▪ Majelis Pembimbing adalah badan yang bertugas memberikan bimbingan dan bantuan moril,
organisatoris, material, dan finansial kepada kwartir, gugusdepan, dan satuan karya pramuka.
Majelis Pembimbing dibentuk di tingkat Nasional, Daerah, Cabang, Ranting, Gugusdepan dan
▪ Sedangkan di tingkat gugusdepan (Mabigus) dipilih dari anggota Mabigus yang ada dan
di tingkat Saka (Mabi Saka) dijabat oleh pejabat pada lembaga/instansi/ departemen
terkait.
▪ Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Gerakan Pramuka adalah badan independen yang dibentuk
▪ Kwartir dan Koordinator Gudep merupakan perangkat dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan
▪ Gugusdepan (Gudep) adalah pangkalan pesertadidik yang merupakan wadah pendidikan dalam
organisasi Gerakan Pramuka. Selengkapnya mengenai Gudep baca : Gugusdepan Gerakan Pramuka.
▪ Satuan Karya Pramuka (Saka) merupakan wadah kegiatan kepramukaan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan peserta didik dalam wawasan tertentu serta
melakukan kegiatan nyata sebagai pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan aspirasi pemuda
Indonesia.
▪ Badan Kelengkapan Kwartir merupakan badan-badan yang mempunyai tugas membantu kwartir.
▪ Dewan Kehormatan
▪ Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka yang terdiri atas Lemdikanas (di tingkat
Nasional), Lemdikada (di tingkat Daerah), dan Lemdikacab (di tingkat Cabang).
▪ Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega atau disebut Dewan Kerja yang
terdiri atas DKN atau Dewan Kerja Nasional (di tingkat Nasional), DKD atau Dewan
Kerja Daerah (di tingkat Daerah), DKC atau Dewan Kerja Cabang (di tingkat Cabang),
▪ Pembantu Andalan
▪ Satuan Kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan bersifat situasional.
▪ Staf Kwartir.
▪ Pramuka Utama Gerakan Pramuka adalah Kepala Negara Republik Indonesia (Presiden).
▪ Musyawarah Kwartir merupakan lembaga di lingkungan Gerakan Pramuka yang bersidang pada akhir
masa bakti kwartir atau gugusdepan serta memegang kekuasaan tertinggi dalam kwartir atau
Peserta Munas terdiri atas utusan/wakil Kwarnas, Mabinas, Kwarda, dan Mabida.
▪ Musyawarah Daerah yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun. Peserta Musda
▪ Musyawarah Cabang yang diadakan sekali dalam waktu 5 (lima) tahun. Peserta Mucab
▪ Musyawarah Ranting yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima) tahun. Peserta Musran
terdiri atas utusan/wakil Kwarran, Mabiran, Korgudep, Mabi Desa, Gudep dan
Mabigus.
▪ Musyawarah Gugusdepan yang diadakan sekali dalam waktu 3 (lima) tahun. Peserta
Pada dasarnya, AD/ART berisi tata cara perekrutan anggota, penyelenggaraan acara,
rapat, aturan yang menyangkut anggota dalam beraktivitas di dalamnya, pembubaran,
dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Adapun AD/ART ini dibutuhkan bagi setiap organisasi dalam menjalankan serangkaian
aktivitasnya, agar sesuai dengan tujuan utama dibentuknya organisasi.
Dapat dikatakan, AD/ART merupakan buku pedoman atau panduan bagi setiap
anggota organisasi, yang berisi berbagai peraturan untuk seluruh anggota dalam
melakukan segala aktivitas di dalamnya.
Untuk organisasi Gerakan Pramuka, perubahan yang terakhir kali terjadi pada
AD/ART mereka, yakni pada tahun 2018. Tercatat Gerakan Pramuka mengadakan
Musyawarah Nasional (Munas) X untuk mengubah atau memperbaharui AD/ART
organisasinya.
Pada Munas X tahun 2018, pada Anggaran Dasar Gerakan Pramuka tercatat ada
sekitar 12 Bab. Sementara itu, Anggaran Rumah Tangga berisi 11 Bab. Berikut ini hal-
hal yang diatur dalam 23 Bab dalam AD/ART Gerakan Pramuka:
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka
Lalu pada tahun 1916, Mangkunegara VII membentuk organisasi kepanduan dengan
nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO). Pembentukan JPO ini menyulut
pembentukan organisasi kepanduan di berbagai daerah lainnya.
Adapun di antaranya adalah Hizbul Wahton (HM) pada 1918, Jong Java Padvinderij
(JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij
(NATIPIJ), Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).
Selain itu ada juga penyatuan organisasi pandu diawali dengan lahirnya Indonesische
Padvinderij Organisatie (INPO) pada 1926 sebagai peleburan dua organisasi
kepanduan, Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische
Padvinderij Organisatie (JIPO)
Barulah pada 1960, pemerintah dan MPRS mencoba membenahi organisasi kepanduan
yang ada di Indonesia. Dan sebagai tindak lanjutnya, Presiden Soekarno pada 9 Maret
1961 mengumpulkan sejumlah tokoh organisasi kepanduan untuk memperbaharui dan
meleburkan berbagai organisasi kepanduan menjadi satu organisasi dengan nama
Pramuka.