Anda di halaman 1dari 3

PENERAPAN SAK ETAP PADA 

PDAM
LATAR BELAKANG:

1. Kepmen Otda tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM sudah tidak sesuai dengan
perkembangan terkini PSAK yaitu:

1)  PSAK 19 (2000) tentang Aset Tidak Berwujud yang berlaku efektif 1 Januari 2001. 2)  PSAK
5 (2000) tentang Pelaporan Segmen yang efektif berlaku 1 Januari 2002. 3)  PSAK 57 (2000)
tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi dan Aset Kontijensi yang berlaku efektif 1
Januari 2001. 4)  PSAK 8 (2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca efektif berlaku 1
Januari 2003. 5)  PSAK 24 (2003) tentang Imbalan Kerja berlaku efektif 1Januari 2005. 6) 
PSAK 50 (2006) tentang Pengungkapan Instrumen Keuangan berlaku efektif 1 Januari 2010. 7) 
PSAK 16 (2007) tentang Aset Tetap yang efektif berlaku 1 Januari 2008. 8)  PSAK 13 (2007)
tentang Properti Investasi yang efektif berlaku 1 Januari 2008. 9)  PSAK 30 (2007) tentang Sewa
efektif berlaku 1 Januari 2008. 10)      PSAK 14 (2008) tentang Persediaan efektif berlaku 1
Januari 2009. 11)      PSAK 26 (2008) tentang Biaya Pinjaman efektif berlaku 1 januari 2010.

2. Konvergensi IFRS kedalam PSAK mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2012.
3. IAI menerbitkan SAK ETAP tahun 2009 yang harus mulai diimplementasikan dalam
penyusunan Laporan keuangan tahun buku 2011.
4. PDAM memiliki kriteria sebagai entitas tanpa akuntabilitas publik sehingga dapat
menggunakan SAK ETAP dalam pembukuan dan penyusunan laporan keuangannya.
5. Apabila PDAM tidak menggunakan SAK ETAP dalam tahun 2011 maka dianggap
menggunakan SAK umum yang berbasis IFRS.

POTENSI PERBEDAAN MATERIAL ANTARA KEBIJAKAN AKUNTANSI KEMEN


OTDA DENGAN PSAK TERKINI:

1. Cadangan dana yang disisihkan oleh Perusahaan dari distribusi laba setelah laba bersih
dicatat sebagai komponen kewajiban. PSAK 57 mengharuskan dicatat pada saat
terjadinya dan dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya
serta bukan sebagai distribusi laba dalam ekuitas.
2. Akun yang terkait dengan PSAK 16 (2007) diantaranya aset tetap, bahan instalasi, aset
dalam pembangunan dan aset yang tidak digunakan. Yaitu:

1)  Bahan instalasi disajikan bukan sebagai aset tetap. 2)  Penggantian bagian/komponen aset
tetap dilakukan dengan menambahkan nilai perolehan komponen/bagian aset yang dipasangkan,
namun demikian nilai buku aset tetap yang digantikan tidak dikeluarkan dari pembukuan. 3) 
Belum dilakukan evaluasi terhadap umur manfaat, nilai residu, dan metode penyusutan aset
tetap. 4)  Belum dilakukan evaluasi atas kemungkinan penurunan nilai terhadap aset tetap. 5) 
Belum memilih metode pengukuran dengan model biaya atau model revaluasian untuk
mengukur nilai aset tetap setelah tanggal perolehan. 6)  Aset tetap tidak digunakan disajikan
sebagai aktiva lain-lain. Seharusnya disajikan sebagai aset tetap dan dilakukan evaluasi
penurunan nilai.
3. Terdapat beberapa aset tanah yang tidak digunakan yang besar kemungkinan termasuk
dalam lingkup property investasi sesuai PSAK 13 (2007).
4. Pembebanan biaya pensiun, uang penghargaan masa kerja, uang pesangon, dan uang
penggantian hak dicatat sebagai beban pada tahun dimana realisasi pembayaran
dilakukan atau pada saat telah purna tugas.

PSAK 24 revisi 2004 mengharuskan beban diakui pada saat karyawan (termasuk direksi) masih
aktif melakukan hubungan kerja dengan perusahaan, perhitungan beban dilakukan dengan
metode Projected Unit Credit Method. Demikian pula dengan aset dan kewajiban imbalan paska
kerja diakui di neraca berdasarkan perhitungan tersebut.

5. Biaya imbalan kerja jangka pendek kepada karyawan berupa bonus sebagai distribusi
laba diakui dengan mengurangi ekuitas dan bukan sebagai beban dalam laporan laba rugi
pada tahun berjalan.

PSAK 24 revisi 2004 mengharuskan pembayaran kepada karyawan dalam bentuk apapun
diperlakukan sebagai beban tahun berjalan dan bukan sebagai distribusi laba yang diccatat dalam
ekuitas.

6. Dana meter yang diterima dari pelanggan dicatat sebagai kewajiban dan bukan sebagai
pendapatan melalui laporan laba rugi.

Pengakuan dana meter sebagai kewajiban tidak tepat karena tidak ada peristiwa masa lalu atau
kewajiban konstruktif yang mengharuskan perusahaan mengeluarkan sumber daya pada masa
mendatang tekait dengan meter air setiap pelanggan. Penggantiaan meter air dilakukan semata-
mata pada saat rusak dan hal tersebut merupakan tanggungjawab dan resiko perusahaan karena
meter air yang terpasang di setiap pelanggan dicatat sebagai aset tetap perusahaan. Penggantian
meter air merupakan aktivitas normal perusahaan pada saat memberikan jasa pengaliran air
kepada pelanggan, sehingga perlakuan dana meter tanpa melalui laporan laba rugi akan
mendistorsi kinerja perusahaan.

7. Hibah aset-aset yang dibangun developer dan diserahkan ke PDAM dicatat sebagai
modal/ekuitas.

Seharusnya menurut PSAK 1 dan PSAK 21 diakui sebagai pendapatan. Sesuai PSAK 1,
transaksi yang dapat dilaporkan dalam Laporan Perubahan Ekuitas adalah transaksi dengan
pemilik, koreksi kesalahan, dampak atas perubahan kebijakan akuntansi, transaksi yang menurut
PSAK dibebankan langsung ke ekuitas dan saldo laba.  PSAK 1 juga menjelaskan bahwa
penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi modal. Tidak ada PSAK lainnya yang mengharuskan
sumbangan sebagai transaksi yang dicatat dalam ekuitas. PSAK 21 tidak secara tegas mengatur
penerimaan sumbangan sebagai modal, namun hanya mengatur tentang penarikan kembali
saham sumbangan.

8. Terdapat beberapa akun yang tidak normal antara lain akun R/C Pemda.
9. Kapitalisasi terhadap pengeluaran yang diakui sebagai aset tidak berwujud yang tidak
memenuhi definisi sebagai aset sehingga semestinya harus diakui sebagai beban dalam
laporan laba rugi pada saat terjadinya.
10. Beban bunga dan denda atas pinjaman yang diterima belum diakru dalam laporan
keuangan.

KETENTUAN TRANSISI

1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP.
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan
pengakuan tersebut.
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu aset, kewajiban atau komponen
ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset,
kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP.
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.
5. Pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban didasarkan pada
prinsip pervasif dari Kerangka Dasar Pengukuran dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDDPPLK) sebagaimana diatur dalam SAK ETAP.
6. Jika SAK ETAP tidak secara spesifik mengatur suatu transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang terjadi pada PDAM, maka manajemen harus menggunakan SAK Umum
dalam pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban.
7. Kode perkiraan dan prosedur pembukuan berupa dokumen dasar, jurnal dan buku besar
yang diatur dalam Kepmen Otda masih bisa digunakan sepanjang tidak bertentangan
dengan SAK ETAP.

HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN

1. Pencatatan dan pelaporan transaksi akuntansi dengan menggunakan program aplikasi


mengakibatkan tenaga pembukuan di PDAM kurang memahami prinsip-prinsip dasar dan
siklus pembukuan meliputi jurnal standar, buku besar dan sub buku besar.
2. Ketepatan waktu dalam membuat dokumen dasar/dokumen sumber pembukuan. Antara
lain setiap transaksi biaya dan pembelian yang telah didukung oleh bukti-bukti yang
cukup harus segera dibuatkan bukti/pengakuan hutang yang sah (voucher) yang
merupakan dasar pencatatan kedalam DVUD. Dalam prakteknya voucher dibuat pada
saat akan dilakukan pembayaran sehingga mengakibatkan ketidaktepatan dalam
pengakuan biaya,hutang dan pencatatan persediaan.

(https://akangheriyana.wordpress.com/2014/06/19/penerapan-sak-etap-pada-pdam/)

Anda mungkin juga menyukai