GURU PEMBIMBING :
Opilona Badriyah, M.Pd.
Disusun oleh :
- Belvana Shafa Puteri / 7
- Muhammad Keisyar / 25
- Neshya Putri Rizkiansyah / 28
- Rizky Arianto / 31
- Sri Ajeng Septiani Midziawati / 33
- Jagat Nur Alam / 15
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya pulalah makalah Geografi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Makalah Geografi ini ditujukan bagi peserta didik SMA Negeri 8 Bandung
yang ingin memahami konsekuansi bagi peserta didik yang tidak taat pada tata
tertib sekolah secara mendalam. Makalah diharapkan dapat membantu dalam
proses perbaikan sikap dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik dan
memberikan pengalaman agar tidak melakukan kembali kesalahan yang
melanggar aturan sekolah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan, penyusunan, hingga akhir makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari sekolah, tetapi
merupakan kebutuhan yang harus mendapatkan perhatian dari semua pihak yang
terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri. Pelanggaran yang dilakukan
siswa atau siswi bisa juga dikarenakan lingkungan, keluarga, pertemanan bahkan
social media.
Dari berbagai hasil penelitian, sekolah memiliki kontribusi dalam
mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan nilai nilai disiplin
peserta didik, termasuk kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib sekolah.
Selain itu, guru berperan penting dalam menumbuh kembangkan sikap disipilin
siswa maupun diluar lingkungan sekolah.
Para siswa atau siswi di beberapa kalangan pasti memiliki aturan yang
sering dilanggar. Hampir setiap sekolah memiliki siswa atau siswi yang tidak
disiplin. Ada juga sekolah yang terkenal dengan kenakalan para siswa atau
siswinya, bukan berati satu sekolah diisi dengan siswa atau siswi yang nakal atau
tidak disiplin semua tetapi kenakalan beberapa siswa atau siswinya membuat
sekolah menjadi nama yang buruk. Beberapa aturan sekolah dasar di Sekolah
Menengah Atas 8 Bandung :
1. Tidak datang terlambat.
2. Tidak mewarnai rambut.
3. Tidak diperbolehkan membawa barang yang tidak sesuai dengan
umurnya.
4. Tidak berkelahi
5. Atribut lengkap.
6. Bagi siswa, rambut tidak boleh panjang.
7. Bagi siswi, tidak boleh memakai make up berlebihan.
8. Tidak merokok.
9. Tidak membawa kendaraan untuk yang tidak memiliki SIM.
1
10. Menghargai dan menjaga perkataan.
11. Bagi siswa, celana tidak boleh ketat.
B. Rumusan Masalah
1. Peserta didik melakukan pelanggaran aturan sekolah?
2. Apa kontribusi sekolah terhadap tata tertib sekolah?
3. Tindakan apa saja yang dilakukan oleh guru ketika ada yang melanggar
peraturan?
4. Bagaimana peraturan sekolah dasar yang terdapat di SMA Negeri 8
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan
budaya tertib siswa di SMA Negeri 8 Bandung, secara khusus tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri budaya tertib siswa dalam mengikuti
peraturan di SMA Negeri 8 Bandung.
2. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri budaya tertib siswa dalam menjaga
ketertiban dan nama baik sekolah SMA Negeri 8 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Untuk Kepala Sekolah. Hasil penelitian dapat digunakan oleh Kepala
Sekolah dan guru-guru di sekolah SMA Negeri 8 Bandung sebagai
masukan mengambil kebijakan dalam upaya peningkatan
konsekuensi agar siswa-siswi tidak melakukan hal yang melanggar
peraturan sekolah lagi.
b. Untuk Siswa. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran siswa akan pentingnya menaati peraturan sekolah.
2
2. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai tambahan literatur bagi
dunia pendidikan khususnya dalam bidang peraturan sekolah yang harus
ditaati.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tata Tertib
Tata tertib atau juga dikenal dengan istilah disiplin yang berarti tata tertib
atau ketaatan. Kemudian menjadi kedisiplinan yang dapat diartikan dengan
“pendisiplinan atau mendisiplinkan” yakni mengusahakan supaya mematuhi,
mentaati, dan mengikuti tata tertib atau aturan yang telah dibuat. Kata tata tertib
terdiri dari dua kata yakni tata dan tertib. Secara etimologis pengertian tata
menurut kamus Bahasa Indonesia adalah aturan, kaidah, dan susunan, sistem.
Sedangkan pengertian tertib adalah tertata dan terlaksana dengan rapi, teratur,
menurut aturan, sopan dengan sewajarnya, dengan sepatutnya, aturan, peraturan
yang baik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tujuan membentuk
manusia yang berkualitas, tentunya sangat diperlukan suatu aturan guna
mewujudkan tujuan tersebut. Lingkungan sekolah khususnya tingkat SMA yang
beranggotakan remaja-remaja yang sedang dalam masa transisi, sangat rentan
sekali terhadap perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu diperlukan suatu
hukum atau aturan yang harus diterapkan di sekolah yang bertujuan untuk
membatasi setiap perilaku siswa.
Di lingkungan sekolah yang menjadi hukumnya adalah tata tertib sekolah.
Aturan-aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi
kewajiban, keharusan dan larangan-larangan. Tata tertib sekolah merupakan
patokan atau standar untuk hal-hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24
September 1981 ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib
sekolah.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwatata tertib sekolah merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan
4
yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien.
5
empat unsur pokok, apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu: peraturan
sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara
yang digunakan untuk mengajak dan memaksakannya, hukuman untuk
pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang sejalan dengan
perilaku yang berlaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dalam menerapkan
disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam pelaksanaannya.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang kita gunakan adalah metode kuantitatif, metode kuantitatif
yang kita gunakan adalah kuesioner google form. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
kausalitas hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau
hipotesis yang berkaitan dengan suatu fenomena.
B. Variabel Penelitian
Kami menggunakan variabel penelitian bebas, lalu dalam penelitian ini
kita bisa mengetahui bahwa aturan yang paling sering dilanggar oleh peserta didik
adalah terlambat datang ke sekolah, lalu bagi peserta didik laki-laki melangggar
aturan rambut panjang dan peserta didik perempuan melanggar aturan membawa
make up.
Variabel penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang
terbentuk, atau yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga
mempunyai variasi antara satu objek yang satu dengan objek yang lain dalam satu
kelompok tertentu kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel bebas dapat dikatakan juga sebagai variabel independen.
Dinamakan variabel bebas karena variabel ini memang bebas, maksudnya
adalah dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lainnya.
7
C. Populasi Dan Sample
1. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan merupakan wilayah yang
ingin diteliti oleh peneliti. Seperti menurut Sugiyono (2011 : 80) “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.” Pendapat di atas menjadi
salah satu acuan bagi penulis untuk menentukan populasi. Populasi yang
akan digunakan sebagai penelitian adalah siswa SMA Negeri 8 Bandung.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh
peneliti. Menurut Sugiyono (2011:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehingga sampel
merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan
sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-
pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan sampel ini penulis
menggunakan teknik sampling purposive.
Sugiyono (2011:84) menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Dari
pengertian diatas agar memudahkan penelitian, penulis menetapkan sifat-
sifat dan katakteristik yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel yang
akan digunakan dalam penelitian adalah siswa/i kelas X.
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017,194) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan
8
untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti, dan apabila peneliti juga
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2. Kuesioner
Menurut Sekaran (2006,82) Kuesioner adalah daftar pertanyaan
tertulis yang telah dibuat sebelumnya yang akan dijawab oleh responden,
dan biasanya dalam alterantif yang didefinisikan dengan jelas. Pada penelitian
ini kuesioner diberikan kepada siswa/i SMA Negeri 8 Bandung.
3. Observasi
Menurut Sugiyono (2017,203) Observasi sebagai teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri spesifik bila dibangingkan dengan teknik yang
lainnya. Observasi dilakukan dengan melihat langsung di lapangan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelanggaran yang sering dilanggar siswa dan siswi
Menurut hasil wawancara kami kepada salah satu siswa siswi di SMA
Negeri 8 Bandung mengenai pelanggaran yang sering di langgar oleh peserta
didik SMAN 8 Bandung memang sangat banyak. Diantaranya ada beberapa
yakni :
1) Terlambat datang ke sekolah
10) Mencuri
10
1) Siswa Siswi datang terlambat ke sekolah karena terlambat bangun,
kerusuhan dalam keluarga, kesusahan mencari driver bagi yang
menggunakan ojek online.
2) Celana siswa yang ketat memiliki alasan mengapa siswa tersebut menjait
celana nya dan membuat terlihat ketat, yakni merasa tidak nyaman
karena celana nya besar dan juga ingin terlihat keren saat sekolah.
3) Rok siswi diatas mata kaki yakni para siswi merasa tidak nyaman
menggunakan rok yang terlalu panjang dan juga ada beberapa siswi yang
merasa kesulitan dan mengganggu aktivitas saat rok mereka panjang.
4) Alasan rambut siswa panjang, yakni melebihi alis dan belakang telinga
adalah para siswa ingin terlihat keren dengan rambut yang tidak rapih
tersebut.
5) Para siswi membawa make up ke sekolah yakni mereka merasa tidak
percaya diri saat muka mereka terlalu polos dan kusam saat berada di
lingkungan sekolah.
6) Para siswa siswi yang membawa kendaraan pribadi dibawah umur dan
belum memiliki SIM yakni orang tua mereka tidak ingin mengantar
mereka ke sekolah.
7) Siswa membawa rokok atau vape ke sekolah, mereka merasa stress
dengan keadaan di sekolah. Hal itulah yang membuat mereka
melampiaskannya kepada rokok atau vape.
8) Tidak memakai seragam sesuai aturan, hal tersebut memiliki faktor yakni
seragam para siswa siswi sedang dicuci ataupun mereka belum membeli
seragam sekolah yang lengkap.
9) Keluar dari kelas saat pelajaran berlangsung, para siswa maupun siswi
melakukan hal tersebut karena mereka tidak mau melakukan pelajaran,
beberapa faktor nya yaitu mereka merasa tidak minat dengan pelajaran
tersebut, mereka tidak menyukai guru yang mengajar.
10) Mencuri, hal ini dilakukan oleh siswa siswi yakni mereka merasa sedang
membutuhkan barang yang mereka curi.
11
B. Pembahasan
sekolah. Apalagi guru yang mempunyai peran sebagai kesiswaan. Sebagai guru
dalam sekolah tersebut, apabila siswa atau siswi tersebut melakukan pelanggaran
yang terdapat di dalam sekolah. Inilah yang dilakukan para guru sebagai
sekolah :
2. Untuk teguran kedua, akan ditegur dan dibuat perjanjian secara tertulis.
3. Untuk teguran ketiga, orang tua siswa atau siswi yang melanggar
peraturan tersebut akan dipanggil dan untuk tindak lanjut biasanya akan
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peraturan sekolah dibuat agar siswa siswi menjadi lebih disiplin dan tertib
dalam tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan. Peraturan juga dibuat agar
siswa siswi bisa menjadi pribadi yang lebih baik, baik dalam sikap maupun lisan.
Setiap sekolah pasti memiliki peraturan dan peraturan di setiap sekolah juga pasti
berbeda-beda. Setiap peraturan memiliki konsekuensi apabila orang tersebut
melakukan pelanggaran. Begitu juga dengan sekolah, Sekolah pasti memiliki
konsekuensi apabila siswa siswinya melanggar peraturan sekolah tersebut. Hal ini
yang membuat kami meneliti mengenai konsekuensi siswa jika melanggar
peraturan SMAN 8 Bandung.
B. Saran
Yang dapat kami terima mengenai konsekuensi siswa jika melanggar
peraturan SMA Negeri 8 Bandung diantaranya ada beberapa yakni terlambat ke
sekolah, celana ketat dan rambut panjang bagi siswa, rok pendek dan kaos kaki
pendek bagi siswi. Dan untuk konsekuensi yang diberikan yakni jika melanggar
peraturan tersebut untuk 1 kali akan ditegur dan diberi tahu secara lisan.
peringatan ke-2 kali akan ditegur, peringatan tertulis dan juga membuat
perjanjian. Peringatan untuk ke-3 kali yakni akan dipanggil orang tua siswa atau
siswi tersebut.
13