Anda di halaman 1dari 129

Profil Perempuan dan Anak Kab.

Bekasi, 2018 | i
PROFIL PEREMPUAN DAN ANAK
KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2018

TIM PENULIS

Yuli Marlina, S.Ag., S.Pd., M.Pd.


Hj. Titin Patimah, SH., M.Si.
Elma Shinta Chasanah, SP.
Selly Setyaningrum, SE.

Editor

Cahyono, S.T., M.M.

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN


DAN PERLINDUNGAN ANAK (DPPPA)
KABUPATEN BEKASI

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | i


KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salam sejahtera untuk kita semua
Tiada kata yang pantas kami ucapkan selain mengucap syukur
Alhamdulillah, karena berkat rahmat dan karunia Allah SWT serta upaya
dan kerja keras dari semua pihak yang membantu mewujudkan
penerbitan Buku Profil Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi Tahun
2018 ini akhirnya dapat diselesaikan. Salawat dan Salam semoga selalu
tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bekasi Tahun 2017-2022 menyebutkan Visi Kabupaten Bekasi
adalah “Terwujudnya Kabupaten Bekasi BERSINAR (Berdaya Saing,
Sejahtera, Indah dan Ramah Lingkungan) Tahun 2022”. Selain itu salah
satu Misi yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Bekasi menyatakan
bahwa “Memantapkan Pembangunan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas”. Dalam salah satu poin penjabaran Visi dan Misi Kabupaten
Bekasi Tahun 2017-2022 menyebutkan bahwa “Pengarusutamaan Gender
melalui pemberian pelatihan keterampilan kepada kaum perempuan
yang berorientasi terciptanya pelaku ekonomi kreatif berbasis wilayah
dengan sasaran; meningkatnya pemberdayaan perempuan dalam
pembangunan, dan terwujudnya Kabupaten Bekasi sebagai Kabupaten
Layak Anak”.

ii | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut dibutuhkan kebijakan
dan program-program kegiatan yang didukung oleh data-data yang
valid. Buku Profil Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi Tahun 2018 ini
bertujuan untuk memberikan data terpilah terkait kondisi perempuan dan
anak dalam kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bekasi guna
mendukung kebijakan dan program-program yang akan dibuat nantinya.
Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
bagi pihak-pihak yang terlibat dengan program Pengarusutamaan
Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Hak Anak di
Kabupaten Bekasi.
Banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan Buku Profil
Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi Tahun 2018 ini. Untuk itu saya
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN


PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN BEKASI

Dra. Hj. Ida Farida, M.Si.


Pembina Utama Muda
NIP. 19670502 198803 2 004
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salam sejahtera bagi kita semua

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Illahi, Tuhan semesta alam yang


telah memberikan kelancaran tersusunnya buku Profil Perempuan dan
Anak Kabupaten Bekasi tahun 2018.
Buku Profil Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi ini
menggambarkan kondisi kehidupan perempuan dan anak di Kabupaten
Bekasi yang terjadi saat ini. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran dan membantu para pemangku kebijakan dalam menyusun
perencanaan maupun kebijakan yang terkait dalam perempuan dan anak
di Kabupaten Bekasi. Gambaran besar yang tertuang dalam buku ini
adalah kondisi sebenarnya tentang fenomena maupun kejadian yang
terjadi pada perempuan dan anak di era millenial saat ini.
Selanjutnya dalam penyusunan sebuah buku tidak mungkin lepas
dari bantuan dan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, yaitu;
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi,
Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, instansi
penegak hukum di wilayah Kabupaten Bekasi, dan Kecamatan di
Kabupaten Bekasi serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan

iv | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


satu-persatu. Perhargaan dan ucapan terimakasih disampaikan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat didalamnya.
Buku yang tersusun ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
masukan dari berbagai pihak sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih
baik nantinya. Akhirnya tim penyusun berharap buku ini dapat
memberikan manfaat bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat
Kabupaten Bekasi.

Bekasi, Desember 2018

Tim Penyusun

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | v


DAFTAR ISI

Lembar Judul ............................................................................................................... i


Kata Sambutan ........................................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................................... vi
Daftar Tabel .................................................................................................................. viii
Daftar Grafik ................................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Dasar Hukum .................................................................................. 4
1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................... 5
1.4 Kegunaan Buku Profil Perempuan dan Anak ................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 7

BAB II GAMBARAN UMUM


2.1 Lambang dan Visi Misi Kabupaten Bekasi ........................ 11
2.2 Letak Geografis .............................................................................. 19
2.3 Profil Pahlawan Perempuan Jawa Barat ............................. 21
2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten
Bekasi ................................................................................................. 23

vi | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


2.5 Gambaran Umum Perempuan dan Anak Kabupaten
Bekasi ................................................................................................. 26

BAB III KERANGKA TEORI


3.1 Perempuan Dalam Konsep Negara ...................................... 29
3.2 Pengarusutamaan Gender ........................................................ 32
3.3 Teknik Analisis Data .................................................................... 35

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kependudukan .............................................................................. 40
4.2 Pendidikan ....................................................................................... 49
4.3 Tenaga Pengajar ........................................................................... 65
4.4 Tenaga Kesehatan ........................................................................ 70
4.5 Fertilitas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 .................. 77
4.6 Perempuan dan Ekonomi ......................................................... 80
4.7 Perempuan Dalam Trias Politika ............................................ 86
4.8 Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak ....... 96

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 109
5.2 Rekomendasi .................................................................................. 112

DAFTAR PUSTAKA

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | vii


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 IPM Kota/Kabupaten Jawa Barat .............................................. 24


Tabel 2.2 Provinsi yang Mengalami Perubahan Status IPM 2015
- 2017.................................................................................................... 25
Tabel 3.1. Keterwakilan Perempuan di DPR.............................................. 32
Tabel 3.2 Kondisi dan Landasan Teori Pengarusutamaan
Gender................................................................................................... 33
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin 2014 -
2017 ....................................................................................................... 40
Tabel 4.2 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2014 - 2017....................... 42
Tabel 4.3 Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2014 - 2017....................... 43
Tabel 4.4 Jumlah PAUD di Kabupaten Bekasi Tahun 2018 ............... 52
Tabel 4.5 Persentase Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut
Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin, Kelompok Umur
Sekolah, dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Bekasi,
2016 ....................................................................................................... 54
Tabel 4.6 Persentase Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut
Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin, Kelompok Umur
dan Partisipasi Sekolah di Kabupaten Bekasi, 2017......... 55

viii | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Tabel 4.7 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 5-18
Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kabupaten Bekasi, 2016 ............................................................... 57
Tabel 4.8 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 5-18
Tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kabupaten Bekasi, 2017 ............................................................... 58
Tabel 4.9 Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Menurut
Jenis Kelamin dan Jenjang pendidikan di Kabupaten
bekasi, 2016-2017 ........................................................................... 61
Tabel 4.10 Angka Partisipasi Kasar (APK) Formal dan Nonformal
Penduduk Menurut Karakteristik dan Jenjang
Pendidikan, 2017 ............................................................................. 62
Tabel 4.11 Guru menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 65
Tabel 4.12 Dokter Menurut Wilayah dan Jenis Kelamin....................... 71
Tabel 4.13 Jumlah Pemberian ASI Eksklusif Bayi Tahun 2016-2017 79
Tabel 4.14 Anggota Kelompok Koperasi Menurut Jenis Kelamin .... 82
Tabel 4.15 Jumlah Balita, Anak Terlantar, Anak Jalanan dan
Penyandang Disabilitas Menurut Wilayah Tahun 2017 ......... 100
Tabel 4.16 Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak tahun
2017.................................................................................................................. 103
Tabel 4.17 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A) Tahun 2017 ....................................................... 104
Tabel 4.18 Cerai Talak dan Cerai Gugat Tahun 2017-2018 ................. 107

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | ix


DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Piramida Penduduk Menurut Usia di Kabupaten


Bekasi Tahun 2017 ......................................................................... 45
Grafik 4.2 Penduduk yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut
Kelompok Umur Tahun 2016-2017......................................... 45
Grafik 4.3 Penduduk Yang Memiliki Nomor Induk
Kependudukan (NIK) Menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Tahun 2017 ..................................................... 48
Grafik 4.4 Penduduk Berumur 0-6 Tahun Yang Pernah / Masih
Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah Menurut Jenis
Kelamin dan Jenis Pendidikan Tahun 2016 ........................ 50
Grafik 4.5 Persentase Usia Pra Sekolah Tahun 2017 Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. ....................................... 51
Grafik 4.6 Perbandingan Guru Menurut Jenjang Pendidikan dan
Jenis Kelamin 2017 ......................................................................... 67
Grafik 4.7 Kepala Sekolah SD/Sederajat Menurut Kecamatan dan
Jenis Kelamin 2017 ........................................................................ 68
Grafik 4.8 Kepala Sekolah SMP/Sederajat Menurut Kecamatan
dan Jenis Kelamin 2017 ............................................................... 69
Grafik 4.9 Kepala Sekolah SMA/Sederajat Menurut Kecamatan
dan Jenis Kelamin 2017 ............................................................... 69
Grafik 4.10 Jumlah Dokter Menurut Jenis Kelamin ................................ 72

x | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.11 Jumlah Perawat Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin 2017 ................................................................................... 72
Grafik 4.12 Persentase Jumlah Perawat Menurut Jenis Kelamin ... 74
Grafik 4.13 Jumlah UPT Layanan Kesehatan Menurut Wilayah dan
Jenis Kelamin 2017 ........................................................................ 76
Grafik 4.14 Jumlah Bayi Lahir Hidup Tahun 2017 ..................................... 78
Grafik 4.15 UMKM Binaan Menurut Wilayah ............................................ 81
Grafik 4.16 Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) ... 85
Grafik 4.17 Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif ...... 87
Grafik 4.18 Jumlah Anggota Partai ................................................................ 88
Grafik 4.19 Jumlah Anggota DPRD ................................................................. 89
Grafik 4.20 Jumlah Jabatan Struktural Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2017......................................................................................... 91
Grafik 4.21 PNS menurut Golongan dan Jenis Kelamin ........................ 92
Grafik 4.22 Jumah Anggota BPD Periode 2 Menurut Wilayah dan
Jenis Kelamin 2017 ......................................................................... 93
Grafik 4.23 Jumlah Anggota BPD Periode 2 Menurut Jenis
Kelamin 2018..................................................................................... 94
Grafik 4.24 Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif ..................... 95
Grafik 4.25 Tindak kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak ......... 97
Grafik 4.26 Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Tahun
2018 ....................................................................................................... 98

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | xi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya kesetaraan gender pada saat ini sangat berperan
penting dalam pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
maupun daerah masih diukur berdasarkan Indeks pembangunan Manusia
(IPM) atau Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan
Gender (IPG) atau Gender Development Index (GDI) dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG). Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS
tahun 2016-2017, IPM kabupaten Bekasi adalah 71,40 dan menduduki
peringkat ke-8 di provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk IPG Kabupaten
Bekasi adalah 87,40 dan termasuk sepuluh besar di provinsi Jawa Barat.
Untuk IDG Kabupaten Bekasi adalah 57,16. Untuk IPM dan IPG meski
tampak meningkat secara statistik, tidak dipungkiri masih ditemukan
beberapa fakta belum dirasakan pemerataan di beberapa wilayah di
daerah Kabupaten Bekasi. Karena kesetaraan dan keadilan belum
mencapai tahapan yang diharapkan semua pihak, oleh karena itu
Pemerintah melalui beberapa kebijakan secara garis besar menyebutkan
pentingnya kesetaraan dan keadilan gender. Berdasarkan regulasi
tersebut maka Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan
penyelenggaraan data perempuan dan anak yang bersifat lokal. Dengan

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 1


demikian analisis perempuan dan anak yang dilaksanakan sebagai upaya
pengelolaan data pembangunan yang meliputi pengolahan analisis serta
penyajian data secara sistematis, komprehensif dan berkesinambungan
yang dirinci berdasarkan jenis kelamin dan umur serta data kelembagaan
serta terkait unsur-unsur pengarusutamaan gender (PUG) dan
pengarusutamaan hak anak (PUHA).
Kabupaten Bekasi berkomitmen mewujudkan pembangunan
berkeadilan gender dan anak berdasar kepada RPJMN 2015-2019 yang
menegaskan bahwa tantangan pembangunan sumber daya manusia di
Indonesia adalah berkaitan dengan upaya pembangunan kesetaraan
gender dan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang
dituangkan dalam butir-butir, diantaranya; pertama, tantangan dalam
pembangunan kesehatan dan gizi masarakat yaitu meningkatkan upaya
promotif dan prefentif; meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
perbaikan gizi, mengendalikan penyakit menular maupun tidak menular,
meningkatkan pengawasan obat dan makanan, serta meningkatkan akses
dan mutu kesehatan. Kedua; tantangan dalam pembangunan pendidikan
yaitu mempercepat peningkatan taraf pendidikan seluruh masyarakat
dalam memenuhi hak seluruh penduduk usia sekolah dengan
mendapatkan layanan pendidikan dasar yang berkualitas, serta dapat
meningkatkan akses pendidikan pada jenjang selanjutnya; menurunkan
kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok sosial-ekonomi, antar
wilayah dan antar jenis kelamin dengan meningkatkan pembelajaran
sepanjang hayat. Ketiga, meningkatkan kesetaraan gender dan
2 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
perempuan dalam pembangunan; meningkatkan pemahaman, komitmen,
kemampuan para pengambil kebijakan dan pelaku pembangunan akan
pentingnya pengintegrasian perspektif gender di semua bidang dan
tahapan pembangunan, penguatan kelembagaan pengarustamaan
gender termasuk perencanaan dan penganggaran yang responsif gender
di pusat dan di daerah. Tantangan selanjutnya adalah; Tantangan dalam
peningkatan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan
dan perlakuan salah lainnya adalah merubah sikap permisif masyarakat
dan praktek budaya yang toleran terhadap kekerasan dan perlakuan
salah lainnya, serta melaksanakan sistem perlindungan perempuan dan
anak secara terkoordinasi dan menyeluruh mulai dari upaya pencegahan,
penanganan, dan rehabilitasi.
Meskipun berbagai upaya dan program sudah dilakukan Pemerintah
Pusat dalam pengarustamaan gender dan perlindungan perempuan dan
anak namun implementasi PUG tidak akan terwujud tanpa komitmen
Pemerintah Daerah. Hal ini kemudian mendorong komitmen yang besar
dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPP-PA)
untuk menyusun Profil Perempuan dan Anak Tahun 2018 demi
terpenuhinya data penting dalam agenda pembangunan daerah. Dengan
dukungan basis data yang memadai akan memudahkan perencanaan dan
penganggaran yang mendukung lahirnya pembangunan yang
berkeadilan terhadap gender, perempuan dan anak.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 3


1.2 Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mengacu tentang kesetaraan Gender,
Perempuan dan Anak;
1. UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara sama
kedudukannya di dalam hukum dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya;
2. Pasal 28 c ayat (1) yang menyatakan setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia;
3. UUD 1945 Pasal 28 B ayat (2) setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;
4. UU No 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran

4 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 ditambah
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1979);
6. Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender (PUG) Dalam Pembangunan Nasional;
7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Informasi Publik.
8. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data
Gender dan Anak;
9. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 5 Tahun 2014 tentang pedoman Penyelenggaraan
Sistem Data Gender dan Anak (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1429);
10. Peraturan Bupati Bekasi No. 16 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengarustamaan Gender di Kabupaten Bekasi;

1.3 Maksud dan Tujuan


Penyusunan “Profil Perempuan dan Anak 2018” dimaksudkan untuk
melihat pemerataan pembangunan terhadap perempuan dan anak di
Kabupaten Bekasi yang berbasis data pilah yang menggambarkan
capaian pembangunan, permasalahan pembangunan dan upaya-upaya
yang telah dan masih diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Oleh karena itu
penulisan buku ini dapat memberikan gambaran secara umum

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 5


berdasarkan aspek disperitas baik pada bidang pendidikan, kesehatan,
sosial, politik, ekonomi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak
serta permasalahan-permasalahan lain yang dihadapi perempuan dan
anak.
Secara lebih khusus, penyusunan Profil Perempuan dan Anak di
Kabupaten Bekasi Tahun 2018 memiliki tujuan;

1. Tersedianya data terpilah Perempuan dan Anak di bidang


Pendidikan, kesehatan, Ekonomi, Peran Perempuan di sektor
publik, dan bidang-bidang yang menjadi isu Perempuan dan
Anak di Kabupaten Bekasi.

2. Tersedianya data kebijakan, program, kegiatan yang telah


dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi dan elemen
masyarakat Kabupaten Bekasi terkait upaya pemberdayaan
perempuan di Kabupaten Bekasi.

3. Tersedianya hasil analisis deskriptif tentang capaian


pemberdayaan perempuan di Kabupaten Bekasi. Analisis
dilakukan berdasarkan ketersediaan data primer dan sekunder
untuk melihat pencapaian indikator pemberdayaan Gender,
meliputi partisipasi perempuan dan laki-laki di sektor Publik,
bidang Pemerintahan, posisi di Parlemen, dan dalam
pelaksanaan kebijakan, program kegiatan pemberdayaan
perempuan dan anak di Kabupaten Bekasi.
6 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
1.4 Kegunaan Buku Profile Perempuan dan Anak
1. Untuk memberikan rekomendasi bagi semua pihak khususnya
bagi penyusun kebijakan dalam proses perencanaan
pembangunan dimasa yang akan datang.
2. Dengan tersedianya informasi yang ada dapat mendorong
capaian pembangunan berkeadilan bagi perempuan dan anak di
Kabupaten Bekasi.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan: Memuat latar belakang penulisan profil
Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi 2018, lebih spesifik diperjelas
dengan landasan hukum yang mengatur tentang pentingnya program
perlindungan perempuan dan anak. Maksud dan tujuan diperuntukkan
untuk melihat pemerataan pembangunan yang sudah dilaksanakan
terhadap perempuan dan anak. Diakhir bab ini ditutup dengan kegunaan
buku Profil Perempuan dan Anak.
Bab II Gambaran Umum Kabupaten Bekasi: Memuat gambaran
lambang, visi dan misi Kabupaten Bekasi beserta letak geografis wilayah.
Sejarah perempuan sunda yang menginspirasi dalam pembangunan dan
pemerataan kebijakan bagi perempuan dan gambaran umum perempuan
dan anak di Kabupaten Bekasi, mengupas pertumbuhan penduduk

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 7


terpilah baik laki-laki dan perempuan melalui Indeks Pembangunan
Gender di Kabupaten Bekasi.
Bab III Kerangka Teori: Dalam bab ini memuat informasi tentang
perempuan dalam konsep Negara, Pengarustamaan Gender, dan Teknik
Analisis Data. Metode pengumpulan data disajikan melalui analisis
deskriptif yang dilaksanakan dengan survei tentang perempuan dan anak.
Data yang telah didapat akan dianalisis terkait pembangunan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Bab IV Pembahasan: Dalam bab ini memuat informasi tentang
kependudukan di Kabupaten Bekasi dan jumlah penduduk berdasarkan
usia dan jenis kelamin di setiap wilayah, Indeks Pembangunan Gender
(IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).
Pendidikan, memuat kondisi pendidikan di Kabupaten Bekasi
menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Kemudian diuraikan
dengan angka terkait berdasarkan angka usia pra sekolah, jumlah PAUD,
angka partisipasi sekolah, dan angka partisipasi murni. Selain itu bab ini
memuat data guru menurut jenjang sekolah dan jenis kelamin, dan
kepala sekolah menurut jenis kelamin di Kabupaten Bekasi.
Dalam Bab ini juga memuat kondisi tenaga kesehatan menurut
wilayah dan jenis kelamin, diantaranya dokter menurut wilayah dan jenis
kelamin, perawat menurut wilayah dan jenis kelamin, serta UPT layanan
kesehatan menurut jenis kelamin, fertilitas menurut wilayah dan jenis
kelamin, lebih lanjut di dukung dengan program ASI Eksklusif yang sudah
dilakukan. Bab ini juga memuat data Usaha Mikro Kecil dan Menengah
8 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
(UMKM) menurut wilayah dan jenis kelamin, koperasi menurut wilayah
dan jenis kelamin, ditambah data Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) di
Kabupaten Bekasi. Untuk perempuan dan pengambil keputusan, dalam
bab ini memuat data yang berkaitan dengan pengambil keputusan
langsung di pemerintahan dan dari sudut pandang partisipasi baik laki-
laki maupun perempuan di bidang Legislatif yaitu; jumlah anggota partai
politik menurut jenis kelamin dan jumlah anggota DPRD menurut jenis
kelamin. Sedangkan di bidang Eksekutif memuat data tentang PNS
menurut golongan jabatan dan jenis kelamin, dan PNS OPD menurut
jenis kelamin. Dalam bidang Yudikatif yaitu memuat data jumlah Hakim,
Jaksa dan Polisi menurut jenis kelamin di wilayah Kabupaten Bekasi.
Kemudian tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, berisi data
angka kekerasan untuk perempuan dan anak di Kabupaten Bekasi,
banyaknya anak terlantar dan anak jalanan serta data selanjutnya tentang
jumlah gugat cerai untuk menggambarkan kondisi kehidupan keluarga
ditinjau dari aspek tingkat perceraian di Kabupaten Bekasi.
Bab V Penutup: memuat kesimpulan dan rekomendasi untuk
pengambil keputusan menuju pemerataan keadilan bagi perempuan dan
anak di Kabupaten Bekasi.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 9


10 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Lambang dan Visi Misi Kabupaten Bekasi


Arti Lambang Berdasarkan Perda No. 12/PD/1962, lambang terbagi
dalam 3 bagian, yakni:
1. BAGIAN ATAS
Dasar berwarna hijau muda, melambangkan
daerah ditinjau dari segi geografi adalah
(tanah) dataran rendah yang subur, akan
suburnya makmur dilambangkan dengan dua
untai hasil bumi.
Pertama: sebelah kanan, untaian padi dengan 17 butir padi
berwarna kuning-mas, melambangkan daerah sebagai penghasil
padi.
Kedua: 8 macam buah-buahan berwarna kuning-mas,
melambangkan daerah sebagai penghasil buah-buahan palawija/
sayur-mayur, secara tidak langsung juga menghasilkan barang-
barang kerajinan tangan dan industry ringan, ternyata dari
rangkaian untaian padi maupun buah-buahan.
2. BAGIAN TENGAH

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 11


Melambangkan rakyatnya dengan sebilah “golok ujung ke atas”
terletak di tengah-tengah kedua antara untaian yang terdiri dari
dua bagian:
 Gagang berwarna “hitam”, melambangkan ketabahan
 Punggung golok berwarna “putih”, melambangkan kesucian
3. BAGIAN BAWAH
Terdiri dari dua bagian, bagian pertama melambangkan keadaan
sejarah, sedangkan bagian kedua melambangkan keadaan
pemerintahan.
a. Keadaan sejarah
Bagian bawah dari lambang (perisai) digambarkan laut
dengan warna gelombang berwarna putih. Lambang “laut”
memberikan makna perjuangan, karena laut selalu
bergelombang/bergolak. Gelombang laut terdiri dari enam
buah yang melambangkan enam zaman yang dialami daerah
Bekasi.
Gelombang 1 : zaman pemerintahan “Tarumanegara/
Purnawarman” (zaman hindu/budha).
Gelombang 2 : zaman pemerintahan Negara “Pajajaran”.
Gelombang 3 : zaman pemerintahan “Jayakarta” Jakarta.
Gelombang 4 : zaman pemerintahan penjajahan Belanda
termasuk masa tanah-tanah partikelir.
Gelombang 5 : zaman penjajahan pendudukan Jepang.
Gelombang 6 : masa kemerdekaan.
12 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
Garis disekeliling “perisai yang berwarna kuning-mas”
melambangkan sejarah perjuangan rakyat Bekasi yang
menggambarkan bahwa perjuangan rakyat Bekasi dalam
menentang kolonialisme dan kapitalisme tidak henti-hentinya
bersama-sama dengan rakyat daerah-daerah lainnya di
Indonesia. Perjuangan rakyat Bekasi yang terkenal gigihnya
dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme (tuan-tuan
tanah) dimulai pada tahun 1914 di bawah naungan organisasi
Serikat Islam (SI) yang masuknya ke daerah Bekasi langsung
dibawa oleh Tjokroaminoto.
Kedatangan ajaran SI ke daerah Bekasi disambut dengan
baik dan hangat oleh penduduk di daerah ini karena
disamping menyebarkan agama Islam, SI juga terkenal gigih
dalam menentang kolonialisme dan kapitalisme (tuan-tuan
tanah) yang terkenal sebagai penindas dan pemeras rakyat. SI
yang berpusat di Kranji I dalam waktu singkat telah dapat
membentuk cabang-cabang dan ranting-rantingnya di
daerah-daerah seperti: Klender, Babelan, Tambun, Jakarta,
Cibarusah dan daerah-daerah lainnya.
Pergerakan SI dalam menentang kolonialisme dan
kapitalisme (tuan-tuan tanah) dimulai di daerah Setu (Kranji
Selatan) dimana waktu itu terjadi penyerbuan oleh pengikut
SI terhadap mandor Tumpang (di rumahnya) yang terkenal

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 13


sebagai kaki tangan tuan tanah yang paling setia. Kejadian
tersebut diikuti pula oleh daerah-daerah lainnya dengan cara
mendatangi kaki tangan tuan-tuan tanah untuk menentang
diadakannya pajak yang sangat memberatkan.
Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka pihak
pemerintah Belanda berupaya untuk menumpas SI dan
pengikut-pengikutnya. Pihak pimpinan SI dan orang-orang
yang dianggap mencurigakan ditangkap kemudian
diasingkan atau dipenjara. Melalui upaya Belanda yang terus
menerus akhirnya pada tahun 1924 kekuatan SI mulai
melemah. Walaupun secara formal SI mengalami
ketidakberdayaan dalam membantu masyarakat, namun
secara diam-diam para pimpinan SI Bekasi terus berjuang di
bawah tanah bersama-sama dengan golongan lainnya
membantu rakyat dalam menghadapi kelicikan para tuan
tanah yang berada di bawah lindungan pemerintah Kolonial.

b. Keadaan Pemerintahannya
Terdapat di bagian tengah yang terdiri dari :
 Lajur rangkap berwarna “hitam” yang terbagi dalam dua
bagian menunjukkan Pemerintahan Daerah terdiri dari
Badan Legislatif dan Badan Eksekutif Daerah
 Empat umpak berwarna “coklat” di bawah lajur rangkap,
melambangkan 4 kewedanaan, tiap-tiap umpak dibagi

14 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


dalam beberapa kotak (dibatasi dengan garis tebal
berwarna kuning-mas), menandakan banyaknya
kecamatan-kecamatan di setiap kewedanaan, kemudian
tiap-tiap kotak dibagi lagi beberapa kotak kecil (dibatasi
dengan garis-garis berwarna putih) menunjukkan
banyaknya desa-desa. Dengan uraian sebagai berikut :
Lajur 1 : Kewedanaan Bekasi
Kotak 1: Kecamatan Bekasi dengan 9 kotak kecil
= 9 Desa
Kotak 2: Kecamatan Babelan dengan 6 kotak
kecil = 6 Desa
Kotak 3: Kecamatan Cilincing dengan 3 kotak
kecil = 3 Desa
Kotak 4: Kecamatan Pondok Gede dengan 7
kotak kecil = 7 Desa
Lajur 2 : Kewedanaan Tambun
Kotak 1: Kecamatan Tambun dengan 8 kotak
kecil = 8 Desa
Kotak 2: Kecamatan Cibitung dengan 7 kotak
kecil = 7 Desa
Kotak 3: Kecamatan Setu dengan 9 kotak kecil =
9 Desa
Lajur 3 : Kewedanaan Cikarang

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 15


Kotak 1: Kecamatan Cikarang dengan 7 kotak
kecil = 7 Desa
Kotak 2: Kecamatan Lemah Abang dengan 8
kotak kecil = 8 Desa
Kotak 3: Kecamatan Cibarusah dengan 11 kotak
kecil = 11 Desa
Lajur 4 : Kewedanaan Serengseng
Kotak 1: Kecamatan Sukatani dengan 9 kotak
kecil = 9 Desa
Kotak 2: Kecamatan Pabayuran dengan 6 kotak
kecil = 6 Desa
Kotak 3: Kecamatan Cabangbungin dengan 5
kotak kecil = 5 Desa
Di bawah perisai tertulis sehelai pita berwarna yang
melambai pada kedua ujungnya, pada pita yang berwarna
kuning-mas itu tertulis dalam bahasa “Kawi” yang
berbunyi :
“SWATANTRA WIBAWA MUKTI”
Swatantra artinya Daerah yang mengurus rumah tangga
sendiri
Wibawa artinya Pengaruh dan Mukti artinya Jaya, Makmur

Dengan jiwa menuju pembentukan daerah otonom yang


seluas-luasnya untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

16 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Dasar-dasar filosofi di atas menjadi landasan
terbentuknya lambang Kabupaten Bekasi. Lambang ini
dipilih oleh Daerah Tingkat II Bekasi setelah
diberlakukannya Undang-Undang No. 14/1950 serta
disusul kemudian olah adanya Undang-Undang No.
22/1948 jo Undang-Undang No. 1/1957 dan Penetapan
Presiden No. 6/1959 (disempurnakan) dan Penetapan
Presiden No. 5/1960.

Ukuran lambang ditentukan dengan ukuran global


diambil dari ukuran luas Daerah Tingkat II Bekasi dari
ujung yang paling barat hingga ujung paling timur
panjangnya ± 43 Km dari ujung utara sampai ujung
paling selatan ± 62,5 Km atau berbanding antara 43 : 62,5
atau ± berbanding 15 : 21.

c. Visi dan Misi Kabupaten Bekasi


Visi Kabupaten Bekasi
“Terwujudnya Kabupaten Bekasi “BERSINAR” (Berdaya
saing, Sejahtera, Indah, dan Ramah Lingkungan Tahun 2022)”.
Makna yang terkandung dalam Visi tersebut sebagai berikut:
Berdaya saing: Kondisi daerah dan Masyarakat kabupaten
Bekasi yang memiliki keunggulan komparatif baik sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi baru maupun kualitas SDM

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 17


yang mampu menjawab berbagai tantangan regional
maupun global.
Sejahtera: Kondisi Kabupaten Bekasi yang mampu menjamin
warganya dalam keadaan makmur, sehat dan aman.
Terpenuhinya berbagai kebutuhan dasar masyarakat serta
kemudahan bagi masyarkat dalam berkarya dan
mengaktualisasi diri.
Indah: Kondisi lingkungan dan tata kota Kabupaten Bekasi
yang nyaman dan indah sebagai citra diri Kabupaten bekasi
yang maju dan modern.
Ramah Lingkungan: pelaksanaan pembangunan senantiasa
memperhatikan kelestarian lingkungan serta prinsip
keberlanjutan untuk menjamin daya dukung lingkungan
sehingga dapat dirasakan oleh generasi mendatang.

Misi Kabupaten Bekasi


Misi Kabupaten Bekasi adalah:
1) Meningkatkan kinerja tata kelola pemerintahan yang
responsif, profesional, transparan dan akuntabel.
2) Memantapkan pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas.
3) Memantapkan perekonomian daerah melalui penguatan
sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, dan
pariwisata.
18 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
4) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat

melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM) dan Koperasi.

5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui

pemantapan penyediaan kebutuhan dasar yang layak.

6) Mewujudkan Kabupaten Bekasi yang lebih Nyaman dan

Asri melalui penataan ruang dan pembangunan

infrastruktur yang terpadu.

7) Mewujudkan lingkungan masyarakat yang Agamis dan

Tentram melalui pengembangan nilai-nilai budaya lokal.

8) Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang berkelanjutan.

2.2 Letak Geografis


Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat, yang
memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Bogor
Barat : DKI Jakarta dan Kota Bekasi
Timur : Kabupaten Karawang
Koordinat : 1060 58’ 5”–1070 17’ 45” BT dan 05054’ 50”–060 29’
15” LS.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 19


Suhu rata-rata : 280C -320C
Curah Hujan : 2.000.12 mm (Tahun 2016)
Rata-rata hari hujan : 115 mm (Tahun 2016)
Ketinggian lokasi : 0 – 115m
Kemiringan : 0 – 250.

Secara administratif Kabupaten Bekasi dikepalai oleh seorang Bupati.


Jumlah Penduduk : 3.371.691 juta jiwa (Tahun 2016)
Kepadatan : 2.647 jiwa/km2
Jumlah Keluarga : 869.454 (2015)
Luas Wilayah : 127.388 km2
Jumlah Kecamatan : 23
Jumlah Desa : 180
Jumlah Kelurahan : 7

Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 sampai 13.


Kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit yaitu kecamatan
Cikarang Pusat, Bojongmangu dan Muaragembong, sedangkan
kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan
Pebayuran. Kecamatan terluas adalah Muaragembong dengan luas
14.009 Ha atau 11,00 % dari luas kabupaten.
Di Kabupaten Bekasi terdapat 16 aliran sungai besar yaitu: Sungai
Citarum, Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai
Belencong, Sungai Jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu,

20 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Sungai Cilemahabang, Sungai Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai
Siluman, Sungai Serengseng, Sungai Sepak dan Sungai Jaeran. Lebar
sungai tersebut berkisar antara 3 sampai 80 meter.
Di Kabupaten Bekasi terdapat 13 situ yang tersebar di beberapa
kecamatan yaitu : Situ Tegal Abidin, Situ Bojongmangu , Situ Bungur, Situ
Ceper, Situ Cipagadungan, Situ Cipalahar, Situ Ciantra, Situ Taman, Situ
Burangkeng, Situ Liang Maung, Situ Cibeureum, Situ Cilengsir dan Situ
Binong. Luas situ tersebut berkisar antara 3 - 40 Ha.
Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian
besar merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25
meter dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam pada umumnya
didapat pada kedalaman antara 90 – 200 meter.

2.3 Profil Pahlawan Perempuan Jawa Barat


Dewi Sartika adalah sosok Pahlawan dari Jawa Barat. Dilahirkan 134
tahun yang lalu tanggal 4 Desember 1884. Misi perjuangan beliau adalah
mencerdaskan kaum Perempuan yang pada masa itu yang masih sangat
Tabu. Dewi Sartika kecil sudah belajar politik dari sang ayah yang
merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang diasingkan Pemerintah
Hindia-Belanda karena kegigihannya dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Inilah yang membentuk seorang Dewi Sartika
sang pelopor perempuan priyayi sunda dalam memperjuangkan hak-hak
wanita saat itu. Dewi Sartika sangat beruntung, setelah ayahnya wafat,

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 21


pamannya yang merupakan Patih Cicalengka merawat dan mendidiknya
hingga beliau dewasa. Sejak usia 10 tahun karena kecerdasannya Dewi
Sartika sudah mampu menulis, membaca dan membagi ilmunya kepada
anak-anak pembantu kepatihan saat itu. Inilah yang membuat warga
Cicalengka kagum dan hampir tidak ada dari rakyat jelata yang mampu
menulis terlebih lagi yang mengajarinya adalah anak usia 10 tahun.
Menginjak dewasa, Dewi Sartika kembali ke tempat kelahirannya di
Bandung. Mimpi-mimpi diwaktu kecil untuk memberikan pendidikan
kepada perempuan semakin besar, hal ini didukung oleh sang paman
yang mempunyai misi yang sama. Adat yang masih melekat di tanah
Sunda bagi perempuan sulit diubah dengan mudah, tapi dengan tekad
yang kuat pada 16 Januari 1906 akhirnya Dewi Sartika mampu
mendapatkan izin pendirian sekolah khusus perempuan pertama disebut
“Sakola Istri” dengan materi ajar pertama yaitu, memasak, merenda,
menulis dan menjahit. Pendopo Kabupaten Bandung menjadi saksi kelas
pertama, dikarenakan semakin hari semakin banyak murid akhirnya beliau
membeli seluas tanah dengan uang pribadi dan suntikan dana dari
kantong pribadi Bupati Bandung yang terletak di jalan Ciguriang Kebon
Cau.
Dewi Sartika menjelma menjadi gadis terpelajar dan menikah
dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata pada tahun 1906, dimana
pernikahan mereka berdua dikaruniai seorang putra yang diberi nama
Raden Atot, yang nantinya akan menjadi Ketua Umum BIVB, cikal bakal
Persib Bandung. Hal yang paling membuat Dewi Sartika sangat bahagia
22 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
dengan pernikahannya adalah dukungan yang besar dari suami tercinta.
Raden Kanduruan Agah Suriawinata adalah seorang “trainer” di sekolah
Karang Pamulang, pada masa itu yang melatih guru-guru.
Pada tahun 1920 sudah berdiri lebih dari 9 (sembilan) Sakola Istri
karena kegigihannya. Akhirnya Pahlawan Perempuan dari Tanah
Pasundan ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1947
dengan dianugrahi penghargaan dari Pemerintah Hindia-Belanda untuk
kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam
pendidikan.
Relevansi dari perjuangan Dewi Sartika ini adalah semangat dan
kegigihan dalam perjuangan merupakan modal utama dalam meraih
keberhasilan dalam hal apapun.

2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bekasi.


Bekasi dengan peningkatan pembangunan yang sangat pesat, bukan
hanya memberikan dampak yang positif bagi masyarakatnya akan tetapi
memberikan dampak negatif yang harus diwaspadai. Dampak positif
yang sangat signifikan terlihat adalah dengan Upah Minimum Sektoral
Kabupaten (UMSK) yang tinggi di Kabupaten Bekasi yaitu besaran
kenaikan 8.71% pada tahun 2018 sesuai SK Gubernur per tanggal 4 Mei
2018 dengan ditandatanganinya Keputusan Gubernur No
561/433/Yanbangsos/2018 tentang upah minimum sektoral Kabupaten
Bekasi. Sedangkan dampak negatif yang terlihat adalah tingginya warga
pendatang yang mencari penghidupan atau pekerjaan di Kabupaten
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 23
Bekasi sehingga menimbulkan kesenjangan bagi daerah yang jauh dari
kota industri. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, banyak pekerja
migran yang datang ke Kabupaten Bekasi dan mengakibatkan
kecemburuan sosial di Kabupaten Bekasi.
Namun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan indeks
pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan
yaitu untuk IPM adalah 71,83 tahun 2016 menjadi 72,63 pada tahun 2017
dan menduduki peringkat ke 8 di provinsi Jawa Barat, sedangkan IPG
87,40 dan termasuk sepuluh besar di Provinsi Jawa Barat.
Dalam tabel dibawah ini digambarkan Kabupaten/Kota yang
menduduki 10 besar Kabupaten/Kota di Jawa Barat dengan IPM yang
tinggi.
Tabel 2.1 IPM Kota/Kabupaten di Jawa Barat 2016 - 2017

Kabupaten/Kota 2016 2017


Jawa Barat Status IPM Status IPM
Kota Bandung 80,13 Sangat Tinggi 80,31 Sangat Tinggi
Kota Bekasi 79,95 Tinggi 80,30 Sangat Tinggi
Kota Depok 79,60 Tinggi 79,83 Tinggi
Kota Cimahi 76,69 Tinggi 76,95 Tinggi
Kota Bogor 74,50 Tinggi 75,16 Tinggi
Kota Cirebon 73,70 Tinggi 74,00 Tinggi
Kota Sukabumi 72,33 Tinggi 73,03 Tinggi
Bekasi 71,83 Tinggi 72,63 Tinggi
Kota Tasikmalaya 70,58 Tinggi 71,51 Tinggi
Bandung 70,69 Tinggi 71,02 Tinggi
Sumber: Index Pembangunan Manusia 2017 (BPS)

24 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Berdasarkan tabel diatas, terdapat dua kota di Provinsi Jawa Barat
yaitu; Kota Bandung dan Kota Bekasi yang mencapai status
pembangunan manusia “ sangat tinggi”. Kabupaten Bekasi berada pada
urutan ke 8 dari sepuluh besar di Jawa Barat. Kabupaten Bekasi mencatat
kenaikan IPM pada tahun 2017 yaitu sebesar 72,63 dari sebelumnya yaitu
71,83 pada tahun 2016.
Sedangkan untuk tingkat provinsi, Jawa Barat mengalami kenaikan
yang signifikan dengan kategori IPM yang Tinggi. Perubahan status IPM
provinsi Jawa Barat dari tahun 2015-2017 terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Provinsi yang Mengalami Perubahan Status IPM 2015 - 2017

2015 2016 2017


Provinsi
Status IPM Status IPM Status IPM
Sumatra Barat 69,98 sedang 70,73 tinggi 71,24 Tinggi

Sumatra Utara 69,51 sedang 70,00 Tinggi 70,57 Tinggi

Aceh 69,45 sedang 70,00 Tinggi 70,60 Tinggi

Jawa Barat 69,50 Sedang 70,05 Tinggi 70,69 Tinggi


Sumber: Indeks Pembangunan Manusia 2016 (BPS)

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 25


2.5 Gambaran Umum Perempuan dan Anak Kabupaten Bekasi.
Perempuan Kabupaten
Bekasi dari perjalanan
sejarahnya sangatlah panjang
sejak masa perjuangan sampai
hari ini. Perempuan Kabupaten
Bekasi saat ini dapat
dibedakan kedalam dua peran. Pertama, perempuan di Kabupaten Bekasi
tidak hanya mempunyai peran tradisonal yang hanya mengerjakan semua
pekerjaan rumah, dari memasak, mencuci dan mengurus anak.
Peran tradisional ini bergeser seiring waktu perkembangan jaman
yang menjadikan perempuan-perempuan ikut membantu pekerjaan
suami seperti bekerja di ladang untuk wilayah pertanian dan bekerja
dalam industri kecil dan menengah untuk sebagian wilayah industri
sebagai buruh dalam membantu perekonomian keluarga.
Kedua, industri dan teknologi di Kabupaten Bekasi yang begitu
pesat menjadikan perempuan-perempuan lebih aktif di dalam perannya
sebagai makhluk sosial daripada peran tradisional. Disruption peran ini
seperti dua sisi mata uang dimana era industri dan teknologi memiliki sisi
positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan daerah Kabupaten Bekasi menjadi daerah industri adalah
salah satu tantangan yang besar bagi pemerintah daerah dalam
mengubah prilaku masyarakatnya, cara bekerja hingga tuntutan
keterampilan dalam mendukung perubahan tersebut. Hal ini membuat
26 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
perempuan-perempuan di kabupaten Bekasi dituntut untuk berkembang
seiring tingginya permintaan pekerjaan yang ada, tuntutan tersebut harus
diiringi dengan mudahnya akses dalam pendidikan dimulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan menyesuaikan
kurikulum lebih kepada pelatihan untuk menyiapkan pekerja yang
kompetitif dan produktif.
Begitu juga anak-anak di Kabupaten Bekasi adalah anak-anak
dengan berbagai ragam suku dan budaya didalamnya dimana
Industrialisasi membawa berbagai macam masalah didalamnya termasuk
rentan terhadap kekerasan anak, rentan terhadap kekerasan seksual, dan
rentan terhadap kasus anak lainnya.
Oleh karena itu, anak-anak di Kabupaten Bekasi sudah seharusnya
disiapkan untuk masa depan mereka yang lebih baik dalam
menyongsong era Revolusi Industri 4.0, yang diperkirakan GDP Indonesia
akan berada pada urutan ke-4 pada tahun 2050. Kabupaten Bekasi harus
mampu menyiapkan segala sesuatu termasuk disruptive technology di
era Revolusi yang keempat ini. Artinya Revolusi 4.0 ini bukan hanya
mampu memberikan perubahan dalam industri, akan tetapi mampu
memberikan pengaruh negatif kepada penciptaan lapangan pekerjaan
kelak (Satya, 2018)
Pemerintah Pusat dan Daerah hendaknya melakukan intervensi
dalam pemetaan daerah-daerah yang rawan terkait persoalan perempuan
dan anak. Sudah saatnya pemerintah membuat program penguatan bagi
generasi milineal saat ini. Ancaman teknologi yang kian gencar harus
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 27
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah dalam menghadapi
kompleksitas permasalahan perempuan dan anak di Kabupaten Bekasi.

28 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


BAB III
KERANGKA TEORI

3.1 Perempuan Dalam Konsep Negara


Perempuan Indonesia telah melintasi sejarah yang panjang. Namun
hal ini belum menjadikan perempuan-perempuan Indonesia
mendapatkan hak yang sama dalam Gender. Tantangan tersebut bukan
hanya dihadapi oleh Pemerintah Indonesia, akan tetapi sudah menjadi
tantangan global bagi masyarakat dunia. Ada tiga indikator yang menjadi
prasyarat untuk mengetahui Indeks Pembangunan Manusia (IPM atau
Human development index) di setiap negara. Indikator tersebut
diantaranya adalah; angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan
standar hidup layak. Jika tiga indikator ini sudah tercapai dengan benar,
maka Indonesia akan masuk ke dalam tercapainya persamaan hak bagi
setiap warga dalam negara.
Dalam Konstitusi Negara UUD 1945 Pasal 27 ayat 1 disebutkan,
negara menjamin persamaan hak bagi setiap warga dalam hukum dan
pemerintahan. Kemudian dalam pasal 27 ayat 2 lebih ditekankan kepada
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi seluruh warga Indonesia.
Sedangkan Pasal 30 mengenai usaha bela negara, dan pasal 31 tentang
memperoleh pendidikan.
Selain itu, Pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh dalam
mewujudkan Pengarustamaan Gender dengan menandatangani sejumlah

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 29


deklarasi internasional, yang salah satunya adalah Konvensi tentang
Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (the
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against
Women/ CEDAW) dengan UU No 7 Tahun 1984 yang diundangkan
melalui Lembaran Negara RI Nomor 29 Tahun 1984. Tindakan afirmatif
pun sudah dilakukan oleh Pemerintah dengan diperkenalkan UUD Nomor
10 Tahun 2008 dalam Pemilihan Umum, Dalam Pasal 55 ayat 2
disebutkan bahwa “di dalam daftar bakal calon sebagimana dimaksud
pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon” yang berarti
menetapkan partai politik peserta Pemilu dalam daftar legislatif wajib
memberikan kesempatan kepada perempuan sebanyak 30 persen
perempuan dari seluruh bakal calon yang diusulkan dari partai politik
tersebut. Akan tetapi dalam prakteknya Perempuan Indonesia masih
tertinggal dalam kehidupan publik, dan sebaliknya dikotomi peran
tersebut memunculkan cara berpikir stereotipe tentang Gender dengan
bentuk ketidakadilan dalam gender, seperti munculnya marginalisasi,
subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik (Fakih,
1996). Mayoritas orang berfikir stereotipe tentang peran gender masih
melekat dengan anggapan perempuan mempunyai sifat lemah, tidak
kompeten, tergantung, irrasional, penakut dan emosional. Dengan kata
lain Laki-laki diangap kuat, mandiri, rasional, berani, dan logis. Hal ini
menjadi dasar ketidakadilan peran laki-laki dan perempuan.

30 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Selanjutnya di jelaskan oleh Verloo dalam Joan dan Carol
menyatakan bahwa:
“Gender mainstreaming cannot fully develop, cannot thrive in a
climate that dies not allow the articulation of feminist
organization, be it inside institutions or autonomous. Gender
equality units are a valuable asset for gender mainstreaming.
They do not become redundant. Their position should be
strengthened, not weakened”.

Yang intinya adalah pengarusutamaan gender tidak akan


sepenuhnya berkembang dan berdiri sendiri jika tidak didukung oleh
lembaga itu sendiri, posisi gender seharusnya diperkuat bukan justru
dilemahkan.
Sama halnya dalam penelitian UNDP (United Nations Development
Programme) tahun 2009 menjelaskan partisipasi perempuan dalam
politik dikatakan bahwa keterlibatan perempuan dalam kehidupan publik
telah meningkat, namun partisipasi dan keterwakilan dalam struktur
formal masih kurang. Adanya perubahan kebijakan afirmatif memberikan
angin segar dalam pengarustamaan Gender di bidang politik Indonesia,
dilihat dalam tiga pemilu terakhir (2004, 2009, 2014) seperti tabel
dibawah ini;

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 31


Tabel 3.1. Keterwakilan Perempuan di DPR

Dalam Persen
Tahun Keterwakilan Perempuan
(%)

2004 65 dari 550 11,82

2009 101 dari 560 18,04

2014 97 dari 560 17,32

Sumber: UNDP

Dalam tabel diatas terlihat bagaimana keterwakilan perempuan di


lembaga legislatif berada dalam posisi yang baik di dalam Pemilu 2009
dan 2014. Didukung oleh regulasi operasional yang mewajibkan partai
harus tetap mematuhi kebijakan afirmatif yang diberlakukan oleh KPU
tahun 2012-2017 yang menerbitkan PKPU No 7 tahun 2013 tentang
Pencalonan DPR dan DPRD harus memenuhi syarat unsur afirmasi yang
diatur UU No 8 Tahun 2012. Jika tidak memenuhi maka KPU akan
menyatakan tidak memenuhi syarat atas daftar calon daerah pemilihan
(Dapil) tersebut, hal ini diharapkan mampu memenuhi pencalonan
perempuan 30 persen di setiap Dapil tahun 2019.

3.2 Pengarusutamaan Gender


Pengarusutamaan Gender yang dalam istilah bahasa Inggris disebut
Gender mainstreaming menurut Bacchi dan Eveline (2010) adalah
mendapat kesempatan yang sama, strategi untk mendapatkan
kesempatan yang sama dalam sumber daya manusia, tidak diskriminatif
dalam praktek ketenagakerjaan, perempuan memiliki akses yang sama
terhadap peluang kerja yang ada. Gender bukan tentang anti diskriminasi
dalam hukum, yang berarti dilakukan bukan oleh pengadilan saja, tetapi

32 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


oleh setiap komponen hukum pemerintahan. Kesetaraan gender menjadi
prinsip dalam pengembangan berbagai kebijakan, program ataupun
evaluasi di berbagai bidang pembangunan.
Sedangkan tujuan pengarustamaan gender dapat dilihat dari empat
komponen yang ada yaitu; akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Akses
yaitu mendapatkan akses yang sama dalam sumber daya pembangunan.
Partisipasi sama dalam proses pembangunan, termasuk didalam
pengambilan keputusan. Kontrol yang sama atas sumber daya
pembangunan. Mendapatkan Manfaat yang sama dalam hasil
pembangunan.
Kondisi dan landasan teori pengarustamaan gender yang di
sebutkan di buku panduan pelaksanaan Inpres No 9 Tahun 2000 oleh
Kantor Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan di sebutkan dalam
tabel dibawah ini, bahwa;
Tabel 3.2 Kondisi dan Landasan Teori Pengarusutamaan Gender

No Kondisi Landasan Teori

1. Political will dan kepemimpinan Peraturan perundang-undangan, misalnya:


dari lembaga dan pemimpin  UUD 1945
eksekutif, yudikatif, dan  Tap MPR
legislatif.  Undang-undang
Adanya kesadaran, kepekaan,  Peraturan Pemerintah
dan respons, serta motivasi  Kepres
yang kuat dalam mendukung  Perda
terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender.
2. Adanya kerangka kebijakan Kebijakan-kebijkan yang secara sistemik
yang secara jelas menyatakan mendukung penyelenggaran PUG,
komitmen pemerintah, termasuk kebijakan, strategi, program,
propinsi, kabupaten / kota kegiatan, beserta penyediaan anggaran
terhadap perwujudan nya, seperti:
kesetaraan dan keadilan  Peraturan Bupati Bekasi no 12 tahun 2017
gender tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 33


pemberdayaan perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten bekasi
(berita Daerah Kabupaten Tahun 2017 No
6)
 Peraturan Bupati Bekasi no 16 tahun 2017
tentang Pedoman Pengarus tamaan
Gender di Kabupaten Bekasi.
 Keputusan Bupati Bekasi No 460/kep.463-
A-DPPPA/2017 tentang Forum
Komunikasi, Konsultasi dan Koordinasi
Gender.
3. Struktur dan mekanisme Struktur organisasi pe-merintah dalam
pemerintah, propinsi, rangka pelaksanaan PUG di lingkup
kebupaten /kota yang nasional, propinsi, dan kabupaten / kota,
mengtegrasikan perspektif yang ditandai oleh terbentuknya:
gender  Unit PUG
 Focal point
 Kelompok Kerja
 Forum
Mekanisme pelaksanaan PUG di
integrasikan pada setiap tahapan
pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, peng anggaran,
pemantauan, dan evaluasi.
4. Sumber-sumber daya yang  SDM yang memiliki kesadar-an, kepekaan,
memadai keterampilan, dan motivasi yang kuat
dalam melaksanakan PUG di unitnya.
 Sumber dana dan sarana yang memadai
untuk melaksanakan PUG.
5. Sistem Informasi dan data yang Data dan statistik yang terpilah menurut
terpilah menurut jenis kelamin jenis kelamin.
6. Alat analisis Analisis gender untuk:
 Perencanaan
 Penganggaran
 Pemantauan dan evaluasi
7. Dorongan dari masyarakat Partisipasi masyarakat yang dilakukan
kepada pemerintah dalam mekanisme dialog dan diskusi dalam
proses perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.
Sumber: Diadopsi dari Ahmad Harum
34 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis Profil Perempuan dan Anak dimaksudkan untuk melihat
pemerataan pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
dalam menciptakan pemerintahan yang berkeadilan dan
berkesinambungan untuk perempuan dan anak. Analisis data perempuan
dan anak adalah proses data terpilah tentang perempuan dan anak
melaui identifikasi dan informasi yang di dapat melalui kependudukan,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
Data yang digunakan memakai data pilah yang di dapat disetiap
wilayah Kabupaten Bekasi. Kemudian data tersebut dianalisis baik
numerik ataupun deskripsi data. Analisis data perempuan dan anak
penting digunakan untuk pengambil kebijakan dalam memutuskan
kebijakan yang berkeadilan.
Adapun manfaat analisis data perempuan dan anak dapat di
simpulkan:
1. Memberikan informasi dan data dasar terpilah yang tepat tentang
hak perempuan dan anak dalam mendapatkan perlindungan
yang berkeadilan.
2. Melalui Buku Profil Perempuan dan Anak diharapkan dapat
memberikan gambaran yang benar secara obyektif tentang
keadaan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di
Kabupaten Bekasi.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 35


3. Melalui Buku Profil Perempuan dan Anak menjadi basis data
dalam pengambilan keputusan dalam penyusunan kebijakan
sebagai komitmen pemerintah daerah Kabupaten Bekasi
terhadap pembangunan perempuan dan anak.

Istilah-istilah yang di gunakan dalam Analisis Perempuan dan Anak


adalah;
1. Tidak/belum pernah sekolah adalah anggota rumah tangga
berumur 5 tahun keatas yang tidak pernah atau belum pernah
terdaftar dan tidak pernah/belum pernah aktif mengikuti
pendidikan baik disuatu jenjang pendidikan formal maupun non
formal paket (A/B/C) termasuk juga yang tamat/belum tamat
taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar.
2. Masih bersekolah adalah anggota rumah tangga berumur 5
tahun keatas yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik
disuatu jenjang pendidikan formal maupun non formal paket
(A/B/C). Termasuk mahasiswa yang sedang cuti dianggap masih
bersekolah.
3. Tidak bersekolah lagi adalah anggota rumah tangga berumur 5
tahun keatas yang pernah terdaftar dan aktif mengikuti
pendidikan baik dijenjang pendidikan formal maupun non formal
paket (A/B/C) tapi saat pencacahan tidak terdaftar atau tidak
aktif mengikuti pendidikan lagi.

36 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


4. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri dari yang terdiri atas pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi, meliputi SD / MI / sederajat,
SMP / MTs / sederajat, SMA / MA /sederajat, dan Perguruan
Tinggi.
5. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara tersuktur dan berjenjang
meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan, dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket
A, B, C), serta pendidikan lainnya untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
6. Angka Partisipasi Sekolah adalah proporsi penduduk pada
kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih
bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut.
7. Angka Partisipasi Murni adalah proporsi penduduk pada
keompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih
bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur
tersebut.
8. Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut berperan didalamnya atau
gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 37
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul
tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya.
9. Pembangunan Berkeadilan adalah rangkaian usaha yang
terintegrasi yang dilakukan baik pemerintah daerah maupun
pusat untuk kesejahteraan rakyat yang mengarah kepada
kebaikan dan tidak sewenang-wenang.
10. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dibentuk oleh 3 (tiga)
dimensi dasar yaitu; umur panjang dan hidup sehat (along and
healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak
(decent standard of living). IPG diperkenalkan oleh UNDP pada
Tahun 1990.
11. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) digunakan untuk mengukur
persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan.

38 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


BAB IV
PEMBAHASAN

Negara Indonesia yang kental dengan budaya patriarki, dimana


dikotomi publik-privat bagi perempuan yang masih kental sangat terlihat,
sehingga ideologi peran gender membuat kontribusi perempuan di
ranah produktif tidak terlihat. Dengan demikian peningkatan kesetaraan
dan keadilan perempuan masih bisa dengan tantangan diskursif/
ideologis yang ada dalam masyarakat.
Perempuan Indonesia dengan Latar belakang agama, daerah, sosial-
budaya dan ekonomi yang berbeda masih menghadapi sejumlah
tantangan dan keterbatasan dalam hal partisipasi mereka di berbagai
sektor. Penggalian data perempuan sangat diperlukan meliputi semua
issue dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketenagakerjaan,
politik, sosial dan hukum. Sedangkan data anak yang meliputi data
jenjang pendidikan menurut kelompok umur, data angka partisipasi
sekolah, data angka partisipasi murni dan perlindungan. Data ini dipilah
sebagai data basis untuk pengambil keputusan dalam penyusunan
kebijakan bagi perempuan dan anak yang berkeadilan dan tidak
berpihak.
Laki-laki dan perempuan mempunyai posisi yang sejajar baik sebagai
subjek maupun objek, sejajar dalam pemenuhan kebutuhan, sejajar
dalam proses pengambilan keputusan, dan merasakan hasil

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 39


pembangunan. Selain itu laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang
sama untuk berkontribusi dalam pembangunan sebagai warga negara.
Maka dari itu data terpilah menjadi data utama yang berhubungan
dengan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk dianalisa sesuai dengan
kebutuhan.

4.1 Kependudukan
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bekasi dilihat dalam
“Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2018” di sebutkan bahwa rasio jenis
kelamin dari tahun 2013- 2017 berada dalam angka 104 maka dapat
disimpulkan rasio maskulinitas bahwa terdapat 104 anak laki-laki lahir
untuk setiap 100 kelahiran anak perempuan hal ini dijelaskan dalam Tabel
dibawah ini
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin 2014- 2017

Rata-rata
Jenis
2014 2015 2016 2017 Pertumbuhan
Kelamin
(%)

Laki-laki 1.592.588 1.654.581 1.717.783 1.782.205 5,14

Perempuan 1.530.110 1.591.432 1.653.908 1.717.818 5,29

Jumlah 3.122.698 3.246.013 3.371.691 3.500.023 5,22

Seks Rasio 104 104 104 104

Sumber: Diolah dari BPS, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2018

40 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Pertumbuhan penduduk perempuan di Kabupaten Bekasi lebih
tinggi yaitu 5,29% dibandingkan pertumbuhan penduduk laki-laki yang
dalam posisi 5,14%. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah
daerah Kabupaten Bekasi dalam pengambilan keputusan yang
berkeadilan. Meskipun demikian, komitmen pemerintah pusat maupun
daerah untuk memahami kapasitas perempuan dalam pembangunan
sangat diperlukan.
Seiring pembangunan yang terus berjalan dan pertumbuhan
penduduk yang pesat, Kabupaten Bekasi memiliki tugas dalam Indeks
Pembangunan Manusia, Indeks Pembangunan Gender dan Indeks
Pemberdayaan Gender. Mengingat kompleksnya permasalahan upaya
meningkatkan pembangunan manusia dan pemberdayaan gender,
hendaknya upaya yang dilakukan adalah menyelesaikan berdasarkan
skala prioritas, dimulai dari hal-hal terkecil dan dukungan dari
stakeholder yang saling bersinergi yang dapat menumbuhkan optimisme
keberhasilan dalam pembangunan.
Perkembangan IPG baik provinsi maupun kabupaten/kota ada
beberapa yang menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dimana IPG
Kabupaten Bekasi mencapai 88,00 tahun 2017. Tingkat pencapaian
provinsi tidak terlepas dari pencapaian IPM di setiap kabupaten/kota,
seperti yang terlihat dalam tabel;

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 41


Tabel 4. 2 Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat , 2014 - 2017

No Kabupaten/Kota 2014 2015 2016*) 2017

1 Bogor 86,41 87,13 - 88,69

2 Sukabumi 86,17 86,68 - 86,90

3 Cianjur 82,66 82,82 - 83,56

4 Bandung 93,18 93,32 - 93,43

5 Garut 81,25 81,33 - 81,96

6 Tasikmalaya 84,47 84,67 - 85,63

7 Ciamis 85,19 85,20 - 85,60

8 Kuningan 85,65 85,77 - 86,34

9 Cirebon 81,64 81,95 - 82,51

10 Majalengka 84,09 84,96 - 85,43

11 Sumedang 94,36 94,37 - 94,60

12 Indramayu 86,75 87,46 - 87,91

13 Subang 89,68 89,71 - 90,52

14 Purwakarta 86,25 86,56 - 87,18

15 Karawang 89,69 89,60 - 90,42

16 Bekasi 86,55 87,40 - 88,00

17 Bandung Barat 77,94 78,23 - 79,11

18 Pangandaran 88,95 89,14 - 89,30

19 Kota Bogor 90,38 90,82 - 90,90

20 Kota Sukabumi 90,57 90,72 - 90,95

21 Kota Bandung 94,42 94,95 - 95,03

22 Kota Cirebon 93,23 93,76 - 93,94

23 Kota Bekasi 92,94 92,99 - 93,09

24 Kota Depok 91,94 92,56 - 93,05

25 Kota Cimahi 92,11 92,23 - 92,33

26 Kota Tasikmalaya 90,22 90,73 - 91,06

27 Kota Banjar 85,41 85,98 - 86,93

JAWA BARAT 88,35 89,11 - 89,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat


Catatan: *)Data menurut Kabupaten/Kota tidak tersedia

42 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Tabel 4.3 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat , 2014 - 2017

0 2014 2015 2016 *) 2017

1 Bogor 61,08 59,84 57,1

2 Sukabumi 57,71 55,51 58,33

3 Cianjur 56,85 58,27 55,95

4 Bandung 73,58 74,46 76,50

5 Garut 63,33 63,21 65,63

6 Tasikmalaya 61,18 60,75 63,04

7 Ciamis 63,17 62,43 63,67

8 Kuningan 71,20 69,59 72,39

9 Cirebon 67,09 71,64 74,27

10 Majalengka 60,67 59,93 59,15

11 Sumedang 72,32 68,69 68,08

12 Indramayu 61,60 64,34 58,94

13 Subang 60,05 62,56 65,90

14 Purwakarta 69,54 70,59 72,25

15 Karawang 67,43 64,21 68,08

16 Bekasi 53,21 55,40 57,16

17 Bandung Barat 64,80 57,99 53,98

18 Pangandaran 61,27 62,15 65,45

19 Kota Bogor 63,07 64,05 67,37

20 Kota Sukabumi 62,35 59,42 60,20

21 Kota Bandung 58,22 58,06 53,84

22 Kota Cirebon 71,97 74,89 74,23

23 Kota Bekasi 65,33 64,84 65,68

24 Kota Depok 81,08 81,23 81,40

25 Kota Cimahi 72,70 73,38 76,97

26 Kota Tasikmalaya 54,28 62,46 63,50

27 Kota Banjar 47,90 49,32 47,96

Jawa Barat 68,87 69,02 70,04

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat


Keterangan: *) Data tahun 2016 tidak tersedia

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 43


Dalam tabel diatas diketahui Indeks Pemberdayaan Gender
Kabupaten Bekasi meningkat pada tahun 2015 mencapai 55,40 dari
tahun sebelumnya yang mencapai 53,21. Namun di tahun 2017
mencapai 57,16. Dengan kata lain capaian pemberdayaan gender
kabupaten Bekasi masih belum sebanding dengan Indeks pembangunan
gender yang tinggi. Oleh karna itu ada beberapa indikator yang harus
dipenuhi untuk meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) di
Kabupaten Bekasi, selain indikator jangka pendek, juga di butuhkan
indikator jangka panjang. Indikator jangka pendek berupa memenuhi
skala prioritas, dari hal-hal terkecil terlebih dahulu. Sedangkan indikator
jangka panjang berupa; evaluasi partisipasi perempuan dalam parlemen,
proporsi tenaga profesional perempuan, dan kontribusi perempuan
dalam perekonomian.
Sedangkan, dalam piramida populasi di bawah ini berdasarkan
distribusi umur yang dikelompokkan kepada usia belum produktif, usia
produktif, dan usia non produktif. Usia belum produktif 0-14 tahun
terdapat 28,09 % dari populasi penduduk di Kabupaten Bekasi saat ini.
Sedangkan usia produktif usia 15-64 tahun saat ini baik laki-laki maupun
perempuan sebanyak 69,23 % dari populasi penduduk. kelompok usia
Nonproduktif sebanyak 2,68% dari populasi penduduk Kabupaten Bekasi
yang ada. Artinya rasio ketergantungan sebesar 0,44 orang dimana setiap
100 orang penduduk usia produktif mempunyai tanggungan 4 orang usia
tidak produktif. Untuk tingkat harapan hidup jumlah perempuan lebih
banyak dari pada jumlah laki-laki.
44 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
.
Grafik 4.1 Piramida Penduduk Menurut Usia di Kabupaten Bekasi 2017

Grafik 4.2 Penduduk yang Memiliki Akta Kelahiran Menurut


Kelompok Umur Tahun 2016-2017

Pada tahun 2016, penduduk umur 0-4 tahun laki-laki yang memiliki
akta kelahiran sebanyak 57,75, sedangkan penduduk umur 0-4 tahun

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 45


perempuan tahun 2016 yang memiliki akta kelahiran sebanyak 63,68. Itu
artinya untuk usia 0-4 tahun perempuan lebih banyak mempunyai akta
kelahiran sebesar 5,93%. Untuk golongan umur 0-17 tahun laki-laki
sebanyak 62,02 dan golongan umur 0-17 perempuan sebanyak 63,47.
Artinya dalam golongan 0-17 perbedaan kepemilikan akta kelahiran
perempuan lebih tinggi 1,45% daripada laki-laki.
Pada tahun 2017, penduduk umur 0-4 tahun laki-laki yang memiliki
akta kelahiran sebanyak 75,71, sedangka penduduk 0-4 tahun perempuan
memiliki akta kelahiran sebanyak 81,95. Artinya anak perempuan lebih
tinggi 14,24% yang mempunya akta kelahiran usia 0-4 tahun. Untuk
golongan umur 0-17 tahun yang mempunyai akta kelahiran sebanyak
84,84 dan perempuan yang mempunyai akta kelahiran sebanyak 89,50.
Artinya perempuan usia 0-17 mempunyai akta kelahiran lebih tinggi
sebesar 4,66%.
Dalam grafik diatas tergambar dari tahun 2016-2017 lebih dari 80%
anak usia 0-17 tahun telah memiliki akta kelahiran. Berarti kesadaran para
orang tua di Kabupaten Bekasi atas hak anak sudah dilaksanakan sebagai
bentuk perlindungan, penghargaan dan pengakuan status anak walaupun
masih kurang dalam persentase. Sosialisasi pentingnya memiliki akta
kelahiran di wilayah yang jauh dari perkotaan sangatlah penting
dilakukan untuk menghindari Pemalsuan identitas anak demi berbagai
kepentingan, bahkan yang lebih berbahaya adalah menjadi target dalam
perdagangan anak.

46 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Komitmen Kabupaten Bekasi melalui Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (Disdukcapil) untuk mempermudah pembuatan akta
kelahiran diantaranya; melalui program pembuatan akta kelahiran gratis
dimana petugas dari Catatan Sipil langsung ke desa dan berjadwal. Serta
diluncurkannya pembuatan akta kelahiran melalui whatsapp (messenger
application) dimana pemohon dapat membuat akta kelahiran berbasis
online. Hal ini menjadi terobosan baru yang sangat bagus dan hanya ada
di Kabupaten Bekasi dengan sasaran masyarakat desa pelosok yang sulit
dalam akses pelayanan, ataupun masyarakat perkotaan yang sulit dalam
mengatur waktu dalam pekerjaan.
Program ini diharapkan benar-benar berjalan untuk memudahkan
pembuatan akta kelahiran masyarakat Kabupaten bekasi demi
pemerataan dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak. Namun
dalam pelaksanaanya, program ini mengalami hambatan karena
kurangnya pemahaman tentang penggunaan aplikasi online tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah melakukan sosialisasi
tentang aplikasi online.
Status dan pengakuan anak tersebut di tuangkan dalam
kepemilikan NIK yaitu Nomor Induk Kependudukan. Grafik dibawah ini
menjelaskan persentase penduduk yang memiliki NIK menurut jenis
kelamin dan kelompok umur.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 47


Grafik 4.3 Penduduk yang Memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK)
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 2017

Dalam grafik diatas digambarkan persentase penduduk yang


memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) menurut jenis kelamin dan
kelompok Umur tahun 2017.
1. Perempuan usia lima tahun keatas yang sudah mempunyai NIK
sebanyak 98,20. Sedangkan laki-laki usia 5 tahun keatas sebanyak
98,39, laki-laki lebih banyak 0,19% dari perempuan.
2. Usia laki-laki usia 17 tahun keatas yang mempunya NIK sebanyak
98,77. Sedangkan perempuan usia 17 tahun keatas yang
mempunyai NIK sebanyak 98,90.
Nomor Induk Kependudukan yang disingkat NIK adalah nomor
identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat
pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang
berdasarkan Perda No 7 Tahun 2011 pasal 1 ayat 8 tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang dimaksud penduduk
48 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
adalah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
diwilayah Kabupaten Bekasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, dan NIK diperlukan untuk tertibnya administrasi
kependudukan. Pada tahun 2017 pada usia 0-17 tahun tidak ada
perbedaan persentase antara laki-laki dan perempuan.

4.2 Pendidikan
Perempuan di sebagian masyarakat indonesia dalam pendidikan
masih terikat faktor budaya patriarki dan faktor ekonomi. Faktor budaya
patriarki adalah budaya dimana lelaki mempunyai kedudukan lebih tinggi
dari wanita. Sedangkan faktor ekonomi seharusnya perempuan bukan
menjadi unsur utama dalam membantu perekonomian keluarga, tetapi
hanya sebagai unsur tambahan saja. Hal ini menjadikan perempuan di
Kabupaten Bekasi belum sepenuhnya merasakan pemerataan dalam
pendidikan.
Pendidikan bukan hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja
melainkan didapat melalui pendidikan nonformal. Dua pendidikan
tersebut dapat memberikan kontribusi yang sama dalam meningkatkan
kualitas pembangunan diri manusia. Untuk melihat bagaimana program
pendidikan ini berjalan, pada bagian ini kita akan membahas beberapa
aspek diantaranya; status pendidikan di Kabupaten Bekasi, angka
partisipasi Pra Sekolah penduduk tahun 2016-2017, angka partisipasi
murni sekolah penduduk tahun 2016-2017, dan angka partisipasi kasar
sekolah penduduk tahun 2017.
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 49
A. Status Pendidikan
Pendidikan Pra Sekolah

Grafik 4.4 Penduduk Berumur 0-6 Tahun yang Pernah/Masih Mengikuti


Pendidikan Pra Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan, 2016

Gambaran persentase anak usia 0-6 tahun yang bersekolah di


tingkat Pra sekolah tahun 2016 sebagai berikut; anak laki-laki yang duduk
di tingkat Taman Kanak-kanak sebesar 43,27, dan anak perempuan
sebesar 40,58. Sedangkan untuk Bustanul Athfal atau Taman Kanak-kanak
Islam sebesar 0,07 untuk anak laki-laki, dan 2,36 untuk anak perempuan.
Untuk tingkatan PAUD anak laki-laki berjumlah 52,92 dan untuk
Perempuan berjumlah 54,25. Masih dalam Pra Sekolah, dalam kelompok
bermain anak laki-laki berjumlah 3,74 dan anak perempuan berjumlah
2,81. Dari tahun 2016 persentase masyarakat yang memasukkan anaknya
ke PAUD sangat besar, hal ini sesuai dengan tujuan PAUD diantaranya
adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai
kehidupan yang dianut.

50 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Untuk persentase usia Pra sekolah tahun 2017 dikelompokkan
kepada kelompok umur dan jenis kelamin. Laki-laki kelompok umur 0-6
tahun yang bersekolah di Pra Sekolah berjumlah 24,91, sedangkan untuk
perempuan kelompok umur 0-6 tahun yang bersekolah di Pra Sekolah
berjumlah 26,84. Akan tetapi adanya peningkatan pada kelompok umur
3-6 tahun sebanyak 40,78 anak laki-laki yang bersekolah di Pra Sekolah,
dan anak perempuan sebanyak 42,04. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam
grafik dibawah ini.

Grafik 4.5 Persentase Usia Pra Sekolah Tahun 2017


Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap Pendidikan Usia


Dini semakin besar, sejak tahun 2016 sampai 2017 jumlah anak usia pra
sekolah yang masuk terus meningkat secara kuantitas. PAUD sendiri
adalah pendidikan Pra sekolah formal yang bertujuan untuk
mengembangkan seluruh kemampuan anak baik kemampuan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Perkembangan ini dibarengi oleh tumbuh
suburnya PAUD di setiap wilayah di Kabupaten Bekasi. Tabel dibawah ini
menjelaskan jumlah PAUD tahun 2018 saat ini.
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 51
Tabel 4.4 Jumlah PAUD di Kabupaten Bekasi Tahun 2018

Jumlah PAUD 2018


NO KECAMATAN TOTAL
TK KB TPA SPS RA
1 Cikarang Pusat 23 21 0 0 1 45
2 Cikarang Timur 13 19 0 10 6 48
3 Cikarang Barat 25 30 2 8 29 94
4 Cikarang Selatan 43 40 0 5 14 102
5 Cikarang Utara 57 33 2 5 25 122
6 Tambun Selatan 120 47 1 25 43 236
7 Tambun Utara 48 18 4 9 22 101
8 Babelan 70 42 0 5 42 159
9 Tarumajaya 37 25 0 2 29 93
10 Muaragembong 2 14 0 0 1 17
11 Cabangbungin 7 22 0 6 2 37
12 Pebayuran 6 18 0 8 6 38
13 Kedungwaringin 7 13 0 6 4 30
14 Sukatani 16 15 0 0 9 40
15 Sukakarya 3 15 0 2 5 25
16 Sukawangi 2 11 0 5 4 22
17 Tambelang 4 14 0 0 3 21
18 Karangbahagia 17 26 0 1 9 53
19 Cibitung 65 36 3 6 30 140
20 Setu 39 42 2 7 12 102
21 Serangbaru 25 12 0 7 6 50
22 Cibarusah 18 33 0 2 5 58
23 Bojongmangu 0 18 0 0 0 18

Jumlah 647 564 14 119 307 1.651

Sumber : Sapulidi Riset Center (SRC), Januari 2018


52 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
Grafik dan tabel diatas menunjukkan signifikansi kesadaran orang
tua atas hak anak dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Kesadaran
pentingnya perkembangan prilaku, bakat dan pengetahuan anak dalam
memasuki usia Golden Age yang dititikberatkan ke arah pertumbuhan
dan perkembangan anak (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan spiritual), sosio
emosional (sikap dan prilaku), serta bahasa dan komunikasi yang sangat
penting.
Pesatnya pertumbuhan PAUD di Kabupaten Bekasi
mengindikasikan baiknya perkembangan pendidikan dalam masyarakat.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada usia dini
merupakan kunci terbentuknya generasi muda yang berkualitas dan
berkelanjutan untuk mencapai ketahanan pemerintahan yang adil dan
merata.
Wajib belajar yang berkelanjutan sangat penting bagi
keberlangsungan generasi muda yang berkualitas. Di bawah ini tabel
persentase pertisipasi sekolah penduduk usia 7-24 Tahun menurut
jenjang pendidikan, jenis kelamin tahun 2016 dan 2017.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 53


Tabel 4.5
Persentase Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut Jenjang Pendidikan,
Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah, dan Partisipasi Sekolah di
Kabupaten Bekasi, 2016

2016
Tidak/Belum Tidak
Masih Sekolah
Karakteristik pernah Sekolah Jumlah
SD/ SMP/ SMA/
sekolah Lagi
Sederajat Sederajat Sederajat
Laki-laki 0,15 35,26 13,71 20,27 30,61 100

Perempuan 0,19 33,66 14,93 17,62 33,60 100

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, 2016

A.1 Tahun 2016


Status persentase penduduk usia 7-24 tahun yang tidak/
belum pernah sekolah anak perempuan 0,6% lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki sebanyak 0%. Untuk sekolah Dasar
dan sederajat perempuan lebih tinggi (0,38%) dari laki-laki
selanjutnya Meningkat kepada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Pertama laki-laki lebih besar (1,16%) dibandingkan
perempuan, Sedangkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Laki-
laki lebih tinggi (0,19%) dibanding perempuan. Masih konsisten
dengan sebelumnya di tingkat perguruan Tinggi laki-laki lebih
(0,28%) dibandingkan perempuan. Artinya jumlah laki-laki yang
masih sekolah di tahun 2016 sebanyak 67,50 dan lebih tinggi
selisih 1,25% dibandingkan perempuan sebanyak 66,25.
Sedangkan untuk penduduk yang usia 7-24 tahun yang tidak
54 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
sekolah lagi laki-laki sebanyak 32,50 dan untuk perempuan
sebanyak 33,09 artinya perempuan berusia 7-24 tahun yang tidak
sekolah lagi atau putus sekolah lebih tinggi (0,59%) dibandingkan
laki-laki.
Tabel 4.6
Persentase Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut Jenjang Pendidikan,
Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah di
Kabupaten Bekasi, 2017

2017
Tidak/belum Tidak
Masih Sekolah
Karakteristik pernah Sekolah Jumlah
SD/ SMP/ SMA/
sekolah Lagi
Sederajat Sederajat Sederajat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Laki-laki 0,15 35,26 13,71 20,27 30,61 100

Perempuan 0,19 33,66 14,93 17,62 33,60 100

Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, 2017

A.2 Tahun 2017


Di tahun 2017 penduduk usia 7-24 tahun yang tidak/belum
pernah sekolah laki-laki 0,15 dan perempuan sebanyak 0,19 tidak
jauh perbedaan. Masih sama pada tahun 2016, di tahun 2017 laki-
laki yang duduk di Sekolah Dasar masih lebih besar 35,26 dan
perempuan 33,66, hanya selisih 1,6%. Sebaliknya perempuan
yang masih dijenjang pendidikan Sekolah Menengah pertama
dan sederajat lebih besar 1,22% dibandingkan laki-laki.
Sedangkan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas dan

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 55


sederajat laki-laki sebanyak 20,27 dan perempuan sebanyak 17,62
artinya jumah laki-laki lebih banyak 2,65%. Di tahun ini jumlah
putus sekolah perempuan lebih banyak 33,60 dibanding laki-laki
yang mencapai angka 30,61.
Artinya laki-laki yang putus sekolah dalam kurun waktu tahun
2016-2017 mengalami penurunan 1,89%. Sedangkan dalam
kurun waktu tahun 2016-2017 perempuan yang berusia 7-24
tahun yang putus sekolah terus meningkat dari 0,59% ke angka
2,99%, yang artinya masih tingginya angka putus sekolah
perempuan kemungkinan disebabkan oleh faktor ekonomi dan
budaya masyarakat yang masih kurang memahami tentang
pentingnya pendidikan. Oleh karena itu upaya penurunan angka
putus sekolah diharapkan terus dilaksanakan secara
berkelanjutan. Salah satu upaya adalah memberikan pengertian
kepada orang tua dan tokoh masyarakat tentang pentingnya
pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan.

56 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


B. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tabel 4.7
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 5-18 Tahun Menurut
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Bekasi, 2016

Jenis APS Formal APS Formal + Non Formal


Kelamin 5-6 7-12 13-15 16-18 5-6 7-12 13-15 16-18

Laki-laki 21,22 100,00 97,57 67,68 21,22 100,00 97,57 67,68

Perempuan 22,77 99,25 97,19 66,35 22,77 99,25 97,19 66,35

Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi

Tabel diatas menggambarkan usia 5-18 tahun Angka Partisipasi


Sekolah menurut Jenis Kelamin dan kelompok umur tahun 2016 baik
Formal dan Non Formal, sebagai berikut;
1. Status pendidikan penduduk usia 5-6 tahun APS Formal+Non
Formal
Anak perempuan di tahun 2016 usia 5-6 tahun yang masuk
usia pra sekolah lebih tinggi 1,55% dari pada anak laki-laki.
2. Status Pendidikan Penduduk Usia 7-12 tahun APS Formal+
Non Formal.
Laki-laki usia 7-12 tahun angka partisipasi sekolahnya lebih
tinggi yaitu mencapai nilai 100, sedangkan Perempuan usia
7-12 di posisi ini mencapau 99,25. Yang berati laki-laki lebih
tinggi 0,75%.
3. Status Pendidikan Penduduk Usia 13-15 tahun APS Formal+
Non Formal.
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 57
Persamaan status pendidikan baik laki-laki dan perempuan
ada pada usia 13-15 yang mencapai hampir sama dalam
angka dimana laki-laki 97,57 dan perempuan 97,19. Artinya
laki-laki lebih tinggi 0,38%.
4. Status Pendidikan Penduduk Usia 16-18 tahun APS Formal+
Non Formal
Pada status pendidikan penduduk usia 16-18 ini baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai capaian angka yang hampir
sama, laki-laki mencapai 67,68 dan perempuan mencapai
66,35 yang artinya selisih laki-laki dan perempuan 1.33%.

Tabel 4.8
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 5-18 Tahun Menurut
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Bekasi Tahun 2017

Jenis APS Formal APS Formal + Non Formal


Kelamin 5-6 7-12 13-15 16-18 5-6 7-12 13-15 16-18

Laki-laki 16,18 99,55 98,57 74,45 16,18 100,00 98,57 74,45

Perempuan 23,83 100,00 97,71 72,49 23,83 100,00 97,71 72,49

Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat kabupaten Bekasi, 2017

Tabel diatas menggambarkan usia 5-18 tahun Angka Partisipasi


Sekolah menurut jenis kelamin dan kelompok umur tahun 2017, sebagai
berikut;
1. Status Pendidikan penduduk usia 5-6 tahun APS Formal dan
Non Formal

58 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Perempuan pada usia 5-6 tahun mencapai 23,83 lebih tinggi
dari pada laki-laki yang hanya 16,18. Berarti tingkat partisipasi
sekolah perempuan sangat tinggi 7,65% dari pada laki-laki.
Sama halnya dengan angka partisipasi Formal dan non formal
perempuan perempuan mencapai angka yang sama yaitu
23,83 dan laki-laki mencapai angka 16,18. Angka partisipasi
keunggulan perempuan mencapai angka 7,65%.
2. Status Pendidikan Penduduk usia 7-12 tahun APS Formal dan
Non Formal.
Perempuan pada usia 7-12 tahun mencapai 100,00 lebih
tinggi daripad laki-laki yang 99,55. Artinya 0,45% perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki. Namun untuk angka partisipsi
Formal dan Non formal baik perempuan dan laki-laki
mencapai nilai yang berimbang, yaitu 100,00. Artinya
partisipasi usia 5-6 tahun baik laki-laki dan perempuan
mencapai diangka yang sama yaitu 100%.
3. Status Pendidikan penduduk usia 13-15 tahun APS Formal
dan Non Formal.
Dalam status pendidikan ini perempuan mencapai 97,71 dan
laki-laki 98,57, yang berarti laki-laki lebih tinggi partisipasi
0,86%. Hal sama terjadi di angka partisispasi formal dan
nonformal yaitu mencapai angka yang sama untuk laki-laki
98,57, dan perempuan 97,71.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 59


4. Status Pendidikan Penduduk usia 16-18 tahun APS Formal
dan Non Formal.
Untuk usia 16-18 tahun laki-laki mencapai 74,45, dan
perempuan mencapai angka 72,29. Artinya angka partisipasi
sekolah laki-laki lebih tinggi 2,16% dari perempuan.

Berdasarkan tabel APS 2017 diatas menggambarkan berapa


banyak penduduk usia pendidikan yang sedang bersekolah yang terkait
program wajib belajar. Program wajib belajar jika APS 7-12 tahun diatas
95 persen, dan APS 13-15 tahun diatas 70 persen. Untuk Kabupaten
Bekasi APS 7-12 mencapai 100 persen, berarti penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak 0,00 persen penduduk yang belum bersekolah atau tidak
bersekolah dalam waktu tahun 2017. Dari 100,00 persen penduduk usia
7-12 tahun ada yang bersekolah di SD maupun yang sudah duduk di
Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan APS penduduk umur usia 13-15
tahun sebesar 0,86% masih belum sekolah atau tidak bersekolah lagi.
Sedangkan 98.14 persen penduduk berumur 13-15 tahun masih
bersekolah di tingkat SD,SLTP,atupun SMA.
Pada Tahun 2016-2017 APS usia 7-12 tahun diatas 95 persen
artinya capaian program pemerintah untuk wajib belajar sudah terpenuhi
dengan baik. Dalam hal ini upaya pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk program wajib belajar pada tahun 2017 sangat memuaskan.
Hasil susenas mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan

60 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


dalam angka partisipasi sekolah baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini
dapat dilihat dalam Angka Partisipasi Murni dibawah ini.

C. Angka Partisipasi Murni (APM)


Angka partisipasi murni adalah persentase penduduk yang
digunakan dalam mengukur kesetaraan gender dengan menggunakan
persentase jumlah siswa dengan umur yang berkaitan jenjang
pendidikannya dari jumah penduduk di usia yang sama.

Tabel 4.9
Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bekasi Tahun 2016-2017

Laki-Laki Perempuan
Tahun SMU/SMK/ SMU/SMK/
SD/MI SLTP/MTs SD/MI SLTP/MTs
MA MA
2016 100,00 90,46 62,40 99,25 81,87 60,75

2017 99,09 77,73 61,54 99,60 88,44 57,64

Sumber: Diolah dari Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, 2016 dan 2017

Tabel 4.9 menjelaskan angka partisipasi murni penduduk


Kabupaten Bekasi menurut jenjang pendidikan. Tahun 2016 APM laki-laki
di jenjang pendidikan SD 100,00 dan perempuan 99,25. Artinya APM
tingkat SD/MI laki-laki lebih besar 0,75% dari perempuan. Sedangkan
SLTP/MTs lai-laki 90,46, dan perempuan 81,87. Artinya APM laki-laki
masih lebih tinggi dari perempuan sebesar 8,59%. Tingkat SMU/SMK/MA

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 61


laki-laki sebesar 62,40 dan perempuan mencapa 60,75. Artinya APM laki-
laki masih lebih besar dibanding APM perempuan sebesar 1,65%.
Masih dalam tabel 4.8 menjelaskan pada tahun 2017 APM SD/MI
perempuan lebih tinggi 0,51% dari APM laki-laki. Pada jenjang
pendidikan SLTP/MTs APM perempuan kembali lebih besar yaitu 88,44
dan laki-laki 77,73, yang artinya APM perempuan lebih besar mencapai
10,71%. Namun APM SMU/SMK/MA laki-laki lebih besar 39% dari APM
perempuan.
Dari keterangan diatas dapat dilihat APM tahun 2017 perempuan
di tingkat SD/MI dan SLTP/Mts lebih tinggi dari APM laki-laki. Yang
artinya tingkat kesadaran orang tua semakin tinggi tentang pentingnya
pendidikan untuk perempuan. Namun hal ini tidak didukung dalam
tingkat pendidikan SMU/SMK/MA, dimana APM perempuan menurun.
Hal ini berarti angka putus sekolah perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki pada jenjang pendidikan SMU/SMK/MA.

D. Angka Partisipasi Kasar (APK)


Tabel 4.10
Angka Partisipasi Kasar (APK) Formal dan Nonformal Penduduk
menurut Karakteristik dan Jenjang Pendidikan, 2017

Karakteristik
Jenis Kelamin SD SLTP SMU
Laki-laki 107,03 86,63 111,53
perempuan 108, 36 98,27 89,39
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, 2017

62 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Nilai APK selalu lebih besar dari APM hal ini untuk menunjukkan
tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkatan
pendidikan. Nilai APK dan APM pada tahun 2017 sebagai berikut;
1. Angka Partisipasi murni tingkat pendidikan laki-laki SD di
Kabupaten Bekasi mencapai 99,09 persen, sedangkan APK
tingkat pendidikan SD mencapai 107,03 persen. Yang artinya
hanya 99,09 persen penduduk usia 7-12 tahun yang terserap
sebagai murid SD/Sederajat. Sisanya bisa terserap di SD atau
SMP/Sedrajat. Selisih APK dan APM SD/Sederajat adalah 7,94
persen, hal ini menunjukkan bahwa diantara murid SD/
Sederajat 7,94 persen berumur kurang dari 7 tahun atau lebih
dari 12 tahun.
2. Nilai APM tingkat pendidikan perempuan SD/Sederajat
mencapai 99,60, dan APK 108,36. Berarti pada jenjang ini
perempuan di kabupaten Bekasi yang berusia 7-12 tahun
yang terserap sebagai murid SD/Sederajat sebesar 99,60.
Sedangkan selisih sebesar 8,76 menunjukkan bahwa
diantaranya berumur kurang dari 7 tahun atau usia lebih dari
12 tahun sebagai murid SD/Sederajat maupun sudah
memasuki SMP/Sederajat.
3. Angka partisipasi murni laki-laki SLTP/Sederajat sebesar 77,33,
dan APK untuk laki-laki sebesar 86,63. Artinya hanya 77,33
persen usia 13-15 tahun yang terserap sebagai murid
SMP/Sederajat. Sedangkan 9,3% diantaranya usia kurang dari
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 63
13 tahun atau usia lebih dari 15 tahun sebagai murid
SD/sederajat maupun sudah memasuki SMU/Sederajat.
4. Nilai APM perempuan SMP/Sederajat sebesar 88,44 dan APK
untuk perempuan sebesar 98,27 yang artinya, 88,44 persen
perempuan terserap sebagai murid SMP/sederajat.
Sedangkan angka selisih dari APK dan APM sebesar 9,83%
yang berarti sebanyak 9,83% diantara usia kurang dari 13
tahun atau usia lebih dari 15 tahun sebagai murid SD maupun
SMU/Sederajat.
5. Angka partisipasi murni laki-laki SMU/Sederajat dalam angka
61,54 dan APK laki-laki sebesar 111,53. Artinya hanya 61,54
persen laki-laki yang terserap sebagai murid SMU/Sederajat.
Selisih APK dan APM yaitu sebesar 49,99 persen, yang berarti
ada sebanyak 49,99 persen laki-laki diantara usia kurang dari
16 tahun atau usia lebih dari 18 tahun sebagai murid SMP
maupun sudah berada di Tingkat Perguruan Tinggi.
6. APM perempuan SMU/Sederajat sebesar 57,64 dan APK
sebesar 89,93. Artinya penyerapan murid SMU/Sederajat
hanya 57,64 persen saja. Sedangkan selisih APM dan APK
sebesar 32,29% yang artinya ada sebanyak 32,29 %
perempuan diantara usia kurang dari 16 tahun atau usia lebih
18 tahun sebagai murid SMP maupun sudah berada di
Tingkat Perguruan Tinggi.

64 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


4.3 Tenaga Pengajar
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat dari
pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaan Pendidikan yang baik dan
berkualitas akan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap bersaing
dalam era globalisasi. Lulusan yang berkualitas tidak bisa dipisahkan dari
tenaga-tenaga pengajar yang profesional dan mempunyai dedikasi
penuh dalam mengemban tugas yang bukan hanya mencerdaskan
bangsa, akan tetapi memberikan perubahan kehidupan yang lebih baik.
Ada beberapa komponen yang saling terikat didalam pendidikan salah
satunya adalah komponen pengajar (Guru). Dalam buku Profile
perempuan dan anak ini akan dibahas komponen rasio Guru menurut
jenjang sekolah dan jenis kelamin, dan rasio Kepala sekolah menurut
wilayah dan jenis Kelamin di wilayah Kabupaten Bekasi.

1. Guru Menurut Jenjang Sekolah dan Jenis Kelamin


Tabel 4.11 Guru menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin

SD SMP SMA
No. Kecamatan Laki- Perempu Laki- Perempu Laki- Perempu
laki an laki an laki an
1 Babelan 266 679 163 220 187 185

2 Bojongmangu 56 61 21 12 17 14

3 Cabangbungin 96 138 79 51 55 32

4 Cibarusah 136 299 69 126 88 104

5 Cibitung 198 571 67 154 37 57

6 Cikarang Barat 254 631 117 178 176 189

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 65


SD SMP SMA
No. Kecamatan Laki- Perempu Laki- Perempu Laki- Perempu
laki an laki an laki an
7 Cikarang Pusat 118 173 52 50 73 79

8 Cikarang Selatan 212 485 89 171 141 146

9 Cikarang Timur 121 198 77 107 42 41

10 Cikarang Utara 417 863 192 234 174 225

11 Karang Bahagia 169 220 32 42 71 49

12 Kedung Waringin 109 157 30 43 54 42

13 Muaragembong 88 117 39 31 51 28

14 Pebayuran 190 263 81 68 83 51

15 Serang Baru 159 358 66 60 48 47

16 Setu 163 319 104 124 80 83

17 Sukakarya 97 154 66 37 24 18

18 Sukatani 136 262 54 64 80 83

19 Sukawangi 81 122 42 43 55 33

20 Tambelang 153 213 29 27 51 46

21 Tambun Selatan 410 1495 356 667 324 549

22 Tambun Utara 160 447 81 120 101 185

23 Tarumajaya 132 370 81 95 116 98

Jumlah 3655 8595 1987 2724 2128 2384

Sumber: Buku Statistik dan Analisis Gender

66 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Dari tabel diatas diatas dapat dilihat perbandingan Guru menurut
jenjang pendidikan SD/Sederajat Guru Perempuan berjumlah 8595 orang
guru perempuan, sedangkan guru laki-laki berjumlah 3655 orang. Pada
jenjang pendidikan SLTP/Sederajat Guru perempuan berjumlah 2724
orang, dan Guru laki-laki berjumlah 1987 orang. Kemudian jenjang
SMA/Sederajat berjumlah 2384 orang Guru perempuan, dan 2128 orang
Guru laki-laki. Ini berarti Guru baik di tingkat SD/Sederajat, SLTP/
Sederajat, dan SMA/Sederajat didominasi oleh Guru Perempuan. Hal ini
dapat dilihat perbandingan Guru perempuan dan laki-laki di kabupaten
Bekasi dari grafik dibawah ini;

Grafik 4.6 Perbandingan Guru Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin 2017

Grafik diatas menunjukkan guru perempuan lebih banyak dari


pada guru laki-laki. Posisi guru masih menjadi pilihan profesional bagi
kebanyakan perempuan di Kabupaten Bekasi, hal ini harus menjadi
perhatian khusus bagi Pemerintah Daerah Bekasi dalam memfasilitasi
tenaga pengajar perempuan menjadi Tenaga Pengajar yang profesional
untuk pembangunan Daerah Bekasi yang lebih maju dalam segala bidang
kehidupan.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 67


2. Kepala Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis
Kelamin
Jumlah Kepala sekolah berdasarkan data yang didapat sebagai
berikut; jumlah Kepala Sekolah SD/sederajat laki-laki sebanyak 525 orang,
dan Kepala Sekolah Perempuan SD/ sederajat sebanyak 366 orang. Untuk
Kepala Sekolah SMP/sederjat laki-laki terdaftar 220 orang, sedangkan
Kepala Sekolah Perempuan terdaftar hanya 76 orang. Pada jenjang
SMA/sederajat Kepala Sekolah Laki-laki terdapat 210 orang, sedangkan
kepala Sekolah Perempuan 69 orang, lebih jelasnya tergambar dalam
grafik dibawah ini.

Grafik 4.7 Kepala Sekolah SD/sederajat menurut


Kecamatan dan Jenis Kelamin 2017

68 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.8 Kepala Sekolah SMP/sederajat menurut Kecamatan dan
Jenis Kelamin 2017

Grafik 4.9 Kepala Sekolah SMA/sederajat menurut Kecamatan dan


Jenis Kelamin 2017

Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk Rata-


rata posisi Kepala sekolah 65 % di pegang oleh laki-laki, dan sisanya 35%
dijabat oleh perempuan. Artinya jabatan kepala sekolah masih di
dominasi oleh laki-laki di wilayah Kabupaten Bekasi yang dipengaruhi

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 69


oleh beberapa faktor. Faktor-faktor inilah yang mengakibatkan dominasi
maskulin pada jabatan kepala sekolah diantaranya; budaya yang masih
kental tentang laki-laki lebih kuat dari perempuan, penghormatan kepada
laki-laki sebagai “pemimpin” masih sangat tinggi serta memiliki tanggung
jawab yang besar baik dalam keluarga maupun masyarakat.

4.4 Tenaga Kesehatan


Dalam kerangka SDG’s (Sustainable Development Goals) isu
kesehatan memiliki empat tujuan (goals), tujuan-tujuan tersebut tertuang
dalam tujuan kedua, ketiga, kelima dan keenam dari tujuh belas tujuan
yang ada. Tujuan kedua; mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan, dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang
berkelanjutan, tujuan ketiga; menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, tujuan
kelima; menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh
wanita dan perempuan, tujuan yang keenam; menjamin ketersediaan dan
pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang.
Oleh karena itu untuk menunjang proses pencapaian tujuan
pembangunan dibidang kesehatan dapat berjalan sebagaimana yang
telah direncanakan dibutuhkan sumber daya penunjang dalam pelayanan
kesehatan yaitu tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan tenaga medis
lainnya demi terwujudnya pemerataan dan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Bekasi. Buku Profil Perempuan dan Anak ini menyajikan data
dan informasi tentang jumlah dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
70 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
guna pencapaian tujuan SDG’s. Jumlah dokter menurut wilayah dan jenis
kelamin di Kabupaten Bekasi dapat di lihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.12 Dokter Menurut Wilayah dan Jenis Kelamin

Dokter
No. Kecamatan
Laki-laki Perempuan
1 Babelan 4 4
2 Bojongmangu 2 1
3 Cabangbungin 2 0
4 Cibarusah 0 3
5 Cibitung 1 6
6 Cikarang Barat 2 6
7 Cikarang Pusat 0 3
8 Cikarang Selatan 1 5
9 Cikarang Timur 0 5
10 Cikarang Utara 3 3
11 Karang Bahagia 1 2
12 Kedung Waringin 1 4
13 Muaragembong 0 1
14 Pebayuran 0 4
15 Serang Baru 0 2
16 Setu 1 6
17 Sukakarya 1 2
18 Sukatani 0 1
19 Sukawangi 2 1
20 Tambelang 0 2
21 Tambun Selatan 6 22
22 Tambun Utara 1 8
23 Tarumajaya 0 7
Jumlah 28 98
Sumber: Buku Statistik dan Analisis Gender 2018

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 71


Dari tabel diatas tergambar dengan jelas bahwa perempuan sangat
dominan di dalam pekerjaan tenaga medis dengan proporsi jumlah
dokter perempuan lebih banyak sebesar 98 orang atau 71%
dibandingkan laki-laki yang hanya 28 orang atau 29% dari keseluruhan
jumlah dokter di Kabupaten Bekasi. Dalam hal ini Pemerintah Daerah
Kabupaten Bekasi diharapkan dapat menyediakan tenaga medis
khususnya dokter, dengan jumlah penduduk Bekasi yang semakin pesat
bukan tidak mungkin akan lambatnya pencapaian tujuan SDG’s yang
dicanangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi
prioritas utama dalam penyediaan tenaga medis. Lebih jelasnya dapat
dilihat dalam grafik dibawah ini:

Grafik 4.10 Jumlah Dokter menurut jenis kelamin

Bukan hanya dokter, peran perawat dalam sistem tenaga kesehatan


mempunyai peran yang sangat penting, baik sebagai peran sosial
maupun sebagai peran profesi. perawat sebagai peran sosial telah
72 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
dinyatakan dalam Undang-Undang Tentang Keperawatan Tahun nomor
38 Tahun 2014 BAB I pasal 2 tentang Praktek Keperawatan berasaskan;
keprikemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
perlindungan, kesehatan dan keselamatan klien. Sebagai peran profesi
masih dalam Undang-Undang yang sama BAB I Pasal 3 menyatakan;
pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Untuk menjawab
pemerataan kesehatan di Kabupaten Bekasi dalam masyarakat, peran
perawat sangat dibutuhkan. Persentase Penyerapan perawat ditiap
kecamatan di Kabupaten Bekasi tahun 2017 dapat dilihat dalam grafik
dibawah ini.

Grafik 4.11 Jumlah Perawat Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2017

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 73


Dalam grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat yang
paling banyak terdapat di wilayah Tambun Selatan, karena Kecamatan
Tambun Selatan merupakan wilayah terpadat penduduknya di Kabupaten
Bekasi sehingga jumlah perawat di Kecamatan Tambun Selatan berjumlah
48 orang yang terdiri dari perawat perempuan berjumlah 43 orang dan
perawat laki-laki berjumlah 5 orang. Jumlah perawat perempuan di tiap
kecamatan lebih banyak dari pada perawat laki-laki. Tidak berimbangnya
perawat perempuan dan laki-laki dimungkinkan kecenderungan
perempuan lebih banyak memilih bidang keperawatan dari pada laki-laki.
Unsur budaya yang masih melekat kuat dalam masyarakat menjadikan
laki-laki enggan mengambil bidang keperawatan. Budaya ini yang pada
akhirnya mengidentikkan keperawatan dengan perempuan. Selain itu
budaya masyarakat Kabupaten Bekasi yang masih memegang teguh nilai-
nilai Agama, sehingga banyaknya permintaan tenaga perawat perempuan
di setiap wilayah. Grafik dibawah ini dengan jelas memberikan gambaran
persentase perawat perempuan dan perawat laki-laki di Kabupaten
Bekasi.

Grafik 4.12 Persentase Jumlah Perawat menurut Jenis Kelamin

74 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Unsur penunjang lainnya dalam keberhasilan pembangunan adalah
tenaga medis yang merupakan salah satu sumber daya manusia dalam
bidang kesehatan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan disetiap
kecamatan dalam setiap Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah
mencerminkan ketersediaan sumberdaya di Kabupaten Bekasi untuk
meningkatkan pelayanan yang merata dan berkeadilan. Dibawah ini
dijelaskan jumlah tenaga kesehatan baik laki-laki maupun perempuan
menurut wilayah dan jenis kelamin. Sama halnya dengan jumlah perawat
dan dokter, tenaga kesehatan menurut wilayah dan jenis kelamin
didominasi oleh tenaga kesehatan perempuan dari pada tenaga
kesehatan laki-laki. Hal ini mencerminkan kecenderungan pengguna
layanan kesehatan memilih tenaga kesehatan perempuan dari pada
tenaga kesehatan laki-laki dengan beberapa alasan, diantaranya; tenaga
kesehatan perempuan lebih teliti daripada laki-laki.
Untuk penunjang pelayanan kesehatan yang ada dibutuhkan Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT Layanan Kesehatan) demi terlaksananya
pelayanan yang baik dan profesional. Oleh karena itu grafik dibawah ini
menggambarkan jumlah UPT (Layanan Kesehatan) menurut wilayah dan
jenis kelamin.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 75


Grafik 4.13 Jumlah UPT Layanan Kesehatan Menurut Wilayah dan
Jenis Kelamin 2017

Unit pelayanan teknis (UPT layanan kesehatan) dalam hal ini pegawai
kesehatan menurut grafik diatas dapat di simpulkan bahwa perempuan
masih mendominasi di seluruh kecamatan di Kabupaten Bekasi. Dengan
perbandingan yang sangat tinggi yaitu 68 % UPT perempuan dan 32%
karyawan laki-laki. Pelaksanaan tugas operasional lebih banyak
dilimpahkan kepada pegawai perempuan mungkin dengan beberapa
alasan diantaranya, perempuan unggul dalam administrasi dan lebih
menjadi penghubung yang lebih baik diantara karyawan lainnya
dibanding pria. Selanjutnya berdasarkan hasil survey yang dilakukan ada
kecenderungan tenaga medis perempuan lebih mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan dengan baik dan sebagian besar masyarakat di

76 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Kabupaten Bekasi lebih percaya semua bentuk rekam medis kepada
tenaga kesehatan perempuan.

4.5 Fertilitas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017


Angka fertilitas di gunakan untuk mengetahui gambaran rata-rata
dari jumlah anak yang dilahirkan dari usia 15-49 tahun, selain itu angka
fertilitas juga digunakan untuk mengukur keberhasilan program KB. TFR
(Total Fertility Rate) Jawa Barat mencapai 2,49 dalam SKAP ( Survei
Indikator Kinerja dan Akuntabilitas Program) 2018 yang artinya jumlah
anak yang akan di lahirkan seorang wanita Usia Subur sebanyak 2
sampai 3 anak selama masa reproduksinya per 1000 perempuan, dengan
asumsi tidak ada perempuan satupun yang meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak
berubah pada periode pengukuran terjadi.
Dalam Grafik 4.8 Jumlah kelahiran Bayi di Kabupaten Bekasi tahun
2017 untuk bayi lahir Perempuan sebanyak 45,019 bayi dan laki-laki
sebanyak 29,888 bayi. Artinya populasi bayi perempuan lebih banyak 60%
daripada laki-laki. Dengan melihat data tersebut menjadi suatu acuan
untuk Pemerintah Daerah Bekasi dalam pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi yang ideal untuk perempuan nanti, karena pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas sumber
daya manusianya. oleh karena itu kondisi ini harus menjadi peluang
untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan, sehingga
menjadi penduduk yang berkualitas dan siap memasuki pasar tenaga
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 77
kerja yang dibutuhkan yang bukan hanya mampu menciptakan
produktifitas bagi pemerintah daerah akan tetapi mampu memperkuat
kondisi ketahanan Nasional.

Grafik 4.14 Jumlah Bayi Lahir Hidup Tahun 2017

Kelahiran Bayi di kabupaten Bekasi pada tahun 2017 sebanyak 2,1


persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bekasi saat ini. Bayi yang sehat
identik dengan pemenuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Akan tetapi
untuk Bayi usia 0-6 bulan hendaknya di berikan ASI Eksklusif demi
pemenuhan gizi bayi. ASI eksklusif merupakan makanan yang ideal bagi
bayi bukan hanya sebagai nutrisi yang sangat baik akan tetapi sebagai
antibodi penyakit anak seperti diare dan pneumonia, dua penyebab
utama kematian anak di negara Indonesia. Jumlah pemberian ASI
Eksklusif Bayi tahun 2016-2017 di Kabupaten bekasi dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini.

78 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Tabel 4.13 Jumlah Pemberian ASI Eksklusif Bayi Tahun 2016-2017

Tahun 2016 Tahun 2017


No Karakteristik Pemberian ASI Pemberian ASI
0-6 bulan 0-6 bulan
1 Laki-laki 57,26 56,00

2 Perempuan 63,39 52,59

Sumber: Diolah dari data BPS 2016 dan profil Dinas Kesehatan 2017

Dalam tabel diatas tergambar tahun 2016 pemberian ASI kepada


bayi laki-laki usia 0-6 bulan sebesar 57,26%. Sedangkan untuk bayi
perempuan usia 0-6 bulan sebesar 63,39%. Artinya bayi perempuan lebih
banyak diberikan ASI Eksklusif sebesar 6,13 persen dari bayi laki-laki.
Tingkat pemberian ASI usia 0-6 bulan pada tahun 2017 untuk laki-laki
sebesar 56% dan untuk perempuan sebesar 52,59%. Penurunan terjadi
sangat drastis pada pemberian ASI tahun 2016 dan 2017 usia 0-6 bulan
bayi perempuan yaitu 10,8 persen, sedangkan untuk bayi laki-laki
penurunan sebesar 1,26 persen.
Penurunan pemberian ASI terjadi karena salah satu diantaranya
banyaknya Ibu menyusui yang bekerja atau alasan kepraktisan yang
mengganti ASI dengan susu kemasan. Jika terus dibiarkan bukan tidak
mungkin akan lebih banyak ditemukan kasus stunting atau balita pendek
di masa yang akan datang di Kabupaten Bekasi. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih demi terwujudnya generasi yang
sehat dan berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 79


dengan memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada
perusahaan-perusahaan yang memiliki karyawan perempuan lebih dari
50%.

4.6 Perempuan dan Ekonomi


Peran perempuan dan sumberdaya ekonomi adalah isu yang tidak
bisa dipisahkan, selain peran domestik sebagai istri dan ibu rumah
tangga yang bertugas sebagai pengelola rumah tangga, perempuan juga
di tuntut untuk pandai mengatur segala kebutuhan finansial mereka
dengan membangun jaringan sosial dalam lingkungan sekitar. Serta
bagaimana peran perempuan dari kelompok miskin perkotaan dalam
membangun strategi bertahan dengan keterbatasan ekonomi keluarga.
Aktivitas perempuan nantinya selain sebagai penunjang finansial
keluarga dapat juga dimanfaatkan sebagai tempat membangun jaringan
sosial lainnya yang berbentuk koperasi, arisan dll. Dalam hal ini tidak
terlepas dari usaha mikro, kecil dan menengah di setiap wilayah yang
menyasar para perempuan produktif yang diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Grafik dibawah ini
menggambarkan jumlah UMKM binaan di setiap Kecamatan di
Kabupaten Bekasi.

80 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.15 UMKM Binaan Menurut Wilayah

Dalam grafik diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa daerah-daerah


yang jumlah UMKM Binaannya lebih banyak adalah daerah yang padat
penduduk. Tambun Selatan dengan jumlah UMKM 123 dan Cibitung
dengan jumlah UMKM 111 diharapkan mampu menyerap tenaga pekerja
dengan baik. Tambun Selatan dengan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 195,279 dan Cibitung dengan jumlah penduduk perempuan
96,054 diharapkan ikut merasakan dampak positif dari banyaknya UMKM
Binaan tersebut. Selain UMKM sebagai penopang ekonomi masyarakat
ada peran koperasi sebagai tempat menabung dan simpan pinjam yang
tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Untuk melihat sejauh mana peran
koperasi terhadap perempuan di Kabupaten Bekasi secara garis besar
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 81


Tabel 4.14 Anggota Kelompok Koperasi Menurut Jenis Kelamin

Anggota
No. Kelompok Koperasi
Laki-Laki Perempuan
1 KUD 480 175
2 Kop. Pertanian 819 501
3 Kop. Peternakan 0 0
4 Kop. Nelayan 40 5
5 Kopti 56 14
6 Kopinkra 61 37
7 Koppontren 0 0
8 Kop.Kar 27,148 10,473
9 Kop. Angkatan Darat 973 280
10 Kop. Kepolisian 1,618 85
11 Kop. Serba Usaha 852 205
12 Kop.Pasar 0 0
13 Kop. Simpan pinjam 780 409
14 Kop. Angkutan Darat 2.740 60
15 Kop. Perumahan 0 0
16 K.B.P.R 0 0
17 Kop. Pegawai Negri (KPRI) 13,249 4,271
18 Kop. Wanita 0 0
19 Kop. Profesi 0 0
20 kop.Veteran 0 0
21 kop. Wredatama 0 0
22 kop.mahasiswa 0 0
23 kop.pemuda 0 0
24 kop.pedagang kaki lima 0 0
25 kop.lainnya 0 0
26 kop. simpan pinjam dan pembia 270 161
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kab. Bekasi
82 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
Dari 26 koperasi yang ada di Kabupaten Bekasi sangat disayangkan
hanya 13 koperasi yang mempunyai anggota baik anggota laki-laki
maupun Perempuan. Hendaknya melalui koperasi ini perempuan
diharapkan dapat berkiprah tanpa harus terhambat ideologi patriarki
yang kurang menguntungkan. Karena dalam koperasi tidak mengenal
diskriminasi gender, adat dan budaya serta agama melainkan budaya
kebersamaan dalam koperasi dapat menjadi pembelajaran untuk setiap
anggotanya, diantaranya mengubah mental anggota koperasi, seperti
kebiasaan meminjam dan membelanjakan menjadi menyimpan serta
kebiasaan ketergantungan menjadi tumbuhnya kemandirian.
Dari tabel diatas anggota perempuan yang paling banyak terdapat
pada koperasi karyawan swasta yaitu sebanyak 10,473 perempuan
tercatat sebagai anggota koperasi karyawan swasta.hal ini disebabkan
oleh banyaknya perusahaan-perusahaan di kawasan industri kabupaten
Bekasi. Koperasi yang digawangi para karyawan ini dapat menjadi mitra
bisnis yang saling menguntungkan baik untuk perusahaan maupun untuk
karyawan sendiri. Selain itu koperasi membangun hal-hal yang positif
dalam berorganisasi dan bersosialisai.
Program Kabupaten Bekasi dalam pemberdayaan masyarakat
sebetulnya sudah berjalan dengan adanya program DAPM yaitu Dana
Amanah Pemberdayaan Masyarakat, dimana masyarakat dipermudah
dalam pengembangan usaha mikro kecil. Dalam hal ini perlunya peran
stageholder dan pemerintah dalam menjalin kerjasama pemberdayaan
masyarakat guna meningkatkan kemandirian masyarakat untuk
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 83
meningkatkan kesejahteraannya. Komitmen pemerintah daerah dalam
DAPM perlu diperkuat dengan pendampingan yang berkelanjutan. DAPM
diharapkan masuk dalam pemberdayaan perempuan melalui
pengembangan keuangan mikro, sosiaisasi tentang adanya DAPM lebih
ditingkatkan karena belum familiarnya Program DAPM dalam masyarakat.
Program lainnya Dinas Koperasi dan UMKM adalah sosialisasi
pentingnya menabung sejak usia dini, dimana memberi pengertian
terhadap anak-anak pentingnya menabung dalam kunjungan sosialisasi
di sekolah-sekolah di kabupaten Bekasi.
Meskipun Kabupaten Bekasi bukan merupakan wilayah konflik, akan
tetapi berkomitmen untuk terus meningkatkan pemberdayaan
perempuan melalui program-program yang ada salah satunya adalah
PEKKA.
Kenyataan bahwa banyaknya kelompok miskin masyarakat indonesia
di kepalai oleh perempuan dengan rentang usia 20-60 tahun diantaranya
disebabkan oleh tindakan kekerasan dalam rumah tangga, status yang
mengambang oleh suami, perempuan hamil yang ditinggal oleh laki-laki
yang tidak bertanggung jawab, istri yang suaminya sakit atau cacat ,
lajang yang belum kawin tapi menanggung beban keluarga dan
persoalan yang mirip dengan janda pada umumnya.
Peran Pemerintah daerah lainnya dalam peningkatan kesejahteraan
Hidup perempuan dan anak di Kabupaten bekasi adalah terbentuknya
kelompok PEKKA. PEKKA berfokus meningkatkan akses perempuan
kepada program-program perlindungan sosial dari pemerintah maupun
84 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
inisiatif komunitas, PEKKA memberdayakan anggotanya dengan
membangun kapasitas kepemimpinan dan pengorganisasian,
memberikan pelatihan literasi, membentuk kelompok simpan pinjam,
serta mendukung usaha kecil. lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik
dibawah ini.

Grafik 4.16 Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

Dalam grafik jumlah kelompok Pemberdayaan Perempuan Kepala


Keluarga (PEKKA) berjumlah 28 kelompok yang tersebar di kecamatan
Cikarang Pusat sebanyak 5 kelompok. Serang Baru, Tambun Selatan, dan
Cibarusah masing-masing berjumlah 4 kelompok. Karang Bahagia
berjumlah 3 kelompok. Cibitung dan Cikarang Barat masing-masing 2
kelompok. Tambun Utara, Sukakarya, Cikarang Utara, dan Cikarang
Selatan masing-masing 1 kelompok.
Melalui program PEKKA perempuan-perempuan sebagai kepala
keluarga ini di harapkan ikut berkontribusi membangun tatanan

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 85


masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat serta mampu
meningkatkan kualitas diri sehingga memiliki kesadaran kritis atas haknya
sebagai warga negara dan mempunyai kontrol atas dirinya dalam
pengambil keputusan sesuai visi dan misi PEKKA.
Dalam PEKKA perempuan-perempuan ini bukan hanya membuktikan
terhadap diri sendiri akan tetapi pembuktian terhadap masyarakat dalam
pengaktualisasian diri. Image negatif yang selama ini melekat kepada
perempuan-perempuan sebagai kepala keluarga pelan tapi pasti
berangsur memudar seiring meningkatnya kepercayaan diri dan
meningkatnya kemandirian diri.

4.7 Perempuan Dalam Trias Politika


Peranan perempuan dalam dunia politik tidak bisa dianggap sebelah
mata. Kiprah Perempuan dalam politik sebenarnya sudah diatur dalam
Undang-undang No 2 tahun 2008 tentang partai politik, yaitu melibatkan
minimal 30% perempuan. Namun demikian tercatat sejak tahun 1999
sampai 2014 jumlah perempuan kurang dari 30%. Dalam grafik dibawah
ini jelas persentase perempuan dalam lembaga legislatif.

86 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.17 Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif

Pada tahun 2004 perempuan yang menduduki kursi DPR hanya 65


dari 550 (11,8%), tahun 2009 perempuan di kursi DPR semakin meningkat
yaitu berjumlah 101 dari 560 (18%), terakhir tahun 2014 hanya 17,30 %
yaitu 97 perempuan yang menduduki kursi DPR dari 560. Artinya masih
kurangnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif.
Akselerasi kebutuhan perempuan dalam parlemen sangat
dibutuhkan untuk mewakili suara perempuan di lembaga ini, sedangkan
istilah quota dalam caleg mengesankan “jatah” perempuan dalam
berpolitik ini lebih kepada sebagai penggembira. Hal ini menjadi
tantangan untuk semua perempuan di kursi parlemen dalam
menyuarakan suara perempuan yang sangat komplek.
Proses politik yang tidak mudah ini mewajibkan perempuan harus
terlibat dalam pengurus harian partai terlebih dahulu. Keterlibatan
perempuan dalam kepengurusan partai dapat di lihat dalam grafik

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 87


dibawah ini. Perempuan yang berpolitik di Kabupaten Bekasi bisa
dikatakan masih sangat sedikit, hal ini bukan berarti hambatan untuk
pengarusutamaan gender, tetapi perempuan menganggap bahwa ranah
politik masih merupakan wilayah laki-laki. Namun diharapkan seiring
dengan kemajuan pengetahuan tentang politik dalam masyarakat makan
timbul kesadaran bagi perempuan untuk turut andil berkiprah dengan
tanpa melepaskan kodratnya sebagai perempuan yang berkewajiban
mendidik generasi muda yang berkualitas.

Grafik 4.18 Jumlah Anggota Partai

Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepengurusan


perempuan terbanyak dalam partai yang aktif dalam tahun 2017 terdapat
di partai Hanura yaitu sebanyak 31 perempuan, selanjutnya partai
Demokrat memiliki perwakilan 25 perempuan dan terakhir partai
Gerindra sebanyak 21 perempuan. Jika dilihat dari angka tersebut terihat
88 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
adanya peningkatan terhadap partisipasi caleg perempuan dalam partai.
Namun pada akhirnya masih sedikit perempuan yang duduk di parlemen.
Hal tersebut terjadi karena adanya sistem proporsional tertutup
dimana penentuan keterpilihan berdasarkan nomor urut dari partai, tidak
berdasarkan jumlah suara yang diterima. Namun pada tahun 2009
diberlakukannya sistem zipper yang mengharuskan parpol untuk
menyertakan sekurang-kurangnya satu caleg perempuan diantara tiga
calon yang berurutan nomor urut.
Meskipun caleg perempuan yang lolos ke DPR RI masih jauh dari
harapan, bahkan presentasenya tidak lebih dari 20%, namun optimisme
perwakilan perempuan harus terus diupayakan demi keberlangsungan
pemerintahan yang adil. Tidak hanya di pusat, di daerahpun tidak jauh
berbeda pada periode 2014-2019 anggota DPRD perempuan masih
sangat terbatas, Grafik dibawah ini menjelaskan jumlah anggota
perempuan di DPRD.

Grafik 4.19 Jumlah Anggota DPRD

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 89


Grafik diatas menunjukkan jumlah anggota DPRD perempuan
berjumlah 6 dari 44 anggota laki-laki, artinya hanya 13 % perempuan
yang ada di DPRD. Dengan demikian peran DPRD sebagai badan
perwakilan menempatkan posisinya sebagai kekuasaan penyeimbang.
Penyeimbang yang dimaksud adalah mengimbangi dan melakukan
kontrol terhadap kinerja Kepala daerah dan seluruh jajaran pemerintah
daerah. Dengan hanya 13% anggota DPRD perempuan dapat
disimpulkan belum dapat mewakili suara masyarakat perempuan. Akan
tetapi peran dan fungsi anggota DPRD untuk mewujudkan Good
Governance harus terus ditingkatkan demi terwujudnya parlemen yang
dapat menyuarakan tuntutan, harapan dan kepentingan rakyat. Meskipun
partispasi perempuan dalam lembaga legislatif masih sangat terbatas, hal
ini tidak lantas terbatasnya suara perempuan dalam parlemen. Lembaga
lainnya yang bisa dan mampu menyuarakan sebagian suara perempuan
dalam usaha mencapai tujuan negara adalah lembaga eksekutif.
Grafik dibawah ini menjelaskan partisipasi perempuan di lembaga
eksekutif Kabupaten Bekasi Periode Tahun 2017 yaitu gambaran jabatan
struktural menurut jenjang dan jenis kelamin di Kabupaten Bekasi yang
diuraikan dari tingkat terendah Pejabat Eselon IV/b dan Tingkat Tertinggi
Pejabat Eselon I/a.

90 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.20 Jumlah Jabatan Struktural Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017

Peranan perempuan dalam pejabat struktural di lingkungan


pemerintah Kabupaten Bekasi dominasi perempuan berada pada Tingkat
Eselon IV/a sebanyak 194 orang. Untuk Eselon II.b, III.a dan III.b
didominasi oleh laki-laki.
Selain pejabat struktural tingkat Eselon, grafik dibawah ini terkait
peranan perempuan dalam PNS menurut golongan dari Golongan I
(Pangkat Juru Muda) sampai Golongan IV (Pangkat Pembina)

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 91


Grafik 4.21 PNS menurut Golongan dan Jenis Kelamin

Dalam grafik diatas dominasi PNS golongan tiga (III) adalah


perempuan dengan jumlah 4109 orang dan laki-laki berjumlah 2,899
orang, sedangkan untuk golongan II dan IV meskipun laki-laki lebih
dominan namun mempunyai selisih sangat kecil. Dalam jumlah PNS
menurut golongan baik perempuan dan laki-laki tidak terlihat adanya
perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti peranan perempuan dalam
jabatan struktural semakin di pertimbangkan di Kabupaten Bekasi.
Tingginya peran perempuan di Kabupaten Bekasi dapat dilihat
dengan semakin banyak anggota BPD perempuan Tahun 2017-2018
melalui grafik dibawah ini.

92 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Grafik 4.22 Jumah Anggota BPD Periode 2 Menurut Wilayah dan
Jenis Kelamin 2017

Hambatan mendasar yang paling menonjol dalam ranah publik


untuk perempuan adalah masih terpisahnya ruang publik dan privat
untuk perempuan. Ideologi pemisahan ini menjadikan ruang bagi
perempuan yang hanya berada dalam ranah domestik, sedangkan laki-
laki lebih produktif berada dalam ranah publik. Dengan demikian
perempuan yang tidak dalam posisi kuat secara finansial akan sulit
masuk ke ranah publik yang di dominasi oleh laki-laki. Dapat dilihat
anggota Badan Permusyawaratan Desa BPD laki-laki di Kabupaten Bekasi
tahun 2017 berjumlah 1640 dan anggota BPD perempuan tahun 2017
berjumlah 76. Yang artinya hanya 4% partsipasi perempuan dalam BPD
2017 dan partisipasi laki-laki dalam BPD lebih besar sebesar 96%.
Fungsi Badan Permusyawaratan Desa begitu penting dalam
pemerintahan Daerah dengan adanya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 93


yang menempatkan desa sebagai subjek bagi pembangunan di
wilayahnya sendiri menjadikan BPD mutlak dan penting.
Untuk melihat peningkatan partisipasi perempuan dalam BPD
selanjutnya dapat dilihat dalam grafik partisipasi perempuan dalam BPD
tahun 2018 dibawah ini.

Grafik 4.23 Jumlah Anggota BPD Periode 2 Menurut Jenis Kelamin 2018

Tahun 2017 partisipasi perempuan dalam BPD hanya 4 % dan laki-


laki sebesar 96 %. Namun tahun 2018 jumlah partisipasi perempuan
meningkat menjadi 8% sebanyak 121 perempuan di Kabupaten Bekasi
yang duduk di BPD, sedangkan laki-laki sebanyak 1418.
Peningkatan ini karena untuk pemilihan BPD tahun 2018 harus
adanya perwakilan perempuan, sudah dipastikan ada BPD perempuan
minimal satu di setiap desa sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Bupati Bekasi No. 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Badan

94 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Permusyawaratan Desa dalam Pasal 5 (1) tentang Pengisian Anggota BPD
berdasarkan keterwakilan perempuan sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal 3 hurup b dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang perempuan
sebagai anggota BPD. Berdasarkan PERBUP tersebut diharapkan dapat
mewakili suara perempuan di dalam proses pembangunan desa disegala
aspek.
Partisipasi perempuan di dorong bukan hanya dalam lembaga
legislatif dan eksekutif saja, namun juga peranan perempuan dalam
lembaga penegak hukum di Kabupaten Bekasi.

Grafik 4.24 Partisipasi Perempuan di Lembaga Yudikatif

Grafik diatas menunjukkan posisi anggota yudikatif didominasi oleh


laki-laki sebesar 97,7% dari TNI, kepolisian sebesar 82,7%, sedangkan
hakim dan jaksa sebesar 70,1%, disisi lain peranan perempuan dalam
anggota yudikatif cukup besar sebesar 29, 9%. Namun peranan

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 95


perempuan periode 2016-2018 dalam anggota yudikatif mengalami
penurunan sebesar 9,6%.

4.8 Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.


Isu strategis kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
adalah peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam berbagai
bidang, perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan
termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan peningkatan
kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender serta kelembagaan
perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan. Sedangkan, isu
strategis perlindungan anak adalah meningkatkan kualitas hidup dan
tumbuh kembang anak, meningkatkan perlindungan anak dari kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya serta meningkatkan
kapasitas kelembagaan perlindungan anak.
Dua puluh tahun lahirnya reformasi, jumlah kekerasan terhadap
perempuan dan anak masih terus terjadi. Hal ini bukan saja menjadi
tanggung jawab pemerintah baik pusat maupun daerah tapi sudah
menjadi tanggung jawab bersama. Perempuan dan anak adalah dua
subyek yang harus dilindungi baik oleh negara maupun lingkungannya.
Pengaruh sosial budaya diantaranya budaya patriarki yang mendudukan
laki- laki sebagai makhluk superior dan perempuan sebagai makhluk
inferior, pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga
menganggap bahwa laki- laki boleh menguasi perempuan dan prilaku
anak laki- laki yang hidup dengan ayah yang suka memukul biasanya

96 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


akan meniru prilaku ayahnya. Sedangkan Anak adalah aset masa depan
atau penerus yang dalam keterbatasannya belum memahami sistem atau
pengaruh lingkungan yang ada sering mendapatkan kekerasan dari
orang terdekat disekitar anak tersebut. Oleh karena itu pemerintah
melalui Dinas PPPA dan UPTD PPA hadir sedekat mungkin dengan
masyarakat. Untuk mengetahui tindak kekerasan terhadap Perempuan
dan anak yang terjadi di Kabupaten Bekasi, dibawah ini grafik data
kekerasan perempuan dan anak tahun 2017 sebagai berikut;

Grafik 4.25 Tindak kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Ditemukan jumlah kasus dalam tindak kekerasan terhadap


perempuan dan anak pada tahun 2017 terdapat 7 (tujuh ) kasus. Kasus
kekerasan pada anak masih tinggi yaitu sebanyak 34 kasus. Urutan kedua
yang terbanyak adalah KDRT sebanyak 25 kasus. Untuk kasus perbuatan
cabul sebanyak 8 kasus, selanjutnya kekerasan UU ITE/Pornografi

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 97


sebanyak 3 kasus. Untuk kasus kekerasan fisik dewasa sebanyak 2 kasus,
penculikan 1 kasus, dan pencurian 1 kasus.
Gambaran ini menjelaskan masih tingginya tindak kekerasan
terhadap perempuan dan anak di kabupaten Bekasi harus menjadi
perhatian khusus semua kalangan. Salah satunya dukungan lingkungan
sangatlah penting untuk memutus rantai kekerasan anak yang terjadi,
selanjutnya dukungan penting lainnya adalah semua elemen sekolah,
baik kepala sekolah, guru, staff dan teman sebaya. Untuk mengetahui
perbandingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dibawah
ini adalah grafik data kasus kekerasan perempuan dan anak tahun 2018.

Grafik 4.26 Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Tahun 2018

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tahun 2018 di


Kabupaten Bekasi, kasus persetubuhan pada anak mendominasi dengan
7 kasus, untuk kekerasan dalam rumah tangga penurunan persentase
16% artinya hanya 4 kasus KDRT pada tahun 2018. Kasus perbuatan

98 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


cabul sebanyak 4 kasus. Sedangkan, kasus tinggi lainnya adalah
kekerasan pada anak sebanyak 5 kasus. Dalam kasus persetubuhan
terhadap anak, biasanya dimana kebanyakan pelakunya sudah mengenal
korban. Kejahatan seksual terhadap anak ini bukan hanya terjadi diluar
rumah, akan tetapi juga dapat terjadi didalam rumah, dimana
predatornya bisa dikatakan adalah keluarga dekat sang anak.
Meskipun upaya pemerintah sangat gencar dalam upaya
perlindungan terhadap anak dengan diberlakukannya Undang-Undang
mengenai kesejahteraan anak pada tahun 1979 (UU No. 4 Tahun 1979)
dan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 35 Tahun
2014 dan meratifikasi konvensi tentang hak-hak anak dengan keputusan
Presiden RI No. 36 Tahun 1990. Namun hal ini belum memberikan efek
jera kepada sang pelaku. Sedangkan untuk melindungi perempuan
diantaranya melalui Undang- Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Namun dalam
pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan diantaranya kaum
perempuan masih enggan memperkarakan penganiayaan atas dirinya
serta masyarakat dan keluarga menganggap persoalan tersebut sebagai
aib keluarga.
Pada kasus yang terjadi pada anak bukan datang dengan sendirinya,
akan tetapi bisa jadi diawali dari masa kanak-kanak yang akhirnya
terbawa sampai remaja. Menurut Undang- undang anak memiliki 31 Hak
Anak yang harus dipenuhi bukan hanya oleh keluarganya tetapi juga oleh
Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 99
pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Diantaranya yang menjadi tanggung jawab tersebut adalah banyaknya
anak terlantar dan anak jalanan mempengaruhi tindak kekerasan
terhadap anak. Maka dari itu dibawah ini akan di bahas banyaknya anak
terlantar dan anak jalanan di Kabupaten Bekasi Tahun 2017.

Tabel 4.15
Jumlah Balita, Anak Terlantar, Anak Jalanan dan Penyandang Disabilitas
Menurut Wilayah Tahun 2017

Anak Balita Anak Anak Penyandang


No. Kecamatan
Terlantar Terlantar Jalanan Disabilitas

1 Babelan 15 170 - -

2 Bojongmangu 9 48 - 25

3 Cabangbungin 1 17 - 6

4 Cibarusah 10 - 19

5 Cibitung 4 192 - 27

6 Cikarang Barat 2 119 - 86

7 Cikarang Pusat 11 232 - 50

8 Cikarang Selatan 52 351 - -

9 Cikarang Timur 2 70 - 19

10 Cikarang Utara 36 239 - 1

11 Karang Bahagia 15 172 - 88

12 Kedung Waringin 18 268 - 65

13 Muaragembong 14 441 - 25

14 Pebayuran 14 123 - -

15 Serang Baru 34 814 1 8

100 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


Anak Balita Anak Anak Penyandang
No. Kecamatan
Terlantar Terlantar Jalanan Disabilitas

16 Setu 10 256 - 4

17 Sukakarya 77 677 - 2

18 Sukatani 42 300 - 29

19 Sukawangi 55 306 21 78

20 Tambelang 83 587 - 36

21 Tambun Selatan 51 744 - 136

22 Tambun Utara 16 235 - -

23 Tarumajaya 22 248 549 -

Jumlah 583 6619 571 704

Sumber: Diolah dari data BPS (Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2018)

Dari 23 kecamatan yang terbanyak angka anak balita yang terlantar


adalah daerah Tambelang sebanyak 83 anak. selanjutnya daerah
Sukakarya yang berjumlah 77, sukawangi 55 orang, cikarang selatan dan
tambun selatan masing-masing 52 dan 51. Jumlah anak balita terlantar
berjumlah 583 anak, anak terlantar 6619, untuk daerah dengan jumlah
anak terlantar terbesar adalah kecamatan Serang Baru sebanyak 814
anak. Untuk total anak jalanan berjumlah 571. Penyumbang terbesar
anak jalanan adalah di kecamatan Tarumajaya berjumlah 549. Untuk
penyandang disabilitas total jumlah 704, dimana Tambun Selatan
mempunyai penyandang disabilitas terbanyak yaitu 136 orang.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 101


Tarumajaya adalah kecamatan dengan jumlah anak Jalanan terbesar
di kabupaten Bekasi pada tahun 2017 dibanding kecamatan lainnya,
dikarenakan letak geografis kecamatan Tarumajaya yang berdampingan
langsung dengan kota Bekasi yaitu harapan indah dan Utara Jakarta yaitu
marunda menjadi faktor utama transformasi sistem sosial-ekonomi dari
masyarakat pertanian ke masyarakat pra-industri. Selanjutnya dari
transformasi sosial-ekonomi masyarakat industri menuju masyarakat ang
kapitalis, dimana distorsi nilai anak sudah bergeser bukan hanya
dipandang sebagai beban keluarga akan tetapi dipandang sebagai faktor
ekonomi, dimana anak bisa dipakai untuk mengatasi masalah ekonomi
keluarga.
Jumlah diatas masih fluktuatif, dikarenakan jumlah tersebut bisa
bertambah atau menurun pada tahun 2018 ini. Faktor kemiskinan dan
ekonomi adalah faktor utama banyaknya anak jalanan di kabupaten
Bekasi. Anak-anak tersebut berjuang di tengah-tengah kota demi untuk
sejumlah uang agar bisa bertahan hidup dari kelaparan. Anak-anak
tersebut sangat rentan terhadap kejahatan di jalanan. Disinilah tantangan
pemerintah untuk dapat merangkul anak-anak Jalanan melalui program
pendampingan.
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi
dalam penanganan masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak adalah membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang tersebar di 23 Kecamatan,
pembentukan Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak di 16
102 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
Kecamatan dan 133 Desa. Tujuan Lembaga ini adalah memberikan
pelayanan yang cepat, tepat dan terpadu dalam rangka pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak yang rentan terhadap tindak
kekerasan. Sedangkan tujuan khususnya adalah memberdayakan
perempuan dan anak, membangun kualitas fisik, spiritual, mental dan
intelektual yang optimal bagi perempuan dan anak, memberikan
pelayanan yang meliputi pendampingan psikologis, advokasi serta
informasi terhadap perempuan dan anak yang mengalami tindak
kekerasan, membangun gerakan bersama untuk mencegah dan
menghapus tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak,
membangun jejaring dan menggali potensi masyarakat dalam upaya
mencegah dan menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Tabel 4.16 Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak tahun 2017

No Kecamatan Jumlah
1. Cikarang Barat 11 Satgas
2. Tambun Utara 8 Satgas
3. Cibitung 7 Satgas
4. Tambun Selatan 10 Satgas
5. Pebayuran 13 Satgas
6. Cikarang Pusat 6 Satgas
7. Cikarang Selatan 8 Satgas
8. Cikarang Utara 11 Satgas
9. Serang Baru 8 Satgas
10. Cikarang Timur 8 Satgas

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 103


No Kecamatan Jumlah
11. Tambelang 7 Satgas
12. Sukakarya 7 Satgas
13. Sukawangi 7 Satgas
14. Kedungwaringin 7 Satgas
15. Karang Bahagia 8 Satgas
16. Sukatani 7 Satgas
Jumlah 133 Satgas

Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Kab. Bekasi

Tabel 4.17
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Tahun 2017

No Kecamatan Jumlah
1. Babelan 1
2. Bojongmangu 1
3. Cabangbungin 1
4. Cibarusah 1
5. Cibitung 1
6. Cikarang Barat 1
7. Cikarang Pusat 1
8. Cikarang Selatan 1
9. Cikarang Timur 1
10. Cikarang Utara 1
11. Karang Bahagia 1
12. Kedung Waringin 1

104 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


13. Muaragembong 1
14. Pebayuran 1
15. Serang Baru 1
16. Setu 1
17. Sukakarya 1
18. Sukatani 1
19. Sukawangi 1
20. Tambelang 1
21. Tambun Selatan 1
22. Tambun Utara 1
23. Tarumajaya 1
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kab. Bekasi

Keterlibatan unsur masyarakat dalam pengelolaan P2TP2A maupun


Satgas PPA adalah pada unsur kepengurusan yang melibatkan unsur
masyarakat, pemerintah, LSM Perempuan, Pusat Studi Wanita, Perguruan
Tinggi dan Organisasi Perempuan serta berbagai pihak lainnya yang
peduli dengan pemberdayaan perempuan dan anak dengan fasilitator
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Bekasi. Bukti keseriusan pemerintah dalam memberikan perhatian
terhadap perlindungan perempuan dan anak diwujudkan juga dengan
pembentukan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) pada tahun 2016
yang memiliki fungsi diantaranya melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan
baik fisik maupun psikis.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 105


Untuk pemenuhan hak dasar yang dimiliki anak diantaranya adalah
hak untuk berpartisipasi diwujudkan melalui pembentukan Forum Anak
yang merupakan media pemenuhan Hak Partisipasi Anak. Forum Anak
adalah wadah partisipasi anak dalam pembangunan, merupakan lembaga
perwakilah kelompok kegiatan atau organisasi anak sesuai jenjang
administrasi pemerintahan yang dibina oleh pemerintah. Hal ini
dimaksudkan sebagai wadah mengkomunikasikan pemenuhan hak dan
kewajiban anak media komunikasi organisasi anak, menjembatani
pemenuhan hak partisipasi anak, sarana pengembangan bakat, minat dan
kemampuan anak serta media kompetisi anak.
Untuk kepengurusan Forum Anak tingkat Kabupaten Bekasi telah
terbentuk Persatuan Forum Anak Kabupaten Bekasi (PERAK BESI) dengan
unsur kepengurusan melibatkan anak- anak yang berasal dari sekolah
dengan jenjang pendidikan SMP serta SMA yang berada di Kabupaten
Bekasi.
Kabupaten Bekasi telah menerima penghargaan sebagai Kabupaten
Layak Anak tingkat Nasional dengan predikat Pratama pada tahun 2018,
sebagai penghargaan yang telah mengintegrasikan komitmen dan
sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana
secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan
kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak, serta penghargaan Anugerah
Parahita Ekapraya tingkat Nasional dengan predikat Pratama pada tahun
2018. Anugerah Parahita Ekapraya (APE) adalah sebagai bentuk
pengakuan atas komitmen dan peran para pimpinan Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam upaya memwujudkan kesetaraan

106 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


dan keadilan gender melelui Strategi Pengarusutamaan Gender (PUG).
Inilah bukti komitmen Pemerintah Daerah dalam penanganan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Bekasi.
Permasalahan yang terjadi diatas bukan hanya disebabkan oleh
faktor kemiskinan salah satu penyebab lainnya anak-anak berada di jalan
adalah dikarenakan tidak harmonisnya sebuah keluarga atau dikarenakan
dampak perceraian orang tua dan lingkungannya. Dibawah ini dijelaskan
grafik jumlah cerai gugat (diajukan oleh istri) dan cerai talak (diajukan
oleh suami) di kabupaten Bekasi dari tahun 2017-2018.

Tabel 4.18 Cerai Talak dan Cerai Gugat Tahun 2017-2018

2017 2018
Bulan Cerai
Cerai Gugat Cerai Talak Cerai Gugat
Talak
Januari 67 170 81 209
Februari 79 140 65 146
Maret 63 171 63 149
April 58 137 85 163
Mei 72 143 51 135
Juni 28 44 17 46
Juli 96 210 108 236
Agustus 92 195 60 181
September 68 170 61 177
Oktober 69 213 84 204
November 72 197 0 0
Desember 61 123 0 0
Jumlah 825 1913 675 1646
Jumlah Total 2738 2321
Sumber: Pengadilan Agama Kab. Bekasi

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 107


Kata perceraian saat ini bukanlah sesuatu yang tabu dalam
lingkungan masyarakat. Perceraian terjadi dengan beragam alasan dari
faktor ekonomi, faktor KDRT, perbedaan pendapat dan lain-lain. Grafik
diatas dapat menggambarkan banyaknya cerai talak dan gugat cerai dari
tahun 2017-2018 di Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2017 cerai talak
berjumlah 825 kasus, sedangkan Cerai gugat sebanyak 1913. Artinya
permintaan cerai gugat lebih banyak 11% dari cerai talak. Untuk tahun
2018 cerai talak berjumlah 675 kasus, dan cerai gugat berjumlah 1646.
Yang artinya permintaan cerai talak berkurang 1,5% dari tahun 2017,
sedangkan Cerai gugat berkurang 2,7% dari tahun 2017.
Penomena banyaknya cerai gugat mengindikasikan semakin
meningkatnya pemahaman perempuan terhadap hak-hak mereka
sebagai Istri dan makhluk sosial, banyaknya perempuan yang mandiri
secara ekonomi, dan mudahnya akses informasi terhadap persoalan-
persoalan perempuan.
Akan tetapi meningkatnya pasangan yang memilih untuk bercerai
tidak dibarengi dengan kesadaran efek perceraiannya oleh pasangan
masing-masing, sehingga mereka cenderung lupa dampak perceraian
terhadap psikologi anak sangat besar. Psikologi anak yang merasa sedih,
kesepian, marah, merasa kehilangan, dan merasa ditolak kehadirannya,
bisa menjadikan anak-anak ini mencari jati diri mereka di jalanan
sehingga mereka sangat rentan menjadi korban tindak kekerasan fisik,
psikis maupun kekerasan seksual.

108 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Paradigma masyarakat tentang peran perempuan masih dipandang
biasa saja, dikarenakan masyarakat telah mengakui secara historis bahwa
laki-laki memiliki struktur yang istimewa dibandingkan perempuan. Laki-
laki adalah makhluk yang kuat dan pemegang kendali baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat. Hal ini merupakan perwujudan dari
budaya Partriarki yang medudukkan laki – laki sebagai makhluk superior
dan perempuan sebagai makhluk inverior. Sedangkan perempuan dan
anak masih dilabeli makhluk yang lemah lembut, tidak berdaya serta
rentan terhadap kekerasan.
Isu strategis kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
adalah peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam berbagai
bidang, perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan
termasuk Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan peningkatan
kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender serta kelembagaan
perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan. Sedangkan, isu
strategis perlindungan anak adalah meningkatkan kualitas hidup dan
tumbuh kembang anak, meningkatkan perlindungan anak dari kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya serta meningkatkan
kapasitas kelembagaan perlindungan anak.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 109


Dalam profil perempuan dan anak Kabupaten Bekasi ini
digambarkan kondisi perempuan dan anak melalui lima faktor yaitu;
kondisi pendidikan, kondisi kesehatan, kondisi Ekonomi, kondisi dalam
Sektor Publik, dan kondisi Kekerasan pada Perempuan dan Anak di
kabupaten Bekasi. Hal ini juga bermanfaat dalam upaya melakukan
analisa gender yang merupakan proses penganalisaan data dan informasi
secara sistematis tentang kondisi laki-laki dan perempuan untuk
mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan
tanggungjawab dalam proses pembangunan, serta faktor- faktor yang
mempengaruhi akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat (APKM).
Peningkatan IPM dan IPG Kabupaten Bekasi pada tahun 2017
diantaranya disebabkan karena pesatnya pembangunan industri, bisnis
perdagangan dan jasa di kabupaten Bekasi saat ini. Kesimpulan lain yang
dapat diambil dari buku profil perempuan dan anak di kabupaten Bekasi
tahun 2018 ini sebagai berikut;
 Perempuan dan Anak dalam Pendidikan; kesadaran masyarakat
khususnya para perempuan akan pentingnya pendidikan dan
pemenuhan hak anak dapat dilihat dari besarnya persentase
penduduk usia Pra Sekolah, APK, APS maupun APM untuk
program wajib belajar pada tahun 2017 sangat memuaskan. Hasil
susenas mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam angka partisipasi masekolah baik laki-laki maupun
perempuan. Namun, untuk Guru dan kepala sekolah adanya
ketimpangan. Untuk Guru SD,SMP dan SMA lebih banyak
110 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
perempuannya dari pada Laki-laki, karena guru perempuan lebih
mampu mendekatkan diri kepada siswa melalui perasaannya dan
pemilihan intonasi serta aksentuasi yang lebih baik daripada laki-
laki. Sedangkan untuk Kepala Sekolah lebih didominasi oleh Laki-
laki, hal ini disebabkan karena laki-laki lebih mendominasi
peranan publik dan stigma masyarakat tentang posisi laki-laki
lebih tinggi masih sangat kuat.
 Perempuan dan Anak dalam Kesehatan, Populasi jumlah bayi
perempuan lebih banyak 60% daripada populasi jumlah bayi laki-
laki, akan tetapi hal ini diiringi penurunan pemberian ASI oleh
para Ibu. Penurunan terjadi pada pemberian ASI tahun 2016 dan
2017 usia 0-6 bulan untuk bayi perempuan yaitu 10,8 persen.
Sedangkan untuk Tenaga Kesehatan seperti Dokter, perawat dan
UPT (layanan kesehatan) tidak dilihat adanya ketimpangan.
Banyaknya perempuan di dunia kesehatan dikarenakan
perempuan cenderung lebih suka pada peranan domestik dan
lebih unggul dalam linguistic-verbal .
 Perempuan dalam Ekonomi, Jumlah UMKM sejumlah 825 yang
tersebar di Kabupaten Bekasi diharapkan mampu menyerap
tenaga-tenaga perempuan di kabupaten Bekasi dengan baik.
PEKKA meskipun baru berjumlah 28 kelompok ditujukan untuk
membantu pengaktualisasian diri seorang perempuan dalam
masyarakat Kabupaten Bekasi.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 111


 Perempuan dalam sektor Publik; keterwakilan perempuan baik di
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif masih perlu
ditingkatkan. Namun tahun 2018 jumlah partisipasi perempuan
dalam BPD meningkat menjadi 8% sebanyak 121 perempuan di
kabupaten Bekasi yang duduk di BPD, karena dikeluarkannya
PERPUB No 6 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan BPD.
 Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak; dalam Kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak dari tahun ke tahun
cenderung bersifat fluktuatif. Begitu pula dengan jumlah kasus
lainnya seperti Balita terlantar, dan anak jalanan masih relatif
tinggi. Ditambah tingginya Gugat Cerai yang meningkat setiap
tahunnya disebabkan meningkatnya kemandirian dan kesadaran
akan hak-hak perempuan dalam mendapatkan perlakuan yang
sama didalam hukum, serta mudahnya mendapatkan akses
informasi.

5.2. Rekomendasi
1. Perempuan dan anak adalah sebagai bagian masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan kebijakan demi
terciptanya Kabupaten Bekasi yang ramah perempuan dan anak.
2. Kesetaraan dan hak serta wewenang perempuan dalam lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif segera dilaksanakan yang
disertai kebijakan tambahan perihal tersebut jika dipandang
perlu.
112 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
3. Perempuan dan ekonomi keluarga wajib ditingkatkan, diberikan
pelatihan dan modal usaha yang tentunya akan berdampak pada
kemandirian dan kesejahteraan keluarga.
4. Pemerintah pusat dan Daerah membuat regulasi yang jelas dalam
mengurangi dampak gadget untuk anak contohnya Internet
sehat demi perkembangan generasi yang sehat dan berkualitas.
5. Untuk penanganan masalah anak dan perempuan perlu adanya
peningkatan koordinasi lintas sektor terkait, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha serta Lembaga
Lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
6. Era teknologi dalam perkembangannya harus menjadi perhatian
khusus untuk perkembangan kejiwaan anak yang sehat jika perlu
disediakan sarana dan prasarana terkait pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
7. Untuk pemenuhan keterwakilan Perempuan di BPD hendaknya
dalam PERBUP tahun 2018 tentang pelaksanaan BPD di pasal 4
bisa ditambahkan bahwa pengisian BPD berdasarkan keterwakilan
wilayah diikuti oleh laki-laki dan perempuan, sehingga diharapkan
porsi perempuan lebih proporsional.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 113


114 | Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Harum, https://bukunnq.wordpress.com/pengarusutamaan-


gender-dan-konsep-dasar-gender/

Bacchi, Eveline, 2010, Mainstreaming politics: Gendering practices and


feminist theory, University of Adelaide Press

BPS Kabupaten Bekasi, 2018, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2017, BPS
Kab. Bekasi, Bekasi.

BPS Kabupaten Bekasi, 2018, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2018, BPS
Kab. Bekasi, Bekasi.

Berita Daerah PERBUP Bekasi BPD, 2018

Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, 2017, Profil Kesehatan Kabupaten


Bekasi Tahun 2017, Dinkes Kab. Bekasi, Bekasi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, 2018, Profil Kesehatan Kabupaten


Bekasi Tahun 2018, Dinkes Kab. Bekasi, Bekasi

Satya. V.S, 2018, Strategi Indonesia menghadapi Industri 4.0 Info Singkat
Vol X, No 09/I/Puslit/Mei/2018, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
RI.

Sean Sayers, 2004, Sosialism, Feminism and Philosophy; Radical


Philosophy Reader. Routladge, London.

Yahya, T.I, 2018, PAUD di Kabupaten Bekasi, http://bangimam-


berbagi.blogspot.com/2018/01/paud-di-kabupaten-bekasi-tahun-
2018.html.

Profil Perempuan dan Anak Kab. Bekasi, 2018 | 115

Anda mungkin juga menyukai