Anda di halaman 1dari 3

Pers Rilis

Koalisi Penegakan Hukum Dan HAM untuk Papua


Nomor : 02-SK-KPHHP/II/2022

"PENGADILAN NEGERI KOTA TIMIKA KLAS II MENGABAIKAN PRINSIP PERSIDANGAN


TERBUKA UNTUK UMUM"

Hari Ini Kamis, 9 Februari 2023 merupakan lanjutan Proses persidangan terhadap ke-3
terdakwa sipil di Pengadilan Negeri Kota Timika Klas II, yang dimana dalam persidangan
berkas perkara terpisah ini para terdakwa yang d hadirkan dalam persidangan yaitu
Terdakwa I Adre Pudjianto Lee Alias Jainal Alias Jack, Terdakwa II Dul Umam Alias Ustad
Alias Umam dan Terdakwa III Rafles Lakasa Alias Rafles dengan Nomor Perkara :
7/Pid.B/2023/PN Tim. adapun agenda persidangannya yaitu tanggapan Jaksa Penuntut
Umum atas Keberatan/Eksepsi para Terdakwa melalui Kuasa Hukumnya, di mana Jaksa
dalam tanggapannya menolak seluruh dalil-dalil Keberatan/Eksepsi para Terdakwa
tersebut sehingga Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo menunda persidangan dan di
lanjutkan pada hari selasa, 14 Februari 2023 degan agenda Putusan Sela.

Sedangkan untuk 1 terdakwa sipil lainnya dalam perkara yang sama yang mana berkas
perkaranya di pisah yaitu atas nama Terdakwa Roy Marten Howay Alias Roy dengan
Register Perkara Nomor : 8/Pid.B/2023/ PN. Tim persidangannya sudah berlangsung pada
tanggal 8 Februari 2023 dengan agenda Pemeriksa Saksi memberatkan dari Jaksa Penuntut
Umum dan kemudian ditunda serta dilanjutkan kembali pada hari selasa 14 Februari 2023
dengan agenda yang sama.

Dari seluruh rangkaian proses persidangan terhadap ke empat terdakwa ini dimana yang
menjadi konsen dan perhatian kami baik Kuasa Hukum maupun Keluarga Korban yaitu
tentang larangan pengambilan foto, Video maupun melakukan siaran langsung melalui
media sosial yang mana dari awal persidangan tanggal 26 Januari 2023 lalu dalam tahapan
agenda dakwaan sampai dengan lanjutan persidangan hari ini tanggal 9 Februari 2023
Majelis Hakim dalam Hal ini Ketua Majelis Hakim tetap melarang dan tidak memberikan
akses bagi kami kuasa hukum, keluarga korban untuk melakukan pengambilan foto, video
dan juga lakukan siran langsung. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara melalui Ketua Mejelis
Hakim hanya memperbolehkan mengambil foto, dan Video sebelum persidangan di mulai
dan juga setelah persidangan di tutup.
Berkaitan dengan larangan tersebut kami kuasa hukum bersama keluarga korban sudah
mencoba berkordinasi dengan pihak pengadilan, serta sudah memasukan surat
permohonan tersebut diajukan secara terulis, yang pertama tertanggal 27 Januari 2023
kami menyurati Ketua Pengadilan Cq. Majelis Hakim pemeriksa perkara yang mana
tuntutan kami yaitu, memohon Persidangan di lakukan 2 kali dalam seminggu,
menyediakan mikrofon untuk digunakan dalam persidangan, mengijinkan keluarga korban
atau kuasa hukum untuk mengambil foto, video maupun melakukan siaran langsung
selama proses persidangan berlangsung, mengijinkan keluarga korban untuk
membentangkan spanduk yang berisi tuntutan keadilan dan yang terakhir berkaitan
dengan tidak ada larangn bagi keluarga korban untuk masuk kedalam lingkungan
pengadilan untuk mengawal, memantau serta menyaksikan seluruh rangkaian proses
persidangan yang berlangsung dan kedua pada tanggal 6 Februari 2023 dengan
permohonan yang sama.

Selanjutnya oleh karena permohonan berkaitan dengan pengambilan foto, video maupun
melakukan siaran langsung lewat media sosial tidak dijinkan oleh ketua pengadilan
maupun majelis hakim pemeriksa perkara, sehingga terhadap sikap tersebut kami
menganggap adalah bentuk sikap yang sangat tidak profesional, sikap yang diskriminasi
serta majelis hakim pemeriksa perkara menunjukan proses persidangan ini sangat
merugikan keluarga korban yang menghadiri persidangan serta berdampak adanya
ketidakadilan bagi keluarga korban yang tidak bisa mengikuti persidangan secara langsung
baik yang ada di depan halaman pengadilan, yang ada di kota jayapura yang saat ini masih
mengawal proses persidangan di Pengadilan Militer III Jayapura terhadap ke 4 Terdakwa
anggota TNI dalam kasus yang sama.

Selain itu juga Ketua Pengadilan maupun Majelis Hakim pemeriksa perkara dengan sikap
tersebut telah mengabaikan prinsip peradilan yang terbuka untuk umum sebagaimana
yang diamanatkan dalam ketentuan Pasal 153 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP dan ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Hal lain juga di mana Ketua Pengadilan maupun majelis hakim pemeriksa
perkara telah mengabaikan misi dari Pengadilan Negeri Kota Timika Klas II itu sendiri
sebagaimana yang terpampang di depan PTSP pada point 4 jelas-jelas berkaitan dengan
transparansi karena hal tersebut juga merupakan bagian dari kredibilitas Majelis dalam
mengadili perkara tersebut.

Mengingat terhadap kasus Mutilasi terhadap 4 Warga Sipil Nduga adalah bentuk kejahatan
yang sangat keji dan tidak manusiawi, serta telah menjadi atensi publik baik nasional
maupun internasional, sehingga seharusnya Ketua Pengadilan maupun Majelis Hakim
pemeriksa perkara a quo dapat dapat bersikap profesional dan menjalankan prinsip
peradilan terbuka untuk umum dengan lebih transparansi dengan mengabulkan
permohonan kami dan keluarga korban dengan mengambil contoh atas proses persidangan
di Pengadilan Militer III jayapura atas perkara yang sama serta persidangan lainnya seperti
kasus sambo yang persidangannya diberikan akses baik dalam pengambilan foto, video
dan persidangan tersebut juga di siarkan secara langsung lewat stasiun televisi tanpa
menganggu jalannya proses persidangan serta mengurangi profesional Majelis Hakim
selama proses persidangan.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut maka kami kuasa hukum dan keluarga korban
menegaskan kepada :
1. Ketua PN Mimika Cq Ketua Majelis Pemeriksa Perkara wajib memeriksa 4 terdakwa
sipil dalam kasus Mutilasi 4 Warga Sipil Nduga secara profesional dan juga
transparan sebagaimana prinsip peradilan yang terbuka untuk umum;
2. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengawal Proses Persidangan 4
terdakwa sipil dalam kasus Mutilasi 4 Warga Sipil Nduga di PN Mimika
3. Ketua Komisi Yudisial wajib mengawal serta dapat memberikan teguran kepada sikap
dari Ketua Pengadilan maupun Majelis Hakim pemeriksa perkara a qou dan
4. Ketua Komnas HAM RI maupun Komnas HAM perwakilan Papua dapat hadir untuk
mengawal proses persidangan dalam perkara ini.

Demikian siaran pers diatas dibuat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jayapura, 9 Februari 2023

Hormat Kami
Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua

Nara Hubung Kuasa Hukum


1. Helmi, S.H (081247031165)
2.Yoksan Balan, S.H (085197513180)
3. Weltermans Tahulending, S.H (082298349284)

Anda mungkin juga menyukai