Anda di halaman 1dari 61

MODUL SOSIOLOGI RUPIN BATCH 11

BAB 1 : SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU TENTANG MASYARAKAT

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiologi ada empat:

1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu
dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
Contoh : di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam,
dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah
aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku


orang lain.
Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi
menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain,
merupakan tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun
yang ada dalam diri manusia.Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita
mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara
keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan
isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai
pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu
adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi.
Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada,
maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah
dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

1. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulasi (menduga-duga).
2. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di
lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun
secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
3. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki,
diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
4. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah
tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Gejala Sosial

Secara sederhana, dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi oleh manusia, baik secara
individu maupun secara kelompok. Pada dasarnya, gejala sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral,
antara lain mencakup gejala ekonomi, gejala politik, gejala budaya, dan gejala moral.

Hal ini muncul dari berbagai kekurangan (masalah sosial), baik dari individu maupun kelompok sosial.
Adapun klasifikasi berdasarkan sumbernya sebagai berikut:

1. Problem ekonomis. Contoh: kemiskinan dan penggangguran.


2. Problem politik. Contoh: Praktik korupsi.
3. Problem kebudayaan. Contoh: perceraian, kejahatan, kenakalan remaja, konflik rasial dan
keagamaan.

Karakteristik Gejala Sosial

 Sangat kompleks, dikatakan kompleks karena di dalamnya terdapat hubungan antarmanusia yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu ekonomi, sosial, budaya, psikologis, politik, dan agama.

 Beranekaragam, beberapa gejala tidak bisa dianggap sebagai satu gejala karena masing-
masingnya memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Misalnya,  gejala ekonomi tidak dapat
disamakan dengan gejala agama, budaya, ataupun politik, meskipun ada hubungan di antara
berbagai gejala itu.
 Tidak bersifat universal, tidak bersifat universal (umum) karena hanya akan dipengaruhi oleh
suatu kondisi sosial atau budaya masyaraka tertentu saja.

 Bersifat dinamis, karakteristik ini muncul karena mengacu pada perilaku masyarakat yang
cenderung berubah-ubah (dinamis). Akibatnya, peristiwa menjadi cepat berubah. Seperti misalnya,
pergantian mode pakaian yang terus berganti setiap tahunnya.

 Tidak mudah dimengerti, karakteristik ini menunjukkan sebagai wujud dari perilaku dan
hubungan antarmanusia, sulit dipahami. Berbeda halnya dengan gejala alam yang dapat kita ukur
dan prediksi terlebih dahulu.

 Kurang objektif, karena mengacu pada perilaku masyarakatnya, alhasil gejala ini ikut
memerhatikan pada hal yang melekat pada karakteristik setiap individunya. Misalnya, Kasus-kasus
seperti pelacuran atau kemiskinan yang biasanya dinilai masyarakat secara subjektif. Apakah hal
itu baik atau buruk, salah atau benar, tergantugn pada persepsi masyarakat yang ada di wilayah
tersebut.

 Bersifat kualitatif, karakteristik ini berarti menunjukkan, gejala menjadi tidak bisa diukur
(kuantitatif, tetapi harus dilihat dan dianalisis secara mendalam.

 Sulit diprediksi, karena sifatnya yang kompleks, abstrak, dinamis, kualitatif, dan spesifik (khusus).
Latihan Soal
1. Teori sosiologi yang selalu mengalami Bacaan berikut digunakan untuk menjawab
perubahan dan penyempurnaan soal nomor 5 dan 6.
menunjukkan bahwa sebagai ilmu, Maraknya penyalahgunaan narkoba telah
sosiologi bersifat…. banyak mempengaruhi mental para remaja.
a. Statis Masa depan bangsa bergantung sepenuhnya
b. Teoritis pada upaya pembebasan kaum muda dari
c. Kumulatif bahaya narkoba. Narkoba telah menyentuh
d. Non etis lingkaran yang semakin dekat dengan kita
e. Empiris semua. Teman dan saudara kita mulai terjerat
2. Tindakan manusia yang tidak dapat oleh narkoba yang sering dapat mematikan.
ditentukan oleh dirinya sendiri tetapi Tidak sedikit yang telah menjadi korban.
dikendalikan oleh kelompok sosialnya, Penyalahgunaan narkoba dapat
menurut Durkheim, disebut dengan menghilangkan kesadaran pemakainya,
istilah…. menyebabkan paranoia (linglung), juga dapat
a. Fakta sosial membuat pemakainya melawan orang tua,
b. Realitas sosial tidak jujur, bahkan melakukan tindakan
c. Definisi sosial kriminal seperti pencurian, perampasan yang
d. Tindakan sosial merugikan diri sendiri dan orang lain. Upaya
e. Imaginasi sosial mencegah penyalahgunaan narkoba, antara
3. Ciri tahap positif dalam perkembangan lain, dapat dilakukan dengan membangkitkan
masyarakat yang dirumuskan oleh kesadaran beragama, melakukan hal-hal
Auguste Comte adalah …. positif dan bermanfaat, selektif dalam
a. Masyarakat sudah hidup harmonis memilih teman, menghindarkan diri dari
ber-kat kepemimpinan yang kuat lingkungan yang merusak, dan membentuk
b. Ilmu pengetahuan menjadi rujukan kelompok-kelompok kecil untuk saling
utama masyarakat dalam beraktivitas mengingatkan. Bila berhadapan dengan
sehari-hari teman yang terlibat penyalahgunaan narkoba,
c. Aktivitas kehidupan sosial-ekonomi maka sikapilah secara simpatik. Mengetahui
masyarakat sudah makmur fakta-fakta tentang narkoba termasuk akibat
d. Tata kehidupan masyarakat berjalan penyalahgunaannya berguna untuk membuka
sesuai dengan prinsip-prinsip kesadaran kita akan bahaya narkoba.
demokrasi 5. Peristiwa sosiologi apa yang dapat
e. Keamanan dan kesejahteraan dimaknai dari paparan di atas ?
masyarakat sudah terjamin a. Kesadaran agama
4. Cara pandang sosiologi dalam melihat b. Penyalahgunaan narkoba
per-masalahan prostitusi yang tidak c. Interaksi kelompok remaja
mendasarkan pada baik-buruknya namun d. Sosialisasi narkoba
dengan menje-laskan fakta secara analitis e. Rendahnya kontrol keluarga
disebut … 6. Upaya sosiologis apa yang dianggap
a. Empiris efektif mencegah penyalahguaan narkoba
b. Teoritis di kalangan remaja ?
c. Kumulatif a. Peningkatan kesadaran beragama
d. Non-etis b. Konsultasi klinis pecandu narkoba
e. Sosialis c. Rehabilitasi mental pecandu narkoba
d. Kriminalisasi pecandu narkoba
e. Penguatan kelompok anti narkoba
7. Penyebab terjadinya perspektif konflik 1) Hasil pengamatan disusun dalam
yang memandang kelas-kelas bentuk abstraksi.
dimasyarakat memiliki potensi konflik 2) Realitas sosial dijelaskan secara logis
yang interen adalah…. untuk menjelaskan hubungan sebab
a. Kelompok proletar jumlahnya lebih akibat.
sedikit dari pada kelompok borjuis 3) Realitas sosial dianalisis tanpa
b. Tiap-tiap kelas memiliki kepentingan mempersoalkan baik buruknya fakta.
yang sama 4) Hasil pengamatan terhadap realitas
c. Tiap-tiap kelompok menginginkan sosial asal-asalan.
masyarakat tanpa kelas 5) Teori sosiologi berdiri sendiri tanpa
d. Tiap-tiap kelas terbentuk karena mengaitkan teori sebelumnya.
memiliki alat/kekayaan produktif Ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu
e. Ada kelas yang menguasai alat pengetahuan ditunjukkan oleh nomor ....
produktif a. (1), (2), dan (4)
8. Lahirnya sosiologi dilatarbelakangi oleh b. (2), (4), dan (5)
peristiwa penting yang mengubah tatanan c. (1), (2), dan (3)
sosial masyarakat Eropa secara mendasar d. (3), (4), dan (5)
diabad pertengahan. Salah satu peristiwa e. (1), (3), dan (4)
tersebut adalah…. 13. Saat pergi berkemah, tim pramuka
a. Revolusi komunis di Rusia pertama menjatuhkan sesuatu benda
b. Imperialisme perdagangan sebagai tanda untuk diikuti oleh gtim
c. Munculnya fasisme di Jerman pramuka kedua. Tindakan ini
d. Meletusnya Perang Dunia I mereflektifkan perspektif sosiologi….
e. Revolusi politik di Prancis a. Konflik sosial
9. Menurut Emile Durkheim, sosiologi b. Perkembangan
adalah ilmu yang mempelajari .... c. Interaksionisme simbolik
a. Fakta sosial d. Pertukaran
b. Makhluk sosial e. Struktural fungsional
c. Struktur sosial 14. Perspektif sosiologi yang secara tepat
d. Tindakan sosial digunakan dalam menjelaskan aksi
e. Hubungan antargejala sosial mogok buruh terhadap perusahaannya
10. Teknik atau metode menurut Soedjono adalah…
Soekanto terdiri dari metode …. a. Konflik sosial
a. Historis, komparatif, dan studi kasus b. Kesejahteraan sosial
b. Historis, komparatif, dan fungsional c. Struktural fungsional
c. Fungsionalis, empiris, dan rasional d. Ketertiban sosial
d. Deduktif, induktif, dan rasional e. Interaksionisme simbolik
e. Komparatif, studi kasus, dan deduktif 15. Kajian sosiologi sangat dibutuhkan untuk
11. Cara memandang atau memahami gejala pembuatan program-program
tertentu menurut keyakinan kita pengembangan komunitas di pedesaan
disebut .... oleh perusahaan tambang. Hal ini
a. Perspektif menunjukkan manfaat sosiologi
b. Asumsi sebagai….
c. Fenomena a. Pembangunan
d. Imajinasi b. Pemecahan masalah sosial
e. Stigma c. Pengelolaan sosial
12. Ciri-ciri sosiologi sebagai berikut. d. Perencanaan sosial
e. Penelitian sosial
Jawaban BAB I

1. C
2. A
3. B
4. D
5. B
6. E
7. E
8. E
9. A
10. A
11. A
12. C
13. C
14. A
15. D
NILAI DAN NORMA

Nilai

1. Pengertian nilai sosial


Nilai didefinisikan sebagai konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang danggap baik dan
buruk.

Pendapat ahli sosiologi tentang nilai sosial

1. Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/unsur fisik manusia.
b. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan
aktivitas.
c. Nilai kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
 nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada unsur akal manusia
 nilai keindahan : nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai estetika)
 nilai moral (kebaikan) : nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauan
(karsa dan etika)
 nilai religius : nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.
2. Ciri-ciri nilai sosial
Nilai sosial mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat, bahwasanya nilai sosial diterapkan
melalui proses interaksi antarmanusia yang terjadi secara intensif dan bukan perilaku yang
dibawa sejak lahir. Contoh: dengan memberikan contoh dan menanamkan kedisiplinan
semenjak kecil, seorang anak akan belajar dan menerima nilai penghargaan atas waktu
b. Terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Contoh: nilai menghargai persahabatan
dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-teman sekolah.
c. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial. Misalnya: tertibnya sebuah antrian menjadi ukuran bagaimana seorang atau sekelompok
masyarakat menghargai nilai antrian sekaligus merupakan aturan yang harus diikuti.
d. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Contoh: di negara-
negara Barat waktu itu sangat dihargai sehingga keterlambatan sulit diterima (ditoleransi).
Sebaliknya di indonesia, keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih dapat dimaklumi.
e. Cenderung berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk pola dan
sistem sosial.

3. Macam-macam nilai sosial


Nilai sosial berdasarkan ciri sosialnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu nilai dominan dan nilai
mendarah daging.

a. Nilai dominan
Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya. Ukuran
dominan atau tidaknya didasarkan pada hal-hal berikut:

 Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. contoh: hampir semua


orang/masyarakat menginginkan perubahan kearah perbaikan di segala bidang
kehidupan.
 Lamanya nilai itu digunakan. Contoh: dari dulu sampai sekarang kota solo dan
yogyakarta selalu mengadakan tradisi sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Yang diadakan di alun-alun keraton dan sekitar Masjid Agung
 Tinggi rendahnya usaha yang memberlakukan nilai tersebut. contoh: menunaikan
ibadah haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan umat islam
yang mampu.
 Prestise/kebanggaan orang-orang yang menggunakan nilai dalam
masyarakat. Contoh: memiliki mobil mewah dan keluaran terakhir dapat
memberikan prestise tersendiri.
b. Nilai yang mendarah daging
Nilai yang mendarah daging merupakan nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan.
Biasanya nilai tersebut telah terisolasi sejak seseorang masih kecil. Jika ia tidak
melakukannyamaka ia akan merasa malu bahkan merasa sangat bersalah. Contoh: seorang
guru melihat siswanya gagal dalam ujian akhir akan merasa telah gagal mendidiknya.
4. Fungsi nilai sosial
a. Sebagai alat untuk menentukan harga atau kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi
sosial. Misalnya: kelompok ekonomi kaya (upper class), kelompok ekonomi menengah (middle
class), kelompok masyarakat kelas rendah (lower class)
b. Mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat.
c. Dapat memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku
sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.
d. Sebagai alat solodaritas atau pendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mencapai
sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
e. Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Norma Sosial

1. Pengertian norma sosial


Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. norma disebut pula peraturan
sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma di masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai
dengan aturan sosial yang telah terbentuk sejak lama.

Berdasarkan tingkat daya ikatnya, dibedakan menjadi:

a. Cara (Usage) : suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan oleh individu-individu dalam suatu
masyarakat. Norma ini berdaya ikat sangat lemah, sehingga pelanggaran terhadap norma ini tidak
mendapat sanksi yang berat. Contoh: bersendawa setelah makan bagi sekelompok masyarakat
dianggap tidak sopan, namun merupakan hal yang biasa bagi kelompok masyarakat lain.
b. Kebiasaan (folkways) : merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang
sama serta dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas yang dianggap baik dan
benar oleh masyarakat. Contoh: kebiasaan seorang pelajar memberikan hadiah pada seorang
temannya yang sedang berulang tahun.
c. Tata kelakuan (mores) : sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sikap-sikap hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Contoh: melarang berbuat kriminal pada
setiap anggota masyarakat dengan disertai adanya sanksi agar masyarakat menjadi teratur dengan
adanya larangan tersebut.
Fungsi tata kelakuan adalah:

o Memberi batasan-batasan pada perilaku individu dalam kelompok masyarakat


tertentu.
o Mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakan dengan tata
kelakuan yang berlaku dalam kelompoknya.
o Membentuk solidaritas atas anggota-anggota masyarakat dan sekaligus memberikan
perlindungan terhadap keutuhan dan kerja sama dalam masyarakat tersebut.
d. Adat istiadat (customs)
Adat istiadat adalah sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat
kekal dan berintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Diantara keempat
klasifikasi tersebut, adat istiadat memiliki konsekuensi yang paling keras bagi pelanggarnya.

2. Ciri-ciri norma sosial


a. Umumnya tidak tertulis
b. Hasil dari kesepakatan masyarakat
c. Warga masyarakat sebagai pendukung sangat menaatinya
d. Apabila norma dilanggar maka yang melanggar norma harus menghadapi sanksi
e. Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga norma sosial bisa
mengalami perubahan.
3. Macam-macam norma sosial
a. Norma agama : peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah
karena berasal dari wahyu Tuhan. Contoh: melaksanakan sembahyang, penyembahan kepada-Nya,
tidak berbohong, tidak berjudi, dan tidak mabuk-mabukan.
b. Norma hukum (laws) : aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu misalnya
pemerintahan atau negara. Contoh: wajib membayar pajak, bagi pengendara motor/mobil wajib
memiliki SIM, dll.
c. Norma kesopanan : sekumpulan peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan
dengan bagaimana seweorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik, dll. Contoh: tidak membuang
ludah sembarangan dan selalu mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu.
d. Norma kesusilaan : peraturan sosial yang berasal dari hati nurani. Norma ini menghasilkan akhlak,
sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik apa yang dianggap jelek.
Pelanggaran terhadap norma ini, berakibat sanksi pengucilan secara fisik (diusir) ataupun batin
(dijauhi). Contoh: berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum antara laki-laki dan
perempuan.
e. Norma kesopanan : tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa harus
pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata
krama. Contoh: cara berpakaian dan cara makan.

4. Fungsi norma sosial


a. Sebagai aturan atau pedoman tingkah laku dalam masyarakat
b. Sebagai alat untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial
c. Sebagai sistem kontrol sosial dalam masyarakat
d. Dengan adanya norma, maka kita mengerti apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak
boleh kita lakukan
e.

Latihan Soal

1.

 
INTERAKSI SOSIAL

Pengertian

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, ataupun individu dengan kelompok

Ciri-ciri

 Dilakukan dua orang atau lebih

Interaksi melibatkan dua individu atau lebih secara langsung (tatap muka), atau melalui
perantara teknologi (informasi dan komunikasi). Obrolan di grup whatsapp adalah bentuk
interaksi sosial melalui perantara.

 Adanya reaksi

Interaksi adalah aksi atau tindakan sosial. Response orang lain adalah reaksi. Apabila kita
menyapa seorang guru di kantin, namun guru tersebut tidak memberi tanggapan karena tidak
tahu atau tidak dengar, maka bukan interaksi sosial.

 Bersifat timbal-balik

Berkaitan dengan reaksi, timbal balik mengandung proses saling memengaruhi antara individu
atau kelompok. Pengaruh tersebut beroperasi melalui proses yang berkesinambungan. Proses
aksi-reaksi membawa hubungan sosial yang saling memengaruhi. Contoh bubungan timbal-
balik adalah ngobrol ngalor-ngidul di warung kopi atau via telepon.

Faktor-faktor yang menjadi dasar interaksi sosial

 Faktor imitasi: proses meniru sebagian oleh seseorang.


 Faktor sugesti : proses interaksi melalu obrolan, ceramah, atau pidato di ruangan berisi
sugesti yang secara emosional berusaha menarik diri kita dengan tujuan memengaruhi.

 Faktor identifikasi : tindakan untuk meniru secara keseluruhan dan lebih medalam dari
imitasi.

 Faktor simpati : melibatkan rasa keterikatan emosional untuk ikut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Proses interaksi terjadi ketika kita mengucapkan selamat menikah
padanya.

Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto,


yaitu kontak dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap awal memungkinkannya terjadi
interaksi. Komunikasi adalah proses terjadinya aksi-reaksi, hubungan timbal balik yang terwujud
dalam interaksi itu sendiri.

Terdapat beberapa unsur komunikasi, antara lainnya adalah :


1. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses
komunikasi. Dengan kata lain, komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki inisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.
Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja. Akan tetapi juga memberikan
sebuah respon atau tanggapan dan menjawab dari proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pesan atau Informasi
Pesan atau informasi merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
bisa berupa sebuah kata-kata, tulisan, gambaran, atau sebuah perantara lainnya. Pesan ini
mempunyai inti, yaitu mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
3. Sarana Komunikasi atau Channel
Sarana komunikasi atau channel dapat disebut dengan media yang digunakan sebagai penyalur
pesan dalam sebuah proses komunikasi. Pemilihan sarana atau media dalam proses komunikasi
tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.
4. Komunikan atau Receiver
Komunikan adalah sebutan bagi orang yang menerima pesan atau berita yang disampaikan oleh
komunikator. Komunikan dapat terdiri dari satu roang atau lebih dan bisa pula dalam bentuk
kelompok. Dalam sebuah proses komunikasi, komunikasi merupakan elemen penting karena
dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan bertanggung jawab untuk bisa mengerti pesan
yang disampaikan dengan baik dan benar.
5. Umpan Balik atau Feedback
Umpan balik bisa diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan yang diberikan oleh
komunikator kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan akan
terus menerus bertukar peran.
6. Dampak atau Effect
Dampak adalah efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima
pesan. Apabila sikap dan tingkah laku komunikan berubah sesuai dengan isi pesan, maka
komunikator telah berhasil dengan baik. Dampak atau effect sesungguhnya dapat dilihat dari
personal opinion, public opinion, ataupun majority opinion.

Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua bentuk interaksi sosial, yatu proses asosiatif dan proses
disosiatif. Proses asosiatif merupakan bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar
pihak, sedangkan proses disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah kepada pertentangan
antara pihak yang terlibat. Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Proses
disosiatif terdiri dari persaingan, kontravensi, dan konflik.

1. Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif


a. Kerja sama
Kerjasama adalah salah satu bentuk proses asosiatif. Kerja sama terjadi apabila pihak
yang yang memiliki suatu kepentingan bersama atau persamaan tujuan. Kerja sama
juga sering disebut dengan istilah cooperation. Beberapa wujud kerja sama antara lain
adalah sebagai berikut.
 Koalisi, yaitu bergabungnya dua atau lebih organisasi yang memiliki kepentingan
bersama. Contoh bentuk koalisi yang paling umum adalah gabungan beberapa
partai politik dalam suatu koalisi untuk memenangkan pemilihan umum.
 Tawar-menawar atau bargaining, yaitu pelaksaan perjanjian tukar menukar barang
atau jasa antara dua pihak atau lebih. Pada proses ini ada pertukaran sumber daya
dalam bentuk tawar menarwa antar pihak guna mencapai kesepakatan bersama.
 Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu sistem
organisasi. Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas internal organisasi.
 Joint venture, yaitu kerja sama yang umumnya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan dalam proyek tertentu. Umumnya, tujuan dari joint venture adalah
untuk meningkatkan pendapatan perusahaan yang bersangkutan.
b. Akomodasi.
Bentuk yang kedua dari kerja sama adalah akomodasi. Akomodasi adalah upaya
untuk meredakan pertentangan yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mencapai
keseimbangan dan mencegah membesarnya suatu pertentangan. Berikut adalah
bentuk akomodasi.

 Koersi atau coercion, yaitu bentuk akomodasi yang dipaksakan atau proses
akomodasi yang terjadi karena ada paksaan.
 Kompromi, yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutan.
 Arbitrasi, yaitu proses akomodasi yang mengundang pihak ketiga yang lebih
tinggi kedudukannya untuk membantu penyelesain masalah.
 Mediasi, merupakan bentuk akomodasi yang menyerupai arbitrasi, namun
pihak ketiga hanya berperan sebagai pemberi nasihat dan tidak memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan.
 Konsiliasi, yaitu upaya mempertemukan kepentingan pihak yang berselisih dan
mencari penyelesaian bersama.
 Toleransi, yaitu upaya akomodasi secara informal. Masing-masing pihak saling
bertoleransi demi pemulihan hubungan baik.
 Stalemate, yaitu upaya akomodasi dengan menyeimbangkan kekuatan pihak
yang terlibat. Dengan berimbangnya kekuatan, penyelesaian permasalahan
dapat terjadi dengan sendirinya.
 Ajudikasi, yaitu upaya akomodasi melalui pengadilan.
c. Asimilasi.
Bentuk yang ketiga adalah asimilasi. Asimilasi adalah percampuran dua budaya
atau lebih dan menghasilkan budaya baru. Dalam proses asimilasi, budaya baru
yang terbentuk benar-benar berbeda dari budaya yang ada sebelumnya. Proses
asimilasi seringkali disamakan dengan proses akulturasi, padahal sebenarnya
berbeda. Proses akulturasi adalah proses di mana dua budaya atau lebih saling
berinteraksi, namun batasan-batasan perbedaan budaya tidak hilang dan masing-
masing budaya tetap mempertahankan keunikannya masing-masing.
2. Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif
Bentuk lain yang berlawanan dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif, yang
mengarah kepada pertentangan. Berikut adalah bentuk-bentuk proses disosiatif.

a. Persaingan atau kompetisi, yaitu proses dimana pihak yang terlibat dari bersaing
memperebutkan sesuatu. Hal yang diperebutkan bermacam-macam bentuknya,
misalnya keuntungan, sumber daya, status, dsb.
b. Kontravensi, yaitu bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan,
namun belum mencapai pertentangan. Beberapa bentuk kontravensi adalah
penolakan, penyangkalan, penghasutan, dan pengkhianatan.
c. Pertentangan atau konflik, yaitu proses disosiatif di mana pihak yang terlibat
berusaha mencapai tujuannya dengan upaya menantang atau menyerang lawan,
sekalipun dengan ancaman atau kekerasan. Menurut Soerjono Soekanto, penyebab
konflik antara lain adalah perbedaan individu, perbedaan kebudayaan atau nilai,
perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial. Meskipun lebih sering membawa
dampak negatif seperti kerusakan materi dan korban jiwa, konflik juga dapat
membawa dampak positif. Dampak positif konflik adalah semakin menguatnya
solidaritas dalam satu kelompok karena adanya musuh bersama.
Keteraturan Sosial
Keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubunganhubungan sosial berlangsung dengan
selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.

Unsur-unsur ketertiban sosial dan contohnya

 Tertib sosial

Tertib sosial adalah keadaan masyarakat dengan kehidupan tertib dan teratur sebagai hasil
dari interaksi sosial yang berjalan harmonis. Sebagai contoh, seorang pendatang melapor
kepada ketua RT setempat sebelum keliling kampung meminta sumbangan pembangunan
masjid. Seorang pengendara mematikan motor ketika masuk gang kecil saat jam belajar
masyarakat.

 Order

Order adalah sistem nilai dan norma yang berlaku dan dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat desa yang melakukan kerja bakti membersihkan
got atau selokan di kampungnya. Contoh lain, warga kampung yang bergotong royong
mengecat gapura dalam perayaan 17-an.

 Keajegan

Keajegan adalah keteraturan sosial yang reguler atau rutin sebagai hasil dari interaksi sosial
yang mengalami pelembagaan. Sebagai contoh, seorang anak yang rutin pergi ke sekolah
untuk belajar. Seorang pegawai yang rutin pergi ke kantor untuk melayani masyarakat.
Sekolah adalah lembaga pendidikan dan kantor pegawai adalah lembaga pemerintahan.

 Pola

Pola adalah corak hubungan sosial yang tetap dalam kehidupan masyarakat. Sebagai
contoh, santri yang cium tangan ketika bertemu kyai. Meski tidak di pesantren, saat
bertemu kyai-nya, para santri cium tangan sebagai penghormatan kepadanya. Corak
tersebut merupakan pola hubungan antara kyai dan santri.
Latihan Soal

1. 1.
PROSES SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Pengertian Sosialisasi

Sosiologi merupakan proses sosial yang terjadi jika seseorang individu menghayati dan melaksanakan
norma-norma kelompok dimana ia hidup dan merasa bagian dari kelompoknya.

Tujuan Sosialisasi

 Memberikan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya


ditengah-tengah masyarakat.
 Mengembangkan kemampuan individu untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita.
 Membantu individu dalam mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri
yang tepat.
 Menanamkan pada diri seseorang tentang nilai-nilai kepercayaan kepada masyarakat.

Bentuk-bentuk Sosialisasi

 Sosialisasi Primer (Primary Socialization) yaitu sosialisasi yang pertama kali dijalani seseorang


semasa kecil. Sosialisasi ini merupakan awal seseorang dalam memasuki keanggotaan masyarakat.
 Sosialisasi Sekunder (Secondary Socialization) yaitu sosialisasi yang berlangsung pada tahap
berikutnya. Salah satu bentuk dari sosialisasi sekunder ini adalah resosialisasi. Yang dimaksud
dengan resosialisasi yakni “proses pemberian kepribadian baru kepada seseorang atau sering
disebut juga dengan proses pemasyarakatan total”.

Tipe sosialisasi

 sosialisasi formal : sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang
menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
 Sosialisasi informal : terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Pola sosialisasi
 sosialisasi represif : menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan.
ciri sosialisasi represif
1.Penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan.
2.Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
3.Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,
penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.
 sosialisasi parsitipatoris : merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku
baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak
diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang
menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized
other.

Tahap-tahap Sosialisasi

Menurut George Herbert Mead, sosialisasi dilakukan seseorang melalui tahapan yang tidak sempurna.
Berikut tahap-tahap sosialisasi:

 Persiapan (prepatory stage) yaitu tahap awal dalam sosialisasi yang dilakukan manusia, dimulai
sejak lahir ke dunia. Pada tahan inilah seseorang sudah memiliki persiapan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan lingkungan.
 Tahap meniru (play stage) yaitu seseorang mulai mampu meniru dengan sempurna. Tahap ini juga
disebut dengan tahap bermain. Anak mulai mengenal “significant other” yakni orang-orang
disekitarnya yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan pembentukan dirinya. Misal: ayah, ibu,
kakak, kakek, nenek ataupun yang lainnya yang sering berinteraksi dengannya.
 Tahap siap bertindak (game stage). Didalam tahap ini peniruan yang dilakukan seorang anak
mulai berkurang, digantikan dengan peranan secara langsung yang dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuan menempatkan dirinya pada posisi orang lain mulai meningkat dan
kemantapan dirinya jauh lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Teman sebaya sangat
berpengaruh pada game stage ini.
 Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other). Pada tahap inilah seseorang bisa disebut
sebagai “manusia dewasa”. Ia tidak hanya menempatkan dirinya di posisi orang lain, tetapi dapat
bertenggang rasa dengan masyarakat luas, mulai menyadari pentingnya peraturan-peraturan dan
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi

 Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor ini meliputi : Postur
tubuh, golongan darah, tingkat kecerdasan (IQ).
 Ekstrinsik adalah semua faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini meliputi : pergaulan,
pekerjaan, masyarakat, pendidikan.

Media Sosialisasi

 Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama. Mulai dari seorang anak dilahirkan sudah
mulai berinteraksi dengan anggota keluarganya.
 Kelompok Bermain (peer group) merupakan salah satu media sosialisasi bagi anak. Ada sebagian
orang tua memasukkan anaknya pada komunitas kelompok bermain seperti play group. Kelompok
bermain akan berkembang sesuai dengan luasnya pergaulan seorang anak. Tidak hanya untuk anak-
anak, tetapi juga anak remaja mempunyai kelompok bermain untuk mengembangkan pengetahuan
dan keakraban dalam pergaulan.
 Sekolah merupakan sebuah wahana yang diselenggarakan pemerintah atau juga sering dikenal
pendidikan formal bagi anak didik guna memperoleh bekal kelak ketika anak sudah tidak lagi
bergantung pada orang tuanya. Di sekolah atau lembaga pendidikan formal ini berfungsi sebagai
wadah pengembangan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi, sebagai wahana pematangan
kepribadian dan pelestarian budaya.
 Lingkungan Kerja dapat membentuk kepribadian. Seseorang bekerja dalam sebuah lingkungan
kerja tertentu tentu akan memiliki pengalaman dan kebiasaan disiplin yang kemudian muncul
sebagai pola perilaku sehari-hari dan akan melekat menjadi kepribadian yang sulit untuk dirubah.
 Media Massa terdiri dari media cetak dan media elektronik, yang keduanya merupakan alat
komunikasi yang dapat menjangkau seluruh masyarakat luas seperti radio, majalah, koran, televisi
dls. Segala informasi yang disajikan oleh media massa dapat mempengaruhi perilaku bagi yang
membaca, melihat ataupun yang mendengarnya. Pola perilaku yang dihasilkan ada yang positif dan
ada pula yang negatif.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian

 Menurut Horton dan Chyestr L. Hunt (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya


kepribadian seseorang antara lain:
o Faktor keturunan (Hereditas) warisan Biologis.
o Faktor lingkungan alam (Natural environmental).
o Faktor kelompok (group).
o Faktor kebudayaan khusus.
o Faktor pengalaman unik.

Tipe Kepribadian

 Kepribadian Normatif (Normatife Man) merupakan kepribadian yang ideal dimana seseorang


memiliki prinsip yang kuat untuk menerapkan basic personality structure.
 Kepribadian Perbatasan (Marginal Man). Kepribadian ini relatif bersifat labil, seakan memiliki
lebih dari satu corak kepribadian.
 Kepribadian Otoriter (Otoriter Man), terbentuk manakala seseorang selalu menempati posisi
diatas dalam lingkunganya, yang selalu menuntut kemenangan , kepentingan dirinya diatas
kepentingan orang lain. Salah satu ciri kepribadian ini antara lain menonjolkan kepentingan pribadi
dan sulit menerima pandangan orang lain karenanya selalu meremehkan dan memandang rendah
orang lain.
STRUKTUR SOSIAL

1. DEFINISI STRUKTUR SOSIAL


Struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik,
ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah
tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Susunannya bisa vertikal atau horizontal.

2.1 DIFERENSIASI SOSIAL

2.1.1 Pengertian Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Diferensiasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam golongan-golongan atau kelompok-
kelompok secara horizontal ( tidak bertingkat ). Diferensiasi sosial adalah sebagai suatu proses
dimana orang perorang di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban yang berbeda
dengan orang-orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan.

2.1.2 Ciri- ciri Diferensiasi Sosial

a. Ciri fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan cirri-ciri tertentu, misalnya warna kulit,
bentuk mata, rambut, hidung, dan sebagainya.
b. Ciri sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk di dalam kategori ini
adalah perbadaan peranan, prestise, dan kekuasaan. 
c. Ciri budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem
kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan. Hasil dari nila-nilai yang dianut suatu
masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat dan
sebagainya.
2.1.3 Bentuk- bentuk Diferensiasi Sosial
1. Diferensiasi berdasarkan kondisi biologis, meliputi :

a. Diferensiasi jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan kategori sosial yang diperoleh manusia sejak lahir. Diferensiasi sosial
tidak menunjuk adanya tingkatan, misalnya laki-laki lebih tinggi haknya dibandingkan
perempuan, melainkan sekedar menampilkan adanya perbedaan. Dalam kehidupan sosial
kenyataan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan akhirnya mengarah pada pembedaan
fungsi dan hak serta kewajiban. Para ahli sosiologi berkeyakinan bahwa secara biologis pria tidak
lebih tinggi daripada wanita dalam merebut kesempatan yang berhubungan dengan ekonomi, hak
istimewa dan prestasi.

b. Diferensiasi umur

Berdasarkan faktor usia, orang dapat dikelompokkan menjadi :

1.      Masa bayi (usia 0-2 tahun)

2.      Masa kanak-kanak (usia 2-6 tahun)

3.      Masa anak-anak (usia 6-12 tahun)

4.      Masa remaja (usia 12-18 tahun)

5.      Masa pemuda atau pemudi (usia 18-25 tahun)

6.      Masa dewasa (usia 25-60 tahun)

7.      Masa tua (usia 60- 70 tahun)

8.      Masa jompo / usia lanjut (usia > 70 tahun)

Usia tersebut diatas mempengaruhi gaya hidup dan tenaga serta pola berpikir dan semangat hidup
gyang diikuti serta pemberian hak dan kewajiban masing-masing berbeda.

c. Diferensiasi ras

Menurut Prof.Koentjaraningrat, ras adalah suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai
ciri tubuh yang tertentu dengan frekuensi yang besar. Sedangkan menurut pandangan Dunn dan
Dobshansky dalam bukunya yang berjudul Heredity Race and Society menyatakan ras adalah
populasi yang dapat dibedakan berdasarkan persamaan gen atau kategori individu yang secara
turun temurun memilki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu.
Dalam menggolongkan aneka ras manusia di dunia, para ahli menggolongkannya berdasarkan
ciri-ciri morfologi (ciri fenotipe), yang terdiri dari dua golongan, yaitu ciri kualitatif, seperti
warna kulit, bentuk rambut, warna rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu, dan bentuk
bibir. Sedangkan ciri kuantitatif, antara lain berat badan, ukuran badan, index cephalicus, tinggi
badan, dan ukuran bentuk kepala.

Menurut A.L. Kroeber, ras di dunia di klasifikasikan menjadi lima, yaitu:

1. Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).


2. Mongoloid, yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, meliputi:
a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur).
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Penduduk Asli Taiwan).
c. American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
3.       Kaukasoid, yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain:

a.       Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik).

b.      Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur).

c.       Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran).

d.      Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Langka).

4.      Negroid, yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, antara lain:

a.       African Negroid (Benua Afrika).

b.      Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama


Semang, Filipina).

c.       Malanesian (Irian, Melanesia).

5.      Ras-ras Khusus, adalah ras yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras pokok.

a.       Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan).

b.      Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan).

c.       Polynesian (kepulauan Micronesia, dan Polinesia).

d.      Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang).


Keanekaragaman ras di Indonesia, yaitu:

1. Mongoloid Melayu Muda (Deotero Malayan Mongoloid) di Indonesia bagian barat.


2. Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan Mongoloid) di Toraja, Batak, dan
Mentawai.
3. Austroloid, yaitu orang- orang di Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara dan Timor
Timur.
4. Melanesia Negroid di Irian Jaya.
5. Asiatic Mongoloid, yaitu orang- orang Cina.

2. Diferensiasi berdasarkan kondisi sosio-kultural.

Yang termasuk jenis ini yaitu :

a.      Diferensiasi agama.

Seorang ahli sosiologi yang bernama Emile Durkheim mendefinisikan agama sebagai suatu
sistem tepadu mengenai kepercayaan dan praktek- praktek yang berhubungan dengan hal-hal
yang suci dan menyatukan semua pengikutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut
umat. Keberadaan agama dalam masyarakat merupakan perkembangan kultur budaya
masyarakat setempat. Perkembangan budaya manusia dari primitif masuk ke alam tradisonal
hingga mencapai zaman modern seperti saat ini.

Agama sebagai aspek budaya yang muncul dari kehidupan bersama suatu masyarakat akhirnya
menjadi pedoman semua aspek kehidupan. Masyarakat yang beragama sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai keagamaan yang mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan
dan dengan sesamanya. Pemeluk agama di Indonesia dibedakan menjadi enam jenis agama
yang diakui pemerintah yaitu agama Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu, Budha,dan
Kongfucu.

b.      Diferensiasi suku bangsa.

Menurut Prof. Koentjaraningrat, suku bangsa atau ethnic group merupakan suatu golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan
kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Negara kesatuan RI
merupakan Negara kepulauan, yang didiami berbagai suku bangsa dengan kebudayanya masing-
masing, diantaranya :
1. Di Pulau Jawa: Suku Badui, Sunda, Betawi, Jawa, Tengger.
2. Di Pulau Sumatra: Suku Aceh, Batak, Mentawai, Minangkabau, Melayu,
Kubu.
3. Di Pulau Kalimantan: Suku Dayak, Banjar.
4. Di Pulau Sulawesi: Suku Bugis, Toraja, Enggano.
5. Di Bali: Suku Bali, Bali Oga.
6. Di Irian: Suku Asmat, Dani.
Diantara suku-suku bangsa di Indonesia yang sangat banyak jumlahnya itu memiliki dasar
kesamaan, yaitu :

1)      Kehidupan sosialnya yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2)      Sistem hak milik atas tanah.

3)      Hukum adat.

4)      Kekerabatan, adat perkawinan, serta persekutuan masyarakat.

c.       Diferensiasi clan.

Clan adalah satuan sosial yang para anggota-anggotanya mempunyai kesamaan darah atau
ketrunan, terutama pada masyarakat yang menganut satu garis keturunan (unilateral) baik yang
melalui garis ayah (patrilinial) atau garis ibu (matrilineal). Koentjaraningrat, membedakan clan
menjadi dua macam, yaitu clan kecil dan clan besar.

Clan kecil adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri atas segabungan keluaraga luas
yang merasakan diri berasal dari satu nenek moyang, dan antara satu dengan yang lain terikat
melalui garis keturunan yang sama, laki-laki atau wanita. Dengan demikain ada dua klan kecil
yaitu klan kecil patrilineal dan klan kecil matrilineal. Warga dari sebuah klan kecil berkisar
antara 50-70 orang atau lebih.

Dalam masyarakat nagari atau desa di Minangkabau hingga kini masih ada kelompok kerabat
yang disebut paruik yang merupakan gabungan dari beberapa keluarga luas atau kaum, yng
terikat oleh prinsip-prinsip matrilineal. Sedangkan klan besar adalah suatu kelompok
kekerabatan yang terdiri dari satu nenek moyang yang diperhitungkan melalui garis keturunan
yang sejenis, matrilineal atau patrilineal. Contoh maraga yang ada dibatak.

d.      Diferensiasi profesi.
Sedangkan pebedaan profesi dapat dilihat adanya macam-macam profesi yang ada dalam
masyarakat, antara lain profesi sebagai guru, karyawan, dokter dan lain-lain yang kesemuanya
diakui keberadaanya. Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dimiliki seseorang sesuai
keahlianya. Profesi erat hubunganya dengan kehidupan sosial terutama menyangkut mata
pencaharian seseorang.

Keberadanya diakui dan dilindungi demi tercapainya dalam masyarakat. Profesi seseorang yang
menduduki jabatan tinggi akan mudah memperoleh pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam hal
makanan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan antara profesi terhormat dengan
profesi biasa selalu muncul dalam masyarakat. Pekerjaan yang diaanggap terhormat adalah
pekerjaan yang mempunyai manfaat sosial.

2.1.4 Jenis- jenis Diferensiasi Sosial

1) Diferensiasi tingkatan, muncul karena ketimpangan distribusi barang, sesuatu yang


dibutuhkan yang terbatas kesediaanya
2) Diferensiasi fungsional, yang muncul karena orang melaksanakan pembagian kerja
atas suatu pekerjaan berlainan.
3) Diferensiasi adat, muncul karena aturan berperilaku yang tepat berbeda menurut situasi
tertentu.

2.2 STRATIFIKASI SOSIAL

2.2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berasal dari kata stratum yang berasal dari bahasa latin yang berarti lapisan atau
berlapis- lapis. Stratifikasi (pelapisan) sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas- kelas secara hierarkhis (bertingkat). Perwujudannya adalah adanya kelas atas, kelas menengah,
dan kelas bawah dalam masyarakat. Jadi, dalam stratifikasi sosial terdapat perbedaan tinggi rendah
kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan pembedaan atau
pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal.

2.2.2 Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial

Dilihat dari cara terbentuknya, pelapisan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1.      Terjadi dengan sendirinya atau secara tidak sengaja dibentuk.

Yaitu pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya dalam masyarakat sesuai dengan kondisi
masyarakatnya. Dasar terbentuknya pelapisan ini antara lain:

a. Kepandaian.
Ukuran kepandaian dalam masyarakat tradisional dan modern berbeda- beda.
Dalam masyarakat tradisional, lapisan atas adalah mereka yang pandai berburu
dan pandai bertani. Sedangkan pada masyarakat modern, lapisan atas adalah
mereka yang pandai atau menguasai IPTEK (pendidikannya tinggi).
b. Tingkat usia.
Orang yang usianya tua menempati lapisan lebih tinggi daripada yang usianya
muda.
c. Sifat keaslian keanggotaan masyarakat, misalnya cikal bakal desa, kepala desa,
dan lain- lain.
d. Kepemilikan harta.
2.      Dengan sengaja disusun.

Yaitu pelapisan sosial yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan tertentu. Pelapisan ini
biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal
(resmi), misalnya birokrasi pemerintahan, universitas, sekolah, partai politik, perusahaan, dan
sebagainya.

2.2.3       Dasar- dasar Pelapisan Sosial

1. Ukuran kekayaan
Anggota masyarakat yang mempunyai banyak kekayaan akan menduduki lapisan teratas
dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari penilikan bentuk rumah, perabot rumah,
kendaraan pribadi, cara berpakaian, serta bahan yang dipakai, olahraga yang dilakukan,
dan tempat rekreasi yang dikunjungi.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Anggota msyarakat yang memegang kekuasaan dan mempunyai wewenang terbesar akan
menempati lapisan yang tinggi dalam lapisan sosial masyarakat.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan biasanya terlepas atau tidak ada kaitannya dengan ukuran kekayaan
dan kekuasaan. Orang- orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas.
Ukuran kehormatan terasa pada masyarakat tradisional, mereka sangat hormat kepada
orang- orang yang banyak jasanya pada masyarakat, orang- orang yang berperilaku atau
berbudi luhur atau shaleh yang dapat diteladani oleh masyarakat, seperti kyai atau ustad.
4. Ukuran ilmu pengetahuan atau pendidikan
Mereka yang menguasai ilmu pengetahuan atau berpendidikan tinggi akan menempati
lapisan tertinggi dalam masyarakat. Hal ini biasanya tampak dalam gelar- gelar akademik.
Dalam penentuan pelapisan sosial, empat kriteria di atas berfungsi secara kumulatif. Artinya
seorang anggota masyarakat dapat memiliki seluruh ukuran di atas, tetapi dapat pula tidak
memiliki sedikitpun dari empat ukuran tersebut.
2.2.4       Sifat- sifat Pelapisan Sosial

Di lihat dari sifatnya, pelapisan sosial dibedakan menjadi 3, yaitu:

1.      Pelapisan Sosial Tertutup(Clossed Social Stratification)

Yaitu pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan seseorang untuk berpindah lapisan, baik dari
lapisan rendah ke lapisan yang tinggi maupun sebaliknya. Pelapisan sosial di dasarkan pada
keturunan atau kelahiran. Mobilitas sosial sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Masyarakat yang
menggunakan stratifikasi sosial tertutup antara lain masyarakat kasta dan feodal.

2.      Pelapisan Sosial Terbuka (Open Social Stratification)

Yaitu pelapisan sosial dimana setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke
lapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke lapisan
yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung.

Jadi, pelapisan sosial ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki seseorang, sehingga mobilitas
sosialnya tinggi. Masyarakat yang menggunakan stratifikasi sosial terbuka adalah masyarakat di
negara- negara industri maju dan masyarakat pertanian modern.

3.      Pelapisan Sosial Campuran (Mixed Stratification)

Yaitu pelapisan sosial dimana masyarakat menggunakan pelapisan sosial secara terbuka pada satu
bidang dan pada  bidang yang lain menggunakan pelapisan sosal secara tertutup. Mobilitas sosial
hanya dapat terjadi pada golongan yang sama.
2.2.5       Bentuk- bentuk Stratifikasi Sosial

Menurut Talcott Parson, ada lima kriteria yang menentukan tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:

a. Kelahiran.
Status seseorang dapat tinggi atau rendah karena dia lahir dalam keluarga tertentu.
Misalnya kebangsawanan.
b. Kualitas pribadi.
Seseorang memperoleh penilaian yang baik dari orang lain karena ia bijaksana, pandai,
alim, atau usianya tua. Mereka akan memperoleh status yang lebih tinggi dalam
masyarakat.
c. Prestasi.
Seseorang yang sukses dalam usaha atau karirnya, maka statusnya akan naik atau lebih
tinggi.
d. Pemilikan.
Seseorang yang memiliki kekayaan atau uang atau harta benda akan memiliki status yang
lebih tinggi.
e. Otoritas/ kekuasaan.
Seseorang memiliki status yang lebih timggi karena ia memiliki otoritas yang tinggi.
Berdasarkan cara memperolehnya, status dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Ascribed Status, yaitu status yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran. Misalnya
kebangsawanan, jenis kelamin, umuiri- cirri terter, ras.
2. Achieved Status, yaitu status yang diperoleh seseorang dengan usaha dan perjuangannya
sendiri. Status ini diperoleh tidak atas dasar kelahira, tetapi terbuka bagi siapa saja
tergantung dari kemampuan masing- masing individu dalam mengejar atau mencapai
tujuan atau cita- citanya. Misalnya guru, dokter, dan sebagainya.
3. Assigned Status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa kepada
masyarakat, sehingga masyarakat memberikan penghargaan kepadanya. Misalnya pejuang
atau pahlawan.
Konflik status adalah pertentangan yang timbul dalam diri seseorang, karena dia menyandang lebih dari
satu status dalam waktu yang bersamaan. Contohnya kepala sekolah mempunyai peranan untuk menjaga
ketertiban sekolah supaya kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Setiap terjadi konflik status
akan diikuti timbulnya konflik peranan. Konflik peranan adalah suatu keadaan daam diri seseorang
dimana individu tersebut tidak dapat melaksanakan peranannya sesuai dengan status yang disandangnya,
karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan status yang disandangnya tersebut.

2.2.6       Perkembangan Pelapisan Sosial Masyarakat Indonesia

a.      Sistem Pelapisan Sosial pada Masyarakat Pertanian.

Dasar pembentukan stratifikasi sosial masyarakat agraris adalah hak atas kepemilikan tanah pertanian.
Karena tanah merupakan sumber utama yang mendukung kehidupannya.

Pembagian pelapisan sosial masyarakat pertanian di Jawa terdiri dari:

1)      Golongan pembuka tanah dan keturunannya, yaitu cikal bakal desa atau leluhur desa.

2)      Sikep atau kuli kenceng, yaitu para pemilik tanah yang bukan golongan pembuka tanah.

3)      Kuli gundul atau kuli karang kopek, terdiri dari orang- orang yang hanya memiliki rumah dan
pekarangan tetapi tidak memiliki sawah, sehingga mereka bekerja pada pemilik tanah.

4)      Indung tlosor, yaitu terdiri dari orang- orang yang tidak memiliki rumah, pekarangan, dan tanah
pertanian.

b.      Sistem Pelapisan Sosial pada Masyarakat Feodal.

Masyarakat feodal adalah masyarakat yang ditandai dengan berkuasanya golongan aristrokat atau
golongan bangsawan. Golongan ini menguasai sumber- sumber kehidupan yang utama yaitu tanah.
Masa feodalisme merupakan masa perubahan dari ikatan antara budak atau hamba sahaya dengan
tuannya, menjadi ikatan antara buruh dengan tuan tanah, sehingga pelapisan sosial pada masyarakat
feodal di Eropa terdiri atas dua kelas utama, yaitu tuan tanah (lord) dan buruh (vassal).

Sedangkan di Indonesia, pelapisan sosial masyarakat feodal banyak terjadi pada masyarakat yang
menganut sistem kerajaan di masa lampau. Dasar pembentukan pelapisan sosial masyarakat feodal
adalah pangkat dan jabatan, sehingga kelompok keluarga raja atau bangsawan ditempatkan lebih tinggi
dari pada rakyat jelata. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Yogyakarta dan Surakarta yang
terdiri dari lapisan:

1)      Golongan bangsawan, yaitu raja beserta keturunannya.

2)      Golongan prajurit dan pamong praja.


3)      Golongan pedagang.

4)      Golongan rakyat jelata.

c.       Sistem Pelapisan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda.

Kolonialisme adalah suatu bentuk penguasaan wilayah oleh suatu Negara atau bangsa lain dengan
maksud untuk memperluas wilayah jajahannya. Pembagian pelapisan sosial masyarakat Indonesia pada
masa pemerintahan Belanda sebagai berikut:

1)      Golongan Eropa, terdiri dari orang- orang Belanda dan orang Eropa lainnya.

2)      Golongan Timur Asing, terdiri dari orang Cina, Arab, India, Pakistan, dan orang- orang Asia
lainnya.

3)      Golongan Pribumi atau Bumiputra, terdiri dari orang- orang asli Indonesia.

d.      Sistem Pelapisan Sosial pada Masa Penjajahan Jepang.

Pembagian pelapisan sosial masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Jepang adalah sebagai berikut:

1)      Orang- orang Jepang yang menjajah Indonesia.

2)      Orang pribumi.

3)      Golongan Timur Asing.

e.       Sistem Pelapisan Sosial pada Masyarakat Industri.

Dasar pembentukan stratifikasi sosial masyarakat industri adalah pemilikan modal dan keahlian
(keterampilan atau pendidikan). Pembagian pelapisan sosial pada masyarakat industri terdiri dari:

1)      Kelas atas (Upper Class), terdiri dari pengusaha besar atau para pemilik modalyang biasanya
mempunyai pendidikan yang tinggi dan kekayaan yang melimpah.

2)      Kelas menengah (Middle Class), terdiri dari para tenaga ahli dan mereka yang mempunyai
pendidikan tinggi tetapi tidak mempunyai cukup modal.

3)      Kelas bawah (Lower Class), terdiri dari orang- orang yang bekerja pada sektor informal, buruh
kasar yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
KONFLIK SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL

A. Pengertian Konflik
Konflik adalah suatu benturan antara berbagai nilai-nilai dan kepentingan tertentu. Soerjono
Soekanto, mendefinisikan konflik sebagai bentuk pertentangan dari proses sosial individu atau
kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan menentang disertai dengan ancaman atau
kekerasan.

B. Sebab-sebab Terjadinya Konflik


1. Perbedaan individu, dipicu adanya perbedaan ka-rakteristik setiap individu.
2. Perbedaan kebudayaan (sistem nilai dan norma), kebudayaan mempengaruhi
perkembangan/pem-bentukan kepribadian seseorang.
3. Perbedaan kepentingan, setiap individu atau kelompok pasti memiliki kepentingan yang
berbeda, dan perbedaan itu dapat memicu konflik.
4. Perubahan sosial, setiap orang tidak sama dalam menyikapi adanya perubahan, dan perbedaan
sikap tersebut dapat menimbulkan konflik.

C. Bentuk-bentuk Konflik
1. Konflik pribadi, konflik antarindividu yang diawali dengan rasa tidak suka.
2. Konflik rasial, konflik yang terjadi di suatu negara yang memiliki banyak suku.
3. Konflik antarkelas sosial, konflik yang terjadi karena perbedan kelas sosial.
4. Konflik antarkelompok sosial, terjadi karena banyaknya kelompok di dalam masyarakat dan
menganut paham atau politik yang beda pula.
5. Konflik yang bersifat internasional, terjadi karena perbedaan kepentingan setiap negara dan
biasanya berlangsung lama serta sering menimbulkan perang.

D. Upaya Mengatasi Konflik


1. Kompromi, kedua belah pihak yang bertikai mau saling mengalah.
2. Toleransi, sikap saling menghormati/menghargai pendirian masing-masing.
3. Konversi, salah satu pihak ada yang bersedia mengalah.
4. Paksaan (Coersion), cara ini bisa dilakukan secara fisik atau psikis jika salah satu pihak ada
dalam posisi yang lemah.
5. Mediasi (Mediation), menggunakan pihak ketiga bertindak sebagai penasehat.
6. Perwasitan (Arbitration), menggunakan pihak ketiga yang memiliki kekuasaan dan
wewenang lebih tinggi sehingga pihak ketiga dapat memaksakan keputusannya.
7. Konsiliasi (Consiliasi), pengendalian konflik melalui lembaga-lembaga tertentu yang
mengusahakan adanya diskusi dan pengambilan keputusan.
8. Ajudikasi, penyelesaian pangkal pertentangan di pengadilan.
9. Segregrasi, upaya saling menghindari di antara pihak yang bertentangan agar mengurangi
kete-gangan/menghilangkan konflik.
10. Genjatan senjata (Détente), melakukan pendekat-an kepada pihak yang sedang
bertentangan dalam mencapai perdamaian.

E. Pengaruh Interseksi dan Konsilidasi terhadap Integrasi Sosial


Interseksi merupakan hasil kesepakatan dari berbagai kepentingan semua komponen masyarakat
yang berupa peraturan, sedangkan konsolidasi adalah suatu usaha untuk menata kembali
kelompok-kelompok sosial yang mengalami perpecahan. Jadi, interseksi dan konsilidasi adalah
suatu upaya untuk meminimalisasi konflik dan perpecahan akibat masyarakat yang majemuk,
sehingga dapat tercapai integrasi nasional.
MOBILITAS SOSIAL

A. Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas merupakan kata baku dari
bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan. Sesuatu yang bergerak berarti terdapat
perubahan, yaitu berpindah posisi dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, mobilitas sosial
adalah perubahan posisi seseorang dalam masyarakat.

B. Jenis Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial dalam masyarakat terbagai menjadi dua jenis, yaitu mobilitas sosial horizontal
dan vertical.

1. Mobilitas Sosial Horizontal


Mobilitas sosial horizontal diartikan sebagai suatu peralihan individu atau objek-objek
sosial lain dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lain yang masih sederajat. Adanya
gerak sosial horizontal, tidak menyebabkan terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial. Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan,
beralih pekerjaan yang sifatnya sederajat (dari tukang kayu menjadi tukang batu atau dari
pengusaha tekstil menjadi pengusaha batik), melakukan transmigrasi, dan lain-lain. Dengan
gejala sosial seperti itu, meskipun berpindah tempat atau beralih pekerjaan, kedudukan
seseorang tetap setara dengan kedudukan sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Vertikal


Mobilitas sosial vertikal yaitu pergerakan atau perpindahan seseorang atau kelompok dari
suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik pindah ke
tingkat yang lebih tinggr atau turun ke tingkat yang lebih rendah. Mobilitas sosial vertikal
terbagi menjadi dua, yaitu:

 Mobilitas vertikal naik (social climbing)


Mobilitas vertikal naik adalah perpindahan dari suatu tingkatan ke tingkatan yang lebih
tinggi. Mobilitas vertikal naik memiliki dua bentuk utama, yaitu:

Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan


yang lebih tinggi, dan pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan
pada derajat yang lebih tinggi.

 Mobilitas vertikal turun (social sinking)


Mobilifias vertikal turun adalah perpindahan dari suatu tingkatan ke tingkatan yang
lebih rendah. Mobilitas vertikal turun memiliki dua bentuk utama, yaitu:

Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah dezajatnya, dan

Turunnya de:ajat sekelompok individu yang dapat berupa distntegrasi kelompok


sebagai kesatuan.
 Mobilitas Antargenerasi
Yaitu peralihan status sosial yang terjadi di antara dua generasi atau lebih dalam satu
keturunan. Dalam mobilitas ini bisa terjadi gerak naik dan turun. Coba Anda lihat
bagan di bawah. Adanya kenaikan status sosial dari generasi kakek hingga ke generasi
cucu.

 Mobilitas Intragenerasi
Yaitu peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Peralihan
mobilitasnya dapat naik dan turun. Contoh mobilitas yang turun:

”Deri dan Doni adalah kakak adik yang berkerja pada perusahaan yang sama. Deri
sebagai direksi, sedangkan Doni sebagai karyawan biasa”.

C. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya mobilitas sosial. Faktor-faktor tersebut
antara lain status sosial, kondisi ekonomi, situasi politik, pertambahan penduduk, dan
petualangan. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan dalam materi berikut:

1. Status Sosial
Status sosial adalah tingkatan atau kedudukan sosial seseorang di masyarakat. Semakin
tinggi status sosial seseorang, dia akan semakin dihormati. Mengapa? Karena biasanya
orang yang berstatus sosial tinggi memiliki kekayaan, kekuasaan, dan peran sosial yang
juga tinggi (besar). Oleh karena itu, semua orang akan selalu berusaha untuk mencapai
status sosial yang lebih tinggi.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi mempunyai fungsi penting dalam memperoleh penghargaan masyarakat.
Terutama di kota-kota besar, kekayaan menjadi simbol utama dari status sosial. Gejala-
gejala ini sebenarnya juga dijumpai pada masyarakat tradisional, hal ini biasanya sering
dihubungkan dengan upacara-upacara adat. Tidak jarang upacara adat memerlukan biaya
besar dan yang mampu mengadakannya hanyalah orang-orang yang secara material
mampu. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk meningkatkan keadaan
ekonominya.
3. Situasi Politik
Situasi politik bersifat dinamis, artinya setiap saat selalu berubah. Pada dunia modern di
mana demokrasi dianggap sebagai acuan ketatanegaraan, maka politik menjadi pilihan
yang sangat mudah untuk menaikkan status sosial seseorang ataupun suatu kelompok.
4. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang terus berkembang menyebabkan kepadatan yang tinggi.
Akibat dari kepadatan penduduk ini adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesehatan
rendah. Hal tersebut mendorong mobilitas sosial.

5. Petualangan
Petualangan menyebabkan orang ingin tahu daerah lain. Oleh karena itu, ia melakukan
perpindahan tempat sementara, sehingga terjadi mobilitas sosial horizontal. Petualangan
bersifat sementara, karena hanya berlangsung beberapa saat.

D. Dampak Mobilitas Sosial

 Dampak Positif
Mendorong seseorang untuk lebih maju Kesempatan untuk pindah dari strata satu ke strata
yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju maju dalam
berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.

Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik Dengan
mobilitas, masyarakat se!alu dinamis bergerk menuju pencapaian tujuan yang diingini.

 Dampak Negatif
Timbulnya Konflik. Apabila pada masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis akan
timbul benturan-benturan nilai dan kepentingan sehingga kemungkinan timbul konflik.
Konflik yang terjadi antara lain yaitu:

 Konflik antarindividu
 Konflik antarkelas
 Konflik antarkelompok sosial
Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

1.      Hakekat Kelompok Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu hidup dalam kelompok-kelompok tertentu. Hal itu
karena adanya kenyataan bahwa upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya
akan lebih produktif diperoleh dalam kehidupan berkelompok. Kelompok terbentuk karena hasrat
dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Hasrat sosial, yaitu hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau
kelompok lain.
2. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun
kelompok lain.
3. Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada
orang lain.
4. Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam
maupun terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.
5. Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk
mempertahankan hidupnya.

Kebutuhan untuk selalu bergaul dengan orang lain merupakan naluri alami manusia. Naluri ini
disebut gregariouss. Naluri ini mengarahkan manusia untuk memenuhi dua hasrat penting sebagai
manusia. Kedua hasrat itu adalah:

1. Hasrat untuk menjadi satu dengan manusia lain di skitarnya, dan


2. Hasrat untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekitarnya.

Beberapa ahli Sosiologi memberikan definisi tentang kelompok sosial sebagai berikut.

a.      Goodman (Asisten Profesor Departemen Sosiologi Komparatif pada Universitas Puguet
Sound)

Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas dan
berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.

b.      Merton (Profesor Sosiologi pada Universitas Columbia)

Sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut
kelompok sosial.

2.      Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Tipe-tipe kelompok sosial dapat dibedakan atas beberapa kriteria sebagai berikut.

a.      Berdasarkan Kepentingan dan Wilayah


Berdasarkan kesatuan wilayah tempat tinggal setiap kelompok sosial dan kepentingan yang
mengikatnya, dikenal bentuk umum kelompok yang disebut komunitas (community). Ada
demikian banyak definisi komunitas ditemukan dalam literatur. George Hillery Jr. pernah
mengidentifikasi sejumlah besar definis, kemudian menemukan bahwa kebanyakan definisi
tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:

1)      Persamaan tempat tinggal (the common elemens of area);

2)      Ikatan kolektif (commonities);

3)      Interaksi sosial (social interaction).

Selanjutnya, George Hiller Jr. (Profesor Sosiologi pada Universitas Virginia) merumuskan
pengertian komunitas sebagai “people living within a specific area, sharing common ties, and
interacting with one another” (orang-orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dengan
ikatan bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).

(orang-orang yang bertempat tinggal di suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat
dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan
dengan wilayah tempat tinggalnya).

komunitas digunakan juga untuk menunjuk kepada suatu unit atau kesatuan sosial yang
terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of
common interest), tidak saja yang mempunyai teritorial, tetapi juga yang bersifat fungsional.

Secara umum, komunitas berbentuk seperti berikut.

1)      Suku

Menurut Koentjaraningrat (ahli Antropologi Universitas Indonesia), konsep yang tercakup dalam
istilah suku bangsa ialah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesatuan atau persamaan
bahasa. Dalam suatu negara biasanya terdapat berbagai kelompok etnik yang berbeda.

Bila hendak mendefinisikan suku bangsa sebagai sebuah katagori atau golongan sosial askriptif
(bawaan lahir), suku bangsa adalah sebuah pengorganisasian sosial mengenai jati diri yang bersifat
askriftif. Bersifat askriftif artinya anggota suku bangsa mengaku sebagai anggota suatu suku
bangsa karena dilahirkan oleh orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan di dan berasal
dari suatu daerah tertentu.

2)      Desa

Desa adalah sebuah komunitas yang kehidupannya masih didominasi oleh banyak adat istiadat
lama. Sebagian besar aspek kehidupan komunitas ini didasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-
kebiasaan lama yang diwarisi dari nenek moyang. Kehidupan mereka relatif belum dipengaruhi
oleh perubahan dari luar lingkungan sosialnya.

1. Kegiatan ekonomi dan sosial yang memerlukan kerja sama dilakukan secara tradisional
dengan gotong-royong.
3)      Kota

Kota adalah suatu komunitas yang identik dengan laju modernisasi dan perubahan yang sangat
pesat dalam segala aspeknya. Sebagai komunitas, kota memiliki karakteristik sebagai berikut.

a)      Peranan sosial yang tinggi.

b)      Mobilitas sosial yang tinggi.

c)      Hidupnya tergantung pada spesialisasinya.

d)     Bersifat heterogen.

e)      Hubungan antara anggota yang satu dengan lainnya lebih didasarkan oleh kepentingan.

f)       Lebih banyak mengubah lingkungan.

b.      Berdasarkan Sikap Anggota dan Organisasi Sosial

1)      Kelas sosial

Kelas sosial adalah pembagian warga masyarakat ke dalam kelompok-kelompok yang menempati
lapisan sosial tertentu karena faktor kekayaan, kekuasaan, keturunan, ataupun kehormatan.

2)      Kerumunan

Secara umum, kerumunan dapat dimaknai sebagai kelompok yang bersifat sementara karena
terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisasi.

3)      Publik

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang bukan merupakan kesatuan.
Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunitas, misalnya surat kabar, radio,
televisi, dan film. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan satu publik mempunyai
pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar.
Latihan soal
1. Menurut Parsons, perangkat variable pola
merupakan seperangkat dilema universal
yang harus dihadapi dan dipecahkan oleh
seseorang dalam setiap situasi sosial.
Perangkat dilema universal tersebut
antara lain adalah...
(1) affectivity-affective neutrality.
(2) anticipatory-socialization.
(3) specificity-diffuseness.
(4) other-particularism.
PERUBAHAN SOSIAL
A. PENGERTIAN
Perubahan yg terjadi pada suatu masyarakat dapat kita sebut sebagai perubahan
sosial. Perubahan sosial dapat berarti adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang
berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan baru.
Perubahan sosial mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta perilaku individu dan
kelompoknya.
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan tsb
merypakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala umum
yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat.

B. PANDANGAN TOKOH SOSIOLOGI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL


1. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab
dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yg telah dicapainya. Ia selalu
mencari sesuatu yg baru, bagaimanamengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia
merupakan makhluk yg selalu ingin berubah, aktif, kreatif, selalu berkembang, dan
responsif terhadap perubahan yg terjadi di masyarakat.
2. Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta
aturan organisasi sosial.
3. Prof. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi
pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya.
4. Menurut William. F. Ogburn mengemukakan bahwa perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan, baik yang material maupun yang inmaterial, terutama yang
menekankan pada pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap
kebudayaan inmaterial.
5. Menurut Samuel koening, bahwa perubahan sosial dalam masyarakat menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia karena sebab-
sebab intern dan ekstern.
6. Menurut Gillin dan Gillin, perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima yang disebabkan perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun oleh adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
7. Menurut Robert M.I Lawang, perubahan sosial adalah proses ketika dalam suatu
sistem sosial terdapat perbedaan-perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam suatu
kurun waktu tertentu.
8. Menurut Max Iver, bahwa perubahan sosial adalah perubahan- perubahan dalam
hubungan sosial, atau perubahan terhadap keseimbangan sosial tersebut.

C. PERUBAHAN SOSIAL SELALU MELEKAT DENGAN MASYARAKAT


DAN KEBUDAYAANNYA
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Secara teoritis,
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan dapat dipisahkan. Namun, dalam kehidupan
sehari-hari, tidak mudah menentukan garis pemisah anatara keduanya karena tidak ada
masyarakat ytang tidak mempunyai kebudayaan.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu asapek yang sama, yaitu
berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan dalam cara
masyarakat sebagai pendukungnya.
Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaannya karena
:
1. Menghadapi masalah-masalah baru.
Manusia selaku masyarakat berbudaya selalu menghadapi masalah baru yang
mengharuskan adanya pemikiran, usaha, dan peralatan baru untuk memecahkannya.
Begitu suatu masalah terpecahkan, tak mustahil muncul masalah dan kebutuhan baru
yang juga menuntut adanya pemecahan. Contohnya, semakin mampu suatu masyarakat
untuk membeli kendaraan pribadi, semakin banyak pula permasalah baru yang
menuntut pemecahannya. Di antaranya adalah penanggulangan kepadatan dan
kemacetan lalu lintas dijalan raya, penanggulangan polusi udara oleh asap kendaran
bermotor, dan penyediaan parkir kendaraan bermotor. Oleh karena itu, dapat kita
katakan bahwa proses perubahan masyarakat tak akan ada akhirnya, sepangjang
masyarakat itu masih ada.
2. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris kebudayaan
Bertahannya bentuk kebudayaan yang berpola dalam suatu masyarakat sangat
tergantung pada hubungan antarwarga masyarakat yang mewariskan kebudayaan
tersebut. Tidak semua orang dalam suatu masyarakat memiliki pandangan dan sikap
yang sama tentang kebudayaan mereka sendiri. Misalnya, dikalangan masyarakat
yanng bersandar pada sistem budaya agama tertentu, tidak jarangan bermunculan para
pembaruan yang membawa perubahan, seperti adanya gerakan protestantisme dalam
kalangan pemeluk agama kristem atau adanya gerakan wahabi dalam agama islam.
3. Lingkungan yang berubah
Lingkungan tempat suatu masyarakat hidup juga berubah secara konstan sebagai akibat
perlakuan manusia.
D. KECENDERUNGAN MASYARAKAT MEMILIKI PERUBAHAN SOSIAL
1. Adanya unsur yang mempunyai fungsi tertentu dan sudah diterima oleh masyarakat
secara luas. Contohnya, sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatan pada suku atau
etnis tertentu yang mempunyai fungsi sangat penting bagi masyarakat.
2. Adanya unsur-unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil. Misalnya,
mayoritas makanan pokok rakyat Indonesia adalah nasi. Walau telah menganal
berbagai jenis makanan lain yang lebih lezat, masyarakat Indonesia cenderung tetap
mempertahankan nasi sebagai makanan pokoknya.
3. Adanya unsur yang menyangkut agama yang dianut masyarakat. Mayoritas rakyat
Indonesia memeluk agama Islam. Namun, sebelumnya, di Indonesia berkembang
agama Hindu yang memiliki beraneka ragam kebiasaan yang sekrang masih banyak
dilakukan oleh umat Islam, seperti selamatan 3hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000
hari bagi orang yang telah meninggal. Kebiasaan itu sulit untuk dihilangkan, bahkan
mungkin seseorang tidak mengadakan upacara selamatan seperti ini, orang itu akan
merasa bersalah atau bahkan berdosa.
4. Adanya unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup bangsa.
MODERNISASI DAN GLOBALISASI
LEMBAGA SOSIAL
A. Pengertian Lembaga Sosial (Pranata Sosial)
Lembaga sosial merupakan sistem nilai, norma atau peraturan, dan istiadat untuk mengatur
hubungan ma-nusia dalam memenuhi kebutuhan pokok.

B. Karakteristik Lembaga Sosial


Menurut Gillin dan Gillin sebagai berikut.
1. Suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas
kemasya-rakatan dan hasil-hasilnya.
2. Mempunyai tingkat kekekalan tertentu
3. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4. Mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan
5. Mempunyai lambang/simbol
6. Mempunyai tradisi tertulis/tidak tertulis

C. Fungsi Lembaga Sosial


1. Menurut Huky
a. Mengingatkan keberadaan dan loyalitas anggota
b. Menyiapkan partisipasi aktif anggota sesuai dengan peran masing-masing
c. Mewujudkan perolehan kebutuhan utama manusia
d. Pedoman tingkah laku
e. Petunjuk dalam kontrol sosial
f. Menjamin keutuhan lembaga itu
2. Menurut Horton dan Hunt
a. Manifest
Adalah fungsi yang diharapkan dapat dipenuhi oleh lembaga. Misalnya: keluarga merawat
anak, sekolah mendidik siswa.
b. Laten
Adalah fungsi sebagai konsekuensi yang ditimbulkan dan tidak dikehendaki atau diramalkan.
Misalnya: lembaga pendidikan tidak hanya mendidik tetapi juga menyelenggarakan hi-
buran.

D. Jenis-jenis Lembaga Sosial


1. Lembaga keluarga
Keluarga (batih) adalah sekelompok sosial kecil yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga (batih) / nuclear family terdiri dari
ayah, ibu dengan anak-anak, dan kalau melibatkan orang lain disebut keluarga luas atau
extended family.
Ciri keluarga menurut Iver:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Susunan kelembagaan yang sengaja dibentuk dan dipelihara
c. Merupakan suatu sistem norma, termasuk perhitungan garis keluarga.
d. Ketentuan ekonomi dibentuk menurut ketentuan khusus sesuai kebutuhan keluarga.
e. Mempunyai tempat tinggal bersama.
Fungsi keluarga
a. Fungsi tetap meliputi: fungsi biologis, fungsi afeksi, dan fungsi sosialisasi
b. Fungsi yang telah berubah meliputi: fungsi pendidikan, fungsi rekreasi, dan fungsi per-
lindungan.
2. Lembaga Ekonomi
Adalah lembaga yang berhubungan dengan sektor produksi, distribusi dan konsumsi baik
barang maupun jasa.
3. Lembaga Politik
Adalah lembaga yang diselenggarakan oleh negara, karena negara mempunyai otoritas
memaksa terhadap warganya, ini dikelola oleh pemerintah.
4. Lembaga Pendidikan
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di Indonesia wewenang dan tanggung jawab
terletak pada keluarga, masyarakat, dan negara.
5. Lembaga Agama
Lembaga sosial yang menurut manfaatnya dianggap sangat penting untuk menuntun manusia
dalam rangka menemukan kedamaian hakiki.
PENELITIAN SOSIAL

1.      Definisi Penelitian Sosial

Penelitian merupakan proses pengungkapan kebenaran melalui kegiatan imiah berdasarkan


penggunaan konsep dasar yang dikenal sebagai ilmu.

2.      Karakteristik Penelitian Sosial

Penelitian sosial yang dilakukan dengan maksud untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh manusia secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikuti:

a. Bersifat ilmiah, yaitu penelitian bersifat rasional, kebenarannya bersifat objektif,


didukung data yang valid, dan disusun secara sistematis.
b. Merupakan suatu proses yang berjalan terus-menerus, karena hasil penelitian selalu dapat
disempurnakan.
Sedangkan, sebagai kegiatan ilmiah, penelitian memiliki beberapa karakteristik kerja ilmiah di
antaranya adalah memiliki tujuan, harus sistematik, terkendali, objektif, dan tahan uji.

a. Memiliki tujuan
Bahwa kegiatan penelitian tidak dapat lepas dari kerangka tujuan dari pemecahan
masalah. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan fenomena yang menjadi
pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi keputusan serta tindakan pemecahan
permasalahan.

b. Harus sistematik
Maksudnya, langkah-langkah yang ditempu sejak dari persiapan, pelaksanaan, sampai
pada penyelesaian laporan penelitian harus terencana dengan baik dan mengikuti
metodologi yang benar.

c. Terkendali
Dalam batas-batas tertentu, penelti harus dapat menetukan fenomena-fenomena yang
akan diamatinya dan memisahkan dari fenomena lain yang mengganggu.
d. Objektif
Segala pengamatan yang telah dilakukan, dan kesimpulan yang diambil oleh peneliti
tidak boleh didasari oleh subjektivitas padangan pribadi dan pengaruh kepentingan pihak
lain.

e. Tahan uji
Maksudnya, penyimpulan penelitian harus merupakan hasil dari telaah yang didasari oleh
teori yang solid dan metode yang benar, sehingga siapapun yang akan melakukan
replikasi terhadap penelitian, tentu akan sampai pada kesimpulan yang serupa.

3.      Proses Penalaran Dalam Penelitian Sosial

Perkembangan penelitian pada zaman sekarang semakin cepat dan kompleks. Salah satu yang
mendorong perkembangan ilmu pengetahuan adalah rasa ingin tahu. Untuk mendorong rasa
ingin tahu seseorang harus menggunakan penalaran. Dalam penelitian sosial dikenal dua proses
penalaran yaitu penalaran logis dan kausalitas. Berikut penjelasan kedua proses penalaran
tersebut.

a. Penalaran logis
Penalaran logis dibedakan menjadi dua bentuk berikut:

1)      Proses berfikir induktif

Proses berpikir induktif adalah proses berpikir yang bermual dari pengamatan
terhadap kejadian khusus yang kemudian di tarik kesimpulan secara umum.

proses berpikir dilakukan melalui 3 tahap berikut:

a)      Mengamati lapangan

b)      Mencari pola dari objek yang diamati

c)      Membuat generalisasi tentang kondisi yang terjadi.


Tahap diatas menunjukan adanya  penarikan kesimpulan kesimpulan yang bersifat
umum berdasarkan pada kasus yang bersifat khusus. Proses berpikir induktif dapat
diamati pada penelitian kualitatif. Penalaran induktif dimulai dengan
mengemukakan argumentasi menggunakan penyataan-pernyataan yang memiliki
ruang lingkup khas dan terbatas, kemudian diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. Seorang peneliti harus melakukan penelitian penelitian terlebih
dahulu mengenai hal-hal khusus yang terjadi untuk menemukan fakta konkrit. Dari
fakta-fakta tersebut kemudian dirumuskan kesimpulan umum yang mengandung
fakta-fakta khusus tersebut. Dengan kata lain, keimpulan dapat menjelaskan fakta
dan fakta mendukung atau menguatkan kesimpulan yang dibuat.

2)      Proses berfikir deduktif

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan


kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari
yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari
pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir
yang dinamakan silogismus.

Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak


menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau
individual. Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang
umum (prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan
sesuatu yang umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang
merupakan bagian dari kasus atau peristiwa itu.

b. Penalaran kausalitas
Proses penalaran kausalitas menjunjukan hubungan dua variabel, yaitu variabel sebab dan
akibat. Variabel sebab akibat merupakan landasan untuk mengungkapkan fakta dan
gejala  penelitian sosial. Biasanya variabel sebab telah diketahui dan menjadi landasan
pertama untuk melakukan penelitian variabel akibat yang akan terjadi. Dalam proses
penelitian sosial, variabel akibat harus telah diketahui dan memiliki hubungan erat
dengan variabel sebab. Dengan kata lain, apabila suatu peristiwa itu tidak ada tidak akan
tercipta keadan baru.

4. Syarat, Sikap, dan Cara Berpikir

Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan penelitian.

1. Sistematis. Artinya, penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu dan yang paling
sederhana sampai yang kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
2. Terencana. Artinya, penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan
sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
3. Mengikuti konsep ilmiah. Artinya, mulai dan awal sampai akhir kegiatan, penelitian
dilakukan menurut cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleb ilmu
pengetahuan

Cara berpikir seorang peneliti adalah sebagai benikut.

 Berpikir skeptis. Artinya, si peneliti hams selalu menanyakan bukti atau fakta yang dapat
mendukung suatu pernvataan.
 Berpikir analitis. .Artinya, peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan atau
persoalan yang dihadapi.
 Berpikir kritis. Artinya, peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada
logika serta menimbang berbagai hal secara objektif berdasarkan data dan analisis akal
sehat.
 Jujur. Artinya, seorang peneliti tidak memasukkan keinginannya sendiri ke dalam data.
 Terbuka. Artinya, seorang peneliti bersedia memberikan bukti penelitian dan siap
menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya

Seorang peneliti mempunyai sikap seperti berikut.

 Objektif. .Artinya, seorang peneliti harus dapat meinisahkan pendapat pribadi dan fakta.
Untuk menghasilkan penelitian yang baik, seorang peneliti harus bekerja sesuai dengan
data yang diperoleh di lapangan dan tidak memasukan pendapat pribadi yang sifatnya
subjektif.
 Kompeten. Artinva, seorang peneliti yang baik meiniliki kemampuan untuk
menvelenggarakan penehtian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian
tertentu.
 Faktual. Artinva. seorang peneliti harus bekerja berdasarkan fakta yang diperoleh.
JENIS PENELITIAN SOSIAL

Adapun untuk penjelasan lebih lanjut, dalam sosiologi ada beragam jenis-jenis penelitian sosial,
antara lain adalah sebagai berikut;

Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat atau Penerapannya

Dalam manfaat dan penerapannya, jenis penelitian dalam sosiologi dapat diberdakan menjadi
dua. Antara lain adalah sebagai berikut;

1. Penelitian dasar (basic research) yaitu metode penelitian sosial yang bersifat murni untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan kajian dalam sosiologi.
2. Penelitian terapan (applied research) yaitu langkah penelitian sosial yang didesain untuk
dapat memecahkan beragam masaiah secara praktis.

Jenis Penelitian Berdasarkan Tempat Penelitiannya

Berdasarkan tempat penelitiannya, jenis penelitian sosial dapat dibedakan menjadi 3 jenis.
Antara lain adalah sebagai berikut;

1. Field research, adalah jenis peneltian yang dilakukan Iangsung di lapangan. Jenis
penlitian ini bisa menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
2. Library research adalah penelitian yang dilakukan menggunakan literatur/kepustakaan
dalam pembahasan dan penerapannya.
3. Laborato research yaitu jenis penelitian sosial yang dilakukan di tempat tertentu seperti
laboratorium.

Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuannya

Berdasarkan tujuannya, jenis penelitian sosial dapat dibedakan menjadi lima. Antara lain adalah
sebagai berikut;

1. Penelitian eksploratif yaitu penelitian-penelitian sosial yang bertujuan untuk dapat


menemukan fakta dan ilmu pengetahuan baru.
2. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian sosial yang bertujuan memberikan gambaran
mengenai fenomena tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Penelitian verifikatif yaitu jenis penelitian sosial yang bertujuan menguji teori daripaa
penelitian sebelumnya yang sudah ada.
4. Penelitian tindakan, adalah jenis penelitian sosial yang bertujuan untuk menemukan cara
baru yang Iebih efisien atau efektif.
5. Penelitian pengembangan atau development yaitu jenis penelitian sosial yang bertujuan
mengembangkan, memperluas, dan memperdalam suatu teori atau pengetahuan dalam
masyarakat.

Tambahan :

Metode penelitian kuantitatif

Metode penelitian sosial kuantitatif menggunakan data numerik atau dalam bentuk angka.
Sekalipun menggunakan wawancara terbuka, metode kuantitatif mengubah narasi ke dalam
angka melalui proses kuantifikasi atau koding.

Dalam proses pengumpulan data, metode penelitian kuantitatif menggunakan instrumen diluar
diri peneliti, seperti kuesioner, formulir survei, alat polling, dan sebagainya yang sudah disusun
rapi sebelum turun lapangan. Selama proses pengumpulan data, peneliti fokus pada isi instrumen
penelitian yang telah disusun. Artinya, tidak perlu atau sedikit sekali memerlukan unsur
subjektivitas. Data yang diisi dalam instrumen penelitian merupakan data objektif.

Metode penelitian kualitatif

Metode penelitian kualitatif menggunakan data naratif atau kata-kata. Narasi yang diperoleh
selama proses pengumpulan data diinterpretasi oleh peneliti. Kendatipun demikian, proses
pengolahan data juga bisa dilakukan melalui koding. Namun bukan dalam rangka menilai,
melainkan melihat pola jawaban informan.

Dalam proses pengumpulan data, metode yang jamak digunakan adalah observasi dan
wawancara. Konten analisis media juga bisa digunakan dalam penelitian analisis wacana.
Melalui observasi dan wawancara, peneliti mengumpulkan data naratif berupa koleksi cerita
yang diberikan oleh informan dan kondisi di lapangan. Dalam proses pengumpulan data, unsur
subjektif memainkan peranan penting karena peneliti menginterpretasi cerita yang diperoleh
ketika pengumpulan data.
SAMPLING

PROBABILITY SAMPLING
Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random atau acak. Dengan cara
pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih
spesifik, antara lain:

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)


Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik penarikan
sampel menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian.

Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat pertama
menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga setiap sampel
memiliki prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak
diperlukan pengembalian pada pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode
yang paling sering digunakan adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat mengetahui standard
error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel yang
terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100
orang. Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.

Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi
tetap utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama.
Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian.
2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis  (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih sampel
penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah
kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-masing
kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.

Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang
datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya maka
itulah yang dijadikan sampel penelitian.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)


Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu.
Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat
menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing kelompok
tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)


Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini
dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan  metode Cluster Random Sampling antara
lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.

Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di
RS A dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)


Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga
atau lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Desa -> RW – RT

NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE


1. Purposive Sampling
Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon
responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya,
calon responden mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat
memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan
ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau
korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel
berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat
terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian
mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian
tentang kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.
3. Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan.

Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom
yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap
antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut.
Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus tersebut.
Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan
oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat umum,
misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan
tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang dia temui saat itu.

4. Quota Sampling
Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil
jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu
praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu
bias penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki
jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu.
Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara
keseluruhan , inilah yang disebut sebagai Total Quota Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh


Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota
populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.

Anda mungkin juga menyukai