Anda di halaman 1dari 8

Vol. 5 No.

2, Januari - Juni 2015 ISSN 2087 - 5576

BENTUK RELASI KUASA DALAM PENGELOLAAN


RESOR WISATA NUSA DUA, BALI

I Gusti Ketut Purnaya


Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional

ABSTRACT

Nusa Dua Tourist Resort has been an important part of the development and growth
of tourism industry in Indonesia in general and in Bali in particular. The development in
Nusa Dua Area has caused many parties with their respective interests to struggle for its
management. This research focuses on the struggle of the three pillars for power relation in
the management of Nusa Dua Tourist Resort. The three pillars include the government, in
this case, BTDC, the investors, and the local people. Therefore, the presents study was
intended to analyze and answer the following questions: what was the form of the power
relation among the three stakeholders such as the government, the investors, and the local
people in the management of the Nusa Dua Tourist Resort from the developing period until
2014. The result of the study showed that the power relation in the management of the Nusa
Dua Tourist Resort was affected by the hegemonic power, the negotiation power, and the
oppositional power/counter hegemonic.

Keywords: nusa dua tourist resort, power relation, hegemony, negotiation, oppositional.

I. PENDAHULUAN dalam hal ini BTDC, investor yaitu pemodal


Dalam tiga dasawarsa, sejak tahun yang mengelola usaha akomodasi dan usaha
1983-2014, Resor Wisata Nusa Dua telah lain yang terkait dengan jasa wisata di
menjadi bagian penting dari pembangunan Resor Wisata Nusa Dua, dan masyarakat
dan perkembangan industri pariwisata Bali dalam wilayah Nusa Dua. Relasi kuasa itu
pada khususnya dan Indonesia pada umum- terjadi sejak awal proses pembebasan tanah,
nya. Resor Wisata Nusa Dua sejak awal pembangunan, pengelolaan, pengoperasian,
sampai sekarang dikelola oleh badan usaha dan bahkan sampai sekarang tidak pernah
milik negara lewat lembaga Bali Tourism putus. Relasi kuasa dalam pengelolaan
Development Corporation (BTDC). Resor Wisata Nusa Dua dilaksanakan
Tahun 1980-an dan 1990-an, pari- dengan melihat bagaimana ketiga pilar yang
wisata membuktikan diri sebagai salah satu menjadi stakeholders utama terlibat dalam
sumber penting devisa negara. Industri per- proses negosiasi dalam berbagai isu untuk
hotelan, bisnis transportasi, biro perjalanan, mencapai tujuan masing-masing.
ekspor pakaian jadi ikut berkembang sejalan Kelancaran proses usaha di Nusa
dengan perkembangan pariwisata (Erawan, Dua tidak bisa dilihat sebagai proses yang
1994). Penelitian ini memusatkan perhatian tenang tetapi penuh gejolak dan dinamika
pada relasi kuasa tiga pilar dalam pengelo- antara negosiasi dan kompromi, di samping
laan Resor Wisata Nusa Dua. Yang terma- merupakan wujud dari adanya interaksi, dan
suk dalam tiga pilar ini adalah pemerintah dalam interaksi itu tiap-tiap pilar melaku-

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 1


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015

kannya berdasarkan kuasa yang dimiliki praktis penelitian ini diharapkan dapat
masing-masing. memberikan kontribusi bagi pengambil
Secara umum penelitian ini bertuju- kebijakan, dalam kerangka pengembangan
an untuk mengetahui relasi kuasa antara tiga dan pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua
pilar, yaitu pemerintah (BTDC), pengusaha yang memberikan kontribusi dalam pening-
(investor), dan masyarakat dalam penge- katan kesejahteraan masyarakat sehingga
lolaan Resor Wisata Nusa Dua. Sebagai bisa dijaga keberlanjutannya, memberikan
resor yang berubah dan berkembang pesat ide-ide yang dapat digunakan mengem-
dari semula lahan kering, gersang, dengan bangkan industri pariwisata di Provinsi Bali
potensi pertanian yang terbatas menjadi khususnya atau di Indonesia umumnya
resor indah hijau dengan potensi ekonomi terutama dalam kaitannya dengan pengem-
pariwisata yang besar, Nusa Dua nyata bangan resor wisata yang pro-rakyat, dan
menimbulkan banyak persoalan sosial diharapkan memberikan kesadaran kritis
budaya. Dalam konteks inilah, menarik bagi masyarakat, agar masyarakat tidak
untuk menelusuri bagaimana bentuk dan menjadi objek penderita dalam pembangun-
dampak relasi kuasa antara tiga pilar di an pariwisata di lingkungan Resor Wisata
resor tersebut. Sedangkan secara lebih Nusa Dua.
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk Dalam mengkaji permasalahan se-
mengetahui bentuk relasi kuasa antara suai dengan topik penelitian ini dalam per-
ketiga pengampu kepentingan yaitu peme- spektif Kajian Budaya menggunakan Teori
rintah, pengusaha, dan masyarakat dalam Hegemoni dari Antonio Gramsci, dan teori
pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua, Bali. diskursus kuasa/ pengetahuan dari Michel
Manfaat teorites penelitian ini diha- Foucault yamg penggunaannya dilakukan
rapkan dapat memberikan pemahaman secara eklektik.
teoretis atas bentuk-bentuk relasi kuasa II. METODE PENELITIAN
antara tiga pilar yang berhubungan langsung Penelitian ini dirancang sebagai
dengan pengembangan dan pengelolaan penelitian kualitatif dengan pendekatan
Resor Wisata Nusa Dua (pemerintah, fenomenologi. Penelitian ini bukan sekedar
pengusaha, dan masyarakat lokal). Selain tindakan, ucapan manusia tetapi juga teks
itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dan konteks yang ada dalam masyarakat.
memberikan manfaat teoretis dalam pe- Data bisa juga berupa gambar yang dapat
ngembangan dan pengeloaan resor wisata, dideskripsikan.
khususnya mengenai usaha-usaha untuk Lokasi objek penelitian dilaksanakan
memahami secara konseptual hubungan di Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta
antara pemerintah, investor, dan masyarakat Selatan, Kabupaten Badung, yang meliputi
di Resor Wisata Nusa Dua. Apa yang tiga desa adat, yakni desa adat Bualu, desa
tampak sederhana dalam pandangan awam adat Peminge, dan desa adat kampial.
atau di permukaan, jika ditelusuri secara Secara geografis Resor Wisata Nusa Dua
kritis dengan kaca mata kajian budaya, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
dapat memberikan pemahaman baru tentang Kelurahan Benoa yang dalam realitanya
pola-pola relasi kuasa yang menjadi bagian telah menjadi sorotan mata dunia sebagai
dari dan memberikan pengaruh pada salah satu resor wisata terbaik di dunia.
pengembangan dan pengelolaan Resor Sumber data dicari dari berbagai sumber,
Wisata Nusa Dua. Sebaliknya, manfaat berupa data primer termasuk dan terutama

2 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015 ISSN 2087 - 5576

dari ketiga pilar, yaitu pemerintah/ BTDC, relasi hegemoni, relasi negosiasi, dan relasi
pengusaha, dan masyarakat. Sumber data oposisional.
sekunder dari catatan, hasil obervasi, jurnal A. Relasi Kuasa Hegemonik
ilmiah, dokumen dan lain-lain. Sumber Relasi kuasa hegemonik dirasakan
informasi adalah mereka yang mengetahui masyarakat dalam berhadapan dengan
atau terlibat dalam relasi ketiga pilar pemerintah dalam proses perencanaan,
(pemerintah, pengusaha, masyarakat), siapa pembebasan tanah, dan pembangunan resor
pun yang dianggap tahu dan memiliki wisata Nusa Dua. Situasi hegemonik
pengetahuan dianggap informan. Instrumen berlanjut dalam proses pengelolaan. Dalam
pembantu dalam wawancara juga dilengkapi proses perencanaan pembangunan,
dengan peralatan seperti tape recorder, pembebasan tanah, dan pelaksanaan
kamera serta buku catatan. Untuk pembangunan, kuasa pemerintah sangat
memperoleh data yang relevan, beberapa menonjol, sementara masyarakat di wilayah
teknik pengumpulan data akan diterapkan terdampak langsung dengan pembangunan
antara lain teknik pengamatan, teknik resor wisata Nusa Dua ini kurang mendapat
wawancara, dokumentasi dan perpustakaan. ruang untuk menyampaikan aspirasinya.
Analisis data dibagi dalam empat tahap Mereka menjadi objek pembangunan.
(Sugiyono, 2005 : 101), yakni analisis Mereka mesti mendukung pembangunan
domain, analisis taksonomi, analisis resor Nusa Dua sebagai destinasi wisata
komponensial dan analisis tema kultural. kelas mewah. Hal ini terjadi karena pada
III. HASIL DAN PEMBAHASAN zaman Orde Baru yang bersifat sentralistik
Hegemoni adalah konsep analisis bahkan otoriter, rakyat tidak memiliki
yang diperkenalkan Gramsci dan mendapat kekuatan yang cukup untuk menawar
banyak sambutan oleh kalangan tokoh apalagi menolak program pemerintah. Jika
kajian budaya. Mereka mendapatkan bahwa mereka melakukan penolakan, mereka bisa
konsep hegemoni sangat produktif dalam dituduh menghambat pembangunan dan
memahami makna teks (Lewis 2008:78). resikonya cukup serius, sehingga tidak
Ahli sosiologi Frank Parkin (1971) mengherankan banyak masyarakat yang
mengembangkan hegemoni dalam analisis menghindari untuk berbeda haluan dengan
sosiologi sedangkan ahli kajian media pemerintah, termasuk masyarakat sekitar
Stuart Hall menggunakan konsep hegemoni Resor Wisata Nusa Dua.
dalam studinya tentang respon masyarakat Dalam pembebasan tanah Nusa Dua,
dalam menonton acara televisi. Hall (dalam pemerintah melakukan hegemoni dengan
Storey 1996: 12-13) membagi tiga jenis cara memberi argumen bahwa daerah Nusa
penonton televisi dalam merespon wacana Dua yang gersang. Pernyataan bahwa
acara televisi, yaitu the dominant- tanah di sana gersang dan kurang produktif
hegemonic position (posisi terhegemoni adalah benar untuk masa itu. Masyarakat
secara dominan), the negotiated position hanya menanam kelapa dan memelihara
(posisi negosiasi), dan the oppositional code ternak sapi dan kerbau yang pakan
(posisi oposisional). rumputnya dihasilkan dari tanah yang
Relasi antara pilar-pilar dalam gersang. Wacana yang diajukan kemudian
pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua juga adalah menyulap tanah gersang yang kurang
dapat dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu produktif menjadi proyek pariwisata yang
lebih menguntungkan semua pihak,

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 3


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015

termasuk tentunya rakyat sekitar. Proyek diberangus oleh pemerintah, mulai menguat
pariwisata yang dibangun akan menjadi dalam masa reformasi dan pihak pemerintah
destinasi wisata yang dapat membuka tidak mudah membungkamnya. Penguasa
lapangan pekerjaan dan sumber daya atau pengusaha di Nusa Dua tidak bisa
ekonomi baru untuk kesejahteraan masya- menganggap keluhan, protes, permintaan,
rakat. Karena tanah tersebut tidak produktif demonstrasi masyarakat sebagai angin lalu
sebagai lahan pertanian pemerintah membeli yang bisa diselesaikan dengan ancaman
tanah masyarakat dengan harga yang aparat atau ancaman hukum.
ditentukan oleh pemerintah yaitu dengan Terjadi pergeseran dari sifat pasrah
harga murah. Dengan harga yang ditentukan masyarakat menjadi mulai mengartikulasi-
oleh pemerintah tersebut, masyarakat harus kan kepentingan. Jika dilihat dari perjalanan
menjualnya. Setiap tindakan hegemoni waktu, pergeseran keberanian masyarakat
terhadap suatu kelas atau golongan secara menyampaikan aspirasi terjadi sejalan
sadar maupun tidak sadar ada yang dengan berubahnya iklim sosial politik di
mendukung dan ada yang tidak mendukung Indonesia, yakni mulai melemahnya kekua-
terhadap keberadaan Resor Wisata Nusa saan Orde Baru dan mulai menguatnya
Dua. dorongan untuk reformasi.
Dalam Resor Wisata Nusa Dua Hal seperti itu juga terjadi pada
Kelurahan Benoa, hegemoni tidak saja waktu-waktu kemudian, bahkan masyarakat
terjadi dari pemerintah kepada masyarakat tampak lebih melebarkan berbagai
secara keseluruhan, tetapi juga terjadi dari kepentingannya dalam mendapatkan hak
pemerintah kepada investor yang menikmati keuntungan ekonomi pariwisata
menanamkan modal di Nusa Dua. Investor- di Nusa Dua. Pada masa manajemen BTDC
investor yang mengelola hotel di daerah dipegang oleh Dirut Ida Bagus Wirajaya
Nusa Dua harus menyetujui ketentuan yang (periode 2011- sekarang), misalnya, relasi
berlaku dari pemerintah atau BTDC tanpa kuasa antara BTDC dan masyarakat
bisa dibantah. Semua ketentuan itu harus diwarnai dengan dialog dan negosiasi untuk
dilakukan oleh para invertor agar bisa keuntungan semua pihak, terutama dalam
mendirikan hotel di resor wisata Nusa Dua kerangka mengembangkan Nusa Dua
dengan ketentuan kontrak yang terbatas oleh sebagai resor mewah tanpa mengabaikan
waktu, para investor hanya mempunyai hak kebutuhan masyarakat dalam menjalankan
sewa lahan selama yang terdapat pada hak hidupnya untuk mencari nafkah
kontrak. Apabila investor melanggar akan (Wawancara dengan Ida Bagus Wirajaya
diberikan sanksi. tanggal 12 Maret 2014).
B. Relasi Kuasa Negosiasi Pasca Berbeda dengan pada era Orde Baru,
Reformasi ketika relasi kuasa antara pemerintah dan
Perkembangan pariwisata tidak saja masyarakat tampak tidak seimbang, di mana
berkaitan dengan angka kunjungan dan masyarakat berada di pihak yang mesti’
kenyamanan di destinasi tetapi juga sangat mengalah atau ‘dikalahkan’, pada masa
dipengaruhi oleh situasi sosial politik dalam reformasi pemerintah mau tidak mau harus
negeri tuan rumah. Hal ini terlihat jelas mendengarkan aspirasi dan tuntutan masya-
dalam pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua. rakat, apalagi kalau itu memang murni
Riak-riak protes yang sempat muncul tuntutan untuk mendapatkan mata penca-
sebelum reformasi dan dengan mudah harian yang merupakan hak masyarakat.

4 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015 ISSN 2087 - 5576

C. Dinamika Relasi Kuasa Oposisional/ kembali membangun tembok yang lebih


Kontra Hegemonik rendah dan dihiasi taman, sehingga
Masa relasi kuasa yang diwarnai pemandangan tetap lebih indah, dan untuk
dengan negosiasi antara BTDC dengan dua para pedagang dibelakang tembok dibuatkan
pilar lainnya berlanjut pada relasi kuasa jalan khusus sehingga wisatawan dapat
oposisional dewasa ini, khususnya pasca era masuk dengan mudah membeli souvenir
reformasi. Relasi oposisional/kontra hege- atau makan di warung rakyat yang nyaman.
monik ini merupakan kelanjutan dari relasi Solusi ini cukup adil dan permasalahan itu
kuasa negosiasi dan dampak dari era pun dapat diselesaikan dengan baik. Pernah
demokratisasi dalam dunia sosial politik ada masalah yang muncul, karena di depan
bangsa. candi bentar masuk resor BTDC dipasangi
BTDC sebagai pengelola resor tembok oleh BTDC sehingga kios-kios
wisata Nusa Dua berusaha untuk menata penduduk terhalangi atau tertutup. Kala itu
dan merapikan para pedagang-pedagang pemilik kios atau penduduk sempat demo.
dengan membangun pertokoan, tetapi pada Dengan solusinya adalah dari para pihak
waktu terjadi kerusuhan dampak Pemilihan yang berseberangan mau duduk bersama
Presiden tahun 1999, kemarahan itu kembali bermusyawarah mencari jalan keluar terbaik
menjadi pemicu oleh kekuatan luar yang dan hasilnya mengeluarkan hasil yang baik
memprovokasi massa. Kantor-kantor peme- dan sama-sama bisa menerima dan semua
rintah dibakar, kantor BTDC dan STP dikembalikan seperti biasa. ( Wawancara
dirusak, masyarakat di sekitar pertokoan itu dengan A.A Gede Rai tanggal 5 April
membongkar paksa façade yang pernah 2014).
dibangun oleh BTDC. Semua dilakukan Selain kasus tahun 1999 yang
oleh massa tanpa ada yang berani didukung dengan kegagalan pemilu, BTDC
menghalangi, dapat dikatakan bahwa hukum sebagai pengelola mendapat perlawanan
alam mencari keadilan di dalam hukum dari masyarakat dalam masalah pem-
formal. A.A. Gede Rai, Direktur Utama bongkaran portal di gerbang selatan, portal
BTDC (periode 1995-2001) menyatakan ini dibangun agar ketertiban dan kebersihan
bahwa ketika terjadi kerusuhan tahun 1999 sekitar Resor Wisata Nusa Dua terjaga,
yaitu ketika Megawati gagal menjadi karena mengingat semakin kumuhnya ling-
Presiden RI kemarahan tersebut kemudian kungan oleh gubuk-gubuk, pedagang acung
menjadi nyata dipicu oleh kekuatan dari luar dan penanaman rumput laut yang ber-
yang memprovokasi massa. Kantor-kantor keliaran di lokasi Resor Nusa Dua, maka
pemerintah dibakar, kantor BTDC dan STP direncanakanlah membuat portal agar pantai
kacanya dirusak, tembok di depan gerbang Mengiat semakin tidak kumuh. Rencana
Nusa Dua dihancurkan tanpa ada yang tersebut telah disetujui dan didukung oleh
berani menghalangi begitulah hukum alam Pemda Badung, namun tidak nampak
mencari keadilan di dalam hukum formal. adanya solusi bagi masyarakat yang ter-
Ketidakpuasan sosial beberapa anggota pinggirkan sehingga ketika portal tersebut
masyarakat yang memiliki tanah di depan dipasang, mendapat perlawanan yang sengit
candi bentar Nusa Dua mencari solusi dari masyarakat nelayan pantai dan
sendiri. masyarakat desa Mengiat Nusa Dua.
Selaku Direksi BTDC pada saat itu, Masyarakat membunyikan “kulkul bulus”
mencari jalan tengah dan bernegosiasi untuk dan membongkar portal yang baru dipasang

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 5


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015

sesuai dengan persetujuan Pemda tersebut Investor, dan Masyarakat, mengalami


meskipun portal bisa di buka setiap saat perubahan yang radikal yakni bentuk relasi
untuk kegiatan masyarakat lokal, akibatnya kuasa hegemonik dalam proses perencanaan
terjadi ketegangan antara BTDC dengan dan pembangunan yang terjadi pada zaman
masyarakat. Kejadian seperti ini terlihat orde baru, sedangkan pembangunan dan
sebagai dampak dari komunikasi yang pengelolaan resor yang ditandai dengan
dibangun terlalu top down tanpa solusi. bentuk relasi kuasa negosiasi antara ketiga
Dalam masalah penutupan jalan pilar, hingga bentuk relasi kuasa
masuk ke Westin. Hal ini hanya dipicu oleh oposisional/ kontra hegemonik yang terjadi
masalah kecil yaitu masuknya Bali Taxi dari sejak era reformasi sampai dewasa ini.
Jakarta, sehingga membuat koperasi lokal B. Saran
kalah bersaing karena Bali Taxi lebih Disarankan kepada BTDC sebagai
profesional, dengan armada yang lebih baik pengelola Resor Wisata Nusa Dua agar
daripada milik koperasi masyarakat lokal memperhatikan keadaan masyarakat sekitar,
Nusa Dua. Bali Taxi lebih banyak mendapat dan diharapkan kooperatif dalam mening-
order dari hotel-hotel sehingga taxi lokal katkan bantuan sosial ekonomi melalui
merasa diperlakukan secara tidak adil. CSR, sehingga tidak terjadi perselisihan
Karena hal ini sangat tidak menguntungkan antara BTDC sebagai pengelola dengan
bagi taxi lokal mereka menyampaikan masyarakat selaku penyangga Resor Wisata
kepada pihak Westin, tetapi pihak Westin Nusa Dua.
tidak dapat memenuhi permintaan karena DAFTAR PUSTAKA
sudah ada kontrak dengan Bali Taxi. Agger, Ben. 2006. Teori Sosial Kritis:
Masyarakat merasa tidak senang sehingga Kritik, Penerapan dan Implikasinya.
jalan masuk ke Westin ditutup. Keadaan ini Yogyakarta : Kreasi Wacana.
membuat mereka menempuh jalan pintas Althusser, Louis. 2010. Tentang Ideologi:
melakukan demonstrasi yaitu dengan Marxisme Strukturalis, Psikoana-
menutup jalan masuk ke Hotel Westin. Hal lisis, Cultural Studies. Yogyakarta:
ini tentunya menimbulkan kegaduhan di Jalasutra.
Resor Wisata Nusa Dua yang terkenal Bocock, Robert. 1986. Hegemony. Chiche-
sebagai resor yang aman dan tertib. ster : Ellis Horword Limited.
Pertarungan akan kepentingan tidak akan Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan
pernah hilang begitu saja, dia akan langgeng Pembangunan Ekonomi: Bali seba-
dalam kekuasaan walaupun pejabat gai Kasus. Denpasar: Upada Sastra.
penguasanya telah berganti mengikuti Foucault, Michel. 2009. Pengetahuan dan
perubahan zaman. Agar tujuan suatu pihak Metode: Karya-karya Penting Fou-
tercapai mereka berusaha bertahan dengan cault. Yogyakarta: Jalasutra.
argumen-argumen. Gramsci, Antonio. 1976. Selections from
IV. SIMPULAN DAN SARAN Prison Notebooks. New York: Inter-
A. Simpulan national Publisher.
Berdasarkan kajian mendalam yang Lewis, Jeff. 2008. Cultural Studies: The
telah diuraikan di atas dapat ditarik Basics. London: Sage.
kesimpulan bahwa, Bentuk relasi kuasa McCarthy, Thomas. 2009. Teori Kritis
dalam pengelolaan Resor Wisata Nusa Dua Jurgen Habermas. Yogyakarta:
antara ketiga pilar, yaitu Pemerintah, Kreasi Wacana.

6 Jurnal Ilmiah Hospitality Management


Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015 ISSN 2087 - 5576

Picard, Michel. 1996. Cultural Tourism and Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Touristic Culture. Singapore: Archi- Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
pelago Press.
Storey, John. 1996. Cultural Studies & The
Study of Popular Culture: Theories
and Method. Athens: University of
Georgia Press.

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 7


ISSN 2087 - 5576 Vol. 5 No. 2, Januari - Juni 2015

8 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Anda mungkin juga menyukai