-Kahfi— al-hadits, atsar, dan dalil-dalil hqliyyah (lihat Jami'at Karamåt al-
Auliyå', Yusuf an-Nabhani).
Karomah tidak Sama dengan kekuatan linuwih yang dimiliki orang fasik. Sebab, meskipun
seorang fasik bisa melakukan keajaiban-keajaiban sebagaimana karomah, namun keajaiban
yang ''diciptakannya" itu bukan karomah. Kejadian tersebut adalah istidråj dari Allah: setiap
yang diinginkannya terkabulkan supaya dia semakin tersesat dan jauh dari Allah. Ada banyak
nama lain dari istidråj, di antaranya al-makr (tipu daya) dan al-ihlWe (pembinasaan).l
Karomah merupakan salah satu tanda kewalian seseorang sebagaimana mukjizat menjadi
tanda kenabian. Hanya saja, karomah tidak harus ditampakkan, bahkan menampakkan
karomah harus dihindari sebab akan memutus suluk (perjalanan spiritual) seorang wali
kepada Allah Swt.
Menurut Imam al-Qusyairi dalam ar-Risalah, seorang wali tidak akan merasa nyaman dan
peduli terhadap karomah yang dianugerahkan kepadanya. Meskipun demikian, kadang-
kadang dengan adanya karomah, keyakinan mereka semakin bertambah sebab mereka
meyakini bahwa semuanya itu berasal dari Allah.
Menurut Syaikh Yusuf an-Nabhani—dalam kitabllya, Jamİ'at Karamât al-Auliyâ'—para walİ
rİdak akan merasa tenang dcngan karomah yang dianugerahkan kepadanya. Bahkan, timbul
kekhawatiran dalam diri mereka kalau-kalau "keajaiban" itü adalah istidrâj dari Allah.
Sebaliknya, orang-orang yang di-istidrâj oleh Allah, justru merasa nyaman dan bcrhak ataş
kckuatan supranatural yang diberikan kepadanya, yang pada akhirnya akan memİcu sikap
takabbur dan merendahkan orang lain. Şebab, dia merasa bangga dengan keajaiban-keajaiban
yang bisa dilakukannya.
Para aulİyâ ' tidak mengharapkan adanya karomah, apalagi karomah fisik seperti berjalan di
atas air dan terbang di angkasa. Sebab, hal seperti itü juga bisa dilakukan oleh paranormal
dan dukun-dukun. Beda halnya dcngan karomah batin, yakni keİstİqomahan dalam ibadah
dan mujâ/yadah dalam memerangİ hawa nafsu. Menurut Syaikh Abu al-Hasan, karomah fisik
dan karomah batin bermuara dari karomah iman dan karomah tunduk patuh kepada syari'ar.
Setiap karomah yang tidak dİİrİngİ dcngan keridhoan Allah, tidak didukung dengan kerelaan
darİ "Sang Pemilik Karomah" tiada lain hanyalah tipuan belaka (İqazh al-Himâm fi Syarb al-
H1kâm).
Pengertian karomah juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya adalah :
Abdul Qadir al-Jailani, dalam "Buku Putih Syiekh Abdul Qadir al-Jailani", menyebutkan
bahwa karomah adalah perkara luar bisa yang terjadi pada orang yang bukan Nabi, melainkan
tampak pada orang yang secara lahir kelihatan sholeh mengikuti Nabi. menjalankan syariat-
Nya, mempunyai keyakinan yang benar beramal sholeh.
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, dalam "Kamus Ilmu Tasawuf", menyebutkan
bahwa karamah bermakna kemuliaan yang diberikan Allah kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Bahkan pada diri Adam as. telah terdapat kemuliaan bila dibandingkan
dengan makhluk yang lainnya. Salah satu dari maqam karamah adalah ilmu yang didapat
tanpa belajar (ilmu bil ta'allum) yang disebut ilmu ladduni, istilah karomah yang
dimaksudkan disini yaitu menunjukkan keistemewaan tertentu yang dimiliki oleh para wali
Allah swt dan orang-orang sholeh.
Jenis Karomah. Allah swt menciptakan manusia dalam tiga dimensi, yaitu dimensi fisik atau
inderawi, dimensi akala tau rasio, dan dimensi ruh atau hati. Setiap manusia yang mampu
memaksimalkan masing dimensi tersebut akan diberi berbagai jenis karomah (kelebihan dan
kemuliaan), sebagai berikut :
 karomah empirikal, merupakan kelebihan dan kemuliaan yang Allah swt berikan
kepada setiap hambanya yang mampu memaksimalkan fungsi panca indera (mata,
telinga, hidung, lidah, dan kulit). Dengan maksimalisasi ini mereka akan memperoleh
dari Allah swt berbagai pengetahuan objektif empiris yang ada di alam fisik.
 karomah rasional, merupakan kelebihan dan kemuliaan yang Allah swt berikan
kepada hamba-hambanya yang menggunakan fungsi akal atau rasio secara maksimal.
Pada tingkatan tertentu mereka akan diberi pengetahuan rasional atau argumentatif
yang mumpuni dari Allah swt.
 karomah spiritual, merupakan kelebihan dan kemuliaan yang Allah swt berikan
kepada mereka yang mengoptimalkan fungsi rohani. Mereka yang mendapatkan
karomah spiritual, pada level tertentu akan dibuka 'mata hati'-nya oleh Allah swt
sehingga ia menemukan berbagai kebenaran iluminatif di alam spiritual. Ia merasakan
kehadiran Allah swt, berbagai hal di luar alam logika bisa saja menaungi
kehidupannya. Mereka inilah "waliyullah", yang dimuliakan oleh Allah swt karena
rajin menyucikan jiwa.
Ciri-Ciri Orang yang Mendapatkan Karomah. Terdapat beberapa ciri orang yang
mendapatkan karomah, diantaranya :
 sholeh, serta terbebas dari dosa baik yang besar maupun yang kecil.
 memiliki kedekatan dengan Allah swt.
 Hanya takut kepada Allah swt, sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Yunus : 62-
63, yang artinya : "Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa
bertakwa; Allah adalah satu-satunya Dzat yang Yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Sehingga, Allah merupakan kekuatan tertinggi dimana ia selalu bisa
berpegang teguh kepada-Nya."
Menurut Ibnu Fadhl, dalam "Kitab Masalik al-Abshar fi Mamalik al-Amshar",
menyebutkan bahwa terdapat lima sifat atau ciri-ciri seseorang yang mendapatkan karomah,
yaitu :
1. Tidak pernah risau masalah rezeki.
Seseorang yang mendapat karomah tidak akan pernah takut bagaimana rezekinya akan
sampai kepadanya. Ia yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah swt adalah Tuhan Yang Maha adil, maka tentu rezekinya tak mungkin
tertukar.
2. Tidak mengeluh saat merasa sakit.
Keluhan itu hanya untuk orang biasa. Bagi seseorang yang mendapat karomah, tidak akan
pernah terlihat keluhan keluar dari lisannya dalam kondisi apapun termasuk sakit. Ia selalu
berada dalam dekapan ingat kepada Allah swt.
3. Ketika makan, tak ingin sendiri.
Jika ia mendapat rezeki, ia tak akan tega untuk menghabiskannya sendiri. Termasuk, ketika ia
makan. Ia akan selalu mengajak orang lain yang ada di sekitarnya, terutama yang
membutuhkan untuk ikut makan bersamanya. Meski ia dalam kondisi yang susah, ia akan
tetap berbagi. Perasaannya tak ingin kenyang sendiri sementara orang lain menderita
kelaparan.
4. Tak memiliki dendam terpendam dalam hati.
Hati yang baik itu akan senantiasa memaafkan. Seseorang yang memendam dendam hanya
akan merusak kejernihan hatinya. Meskipun mereka tersakiti, namun mereka akan selalu
memaafkan seseorang yang berbuat buruk padanya. Ketika di timpa masalah dengan manusia
misalnya, ia akan melupakan keburukan dari masalah tersebut. Serta, hatinya bersih dari rasa
dendam.
5. Hatinya mudah untuk menangis.
Salah satu ciri dari orang yang mendapatkan karomah adalah kejernihan hati. Hatinya akan
lembut serta sensitif sehingga ia akan mudah menangis. Ia juga akan menangis ketika merasa
takut. Namun, ketakutan itu muncul sebab ia takut tak lagi mendapat kasih sayang dari Allah
swt. Ia khawatir perbuatannya tak di ridhoi oleh Allah swt.
Sedangkan  Abdul Kadir al-Jaelani, menyebutkan bahwa karomah mungkin diberikan pada
sebagian hamba Allah swt yang sholeh, tetapi sesuai dengan syarat-syarat sebagai berikut :
 memilki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt, yaitu dengan membenarkan
perkara gaib yang diberitakan Allah, akatif dalam zikir, berfikir, dan mujahadah serta
melaksanakan kewajiban yang diperintahkan-Nya dan menjauhi perbuatan haram
yang dilarang.
 karomah tidak bisa meningkat derajatnya menjadi mukjizat.
 karomah bukan termasuk syarat perwalian.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berkah merupakan salah satu kata selain salam dan rahmat yang terkandung dalam salam
Islam Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Semoga keselamatan, rahmat Allah,
dan keberkahan selalu menyertai Anda (kalian). Dalam Al-Qur`an sendiri kata berkah
(barakah) hadir dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan kebaikan, banyak, dan
bertambahnya kebaikan. Al-Quran sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana
firman-Nya:
“Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai
pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29). Berkah dalam arti kebaikan, keselamatan,
dan kesejahteraan tercantum dalam ayat berikut ini:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
Sedangkan dalam hadits juga banyak ditemukan kata berkah, semuanya mengarah pada
kebaikan dan pahala.
“Berkumpullah kalian atas makanan dan sebutlah nama Allah, maka Allah akan memberikan
keberkahan pada kalian di dalamnya.” (HR. Abu Daud)
“Ya Allah, berkahilah umatku yang (bersemangat ) di pagi harinya.” (HR. Abu Daud).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Barokah?
2. Bagaimana jalan mencapai Barokah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Barokah
2. Untuk mengetahui bagaimana jalan mencapai barokah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BERKAH
Menurut bahasa, berkah – berasal dari bahasa Arab: barokah (‫)الربكة‬, artinya nikmat
(Kamus AlMunawwir, 1997 : 78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan
tabaruk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 179), berkah adalah “karunia Tuhan
yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.
Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya
kebaikan”
Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan
melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan,
kesehatan, harta, anak, dan usia. Yang berarti barokah adalah kebaikan yang bersumber dari
Allah yang kebaikan itu dapat menjadi langgeng dan bahkan dapat menambah kedekatan
seorang yang diberi kepada Allah yang Maha Pemberi.[1]
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1)
tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan. Menurut
Imam Nawawi, asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Dalam keseharian kita sering mendengar kata “mencari berkah”, bermaksud mencari
kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun
berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).
“(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang maha Pengampun”.
[2]
Beliau (Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah) juga mengatakan dalam kitab Zaadul Ma’ad :
”Sesungguhnya dahulu kala biji-bijian itu, baik berupa gandum atau lain nya lebih besar
(ukurannya) dibanding yg ada sekarang ini, sebagaimana pula keberkahan yang terdapat biji-
bijian saat itu jauh lebih banyak. Bahkan Imam Ahmad bin Hambal telah meriwayatkan
dengan sanadnya, bahwa telah di temukan di gudang sebagian para khalifah Bani Umawiyyah
sekantong gandum yg biji-bijinya sebesar biji kurma, & bertuliskan pada kantong luar nya:
“Ini adalah gandum yang tumbuh di masa keadilan di tegakkan.” [3]
B. JALAN PENCAPAIAN BERKAH
a. Riyadlah diri dan asatidz
· Riyadlah diri atau wirid itu sesuatu yang dilangsungkan secara terus menerus walaupun
itu sedikit. Nabi bersabda :
“Barangsiapa sholat subuh secara berjama’ah kemudian duduk untuk berdzikir kepada Allah
sampai terbitnya matahari kemudian sholat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala
sebanding pahala haji dan umrah”
Setelah sholat subuh sibukkanlah dirimu dengan wirid berupa membaca dzikir – dzikir,
tasbih, do’a – do’a, dan ayat – ayat Al-Qur’an sampai terbitnya matahari.”[4]
· Akhlak santri terhadap asatidz
Penjelasan tentang akhlak santri terhadap asatidz terbagi dalam dua belas perincian, yaitu :
1. Santri hendaknya meneliti dan memohon petunjuk kepada Allah sebelum belajar kepada
asatidz
2. Bersungguh – sungguh mencari asatidz yang menguasai ilmu syari’ah

3. Mengikuti pemikiran dan jejak ustadznya serta tidak menerjang nasihatnya

4. Memandang ustadznya penuh keta’dziman serta meyakini bahwa dalam diri ustadz terdapat
derajat kesempurnaan
5. Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan keutamaan dan
kebaikannya
6. Bersabar terhadap sifat keras ustadznya dan tidak menjadikan alasan keluar dari
lingkungan pendidikannya
7. Tidak berkunjung kepada ustadz selain ditempat dan waktu yang patut

8. Duduk dan bersikap sopan ketika berhadapan dengan ustadznya

9. Berbicara dengan suara dan bahasa yang baik

10. Mendengarkan semua pelajaran dan penjelasan ustadz dengan penuh kesungguhan
dan tanpa bosan
11. Tidak mendahului memberikan penjelasan masalah dan tidak pula menyela
pembicaraan ustadz kecuali atas izinnya
12. Membantu dan berbuat sebaik mungkin untuk keperluan ustadznyadan tidak berbuat
sesuatu yang bisa merendahkan derajatnya[5]
b. Istiqomah
Yang dimaksud istiqomah disini adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan
tidak berpaling ke kanan maupun kiri.Istiqomh ini mencakup pelaksanaan semua bentuk
ketaatan kepada Allah lahir dan batin , dan meninggalkan semua bentuk larangan Allah.
Salah atu ciri pokok sifat istiqomah adalah seorang muslim yang senantiasa terus terang
(tidak plin plan) dan tidak bermuka dua.
Sedangkan keutamaannya ialah mendapatkan karomah, dijauhkan oleh Allah dari rasa was –
was, rasa takut, sedih dan mendapatkan jaminan surge dari Allah.
Cara untuk merealisasikan :
a) Mengikhlaskan niat semata – mata hanya karena Allah SWT
b) Bertahap dalam beramal
c) Diperlukan kesabaran
d) Berpegang teguh terhadap ajaran agama Allah SWT
e) Memperbanyak berdo’a kepada Allah SWT
c. Ziarah
Secara umum arti ziarah adalah menengok, maka kesimpulannya ziarah kubur adalah
menengok atau mengunjungi kuburan untuk memohon ampunan bagi si mayit, dan
hukumnya adalah sunnah. Menurut Asy-Syaikh Muha mmad bin Abdul Wahab ziarah kubur
ada tiga macam, yaitu :
a) Ziarah syar’i, ada tiga syarat yang harus dipenuhi :
1.Tidak melakukan safar dalam rangka ziarah
2. Tidak mengucapkan ucapan batil
3.Tidak mengkhususkan waktu tertentu
b) Ziarah bid’ah, ialah ziarah yang tidak memenuhi syarat diatas

c) Ziarah syirik, pelakunya mensekutukan Allah dengan berdo’a meminta rizki pada makam
mayat yang dikunjungi. Tujuan dari ziarah adalah agar kita senantiasa mengingat kematian,
supaya memperbaiki diri sebelum ajal menjemput. Lalu kita memintakan pengampunan
atas dosa dosa si mayit pada Allah melalui do’a. Manfaat ziarah kubur adalah meringankan
siksa si mayit didalam kuburnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Barokah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah, yang kebaikan itu dapat menjadi
langgeng dan bahkan menambah kedekatan seseorang yang diberi kepada Allah yang Maha
Pemberi
2. Riyadlah diri merupakan sesuatu yang dikerjakan terus menerus

3. Istiqomah dijalan Allah yakni konsisten untuk menjaga keimanan

4. Ziarah kubur adalah mengunjungi makam dengan niat mendoakan dan mengambil
pelajaran.
Saran ;
1. Selalu berdo’a kepada Allah agar kenikmatan yang telah diberikan –Nya bisa Barokah

2. Selalu istiqomah menjalankan perintah-Nya

3. Sebagai umat Islam dianjurkan ziarah, namun jangan dimanfaatkan untuk hal – hal yang
musrik
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an surah Saba’ ayat 15
Mu’jam maqoyisil Lughoh Ibnu Faris, hlm. 25 Sayid Abi Bakar Al-Ma’ruf. Kifayatul Atqiya’
Waminhajil
Ashfiya’. Hlm. 46 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta, ITIAQA Press,
2001) hlm. 74 – 76
Zaadul Ma’ad : 4/633, riwayat yang dimaksud terdapat dalam (Musnad Imam Ahmad :
2/296).
[1] Mu’jam maqoyisil Lughoh Ibnu Faris, hlm. 25

[2] Al-Qur’an surah Saba’ ayat 15

[3] Zaadul Ma’ad : 4/633, riwayat yang dimaksud terdapat dalam (Musnad Imam Ahmad :
2/296).
[4] Sayid Abi Bakar Al-Ma’ruf. Kifayatul Atqiya’ Waminhajil Ashfiya’. Hlm. 46

[5] Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta, ITIAQA Press, 2001) hlm. 74 – 76

Anda mungkin juga menyukai