TBP-SOP-OH-04.12 Penanggulangan Kasus Demam Berdarah Dengue - R0.0
TBP-SOP-OH-04.12 Penanggulangan Kasus Demam Berdarah Dengue - R0.0
Revisi : 0.0
dr. Stellanisa Nagari Primus Priyanto
Halaman : 1 dari 14
OHS & Training Dept. Kepala Teknik Tambang
1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi management PT. Trimegah Bangun Persada untuk menanggulangi
kasus demam berdarah
1.2. Tujuan Khusus
1.2.1. Menyusun kebijakan penanggulangan kasus demam berdarah sebagai komitmen PT.
Trimegah Bangun Persada terhadap program kesehatan nasional dan melindungi insan
pekerja di site PT. Trimegah Bangun Persada.
1.2.2. Menjadi pedoman untuk melakukan pendendalian kasus demam berdarah secara
komprehensif dan terpadu
1.2.3. Penguatan system surveilans demam berdarah untuk deteksi dini, pencegahan dan
pengendalian kasus demam berdarah
1.2.4. Penguatan diagnostic dan penatalaksanaan penderita di site
1.2.5. Membatasi penularan demam berdarah dengan mengendalikan populasi vektor
1.2.6. Menurunkan angka kesakitan akibat demam berdarah
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku pada rencana dan strategi dalam mengelola demam berdarah di semua
kegiatan operasi PT. Trimegah Bangun Persada beserta mitra kerja.
3. REFERENSI
3.1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3.2. Permenkes RI no 82 tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular
3.3. Permenkes no 1501/menkes/per/x/2010 jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya
3.4. Kepmenkes RI No 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Peneyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
3.5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
tahun 2017.
3.6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.
4. DEFINISI
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
PENANGGULANGAN KASUS DEMAM
BERDARAH
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
TBP-SOP-OH-04.12 27 Februari 2023 0.0 2 dari 12
4.1. Demam Dengue: Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39°C) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, nyeri otot & tulang, ruam kulit,
manifestasi perdarahan, leukopenia (lekosit≤ 5000 /mm3), trombositopenia (trombosit <
150.000 /mm3 ), peningkatan hematokrit 5 – 10 %.
4.2. Demam Berdarah Dengue: demam tinggi mendadak disertai nyeri otot terutama orbita
dengan pola demam seperti pelana kuda yaitu pada hari 1-2 demam tinggi kemudian hari 3-5
demam mulai turun namun periode ini merupakan fase kritis karena berisiko terjadinya
renjatan akibat kebocoran plasma. Oleh karena kebocoran plasma tersebut trombosit menurun
hingga <100.000/mm3 sehingga dapat menyebabkan gejala perdarahan berupa mimisan, gusi
berdarah, buang air besar darah, dan lainnya. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
penurunan hematocrit sebesar 20% dan atau trombosit <100.000/mm3 dan atau hasil
pemeriksaan serologi positif (NS1 pada hari 1 positif dan/atau IgM/IgG Dengue reaktif
setelah hari ke 2). Demam berdarah dengue ditularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypti
yang tertular virus dengue.
4.3. Uji Bendung (Rumple Leed/Tourniquet Test): sebagai tanda perdarahan ringan, dapat
dinilai sebagai presumptif test (dugaan kuat).
4.4. Vektor: artropoda yang dapat mentransmisikan patogen infeksius antara manusia atau dari
hewan ke manusia. Vektor yang menghisap darah orang yang terinfeksi dapat menularkan ke
manusia lain saat menghisap darah. Penyakit-penyakit yang ditransmisikan melalui vektor
antara lain malaria, demam berdarah, chikungunya, filariasis (kaki gajah) dan lain.dari
manusia ke manusia melalui vektor.
4.5. Masa inkubasi: waktu dari terinfeksi penyakit hingga timbulnya gejala.
4.6. Bioekologi: siklus hidup, morfologi, anatomi, perilaku, kepadatan, habitat
perkembangbiakan, serta musuh alami Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
4.7. Daerah endemis: daerah dimana terdapat penyakit yang konstan atau penyakit tersebut biasa
ada dalam suatu area geografis tertentu.
4.8. Hematologi rutin: pemeriksaan laboratorium darah yang memeriksa hemoglobin,
hematocrit, leukosit, serta trombosit.
4.9. Fase demam berdarah: gejala demam berdarah berlangsung selama kurang lebih 7 hari
dengan melalui tiga fase. Fase pertama adalah fase demam yang berlangsung dari hari 1-3,
selanjutnya adalah fase konvalesens yang berlangsung dari hari 3-6 ditandai dengan turun
demam namun berisiko untuk terjadi renjatan karena adanya kebocoran plasma pada fase ini
diperlukan asupan cairan yang lebih banyak untuk mengompensasi keadaan kebocoran
plasma. Fase terakhir adalah fase penyembuhan yang mana terjadi peningkatan suhu tubuh
namun keadaan kebocoran plasma sudah membaik.
4.10. Syok/renjatan hipovolemik: ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh
akibat adanya kekurangan volume darah.
4.11. Temuan epidemiologi: hasil survei kasus demam berdarah berupa kasus aktif ataupun
ukuran dari vektor yang
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
PENANGGULANGAN KASUS DEMAM
BERDARAH
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
TBP-SOP-OH-04.12 27 Februari 2023 0.0 3 dari 12
4.12. Pengendalian Fokus: kegiatan pemutusan rantai penularan DBD yang dilaksanakan
mencakup radius 200 meter sebagai respon terhadap munculnya kasus DBD dengan
melakukan pemberantasan sarang nyamuk, larvasidasi selektif, penyuluhan, fogging dan atau
pengabutan dingin.
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Kepala Teknik Tambang
5.1.1. Memastikan prosedur ini dilaksanakan dan dipelihara dengan baik secara terus
menerus sesuai kepentingan perusahaan
6. PROSEDUR
6.1. Diagnostic Klinis
6.1.1. Demam Dengue
6.1.1.1. Gejala dan keluhan klinis penderita demam berdarah dengue sangat
bervariasi terutama pada fase awal
6.1.1.2. Penderita demam mendadak tinggi (≥39°C) disertai 2 atau lebih gejala
penyerta berupa nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, nyeri belakang bola
mata, letargis, manifestasi perdarahan seperti epistaksis, gusi berdarah,
ptekie, purpura, hematemesis dan atau melena uji bending positif.
6.1.1.3. Pada hasil pemeriksaan hematologi rutin dapat ditemukan leukopenia
(≤5000/mm3), trombosit <150.000/mm3, peningkatan hematokrit 5-10%
Keadaan ini dapat terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan gejala
demam berdarah dengue disertai tanda syok:
Tanda dan gejala syok terkompensasi Tanda dan gejala syok dekompensasi
Takikardia Takikardia
Takipnea Hipotensi (sistolik dan diastolik turun)
Tekanan nadi (perbedaan antara Nadi cepat dan kecil
sistolik dan diastolik) <20 mmHg Pernapasan Kusmaull atau hiperpnoe
Waktu pengisian kapiler (capillary Sianosis
refill time/CRT) >2 detik Kulit lembap dan dingin
Kulit dingin Profound shock: nadi tidak teraba dan
Produksi urin (urine output) tekanan darah tidak terukur
menurun
6.2.3. Tatalaksana
6.2.3.1. Tatalaksana penderita bersifat simtomatik atau berdasarkan gejala
6.2.3.2. Tirah baring selama demam. Apabila terdapat penderita telah didiagnosis
oleh company doctor sebagai Demam Berdarah Dengue (DBD) maka
penderita akan dilakukan rawat inap di klinik. Apabila penderita didiagnosis
oleh company doctor sebagai Demam Dengue (DD) maka penderita dapat
dilakukan perawatan tanpa rawat inap sesuai dengan pertimbangan klinis
oleh company doctor.
6.2.3.3. Antipiretik sesuai dengan pertimbangan company doctor.
6.2.3.4. Pemberian cairan sesuai dengan keadaan klinis penderita diutamakan
melalui oral terutama pada fase kritis (hari ke 3-6).
6.2.3.5. Monitor keadaan klinis penderita secara berkala hingga fase konvalesens
(hari ke 6-7)
6.2.3.6. Terapi suportif lainnya disesuaikan dengan kebutuhan klinis penderita
6.2.3.7. Terapi dinyatakan selesai jika terdapat perbaikan klinis dengan kriteria
bebas demam tanpa antipiretik selama 24 jam dan sudah melewati fase
kritis.
6.3. Penanggulangan Vektor Penular Penyakit
6.3.1. Bioekologi Nyamuk Aedes
6.3.1.1. Demam dengue atau demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
(gambar 1) yaitu Aedes albopictus dan Aedes scutellaris namun Aedes
aegypti tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia.
6.3.1.2. Nyamuk Aedes aegypti betina yang menularkan virus Dengue dengan
bentuk morfologi ukuran lebih kecil dibandingkan nyamuk rata-rata dan
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan dan kaki. Antena nyamuk betina tidak lebat. Pertumbuhan telur
menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sekitar 9-10 hari. Usia nyamuk
betina dewasa dapat bertahan hingga 2-3 bulan.
6.3.1.3. Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel
pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai ± 6 bulan
di tempat kering. Telur akan menetas menjadi larva atau jentik kurang lebih
2 hari setelah telur terendam air.
6.3.1.4. Larva/jentik nyamuk Aedes memiliki morfologi sebagai berikut. Tubuhnya
langsing dan memiliki siphon pada segmen abdomen ke delapan yang
membuatnya dapat bergantung dari permukaan air. Siphon nyamuk Aedees
memiliki satu berkas rambut Posisi larva di air bersih biasanya tegak lurus
dengan permukaan air. Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini
adalah suhu 25-30°C (suhu ruang). Stadium jentik/larva akan berlangsung
selama 6-8 hari kemudian menjadi pupa
6.3.1.5. Pupa nyamuk Aedes berukuran lebih kecil dibandingkan dengan nyamuk
lain. Stadium pupa berlangsung selama 2-4 hari hingga menjadi nyamuk
dewasa.
6.3.1.6. Siklus hidup nyamuk dari telur hingga pupa berada di air. Habitat nyamuk
Aedes berada di tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam atau di
sekitar rumah atau tempat-tempat umum yang digunakan sehari-hari seperti
drum, reservoir air, bak mandi. Tempat menampung air yang tidak
digunakan sehari-hari vas bunga, tempat penampungan air kulkas, talang air
yang tersumbat, barang-barang bekas. Tempat penampungan air alamiah
seperti lubang pohon, lubang batu, tempurung kelapa, potongan bambu,
atau tempat apapun yang dapat menampung air selama kurang lebih 7 hari.
6.3.1.7. Aktivitas menggigit nyamuk terjadi pada waktu pagi dan petang hari
dengan 2 puncak yaitu di antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.
6.3.1.8. Nyamuk Aedes akan beristirahat di tempat yang gelap dan lembab di dalam
atau di luar rumah yang dekat dengan tempat perkembangbiakannya.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
PENANGGULANGAN KASUS DEMAM
BERDARAH
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
TBP-SOP-OH-04.12 27 Februari 2023 0.0 8 dari 12
6.3.1.9. Nyamuk Aedes dapat terbang hingga 40 meter dan dapat terbawa secara
pasif oleh angina. Nyamuk ini juga dapat bertahan hidup di ketinggian
hingga 1000 m di atas permukaan laut namun tidak mampu bertahan pada
ketinggian di atas 1000 m dpl karena suhu udara terlalu rendah.
6.3.1.10. Nyamuk Aedes akan banyak berkembang biak di musim hujan karena telur
yang tadinya bertahan di tempat kering ketika terisi air akan menetas.
Gambar 3. Ovitrap
6.3.3.3. Angka bebas jentik yaitu persentase bangunan yang bebas larva/jentik
nyamuk dengan cara jumlah bangunan tidak ditemukan jentik dibagi jumlah
bangunan yang dilakukan pemeriksaan dikali 100%. Standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan vektor sebesar ≥95%.
6.3.3.4. Angka istirahat (resting rate) adalah angka kepadatan nyamuk istirahat
(resting) per jam, dihitung dengan cara jumlah nyamuk Aedes yang
tertangkap dalam 1 hari (12 jam) dibagi dengan jumlah penangkap
(kolektor) dikali lama penangkapan (menit) dalam tiap jamnya. Standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan vektor sebesar <0,025.
Satu penderita
didiagnosis
DD/DBD
Penderita Melakukan
ditatalaksana di penyelidikan
klinik epidemiologi ABJ, OI,
dan RR
Anjuran karyawan
berobat jika terdapat
keluhan yang sama ABJ<95% atau
RR >0,025
Dilakukan pemberantasan
sarang nyamuk
Larvasidasi (abate)
fogging
8. LAMPIRAN
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
PENANGGULANGAN KASUS DEMAM
BERDARAH
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
TBP-SOP-OH-04.12 27 Februari 2023 0.0 12 dari 12
9. RIWAYAT REVISI
No ddmmyy Isi Dibuat oleh Disetujui oleh
0.0 270223 Pertama terbit dr. Stellanisa Nagari Primus Priyanto