Anda di halaman 1dari 7

PERSEPSI KENYAMANAN TERMAL TERHADAP RUMAH SEDERHANA

ALIFQA NUR FEBRIANTI


Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

60100121051@uin-alauddin.ac.id

Abstrak_ hunian yang dapat memberikan kenyamanan merupakan hal yang penting. Ini diperlukan untuk semua
orang, karena memengaruhi apakah seseorang ingin tinggal di rumah atau tidak. Untuk mencapai tingkat
kenyamanan hunian terdapat beberapa aspek yaitu aspek pencahayaan, aspek psikologis, aspek termal dan aspek
penghawaan/ventilasi. Keempat aspek tersebut dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin
serta berkaitan juga dengan aktivitas atau aktivitas penduduk serta kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Cara
termudah untuk mencapai kenyamanan termal pada bangunan adalah dengan menggunakan AC, namun hal ini
membutuhkan biaya pengoperasian yang lebih tinggi. Pendekatan lainnya adalah mengadaptasi interior bangunan
secara alami melalui pendekatan arsitektural. Ukuran standar pintu (lebar x tinggi) adalah 90cm x 210cm. Jika
rumah lebih sempit, pintu utama bisa diperkecil menjadi 85 cm x 210 cm, pintu samping lebih kecil 80 cm x 210
cm. Lebar pintu depan tidak boleh kurang dari 80 cm, karena terlihat sempit dan sempit. Ukuran minimum
jendela atau jendela utama yang biasanya terletak di depan atau menghadap ruang tamu utama atau ruang
keluarga adalah 80 cm x 120 cm berulang (1 sampai 3 kali). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membuktikan kenyamanan termal di rumah sederhana. Agar
kita dapat mengetahui bahwa penghawaan alami berpengaruh pada bukaan pintu dan jendela terhadap persepsi
penghuni. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung serta wawancara untuk mendapatkan data.
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Graha Aliyah, dengan mengambil sampel rumah yang menghadap kearah
utara, barat, timur, serta rumah yang berada ditengah (rumah yang terhimpit). Dari hasil data yang diperoleh,
untuk bukaan pintu berpengaruh terhadap kenyamanan termal didalam rumah tinggal, namun bukaan jendela
tidak sesuai dengan standar sehingga jendela kurang berfungsi secara maksimal dibandingkan pintu.

PENDAHULUAN

Hunian yang dapat menawarkan kenyamanan merupakan hal yang penting. Ini merupakan
kebutuhan bagi setiap orang karena mempengaruhi apakah seseorang suka tinggal di rumah atau
tidak. Terdapat beberapa aspek untuk mencapai tingkat kenyamanan kawasan hunian yaitu aspek
pencahayaan, aspek psikologis, aspek termal dan aspek ventilasi/ventilasi. Keempat aspek tersebut
dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan juga terkait dengan aktivitas
penghuni serta kondisi lingkungan yang ada di hunian tersebut. (Sitanggang et al., 2021).
Kombinasi penelitian Lippsmeier (yang menunjukkan bahwa pada suhu 26 oC biasanya orang
TE mulai berkeringat dan mengurangi kesabaran dan kemampuan kerja orang) dengan distribusi
suhu yang nyaman untuk orang Indonesia, menurut LPMB PU Foundation, suhu yang nyaman
untuk benar dan aktivitas optimal adalah (22,8 oC - 25,8 oC, kelembaban 70%). Angka ini
mengasumsikan suhu di Indonesia bisa mencapai 35oC dengan kelembaban 80%.
Cara termudah untuk mencapai kenyamanan termal pada bangunan adalah dengan
menggunakan AC, namun hal ini membutuhkan biaya pengoperasian yang lebih tinggi. Pendekatan
lainnya adalah mengadaptasi interior bangunan secara alami melalui pendekatan arsitektural.
Penyesuaian terhadap lingkungan binaan dapat dilakukan secara arsitektural, menggunakan lokasi
bangunan (orientasi matahari dan angin), elemen arsitektural, dan fitur lanskap, serta bahan
bangunan yang cocok untuk suhu tinggi. dan kelembaban. Keempat faktor di atas dapat
1

menurunkan suhu sekitar beberapa derajat tanpa bantuan alat mekanis.


Halaman

Dalam SNI 03-6572-2001 dijelaskan bahwa bukan hanya masalah fisik dan biologis, tetapi
juga emosional. Suara, cahaya, bau, suhu, dan rangsangan lainnya direkam pada saat yang
bersamaan dan kemudian diproses oleh otak. Otak kemudian akan membuat penilaian relatif
apakah keadaan nyaman atau tidak. Hilangnya kerugian dari satu faktor dapat diimbangi oleh yang
lainDalam SNI 03-6572-2001 dijelaskan bahwa bukan hanya masalah fisik dan biologis, tetapi juga
emosional. Suara, cahaya, bau, suhu, dan rangsangan lainnya direkam pada saat yang bersamaan
dan kemudian diproses oleh otak. Otak kemudian akan membuat penilaian relatif apakah keadaan
nyaman atau tidak. Hilangnya kerugian dari satu faktor dapat diimbangi oleh yang lain (SNI 03-
6572-2001 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Orang, n.d.)
Menentukan temperatur dasar atau temperatur referensi, penelitian ini mengacu pada
Standar kenyaman termal Indonesia SNI T-14-1993-03 ada tiga:
1. Sejuk nyaman, 20,5oC – 22,8°C, kelem- baban relatif 50%-80%.
2. Nyaman optimal 22,8oC – 25,8°C, kelem- baban relatif 70%-80%
3. Hampir nyaman 25,8oC – 27,1°C, kelem- baban relatif 60%-70%.
Dari ketiga standar di atas, terlihat temperatur paling rendah adalah 20,5°C dan yang
tertinggi 27,1°C.
Untuk menjaga fisik/kesehatan dan pengelolaannya, lingkungan binaan harus mampu
memberikan kenyamanan iklim dan suhu tertentu (kenyamanan termal). Secara lebih rinci,
kenyamanan termal berkaitan dengan suhu (ventilasi alami), kelembapan, dan pergerakan udara.
Interpretasi kenyamanan termal terbatas pada suhu (ventilasi alami) relatif terhadap objek
yang diteliti berupa bangunan, karena hal ini berkaitan erat dengan subjek yang dipelajari.
Orientasi bangunan pada arah utama harus diperhatikan karena bertujuan untuk menjaga
kestabilan ventilasi di dalam bangunan. Arah angin tidak mempengaruhi arah bangunan.
Sementara aliran udara konstan diperlukan di area basah, aliran udara di area kering biasanya
hanya digunakan saat dibutuhkan, seperti saat cuaca dingin atau malam hari. Oleh karena itu, di
daerah tropis/lembab, dinding luar bangunan seringkali dibiarkan terbuka untuk memastikan
ventilasi yang merata bagi bangunan.
Sebuah bangunan pasti tidak akan bisa memisahkan jendela atau sistem ventilasi. Untuk
bangunan yang terletak di daerah tropis seperti Indonesia, keberadaan jendela baik ukuran, jumlah
maupun letaknya harus direncanakan dengan baik. Area terbuka harus antara 15% dan 20% dari
luas lantai ruangan. Lubang-lubang ini bisa berupa jendela dan kaca mati. (Tyas et al., 2015).

METODE

Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan
untuk membuktikan kenyamanan termal di rumah sederhana. Agar kita dapat mengetahui bahwa
penghawaan alami berpengaruh pada bukaan pintu dan jendela terhadap persepsi penghuni.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung serta wawancara untuk mendapatkan
data.
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Graha Aliyah, dengan mengambil sampel rumah yang
menghadap kearah utara, barat, timur, serta rumah yang berada ditengah (rumah yang terhimpit).
2
Halaman
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer, merupakan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi berupa foto atau
gambar, dan melakukan wawancara terhadap penghuni rumah
b. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari studi literatur. Data tersebut
diperoleh melalui jurnal-jurnal atau penelitian yang dilakukan sebelumnya.
c. Analisis data merupakan upaya menata dalam suatu sistem hasil dokumentasi dan
wawancara untuk meningkatkan pemahaman peneliti, baik berdasarkan studi literatur
maupun studi lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

No Sampel Dokumentasi Orientasi Jam 7 Jam 12 Jam 5 keterangan


(rumah) Rumah pagi siang sore
1 Mengarah Pintu Pintu Pintu Lebih
ke Utara dan dan Terbuka nyaman
R1 (posisi jendela jendela dan didalam
rumah Tertutup Tertutup jendela kamar
berada di
Tertutup karena ada
tengah)
AC
3
Halaman
2 MengarahPintu Pintu Pintu Dominan
ke Utara Terbuka Terbuka Terbuka duduk
(posisi dan dan dan diruang
R2 rumah Jendela Jendela jendela tamu
berada di Tertutup Tertutup Tertutup karena
sudut) akses
udara
lebih
nyaman
dari luar

3 R3 MengarahPintu Pintu Pintu Dominan


ke barat dan dan dan duduk di
(posisi Jendela Jendela Jendela ruang
rumah Tertutup Tertutup Tertutup keluarga
berada di dan ada
4

sudut) ruang
Halaman

terbuka
didalam
rumah,
sehingga
pintu dan
jendela
tertutup.
Namun
Jendela
dibuka
apabila
ada
kegiatan
rumah
tangga
seperti
masak.

4 R4 MengarahPintu Pintu Pintu Dominan


ke timur dan dan Terbuka duduk di
(posisi jendela Jendela dan perkarang
rumah Terbuka Tertutup Jendela an rumah
berada di Tertutup karena
tengah) lebih
nyaman
dibandingk
an didalam
rumah.
Adapun
perkarang
an rumah
tersebut
dijadikan
sebagai
tempat
bekerja.
5
Halaman
Dari hasil observasi dan analisis lapangan, diperoleh bahwa rumah R1 dan R3, senantiasa
menutup pintu dan jendela karena lebih nyaman dengan penghawaan buatan. Namun tetap
membuka jendela atau pintu ketika membutuhkan penghawaan alami. Sedangkan R2 tidak
pernah menutup pintu dan jendela mulai dari pagi sampai jam 5 sore. Untuk R4 sendiri, ketika
siang hari akan menutup pintu dan jendela karena suhu udara yang panas berbanding terbalik
ketika pagi dan sore hari.

a. Bukaan yang terdapat di Perumahan Graha Aliyah


Menurut (Studio, 2022), Ukuran standar pintu (lebar x tinggi) adalah 90cm x 210cm. Jika
rumah memiliki luas yang lebih sempit, pintu utama dapat diperkecil menjadi 85cm x
210cm dan pintu samping yang lebih kecil berukuran 80cm x 210cm. Lebar pintu utama
sebaiknya tidak kurang dari 80 cm karena akan menimbulkan rasa sesak, sulit untuk
dipindahkan.
Untuk jendela utama atau jendela yang biasanya terletak di depan atau berhadapan
langsung dengan ruang tamu atau ruang tamu utama keluarga, ukurannya minimal harus
80cm x 120cm dan diulang berkali-kali (1 sampai dengan 3 kali). Ruang tamu atau ruang
keluarga biasanya memiliki luas yang luas dan kompak, sehingga dibutuhkan jendela
dengan bukaan yang besar untuk mendapatkan cahaya bagi interior dan menciptakan
sumber pertukaran udara.
Lokasi sampel memiliki ukuran bukaan yang sama di setiap rumah, Adapun ukuran
bukaan pintu dan jendela ialah sebagai berikut:
6
Halaman
Bukaan jendela (lebar x tinggi) 60 cm x 115 cm sedangkan bukaan pinru ialah 80 cm x
210 cm.

KESIMPULAN
[

Berdasarkan persepsi penghuni, rumah yang menjadi sampel R2 ialah rumah dengan
penghawaan alami yang berpengaruh terhadap bukaan pintu. Tempat paling nyaman menurut
penghuni rumah sampel R2 ialah ruang tamu. Sedangkan R4 membuat taman-taman sehingga
penghuni atau kepala keluarga membuat ruangan ditempat terbuka untuk bekerja, jadi pintu hanya
dibuka untuk menjadi akses untuk keluar dan masuk rumah. Terakhir, R1 dan R3 cenderung lebih
sering didalam rumah dengan penghawaan buatan.
Dari hasil data yang diperoleh, untuk bukaan pintu berpengaruh terhadap kenyamanan
termal didalam rumah tinggal, namun bukaan jendela tidak sesuai dengan standar sehingga jendela
kurang berfungsi secara maksimal dibandingkan pintu.

DAFTAR REFERENSI

Sitanggang, R. A., Kindangen, J. I., & Tondobala, L. (2021). Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Kenyamanan Termal pada Bangunan Tipe Rumah Sederhana Studi Kasus : Perumahan
Griya Paniki Indah di Manado. Jurnal Fraktal, 6(1), 30–37.
SNI 03-6572-2001 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Orang. (n.d.).
Studio, A. (2022). No Title. Arsitur.Com. https://www.arsitur.com/2017/08/ukuran-standar-
pintu-dan-jendela-rumah.html
Tyas, W. I., Nabilah, F., Puspita, A., & Syafitri, S. I. (2015). Orientasi Bangunan Terhadap
7

Kenyamanan Termal Pada Rumah Susun Leuwigajah Cimahi. Jurnal Reka Karsa, 3(1), 1–
Halaman

12.

Anda mungkin juga menyukai