Anda di halaman 1dari 83

MEKANISME PENGELOLAAN DATA RUTIN

Pelayanan KB
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan
Keluarga Berencana

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Jakarta, Juni 2022


KATA PENGANTAR

Pujii syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Mekanisme Pengelolaan Data Rutin
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Tahun 2022 dapat terselesaikan. Semoga Panduan
ini dapat dipergunakan sebagai acuan seluruh pihak yang terkait pelayanan KB.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB disusun sejalan dengan amanat


Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. Hal ini
dipertegas kembali dengan terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pada Lampiran: I huruf N. Pembagian Urusan Pemerintahan
Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Sub Urusan 2. Keluarga
Berencana, poin d: Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga.

Perubahan lingkungan dan kebijakan strategis menuntut perlu dilakukannya


penyesuaian terhadap pengelolaan data rutin pelayanan KB, yaitu penyesuaian
terhadap perubahan indikator RENSTRA 2020-2024, variabel, serta mekanisme
pelaksanaan pelayanan KB. Selain itu, dalam mendukung kebijakan Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mempunyai tanggung jawab untuk menggerakkan masyarakat agar menjadi peserta KB
dan menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) di setiap tempat
pelayanan KB. BKKBN juga mempunyai tanggung jawab mengidentifikasi potensi yang
dimiliki oleh tempat pelayanan KB di seluruh Indonesia guna menjamin pelayanan KB
dapat dilakukan di setiap tempat pelayanan KB.

Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB sebagai sumber data dan informasi


pelaksanaannya diharapkan benar-benar dapat menghasilkan data dan informasi yang
berkualitas, akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya, serta memberikan gambaran
yang tepat dan menyeluruh tentang potensi tempat pelayanan KB dan hasil
pelayanannya.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, baik saran maupun
koreksi terhadap terbitnya Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun
2022, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 1 Juni 2022


Plt. Direktur Pelaporan dan Statistik,

Lina Widyastuti, SKM, MAPS.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | i


KATA SAMBUTAN

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN tidak hanya
mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang KB saja, tetapi juga mencakup
bidang penyerasian kebijakan kependudukan dan peningkatan penyediaan data dan
informasi. Agar mampu menghasilkan data dan informasi pelayanan KB yang
berkualitas, akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya, diperlukan instrumen penunjang
yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut, yang salah satunya adalah
pengembangan pengelolaan data rutin pelayanan KB.

Upaya untuk menunjang penyediaan data dan informasi bagi pengelolaan Program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana)
terutama yang berkaitan dengan data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan
KB, dan mutasi alokon, maka diperlukan “Mekanisme Pengelolaan Data Rutin
Pelayanan KB Tahun 2020”. Panduan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan
bagi para pelaksana dan pengelola data di berbagai tingkatan wilayah (Perwakilan
BKKBN Provinsi, PD KB Kabupaten/Kota, Balai Penyuluhan KB/Kecamatan, serta tempat
pelayanan KB) dalam melakukan kegiatan pengelolaan data rutin KB, untuk menunjang
penyediaan data dan informasi secara cepat, tepat, dan akurat.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2022 disusun untuk


memenuhi tata cara pengelolaan data dan informasi Program Bangga Kencana yang
lebih baik di berbagai tingkatan wilayah, yang meliputi pengumpulan data, pengolahan
data, pengiriman laporan umpan balik, bimbingan teknis, serta monitoring dan evaluasi
data dan informasi dari kegiatan operasional pelayanan KB.

Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya kepada Kelompok Kerja yang telah memberi masukan dan saran serta telah
bekerja keras menjalankan tugas hingga tersusunnya Mekanisme Pengelolaan Data Rutin
Pelayanan KB Tahun 2022 dengan baik. Semoga Allah SWT meridhoi usaha kita
bersama.

Jakarta, 1 Juni 2022


Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan,
dan Informasi,

Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd

ii |P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
KATA SAMBUTAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Ruang Lingkup 4
D. Batasan dan Pengertian 5
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI 12
A. Kebijakan 12
B. Strategi 12
BAB III LANGKAH KEGIATAN 13
A. Persiapan 13
B. Pelaksanaan 16
C. Pemanfaatan dan Penyebarluasan Informasi 20
D. Penyimpanan, Keamanan dan Kerahasiaan Informasi 22
BAB IV POKOK-POKOK KEGIATAN 23
A. Sarana dan Prasarana 23
B. Sumber Daya Manusia 24
C. Alur Pengolahan Data dan Informasi 26
D. Monitoring dan Evaluasi 28
E. Mekanisme Entry Data Keluarga, Approval dan Ralat 29
BAB V PENUTUP 32
LAMPIRAN

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional memiliki tugas untuk melaksanakan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Kemudian diperkuat dengan
peraturan pelaksana berupa Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga. Di dalamnya menyebutkan bahwa pengumpulan data dan
informasi keluarga dilaksanakan melalui kegiatan yang salah satunya adalah pengelolaan
data rutin pelayanan Keluarga Berencana (KB). Dipertegas kembali dengan terbitnya
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Lampiran: I
huruf N. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana, Sub Urusan 2. Keluarga Berencana, poin d: Pengelolaan dan pengendalian
sistem informasi keluarga. Selain itu, BKKBN diamanatkan dalam Peraturan Presiden No.
18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024, tentang pemanfaatan data dan informasi kependudukan. Sehingga
perlu dilakukan upaya peningkatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi
kependudukan yang memadai, akurat, dan tepat waktu. Hal ini sejalan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual, yang dalam salah
satu pasalnya menyatakan pengaturan penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan seksual bertujuan untuk mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. (stunting perubahan kebijakan
strategis)

Di sisi lain, perubahan lingkungan strategis menuntut penyesuaian indikator, variabel,


serta mekanisme pelaksanaan pelayanan KB, sehingga diperlukan penyempurnaan
terhadap Panduan Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2022.

1 | Pelayanan Keluarga Berencana


Memperhatikan berbagai tuntutan di atas dan perkembangan teknologi informasi, perlu
dilakukan pengembangan sistem pengumpulan serta pengelolaan data hasil pelayanan KB
secara menyeluruh. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan Basis
Data Keluarga Indonesia hasil Pendataan Keluarga 2021 sebagai sumber data by name by
address untuk peserta KB. Entri data hasil pelayanan KB by name by address diharapkan
dapat dilakukan pada tingkat paling bawah yang mendekati sumber data, yaitu tempat
pelayanan KB, untuk meminimalisasi adanya manipulasi data hasil pelayanan Keluarga
Berencana.

Secara umum, Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2022 ini disusun
untuk memenuhi tata cara pengelolaan data dan informasi Program Bangga Kencana
yang lebih baik di berbagai tingkatan wilayah, yang meliputi pengumpulan data,
pengolahan data, pengiriman umpan balik, bimbingan teknis, serta monitoring dan
evaluasi data dan informasi dari kegiatan operasional pelayanan KB. Dalam penyusunan
dan pengembangan panduan ini didasarkan pada beberapa pemikiran antara lain :

1. Bahwa proses pengelolaan data rutin pelayanan KB yang berkaitan dengan data
potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon yang dilakukan
oleh Petugas Pengelola Data mulai dari tempat pelayanan KB sampai tingkat pusat
harus dilakukan sebagai bukti nyata (evidence-based) dan pemenuhan akuntabilitas
publik dari kegiatan pelaksanaan pelayanan KB kepada masyarakat di wilayah itu.

2. Data dan informasi pelaksanaan pelayanan KB yang dikumpulkan akan digunakan


sebagai alat monitoring pencapaian kinerja program dan pengambilan keputusan.

3. Data dan informasi terkait pelaksanaan pelayanan KB dikumpulkan secara cepat,


tepat, dan akurat untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan operasional program,
perencanaan dan evaluasi sasaran Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana di berbagai tingkatan wilayah (tempat pelayanan KB,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat).

Untuk memperoleh kegunaan data dan informasi tersebut, maka dalam pengelolaan data
rutin pelayanan KB mengacu pula pada prinsip “12 Kaidah Plus” yang selama ini
digunakan, yaitu:

1. Bermanfaat bagi pengumpul data, masyarakat, dan manajemen.

2. Memperhatikan prinsip desentralisasi.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 2


3. Belum tercakup dalam sistem lain.

4. Kegiatan dan hasil kegiatan yang dicatat dan dilaporkan sudah menjadi pola
operasional baku secara nasional.

5. Bersifat kuantitatif.

6. Relatif cepat berubah.

7. Mengutamakan data proses dan keluaran (output).

8. Data input sangat selektif.

9. Dapat dimengerti petugas, pengelola, dan pelaksana program.

10. Dapat diidentifikasi (terukur).

11. Mudah dikontrol dan ditelusuri.

12. Memanfaatkan teknologi informasi.

Sedangkan Plus yang dimaksudkan adalah para petugas pengelola data harus bersikap
proaktif dalam melakukan pengelolaan data rutin pelayanan KB yang dibakukan secara
berjenjang dari tingkat bawah sampai tingkat atas.

B. TUJUAN
Tujuan penyusunan dan penerbitan Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB
Tahun 2021 dapat dijelaskan secara umum dan khusus sebagai berikut :

1. UMUM
Secara umum dapat memberikan panduan secara rinci dalam pengelolaan data rutin
pelayanan KB bagi pengelola data tingkat Pusat hingga lini lapangan, sehingga dapat
menunjang penyediaan data dan informasi Program Bangga Kencana.

2. KHUSUS
Pengelolaan data rutin pelayanan KB secara khusus menjelaskan langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam pengelolaan data rutin pelayanan KB, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu.

3 | Pelayanan Keluarga Berencana


C. RUANG LINGKUP

1. JANGKAUAN

Adalah pengelola data tingkat Pusat hingga lini lapangan yang memanfaatkan
pengelolaan data rutin pelayanan KB, sebagai berikut :

a. Tingkat Pusat
1) Unit kerja di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.
2) Mitra Kerja Terkait
 Pemerintah;
 Non Pemerintah.

b. Tingkat Provinsi
1) Perwakilan BKKBN Provinsi.
2) Mitra Kerja Terkait
 Pemerintah;
 Non Pemerintah.

c. Tingkat Kabupaten dan Kota


1) PD KB Kabupaten dan Kota.
2) Mitra Kerja Terkait
 Pemerintah;
 Non Pemerintah.

d. Tingkat Lini Lapangan


1) PKB/PLKB PNS dan Non PNS;
2) Petugas entri data di tingkat kecamatan (Balai Penyuluhan);
3) Petugas pencatat data dan petugas entri data pada tempat pelayanan KB;
4) Mitra Kerja Terkait.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 4


2. SASARAN

Sasaran pada pelayanan KB adalah tempat pelayanan KB dan akseptor pelayanan K,


data yang dikumpulkan terdiri dari:

a. Data Potensi Tempat Pelayanan KB yang meliputi:


1) Identitas Tempat Pelayanan KB
2) Sarana dan perlengkapan yang tersedia
3) Sumbar Daya Manusia (Tenaga Pelayanan)

b. Data Pelayanan KB, yang meliputi :


1) Tempat Pelayanan KB
2) Identitas Peserta KB yang dilayani
3) Identitas suami/istri dari peserta KB yang dilayani
4) Status peserta KB
5) Pemberian informed consent
6) KB pasca persalinan/pasca keguguran
7) Jenis tindakan yang diberikan
8) Pencatatan kasus komplikasi berat/kegagalan
9) Pencatatan pencabutan IUD/Implan
10) Asuransi yang digunakan
11) Sumber alokon yang digunakan
12) Pelayanan bergerak

c. Data Mutasi Alat dan Obat Kontrasepsi yang merupakan pencatatan transaksi
mutasi alokon di tempat pelayanan KB

D. BATASAN DAN PENGERTIAN

Untuk standardisasi dan keseragaman pengertian istilah di dalam pengelolaan data rutin
pelayanan KB, diberikan batasan dan pengertian sebagai berikut:

1. UMUM

a. Pengelolaan data rutin Pelayanan KB adalah suatu kegiatan yang berhubungan


dengan pencatatan, pengumpulan, pengolahan, analisis, serta penyajian yang
berkaitan dengan data rutin pelayanan KB, dilakukan mulai dari tempat
pelayanan KB sampai tingkat Pusat sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan.

5 | Pelayanan Keluarga Berencana


b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan.

c. Penyelenggara pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi semua


Fasilitas Kesehatan yang telah memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BPJS
Kesehatan serta telah teregistrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)
BKKBN melalui Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/20).

d. NIK adalah Nomor Induk Kependudukan sesuai yang tercantum pada Kartu
Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).

e. Petugas Entri Data adalah petugas yang ditunjuk oleh tempat pelayanan KB
setempat untuk melakukan entri data potensi tempat pelayanan KB, hasil
pelayanan KB, dan mutasi alokon baik secara offline maupun online.

f. Petugas Pencatat Data adalah petugas yang ditunjuk oleh tempat pelayanan KB
setempat untuk melakukan pencatatan data potensi tempat pelayanan KB, hasil
pelayanan KB, dan mutasi alokon ke dalam instrumen.

2. TEMPAT PELAYANAN KB

a. Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang selanjutnya disebut dengan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan (Fasyankes) adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam pengelolaan data rutin Pelayanan KB


ini terdiri dari:

1) RS Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada


semua bidang dan jenis penyakit. Contoh: RSUP, RSUD, dll.

2) RS Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ atau jenis penyakit. Contoh: Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak, Jantung, Kanker, Orthopaedi, Paru, Jiwa, dll.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 6


3) Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.

4) Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

5) Praktik Dokter adalah dokter yang melaksanakan praktik secara


mandiri/perorangan, termasuk didalamnya dokter umum maupun dokter
spesialis.

6) Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik


dasar baik umum maupun khusus.

7) RS Tipe D Pratama adalah rumah sakit umum yang hanya menyediakan


pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) untuk peningkatan akses bagi
masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat, serta pelayanan penunjang lainnya.

8) Praktik Mandiri Bidan (Setara Fasyankes) adalah fasilitas pelayanan


kesehatan yang diselenggarakan oleh bidan lulusan pendidikan profesi untuk
memberikan pelayanan langsung kepada klien. Suatu Praktik Mandiri Bidan
dapat dimasukkan kriteria ini jika tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dalam hal pelayanan KB sehingga memperoleh alokon secara langsung dari
PD KB Kab/Kota.

b. Jaringan adalah fasyankes yang menginduk ke puskesmas pembina, yaitu


puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), bidan di desa.

1) Pustu (Puskesmas Pembantu) merupakan jaringan pelayanan Puskesmas


yang memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi
dalam wilayah kerja Puskesmas.

2) Pusling (Puskesmas Keliling) merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang


memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah

7 | Pelayanan Keluarga Berencana


kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung
Puskesmas.

3) Poskesdes (Pos Kesehatan Desa)/Polindes (Pos Bersalin Desa) adalah upaya


kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam
rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa.

c. Jejaring adalah tempat pelayanan KB yang menginduk ke FKTP setelah


melakukan perjanjian kerja sama, terdiri dari praktik bidan dan fasyankes
lainnya.

- Praktik Mandiri Bidan Jejaring adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


diselenggarakan oleh bidan lulusan pendidikan profesi untuk memberikan
pelayanan langsung kepada klien. Suatu Praktik Mandeiri Bidan dikatakan
sebagai jejaring jika bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam hal
pelayanan KB melalui puskesmas/fasyankes Pembina sehingga distribusi
alokon didapat mrelalui puskesmas/fasyankes Pembina.

3. SARANA DAN PERLENGKAPAN

a. Konseling atau Komunikasi Inter-Personal (KIP)/Konseling adalah proses


komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih dan
menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

b. Ruang Konseling KB dan Kesehatan Reproduksi adalah ruangan yang digunakan


oleh konselor atau provider dalam membantu klien untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan KB dan kesehatan reproduksi.

c. Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) adalah alat bantu kerja interaktif,
yang diperuntukkan bagi penyedia layanan dalam membantu klien memilih dan
memakai metode KB yang paling sesuai dengan kebutuhannya, memberikan
informasi yang diperlukan dalam pemberian pelayanan KB yang berkualitas,
serta menawarkan saran atau panduan mengenai cara membangun komunikasi
dan melakukan konseling secara efektif.

d. Materi Kesehatan Reproduksi adalah bahan-bahan atau materi, seperti : lembar

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 8


balik, leaflet, pumflet, dan lain-lain, yang digunakan oleh provider atau kader
dalam memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi.

e. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K) adalah panduan bagi


provider baik di tingkat pelayanan dasar maupun tingkat pelayanan rujukan baik
di instansi Pemerintah maupun Swasta dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana sesuai dengan standar minimal guna memenuhi pelayanan keluarga
berencana berkualitas.

4. PELAYANAN KB

a. Pelayanan KB adalah pelayanan dalam upaya mengatur kelahiran anak, jarak


dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk
penanganan efek samping dan komplikasi.

b. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri, yang istrinya berumur
15-49 tahun.

c. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur (PUS) dengan kriteria sebagai
berikut:
1) PUS yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi; atau
2) PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan;
atau
3) PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah keguguran.

d. Peserta KB Aktif adalah PUS yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu metode
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
e. Informed Consent adalah persetujuan tertulis tentang tindakan medis yang
diberikan kepada klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. Metode
kontrasepsi yang yang memerlukan informed consent di antaranya adalah:
suntikan, IUD, implan, tubektomi, dan vasektomi. Sedangkan untuk metode
kontrasepsi pil dan kondom dapat diberikan persetujuan tindakan medis secara
lisan.

f. KB Pasca Persalinan adalah penggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah

9 | Pelayanan Keluarga Berencana


melahirkan sampai 6 minggu/42 hari melahirkan.

g. KB Pasca Keguguran adalah pelayanan KB yang diberikan setelah mengalami


keguguran sampai dengan 14 hari.

h. Tubektomi adalah metode sterilisasi perempuan.

i. Vasektomi adalah metode sterilisasi pria.

j. Pencabutan dan Pemasangan IUD atau Implan adalah tindakan pencabutan (IUD
atau implan), yang selanjutnya dilakukan pemasangan ulang jenis kontrasepsi
tersebut (IUD atau implan).

k. Pencabutan IUD atau Implan adalah tindakan pencabutan IUD atau implan yang
disebabkan habis masa pemakaian, komplikasi, atau ganti jenis kontrasepsi
lainnya.

l. Komplikasi Berat adalah gangguan kesehatan akibat pemakaian alat/obat/cara


kontrasepsi, yang harus dilayani secara intensif dan perlu rawat inap di Rumah
Sakit.

m. Kegagalan adalah kasus kehamilan pada akseptor KB aktif yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi.

n. Pelayanan KB Ganti Cara adalah pelayanan metode kontrasepsi baru yang


berbeda dengan metode kontrasepsi yang dipakai sebelumnya oleh peserta KB,
karena alasan tertentu selain alasan setelah melahirkan/keguguran.

o. Pelayananan Rekanalissi adalah prosedur operasi untuk membuka, melepas


ikatan, atau menyambungkan kembali tuba falopi pada peserta KB tubektomi
atau vas deferens pada peserta KB vasektomi.

p. Penggunaan Asuransi adalah asuransi yang digunakan oleh peserta KB saat


dilakukan pelayanan KB dengan jenis sebagai berikut:

1) BPJS Kesehatan adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan


jaminan kartu BPJS Kesehatan, baik penerima bantuan iuran (PBI) maupun
bukan penerima bantuan iuran (non PBI).

2) Asuransi Lainnya adalah peserta yang mendapat pelayanan KB menggunakan


jaminan kartu asuransi kesehatan lainnya diluar program BPJS Kesehatan,
Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 10
yang diterima dari mendaftarkan sendiri-sendiri ataupun kolektif dengan
pembiayaan premi secara mandiri.

3) Tidak adalah peserta yang mendapat pelayanan KB tidak menggunakan


jaminan kesehatan apapun, baik yang dimiliki secara gratis maupun dengan
membayar/mendaftar secara mandiri.

q. Putus Pakai atau Drop Out adalah peserta KB yang menghentikan pemakaian
metode kontrasepsi dengan alasan apapun setelah suatu periode pemakaian
tertentu.

5. ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI

a. Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon) adalah alat dan obat kontrasepsi yang
dipergunakan dalam pelayanan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.

b. Alokon APBN adalah alat dan obat kontrasepsi yang diperuntukkan bagi
Pasangan Usia Subur (PUS) yang disediakan oleh pemerintah dengan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

c. Alokon APBD adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

d. Alokon Mandiri adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan sendiri oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan bukan bersumber dari pemerintah atau
pemerintah daerah.

Ketentuan pemberian alat dan obat kontrasepsi pada setiap kunjungan adalah
sebagai berikut:
1) Pil, sejumlah 1 strip untuk 28 hari;
2) Kondom, sejumlah 1 lusin untuk 2 bulan;
3) Suntik, sejumlah 1 vial untuk 1 bulan atau 3 bulan;
4) IUD, sejumlah 1 buah untuk 10 tahun;
5) Implan, sejumlah 1 buah untuk 3 tahun.

11 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB diperlukan kebijakan


dan strategi agar dapat mencapai sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan, di antaranya
sebagai berikut:

A. KEBIJAKAN

1. Memanfaatkan Basis Data Keluarga Indonesia (BDKI) hasil Pendataan Keluarga


tahun 2021;

2. Sinkronisasi Basis Data Keluarga Indonesia dengan registrasi vital Kementerian


Dalam Negeri;

3. Pengelolaan data rutin berbasis TIK dan terintegrasi;

4. Pengelolaan data rutin by name by address ;

5. Data rutin yang dilaporkan merupakan data real time ;

6. Data yang berhubungan dengan infomasi individu harus dijamin kerahasiaannya.

B. STRATEGI

1. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pengelolaan data rutin;

2. Mengatur pengelolaan hak akses dalam pengolahan data rutin;

3. Mendayagunakan sumber daya yang ada di lini lapangan;

4. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia petugas pengelola data dan


informasi;

5. Menggalang kemitraan dengan berbagai mitra kerja dan stakeholder dalam


pengelolaan data rutin;

6. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan data rutin sesuai dengan


kebutuhan;

7. Melakukan evaluasi dan monitoring pengelolaan data rutin secara berkala;

8. Menyiapkan dukungan anggaran untuk pengelolaan data rutin.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 12


BAB III

LANGKAH KEGIATAN

Hasil pelayanan peserta KB (peserta KB baru, ulangan, ganti cara) dicatat sesuai dengan
tempat pelayanan peserta KB tersebut dilayani bukan berdasarkan domisili peserta KB. Hasil
pencatatan pelayanan KB tersebut dilaporkan secara berjenjang dengan menggunakan format
kartu dan register dengan batasan waktu yang telah ditentukan di setiap tingkatan wilayah.

A. PERSIAPAN

1. TINGKAT PUSAT

a. BKKBN, dalam hal ini Direktorat Pelaporan dan Statistik:

1) Melakukan need assessment penyusunan Mekanisme Pencatatan dan


Pelaporan SIGA;

2) Melakukan Uji Publik Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan SIGA;

3) Membuat Panduan Pre-implementasi SIGA;

4) Menyiapkan Panduan tentang Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan


KB tahun 2022 yang bersisi berisi tentang mekanisme pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB di setiap tingkatan wilayah dan
mendistribusikannya ke perwakilan BKKBN Provinsi;

5) Menyiapkan bahan kebijakan terkait pelaksanaan Sistem Informasi Keluarga


(SIGA);

6) Menyiapkan validasi dan tabulasi Sistem Informasi Keluarga.

b. BKKBN, dalam hal ini Direktorat Teknologi Informasi dan Data, menyiapkan
perangkat teknologi untuk kebutuhan operasional pengumpulan dan
pengolahan data serta pemanfaatan hasil pelayanan KB, terdiri dari:

1) Basis Data Keluarga Indonesia;

2) Manajemen wilayah dan user;

13 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
3) Aplikasi Entri Data.

c. BKKBN, dalam hal ini Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana bekerja sama dengan Direktorat Pelaporan dan Statistik
serta Direktorat Teknologi Informasi dan Data, menyelenggarakan pelatihan
atau orientasi kepada Petugas Pengelola Data dan Informasi di Tingkat Pusat
dan Provinsi.

2. TINGKAT PROVINSI

a. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Advokasi, Penggerakan dan
Informasi, mendistribusikan Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB
Tahun 2022 kepada PD KB Kabupaten/Kota.

b. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Advokasi, Penggerakan dan
Informasi, menyiapkan sarana dan prasarana pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB berupa :

1) Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/20);

2) Kartu Peserta KB (K/I/KB/20);

3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/20);

4) Informed Consent;

5) Register Pelayanan KB (R/I/KB/20);

6) Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/20).

c. Perwakilan BKKBN Provinsi, dalam hal ini Bidang Pelatihan dan


Pengembangan bekerjasama dengan Bidang Advokasi, Penggerakan dan
Informasi, menyelenggarakan pelatihan atau orientasi kepada Petugas
Pengelola Data dan Informasi di Tingkat Provinsi serta Kabupaten/Kota.

3. TINGKAT KABUPATEN DAN KOTA

a. PD KB Kabupaten/Kota melakukan pelatihan atau orientasi kepada Petugas


Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB, Koordinator PKB, dan PKB/PLKB
di wilayahnya.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 14


b. PD KB Kabupaten/Kota mendistribusikan sarana dan prasarana pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB untuk dibagikan kepada Petugas Pengelola Data pada
Tempat Pelayanan KB di wilayahnya.

4. TINGKAT KECAMATAN dan DESA/KELURAHAN

a. Koordinator PKB dan PKB/PLKB mengkoordinasikan penyediaan sarana dan


prasarana pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang dibutuhkan pada
tempat pelayanan KB di wilayahnya.

b. Menyiapkan daftar dan kode wilayah dari tempat pelayanan KB yang ada di
wilayahnya.

c. Jika Petugas Pengelola Data pada Tempat Pelayanan KB belum mendapat


pelatihan atau orientasi dari PD KB Kabupaten/Kota, maka Koordinator PKB
bersama PKB/PLKB memberi pelatihan atau orientasi tata cara pengisian
instrumen pelayanan KB kepada Petugas Pengelola Data pada Tempat
Pelayanan KB tersebut.

d. Koordinator PKB dan PKB/PLKB mendistribusikan sarana dan prasarana


pelayanan KB kepada tempat pelayanan KB.

5. TEMPAT PELAYANAN KB

a. Tenaga pencatatan dan pelaporan pada tempat pelayanan KB mendapatkan


orientasi pencatatan dan pelaporan dari PD KB Kabupaten/Kota atau
PKB/PLKB;
b. Tempat pelayanan KB menerima sarana dan prasarana pelayanan KB yang
terdiri dari:
1) Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/20);

2) Kartu Peserta KB (K/I/KB/20);

3) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/20);

4) Informed Consent;

5) Register Pelayanan KB (R/I/KB/20);

6) Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/20).

15 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
B. PELAKSANAAN

1. TEMPAT PELAYANAN KB

1.1 Pendaftaran Tempat Pelayanan KB

1) Tempat pelayanan KB terdiri dari fasyankes, jaringan dan jejaring.

2) Seluruh tempat pelayanan KB baik yang sudah maupun belum bekerja


sama dengan BPJS Kesehatan didaftarkan ke dalam SIGA menggunakan
K/0/KB/20.

3) Pemutakhiran data tempat pelayanan KB menggunakan K/0/KB/20


dilakukan minimal satu tahun sekali yaitu setiap awal tahun berjalan atau
dapat dilakukan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan (setiap saat).

4) Pemutakhiran data tempat pelayanan KB terdiri dari:


a) Pendaftaran tempat pelayanan KB baru yang belum terdaftar pada
SIGA;
b) Perbaikan/penyesuaian data tempat pelayanan KB yang sudah
terdaftar.

5) Pendaftaran jaringan/jejaring baru dilakukan dengan menentukan terlebih


dahulu fasyankes yang menjadi Pembina jaringan/jejaring tersebut.

6) K/0/KB/20 yang telah terisi lengkap kemudian dikirim dan ditandatangani


dengan ketentuan sebagai berikut:

7) K/0/KB/20 yang telah terisi lengkap kemudian dientri ke dalam aplikasi


SIGA;

8) K/0/KB/20 fasyankes KB wajib dientri terlebih dahulu sebelum mengentri


K/0/KB/20 jaringan/jejaringnya.

9) Nomor register tempat pelayanan KB di-generate oleh sistem, didapatkan


setelah K/0/KB/20 dientri ke dalam aplikasi.

1.2 Pencatatan Hasil Pelayanan KB pada Tempat Pelayanan KB

1) Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan KB dilakukan pada masing-


Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 16
masing tempat pelayanan KB (fasyankes KB/jaringan/jejaring)

2) Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/20) dibuat bagi peserta KB baru, ganti


cara atau pindahan dari fasyankes KB lainnya, yang didalamnya berisi:
a) Data-data identitas diri;
b) Catatan medic hasil skrining dalam pelayanan;
c) Pemilihan penggunaan alat/obat/cara kontrasepsi yang tepat bagi
peserta KB.

Kartu K/IV/KB/20 disimpan di tempat pelayanan KB.

3) Kartu Peserta KB (K/I/KB/20) diberikan kepada peserta KB, yang dapat


digunakan sebagai tanda pengenal/bukti diri menjadi peserta KB. Selain itu,
kartu ini juga dapat digunakan untuk mencari kembali Kartu Status Peserta
KB (K/IV/KB/20) pengunjung ulangan yang tersimpan di tempat pelayanan
KB.

4) Peserta KB yang melakukan Kunjungan Ulang, dicatat transaksinya pada


K/I/KB/20 maupun K/IV/KB/20 di bagian lembar Kunjungan Ulang.

5) Informed Consent wajib diberikan bagi setiap peserta KB baru atau ganti
cara yang akan diberikan tindakan pelayanan suntikan, IUD, implant,
tubektomi dan vasektomi sebagai bukti tertulis persetujuan tindakan medis.

6) Hasil pelayanan KB dicatat menurut tanggal pelayanan pada Register Hasil


Pelayanan KB (R/I/KB/20)

7) Hasil pelayanan KB yang dicatat meliputi:


- Peserta KB Baru
- Peserta KB Ganti Cara
- Peserta KB Ulangan
- Kasus Komplikasi Berat/Kegagalan/Pencabutan

8) Petugas RR mengisi identitas peserta KB pada R/I/KB/20 berdasarkan KTP


istri untuk mendapatkan NIK (penentuan status PUS pada akseptor KB).

9) Hasil pelayanan KB pada R/I/KB/20 (selain tubektomi dan vasektomi) juga


dicatat pada R/II/KB/20 sebagai transaksi pengeluaran alokon untuk
pelayanan KB sesuai dengan sumber alokonnya (APBN/APBD/Mandiri).

17 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
10) Hasil pelayanan KB bergerak wajib dicatat pada R/I/KB/20 fasyankes yang
berada pada wilayah pelayanan dan transaksi penerimaan dan pengeluaran
alokon yang digunakan pada pelayanan KB bergerak tersebut dicatat pada
R/II/KB/20 fasyankes yang sama.

11) Seluruh transaksi mutasi alokon dicatat menurut tanggal, kode transaksinya
dan sumber alokon pada Register Hasil Pelayanan KB (R/II/KB/20). Kode
transaksi Mutasi Alokon yang dicatat pada R/II/KB/20:
1. Penerimaan/Pembelian
2. Pengeluaran untuk pelayanan KB
3. Pengeluaran fasyankes untuk distribusi alokon ke jaringan atau jejaring
4. Pengeluaran ke fasyankes lainnya (kondisi tertentu)
5. Rusak
6. Kadaluarsa

12) Pada akhir masa pelaporan dilakukan rekapitulasi hasil pelayanan KB dan
dicatat ke dalam ringkasan hasil pelayanan KB (lampiran R/I/KB/20),
sedangkan rekapitulasi mutasi alokon dicatat pada R/II/KB/20.

13) R/I/KB/20 dan R/II/KB/20 dibuat 2 rangkap untuk dikirim ke petugas entri
data dan untuk dijadikan arsip di tempat pelayanan KB.

2. BALAI PENYULUHAN KB/KECAMATAN

a. Jika entri data dilakukan oleh tempat pelayanan KB, maka Balai Penyuluhan KB
atau Pengelola Data Tingkat Kecamatan :

1) Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di


wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB,
serta diumpanbalikkan kepada tempat pelayanan KB bersangkutan dan
mitra terkait.

2) Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi


alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta
diumpanbalikkan kepada tempat pelayanan KB bersangkutan dan mitra
terkait.

b. Jika sarana dan prasarana pengolahan pada tempat pelayanan KB tidak


Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 18
memadai maka entri data secara online dapat dilakukan oleh PKB/PLKB atau
Pengelola Data di Balai Penyuluhan KB atau Tingkat Kecamatan.

3. PD KB KABUPATEN/KOTA

a. PD KB Kabupaten/Kota menerima usulan K/0/KB/20 dari fasyankes KB untuk


mendapatkan persetujuan. Jika pendaftaran baru fasyankes KB disetujui, maka
K/0/KB tersebut ditandatangani oleh Kepala PD KB Kabupaten/Kota.

b. Jika entri data dilakukan oleh Tempat Pelayanan KB atau Pengelola Data tingkat
kecamatan, maka PD KB Kabupaten/Kota :
1) Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di
wilayah binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB,
serta diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

2) Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi


alokon, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta
diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

c. Jika sarana dan prasarana pengolahan pada tempat pelayanan KB atau


Pengelola Data Tingkat Kecamatan tidak memadai, maka entri data secara
online dapat dilakukan oleh pengelola data tingkat kabupaten/kota.

4. PERWAKILAN BKKBN PROVINSI

a. Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah


binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta
diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

b. Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon,
berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan
ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

5. BKKBN PUSAT

a. Setiap semester melakukan telaah data potensi tempat pelayanan KB di wilayah


binaannya, berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta
diumpanbalikkan ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

19 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
b. Setiap bulan melakukan evaluasi data hasil pelayanan KB dan mutasi alokon,
berdasarkan tabulasi pada sistem aplikasi pelayanan KB, serta diumpanbalikkan
ke tingkat di bawahnya dan mitra terkait.

C. PEMANFAATAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI

1. PEMANFAATAN

a. Potensi Tempat Pelayanan KB

1) Pemetaan tempat pelayanan KB;


2) Pemetaan sarana dan perlengkapan pada tempat pelayanan KB yang masih
bisa dipakai;
3) Pemetaan tenaga pada tempat pelayanan KB dan pelatihan yang pernah
diikuti;
4) Menurunkan Unmet Need.

b. Pelayanan KB

1) Meningkatkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP);


2) Meningkatkan akses pelayanan KB;
3) Meningkatkan kualitas pelayanan KB, dengan berkurangnya kasus
komplikasi berat dan kegagalan.

c. Alat dan Obat Kontrasepsi

1) Pemetaan kebutuhan pada setiap jenis alokon;


2) Ketersediaan alokon;
3) Meminimalisasi terjadinya stock out alokon.

2. PENYEBARLUASAN INFORMASI

a. Rapat Koordinasi Tingkat Desa/Kelurahan

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi
alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat
koordinasi tingkat desa/kelurahan. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak
dapat diselesaikan di tingkat desa/kelurahan dan memerlukan dukungan tingkat
Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 20
kecamatan, maka dilaporkan ke tingkat kecamatan untuk mendapatkan
dukungan bantuan penyelesaiannya.

b. Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi
alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat
koordinasi tingkat kecamatan. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak dapat
diselesaikan di tingkat kecamatan dan memerlukan dukungan tingkat
kabupaten/kota, maka dilaporkan ke tingkat kabupaten/kota untuk
mendapatkan dukungan bantuan penyelesaiannya.

c. Rapat Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kota

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi
alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat
koordinasi tingkat kabupaten/kota. Apabila terdapat permasalahan tetapi tidak
dapat diselesaikan di tingkat kabupaten/kota dan memerlukan dukungan tingkat
provinsi, maka dilaporkan ke tingkat provinsi untuk mendapatkan dukungan
bantuan penyelesaiannya.

d. Rapat Pengendalian Program dan Anggaran Tingkat Provinsi

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi
alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat
pengendalian program dan anggaran tingkat provinsi. Apabila terdapat
permasalahan tetapi tidak dapat diselesaikan di tingkat provinsi dan memerlukan
dukungan tingkat pusat, maka dilaporkan ke tingkat pusat untuk mendapatkan
dukungan bantuan penyelesaiannya.

e. Rapat Pengendalian Program dan Anggaran Tingkat Pusat

Rekapitulasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi
alokon digunakan untuk evaluasi dan perencanaan kegiatan dalam rapat
pengendalian program dan anggaran tingkat pusat.

f. Publikasi melalui Website BKKBN

Publikasi data potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi

21 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
alokon disajikan secara online dalam bentuk tabulasi dan grafik pada website
dengan alamat http://newsiga.bkkbn.go.id/, untuk kepentingan intervensi
program pembangunan secara khusus dapat diakses dengan password tertentu.

D. PENYIMPANAN, KEAMANAN, DAN KERAHASIAAN INFORMASI

Penyimpanan data dan informasi pelayanan KB, terdiri dari potensi tempat pelayanan
KB, hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon, yang sudah masuk dalam sistem pengolahan
data basis nasional dilakukan dalam pangkalan data pada tempat yang aman dan tidak
rusak atau mudah hilang dengan menggunakan media penyimpanan elektronik yang
hanya dapat dilakukan di dalam negeri. Pangkalan data tersebut dapat berada di provinsi
maupun kabupaten/kota, dan harus dikelola oleh pengelola data di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota.

Penyimpanan data dan informasi pelayanan KB dilakukan paling singkat 25 (dua puluh
lima) tahun untuk data dan informasi elektronik sesuai jadwal retensi arsip. Sedangkan,
penyimpanan data nonelektronik dilakukan di setiap tempat pelayanan KB paling singkat
10 (sepuluh) tahun.

Pengamanan informasi pelayanan KB dilakukan untuk menjamin agar informasi tersebut


tetap tersedia dan terjaga keutuhannya. Untuk informasi pelayanan KB yang bersifat
tertutup, seperti informasi tentang individu peserta KB, harus terjaga kerahasiaannya.

Dalam hal menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi pelayanan KB, setiap pengelola
data harus :
1. Melakukan pemeliharaan, penyimpanan, dan penyediaan cadangan data dan
informasi pelayanan KB secara teratur;
2. Membuat sistem pencegahan kerusakan data dan informasi pelayanan KB.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 22


BAB IV

POKOK-POKOK KEGIATAN

Dalam upaya mewujudkan tujuan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, hal yang harus
dilakukan oleh setiap pengelola data adalah mengetahui dan memahami berbagai jenis dan
fungsi setiap instrumen yang dipergunakan, sumber daya manusia yang tersedia, serta
mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan tersebut.

A. SARANA DAN PRASARANA

1. KARTU PENDAFTARAN TEMPAT PELAYANAN KB (K/0/KB/20)

Kartu Pendaftaran Tempat Pelayanan KB (K/0/KB/20) ini digunakan untuk


melakukan pendaftaran pertama bagi fasyankes KB/jaringan/jejaring, dan untuk
updating data dari fasyankes KB jika ada perubahan pada pencatatan dan pelaporan
BKKBN. Pendaftaran ulang bagi semua fasyankes KB/jaringan/jejaring lama dilakukan
paling lambat tanggal 31 Januari tahun berjalan. Untuk pendaftaran fasyankes baru
atau updating bisa dilakukan setiap saat.

Kartu K/0/KB/20 diisi oleh fasyankes KB/jaringan/jejaring baik yang belum atau
sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kartu ini berisikan informasi tentang
identitas, sarana dan perlengkapan, serta tenaga yang dimiliki oleh fasyankes
KB/jaringan/jejaring bersangkutan.

2. KARTU PESERTA KB (K/I/KB/20)

Kartu Peserta KB (K/I/KB/20) ini diberikan oleh fasyankes KB/jaringan/jejaring


kepada peserta KB dan digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri sebagai
peserta KB. Kartu ini juga dapat digunakan untuk mencari kembali kartu status
peserta KB (K/IV/KB/20) di tempat pelayanan pertama, serta dapat digunakan pula
untuk memperoleh pelayanan ulang di semua fasyankes KB/jaringan/jejaring lain.

3. KARTU STATUS PESERTA KB (K/IV/KB/20)

Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/20) ini digunakan untuk mencatat identitas diri,
catatan medis hasil skrining dalam pelayanan, dan pemilihan penggunaan metode

23 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
kontrasepsi yang tepat bagi peserta KB. Kartu ini dibuat untuk setiap pengunjung
baru di fasyankes KB/jaringan/jejaring, baik sebagai peserta KB baru maupun sebagai
peserta KB lama (ganti acara atau pindahan), dan disimpan secara rapi di fasyankes
KB/jaringan/jejaring bersangkutan.

4. INFORMED CONSENT

Informed Consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang menyatakan
kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode kontrasepsi : suntikan,
IUD, implan, tubektomi, dan vasektomi, dan/atau tindakan medik rekanalisasi.

5. REGISTER PELAYANAN KB (R/I/KB/20)

Register Pelayanan KB (R/I/KB/20) ini digunakan oleh fasyankes KB/jaringan/jejaring


untuk mencatat setiap hari pelayanan KB yang diberikan kepada Pasangan Usia Subur
(PUS), yang datang untuk menjadi peserta KB baru atau peserta KB lama yang
datang berkunjung ulang (ulangan) di fasyankes KB/jaringan/jejaring tersebut.

6. REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI (R/II/KB/20)

Register Alat dan Obat Kontrasepsi (R/II/KB/20) ini digunakan oleh fasyankes
KB/jaringan/jejaring untuk mencatat setiap hari mutasi alokon, baik saldo awal bulan,
penerimaan, pengeluaran, serta saldo akhir bulan dari semua jenis alat dan obat
kontrasepsi untuk masing-masing sumber alokon di fasyankes KB/jaringan/jejaring
tersebut.

B. SUMBER DAYA MANUSIA

1. STRUKTUR

a. Tingkat Pusat :
1) BKKBN;
2) Mitra Kerja Terkait :
a) Pemerintah;
b) Non Pemerintah.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 24


b. Tingkat Provinsi :
1) Perwakilan BKKBN Provinsi;
2) Mitra Kerja Terkait :
a) Pemerintah;
b) Non Pemerintah.

c. Tingkat Kabupaten dan Kota :


1) PD–KB Kabupaten dan Kota;
2) Mitra Kerja Terkait :
a) Pemerintah;
b) Non Pemerintah.

d. Tingkat Lini Lapangan:


1) Koordinator PKB;
2) PKB/PLKB;
3) Pengelola Data Tingkat Fasyankes KB;
4) Pengelola Data Tingkat Jaringan Pelayanan Puskesmas;
5) Pengelola Data Tingkat Jejaring Fasyankes KB;
6) Mitra Kerja Terkait.

2. PELATIHAN/ORIENTASI

Sebelum melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, akan


dilaksanakan pelatihan/orientasi baik di tingkat pusat sampai dengan lini lapangan.
Adapun skema mengenai pelatihan/orientasi tergambar sebagai berikut:

25 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
Gambar 4.1

Pelatihan/Orientasi Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB

Peserta dari setiap Provinsi :


Tingkat
- Kabid ADPIN
PUSAT
- Kasubid Datin
- Staf Datin

Tingkat Peserta dari setiap Kabupaten/Kota :


PROVINSI - Unit Pengelola Datin di PD KB Kab/Kota

Peserta dari setiap Kecamatan dan Tempat Pelayanan


Tingkat KB :
KABUPATEN/KOTA - Koordinator PKB
- PKB/PLKB
- Pengelola Data di Fasyankes KB
- Pengelola Data di Jaringan Pelayanan Puskesmas
Tingkat - Pengelola Data di Jejaring Fasyankes KB
KECAMATAN

C. ALUR PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

Pengolahan data pelayanan KB merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari tempat
pelayanan KB menggunakan instrumen yang telah ditetapkan dan dilaporkan datanya
hingga ke tingkat pusat baik secara online, selanjutnya diumpanbalikkan kepada tingkatan
wilayah di bawahnya dan mitra kerja terkait.

Berikut merupakan ketentuan entry data ke dalam aplikasi SIGA:


a) Entri data dilakukan secara ONLINE melalui aplikasi SIGA dengan alamat
https://newsiga.bkkbn.go.id/
b) Jika tersedia sarana dan prasarana pengolahan data (computer/laptop dan jaringan
internet) yang memadai, maka tempat pelayanan KB dapat melakukan entri data
secara mandiri.
c) Pada kondisi jaringan/jejaring di wilayah binaan suatu fasyankes KB tidak bisa
melakukan entri data K/0/KB/20, R/I/KB/20 dan R/II/KB/20 secara online, maka entri
data dapat dilakukan oleh fasyankes KB Pembina tersebut.
d) Jika sarana dan prasarana pengolahan data di Tempat Pelayanan KB tidak memadai,
maka entri data dilakukan oleh pengelola data pada tingkat wilayah yang lebih tinggi
Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 26
(balai penyuluhan KKB/kantor UPT KB kecamatan/PKB/PLKB Pembina kecamatan/PD
KB Kabupaten/Kota).
e) Entri data R/I/KB/20 dan R/II/KB/20 dimulai pada tanggal 1 bulan berjalan dan
selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 10 bulan berikutnya.
f) Hasil pengolahan data potensi tempat pelayanan KB dan hasil pelayanan KB dalam
bentuk tabulasi dapat dimanfaatkan oleh setiap tingkatan wilayah untuk membuat
laporan umpan balik semesteran kepada tingkat di bawahnya dan mitra kerja terkait,
termasuk Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, Gubernur, Walikota/Bupati,
Camat dan mitra kerja lainnya.

Gambar 4.2
Alur Pengolahan Data dan Informasi Pelayanan KB

*) Jika dan hanya jika tidak tersedia sarana dan prasarana yang tidak memadai

Pelaporan Online
Pelaporan Manual
Umpan Balik

27 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
D. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, beserta
alur dan mekanismenya, dilakukan setelah semua langkah kegiatan terlaksana, yaitu mulai
tahap persiapan sampai dengan penyebarluasan informasi potensi tempat pelayanan KB,
hasil pelayanan KB, dan mutasi alokon.

1. Tujuan monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan pelayanan KB bertujuan :

a. Untuk mengetahui tata cara pencatatan dan pelaporan instrumen pelayanan KB


yang ada di lini lapangan;

b. Untuk mengetahui alur dan mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan KB


yang terjadi di lini lapangan;

c. Untuk mengetahui ketersediaan sarana prasarana (instrumen, komputer/laptop,


dan jaringan internet) dan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan
pencatatan dan pelaporan;

d. Untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang terjadi di setiap tingkatan


wilayah terkait pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, beserta alur dan
mekanismenya.

2. Monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan pelayanan KB dilakukan oleh


pengelola data dari tingkat atas ke tingkat di bawahnya, yaitu :

a. Tingkat pusat ke provinsi sampai tempat pelayanan KB

Pengamatan dilakukan oleh BKKBN Pusat (Direktorat Pelaporan dan Statistik).

b. Tingkat provinsi ke kabupaten dan kota sampai tempat pelayanan KB

Pengamatan dilakukan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi (Bidang Adpin/Sub


Bidang Data dan informasi).

c. Tingkat kabupaten dan kota ke kecamatan sampai tempat pelayanan KB

Pengamatan dilakukan oleh PD KB Kabupaten dan Kota (Unit Pengelola Data


dan Informasi).

d. Tingkat kecamatan dan desa/kelurahan ke tempat pelayanan KB

Pengamatan dilakukan oleh Koordinator PKB dan PKB/PLKB.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 28


3. Sebagai lokus pelaksanaan Monev maka dipilih wilayah yang dapat mewakili
wilayah dengan kriteria pencatatan dan pelaporan baik dan kurang baik.

4. Pada lokus yang telah dipilih tersebut, monev dilakukan dengan melakukan
wawancara mulai dari pengelola data provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai
dengan fasyankes terpilih serta dilakukan pengecekan kebenaran tata cara pengisian
instrument, alur dan mekanisme pelaporan data dan mutasi alokon, ketersediaan
sarana prasarana dan sumber daya manusia.

5. Selain itu dapat dilakukan pengecekan kebenaran data antara data hasil entri aplikasi
dengan formulir hasil pencatatan dan pelaporan serta untuk melihat teknis
pengentrian data pada sistem aplikasi, serta permasalahan dan kendala yang
dihadapi.

E. MEKANISME ENTRY DATA KELUARGA, APPROVAL DAN RALAT

Terdapat tiga level login untuk mengatur batas entry, approval dan ralat, yaitu:
1) Admin Pusat

Gambar 4.3 Tampilan Entry memakai Admin.pusat

Admin Pusat berwenang mengatur batas entry, approval, ralat secara nasional per
provinsi maupun per kabupaten. Berikut penjelasan terkait ketiga aksi tersebut :
a. Batas Entri
Terdiri dari batas entry awal yaitu tanggal awal entry dapat dilakukan serta
batas entry akhir yaitu batas akhir entry data dapat dilakukan. Secara default
batas entry awal adalah tanggal 1 bulan berjalan dan batas entry akhir adalah
tanggal 10 pada bulan selanjutnya atau dapat berubah sesuai ketentuan dari
pusat.

29 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
b. Approval (Persetujuan)
Approval (Persetujuan) merupakan aksi yang menyatakan bahwa data dari
suatu level wilayah telah diperiksa dan disetujui datanya. Approval dilakukan
oleh admin Kabupaten/Kota untuk menyetujui data yang ada di wilayah
kabupaten/kota tersebut, untuk selanjutnya di-submit dan dapat dilakukan
approval (persetujuan) oleh admin Provinsi.

c. Ralat
Ralat merupakan aksi yang dilakukan ketika setelah periode lapor bulan
tersebut ditutup, kemudian ditemukan kesalahan data dan ingin dilakukan
perbaikan. Ralat hanya dapat dilakukan sekali yaitu pada bulan N+2. Contoh
: Ralat data bulan Januari 2022 hanya dapat dilakukan di bulan Maret 2022.

2) Admin Provinsi
a. Dapat mengatur batas entry dan approval pada semua kabupaten di provinsi
tersebut.
b. Pengaturan batas entry dan approval pada masing-masing kabupaten/kota
dapat dilakukan dan tidak dapat melebihi batas waktu (tanggal) yang sudah
diberikan oleh Admin Pusat.
Contoh: batas akhir entry dari pusat di provinsi Jawa Timur tanggal 10, maka
admin provinsi dapat mengatur batas entry Kabupaten Nganjuk tidak boleh
lebih dari tanggal 10.
c. Mekanisme approval pada admin provinsi
- Pada menu approval di admin.provinsi akan muncul laporan
kabupaten/kota yang telah melakukan approval terhadap data
kabupaten/kota tersebut.
- Admin.provinsi dapat melakukan approve/setuju atau reject/menolak.
- Jika ditemukan kejanggalan, maka admin provinsi dapat melakukan
reject/menolak.
- Data yang telah di-reject oleh admin provinsi akan mengubah status yang
semula submit menjadi reject di admin.kabupaten
- Pengelola data Kabupaten/Kota harus melakukan verifikasi pada data
yang dinilai janggal oleh provinsi, setelah itu dilakukan perbaikan oleh
operator dan tuliskan catatan verifikasi setelah itu di-submit kembali.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 30


- Hasil submit akan dikirim ke admin.provinsi dan dicatat sebagai
perbaikan kesatu.
- Admin.provinsi selanjutnya dapat kembali melakukan approve ataupun
reject.
- Jika telah di-approve oleh admin.provinsi, maka status submit akan
berubah menjadi status approve pada admin.kabupaten

3) Admin Kabupaten
a. Dapat mengatur batas entry secara global semua kecamatan di bawah
kabupaten tersebut.

Gambar 4.4 Tampilan Batas Entry Menggunakan Admin.kabupaten

b. Dapat mengatur batas entry per kecamatan dengan cara memilih kecamatan
yang akan diatur batas entry.
c. Mekanisme approval dan ralat Admin.kabupaten
- Dalam rentang waktu tanggal approval, admin kabupaten/kota dapat
melakukan Unlock/membuka batas waktu entry dari masing-masing
kecamatan yang dirasa belum sesuai laporannya.
- Setelah dilakukan unlock maka operator pada kecamatan tersebut dapat
melakukan entry atau perbaikan data kembali.
- Setelah seluruh laporan dirasa sesuai, maka admin kabupaten/kota
melakukan apply approval dan memberikan catatan verifikasi.

31 | P e l a y a n a n K e l u a r g a B e r e n c a n a
BAB V

PENUTUP

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin Pelayanan KB Tahun 2022 ini merupakan panduan
umum bagi pengelola data di Tingkat Pusat hingga lini lapangan dalam rangka
menyiapkan data dan informasi potensi tempat pelayanan KB, hasil pelayanan KB, serta
alokon. Variabel yang dikumpulkan menghasilkan data dan informasi yang bermanfaat
dalam menetapkan kebijakan dan strategi Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).

Kegiatan pengelolaan data rutin pelayanan KB ini merupakan upaya untuk memonitor
pelaksanaan Program Bangga Kencana menjadi bukti nyata, dan sekaligus sebagai
akuntabilitas publik dari para pelaksana dan pengelola Program Bangga Kencana dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, semangat dan komitmen dari para petugas
pelaksana dan pengelola data di berbagai tingkatan wilayah sangat diperlukan untuk
menunjang tersedianya data dan informasi Program Bangga Kencana secara
berkelanjutan.

Agar pelaksanaan kegiatan pengelolaan data rutin pelayanan KB ini dapat berjalan
sesuai yang diharapkan, maka semua petugas pelaksana dan pengelola Program Bangga
Kencana diharapkan untuk memberikan perhatian dan melaksanakan kegiatan
pengelolaan data rutin pelayanan KB ini sesuai dengan prosedur dan tata cara
sebagaimana tertuang dalam buku ini. Menyadari keterbatasan dalam penyusunan
buku panduan ini, maka diperlukan suatu penyesuaian dengan situasi dan kondisi di
lapangan.

Mekanisme Pengelolaan Data Rutin | 32


LAMPIRAN
1. KARTU PENDAFTARAN TEMPAT PELAYANAN KB, PETUNJUK PENGISIAN, DAN
CONTOH ISI
2. KARTU PESERTA KB, PETUNJUK PENGISIAN, DAN CONTOH ISI
3. KARTU STATUS PESERTA KB, PETUNJUK PENGISIAN, DAN CONTOH ISI
4. INFORMED CONSENT, PETUNJUK PENGISIAN, DAN CONTOH ISI
5. REGISTER PELAYANAN KB, PETUNJUK PENGISIAN, DAN CONTOH ISI
6. REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI, PETUNJUK PENGISIAN, DAN
CONTOH ISI
1. KARTU PENDAFTARAN
TEMPAT PELAYANAN KB

- KARTU PENDAFTARAN TEMPAT PELAYANAN KB (K/0/KB/20)

- PETUNJUK PENGISIAN

- CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN KARTU PENDAFTARAN TEMPAT
PELAYANAN KB (K/0/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM

1. K/0/KB/20 diisi oleh faskes/fasyankes KB, jaringan, dan jejaring baik yang sudah
maupun belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

2. Pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring menandatangani setelah K/0/KB/20


terisi dengan lengkap dan benar.

3. Setelah K/0/KB/20 ditandatangani oleh pimpinan faskes/fasyankes


KB/jaringan/jejaring, selanjutnya dikirimkan kepada Pimpinan faskes/fasyankes KB
bagi jaringan/jejaring atau Kepala PD KB Kabupaten/Kota bagi faskes/fasyankes KB
untuk mendapatkan persetujuan dan nomor kode register.

B. KODE REGISTER TEMPAT PELAYANAN KB

KODE REGISTER TEMPAT PELAYANAN KB, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan
nomor kode registrasi faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring, terdiri dari :

 Kotak 1 dan 2, adalah nomor urut kode provinsi (Kode Kemendagri).

 Kotak 3 dan 4, adalah nomor urut kode kabupaten/kota (Kode Kemendagri).

 Kotak 5, 6 dan 7, adalah nomor urut faskes/fasyankes KB di kabupaten/kota


bersangkutan.

 Kotak 8 dan 9, adalah nomor urut jaringan/jejaring pada Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.

Kode register FASKES/FASYANKES KB terdiri dari SEMBILAN ANGKA, diperoleh atas


persetujuan Kepala PD KB Kabupaten/Kota. Sedangkan, kode register
JARINGAN/JEJARING FASKES KB terdiri dari SEMBILAN ANGKA, diperoleh atas
persetujuan Pimpinan faskes/fasyankes KB.

C. IDENTITAS

1. NAMA TEMPAT PELAYANAN KB, diisi dengan nama faskes/fasyankes


KB/jaringan/jejaring.
2. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap di mana tempat pelayanan KB tersebut
berdomisili, terdiri dari :

a. Jalan, diisi dengan nama jalan.

b. Desa/Kelurahan, diisi dengan nama desa/kelurahan dan EMPAT ANGKA kode


desa/kelurahan (kode Kemendagri).

c. Kecamatan, diisi dengan nama kecamatan dan DUA ANGKA kode kecamatan
(kode Kemendagri).

d. Kabupaten/Kota, diisi dengan nama kabupaten/kota dan DUA ANGKA kode


kabupaten/kota (kode Kemendagri).

e. Provinsi, diisi dengan nama provinsi dan DUA ANGKA kode provinsi (kode
Kemendagri).

3. JENIS, diisi dengan tanda centang () pada SALAH SATU KOTAK sesuai dengan jenis
tempat pelayanan KB yang bersangkutan.

4. KEPEMILIKAN, diisi dengan tanda centang () pada SALAH SATU KOTAK sesuai
dengan kepemilikan tempat pelayanan KB yang bersangkutan.

5. KERJASAMA DENGAN BPJS KESEHATAN, diisi dengan tanda centang () pada
SALAH SATU KOTAK sesuai dengan status kerjasama tempat pelayanan KB dengan
BPJS Kesehatan.

6. PELAYANAN REKANALISASI, diisi dengan tanda centang () pada SALAH SATU
KOTAK sesuai dengan pilihan pelayanan rekanalisasi.

D. SARANA DAN PERLENGKAPAN

Diisi dengan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing jenis sarana dan
perlengkapan yang dimiliki oleh tempat pelayanan KB dengan kondisi masih bisa dipakai.

E. TENAGA

Tenaga yang dicatat dalam K/0/KB/20 ini adalah seluruh tenaga yang melakukan
pelayanan KB dan kegiatan pencatatan dan pelaporan (R/R) pada tempat pelayanan KB
tersebut.

1. NO, diisi dengan nomor urut.


2. NIK, diisi dengan 16 digit angka Nomor Induk Kependudukan dari tenaga yang
melakukan pelayanan KB dan R/R pada tempat pelayanan KB, sesuai yang tertera di
Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk dari tenaga yang melakukan pelayanan
tersebut.

3. NAMA, diisi dengan nama lengkap tenaga yang melakukan pelayanan KB dan R/R
pada tempat pelayanan KB tersebut tanpa gelar.

4. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap tenaga yang melakukan pelayanan KB dan
R/R pada tempat pelayanan KB tersebut.

5. NO. HANDPHONE, diisi dengan nomor handphone tenaga yang melakukan


pelayanan KB dan R/R pada tempat pelayanan KB tersebut.

6. PROFESI, diisi dengan tanda centang () pada SALAH SATU KOLOM sesuai dengan
profesi dari tenaga yang melakukan pelayanan KB dan R/R pada tempat pelayanan
KB tersebut.

7. PELATIHAN/PEMBINAAN/ORIENTASI TEKNIS PELAYANAN DAN R/R, diisi dengan


tanda centang () pada kolom-kolom yang tersedia sesuai dengan pelatihan teknis
pelayanan dan R/R yang pernah diikuti oleh tenaga yang melakukan pelayanan KB
dan R/R pada tempat pelayanan KB tersebut.

Setelah K/0/KB/20 diisi dengan dengan lengkap dan benar, maka pada bagian kanan
bawah diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian kartu, selanjutnya diisi
nama jelas dan NIP-nya serta ditandatangani oleh pimpinan tempat pelayanan KB; pada
bagian kiri bawah menyetujui Kepala PD KB Kabupaten/Kota/Pimpinan Faskes/Fasyankes
diisi nama jelas dan NIP-nya serta ditandatangani oleh Kepala PD iKB
Kabupate/Kota/Pimpinan Faskes/Fasyankes.
Contoh Isi
KARTU PESERTA KB

1. KARTU PESERTA KB (K/I/KB/20)

2. PETUNJUK PENGISIAN

3. CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN KARTU PESERTA KB (K/I/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM

1. K/I/KB/20 diberikan kepada peserta KB, yang digunakan sebagai tanda pengenal dan
bukti diri menjadi peserta KB. Jika peserta KB berkunjung ulang ke faskes/fasyankes
KB/jaringan/jejaring, maka harus membawa K/I/KB/20 tersebut. Selain itu, kartu ini
juga dapat digunakan untuk mencari kembali Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/20)
bagi pengunjung ulangan.

2. Apabila K/I/KB/20 ini hilang, rusak atau tidak dapat dimanfaatkan lagi, maka peserta
KB yang bersangkutan dianjurkan untuk minta ganti K/I/KB/20 yang baru di
faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring, dimana peserta KB bersangkutan dilayani
terakhir.

3. Penanggung jawab pelayanan KB menandatangi setelah identitas peserta KB pada


K/I/KB/20 terisi dengan benar dan lengkap.

B. HALAMAN DEPAN

1. NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN (NIK), diisi dengan Nomor Induk


Kependudukan sesuai yang tertera di Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk
peserta KB, terdiri dari ENAM BELAS ANGKA. Jika tidak memiliki NIK, maka dapat
dikosongkan.

2. NAMA PESERTA KB, diisi dengan nama lengkap peserta KB.

3. TANGGAL LAHIR/UMUR ISTRI, diisi dengan dua angka TANGGAL LAHIR, dua
angka BULAN LAHIR, dan dua angka TAHUN LAHIR serta dua angka UMUR dari
peserta KB bersangkutan (jika yang menjadi peserta KB adalah istri/perempuan) atau
istri dari peserta KB bersangkutan (jika yang menjadi peserta KB adalah suami/laki-
laki).

4. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap tempat tinggal dari peserta KB.

5. PENGGUNAAN ASURANSI, diisi dengan tanda centang () pada SALAH SATU
KOTAK yang sesuai dengan penggunaan asuransi dari peserta KB bersangkutan.
6. NAMA FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama
faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana peserta KB bersangkutan dilayani,
sesuai dengan nama faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring yang ada pada K/0/KB/20.

7. KODE FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring dimana peserta KB bersangkutan dilayani, sesuai
dengan kode register yang ada pada K/0/KB/20.

Setelah identitas peserta KB pada K/I/KB/20 terisi dengan lengkap dan benar, maka pada
bagian bawah di tempat yang tersedia diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian
kartu. Selanjutnya, ditandatangani oleh penanggung jawab pelayanan KB, serta diisi nama
jelas dan NIP-nya. Jika petugas penanggung jawab pelayanan KB bukan PNS, maka NIP dapat
dikosongkan.

C. HALAMAN BELAKANG

1. ALAT/OBAT/CARA KONTRASEPSI, diisi dengan tanda centang () sesuai dengan


alat/obat/cara kontrasepsi yang telah digunakan oleh peserta KB bersangkutan seperti
suntikan 1 bulanan, suntikan 3 bulanan kombinasi, suntikan 3 bulanan progestin, pil
kombinasi, pil progestin, kondom, implan 1 batang, implan 2 batang, IUD,
tubektomi, dan vasektomi.

2. TGL/BLN/THN MULAI DIPAKAI, diisi dengan dua angka tanggal, dua angka bulan,
dan dua angka tahun kapan alat/obat/cara kontrasepsi yang telah digunakan mulai
dipakai oleh peserta KB bersangkutan.

3. TGL/BLN/THN DICABUT/DILEPAS (KHUSUS IMPLAN/IUD), diisi dengan dua angka


tanggal, dua angka bulan, dan dua angka tahun kapan implan/IUD yang telah
digunakan oleh peserta KB bersangkutan dicabut/dilepas.

4. TANGGAL KUNJUNGAN ULANG, diisi dengan dua angka tanggal, dua angka bulan,
dan dua angka tahun kapan peserta KB melakukan kunjungan ulang untuk kontrol.

5. KETERANGAN, diisi dengan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan peserta KB pada
waktu datang untuk pemeriksaan ulang.

6. PARAF, diisi dengan paraf sebagai penanggung jawab yang melakukan pelayanan
KB.
Contoh Isi
KARTU STATUS PESERTA KB

1. KARTU STATUS PESERTA KB (K/IV/KB/20)

2. PETUNJUK PENGISIAN

3. CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN KARTU STATUS PESERTA KB (K/IV/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM

1. K/IV/KB/20 dibuat untuk setiap pengunjung baru tempat pelayanan KB, yaitu peserta
KB baru maupun peserta KB lama pindahan (tempat pelayanan KB) dan peserta KB
lama ganti cara (alat/obat/cara kontrasepsi). K/IV/KB/20 disimpan pada
faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana peserta KB mendapat pelayanan.

2. Penanggung jawab pelayanan KB menandatangani setelah K/IV/KB/20 terisi dengan


benar dan lengkap.

3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Dari semua pertanyaan yang diajukan diusahakan mendapat jawaban yang


benar.

b. Kotak-kotak yang terdapat pada bagian skrining (halaman depan) diisi dengan
tanda centang ().

c. Pertanyaan-pertanyaan hendaknya dengan menggunakan bahasa yang mudah


dipahami oleh calon peserta KB.

B. HALAMAN DEPAN

1. KODE FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana calon peserta KB bersangkutan
dilayani, sesuai dengan kode register yang ada pada K/0/KB/20.

2. NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN (NIK), diisi dengan Nomor Induk


Kependudukan sesuai yang tertera di Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk
peserta KB, terdiri dari ENAM BELAS ANGKA. Jika tidak memiliki NIK, maka dapat
dikosongkan

3. NAMA PESERTA KB, diisi dengan nama lengkap calon peserta KB bersangkutan.

4. TGL LAHIR/UMUR ISTRI, diisi dengan dua angka TANGGAL LAHIR, dua angka
BULAN LAHIR, dan dua angka TAHUN LAHIR serta dua angka UMUR dari calon
peserta KB bersangkutan (jika yang menjadi calon peserta KB adalah
istri/perempuan) atau istri dari calon peserta KB bersangkutan (jika yang menjadi
calon peserta KB adalah suami/laki-laki).
5. NAMA SUAMI/ISTRI, diisi dengan nama suami atau istri dari calon peserta KB
bersangkutan.

6. PENDIDIKAN TERAKHIR, diisi dengan angka yang menunjukkan kode pendidikan


terakhir dari suami dan istri calon peserta KB bersangkutan.

7. ALAMAT PESERTA KB, diisi dengan alamat lengkap tempat tinggal dari calon peserta
KB bersangkutan.

8. PEKERJAAN SUAMI DAN ISTRI, diisi dengan angka yang menunjukkan kode
pekerjaan dari suami dan istri calon peserta KB bersangkutan.

9. PENGGUNAAN ASURANSI, diisi dengan angka yang menunjukkan kode pengunaan


asuransi dari calon peserta KB bersangkutan.

10. JUMLAH ANAK HIDUP, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan jumlah anak
laki-laki dan anak perempuan yang masih hidup dari calon peserta KB bersangkutan.

11. UMUR ANAK TERAKHIR YANG MASIH HIDUP, diisi dengan dua angka TAHUN
dua angka BULAN yang menunjukkan umur anak terakhir yang masih hidup dari
calon peserta KB bersangkutan.

12. STATUS PESERTA KB, diisi dengan angka yang menunjukkan kode sesuai dengan
status calon peserta KB bersangkutan apakah peserta KB baru atau peserta KB lama.

13. ALAT/OBAT/CARA KB TERAKHIR, diisi dengan angka yang menunjukkan kode


sesuai dengan alat/obat/cara KB terakhir yang digunakan oleh calon peserta KB
bersangkutan.

Catatan : Jika baru pertama kali menjadi peserta KB, maka pada kotak yang tersedia
diisi dengan ANGKA NOL (0).

14. PENAPISAN (SKRINING), digunakan untuk menentukan alat/obat/cara kontrasepsi


yang dapat digunakan oleh calon peserta KB bersangkutan.

ANAMNESE

a. HAID TERAKHIR TANGGAL, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka
BULAN, dan dua angka TAHUN haid terakhir calon peserta KB bersangkutan.

b. HAMIL/DIDUGA HAMIL, diisi dengan angka yang menunjukkan kode sesuai


dengan keadaan calon peserta KB bersangkutan apakah hamil/diduga hamil atau
tidak.
c. JUMLAH GPA, terdiri dari :

 GRAVIDA (KEHAMILAN), diisi dengan dua angka yang menunjukkan jumlah


kehamilan yang pernah dialami oleh calon peserta KB bersangkutan.

 PARTUS (PERSALINAN), diisi dengan dua angka yang menunjukkan jumlah


persalinan yang pernah dialami oleh calon peserta KB bersangkutan.

 ABORTUS (KEGUGURAN), diisi dengan dua angka yang menunjukkan


jumlah keguguran yang pernah dialami oleh calon peserta KB bersangkutan.

Catatan : Jumlah kehamilan = Jumlah persalinan + jumlah keguguran.

d. MENYUSUI, diisi dengan angka yang menunjukkan apakah calon peserta KB


dalam keadaan masih menyusui atau tidak.

e. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA, diisi dengan tanda centang () sesuai


dengan keadaan calon peserta KB apakah memiliki riwayat penyakit sakit
kuning, perdarahan/pervaginam, keputihan yang lama, dan tumor.

Bila semua jawaban TIDAK, maka dapat diberikan salah satu alat/obat/cara
kontrasepsi, kecuali IUD dan Tubektomi. Jika terdapat SALAH SATU jawaban
yang menyatakan YA, maka harus dirujuk ke dokter di Faskes/Fasyankes
KB/Rumah Sakit yang lebih lengkap peralatannya.

PEMERIKSAAN

a. KEADAAN UMUM, diisi dengan angka yang menunjukkan kode kesan atau hasil
pemeriksaan terhadap kondisi badan calon peserta KB bersangkutan.

b. BERAT BADAN, diisi dengan dua angka yang menunjukkan hasil penimbangan
berat badan calon peserta KB bersangkutan (dalam kg).

c. TEKANAN DARAH, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan hasil


pengukuran tekanan darah dari badan calon peserta KB bersangkutan.

d. SEBELUM PEMASANGAN IUD ATAU MELAKUKAN Tubektomi DILAKUKAN


PEMERIKSAAN DALAM, diisi dengan tanda centang () sesuai dengan hasil
pemeriksaan badan calon peserta KB bersangkutan apakah memiliki tanda-tanda
radang dan tumor/keganasan ginekologi.

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan jawaban TIDAK, maka pemasangan IUD


atau tindakan Tubektomi dapat dilakukan. Jika SALAH SATU jawaban
menyatakan YA maka harus dirujuk ke dokter di Faskes/Fasyankes KB/Rumah
Sakit yang lebih lengkap peralatannya.

e. POSISI RAHIM, diisi dengan angka yang menunjukkan kode posisi rahim dari
calon peserta KB bersangkutan.

f. PEMERIKSAAN TAMBAHAN (KHUSUS CALON VASEKTOMI DAN


TUBEKTOMI), diisi dengan tanda centang () sesuai dengan hasil pemeriksaan
badan calon peserta KB bersangkutan apakah memiliki tanda-tanda diabetes,
kelainan pembekuan darah, radang orchitis/epididymitis, dan tumor/ keganasan
ginekologi.

Bila semua hasil pemeriksaan menyatakan jawaban TIDAK, maka dapat


dilakukan vasektomi atau tubektomi. Jika SALAH SATU jawaban menyatakan
YA, maka harus dirujuk ke Faskes/Fasyankes/Rumah Sakit yang lebih lengkap
peralatannya.

g. ALAT/OBAT/CARA KONTRASEPSI YANG BOLEH DIPERGUNAKAN, diisi


dengan alat/obat/cara kontrasepsi yang boleh dipergunakan oleh calon peserta
KB bersangkutan berdasarkan hasil penapisan (skrining). Coret alat/obat/cara
kontrasepsi yang tidak diperlukan atau yang tidak boleh dipergunakan.

15. ALAT/OBAT/CARA KONTRASEPSI YANG DIPILIH, diisi dengan angka yang


menunjukkan kode alat/obat/cara kontrasepsi sesuai yang dipilih oleh calon peserta
KB bersangkutan.

16. TANGGAL DILAYANI, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka BULAN, dan
dua angka TAHUN, pertama kali calon peserta KB diberi/memakai alat/obat/cara
kontrasepsi. Selain itu, untuk pelayanan yang tidak bayar diisi gratis.

17. TANGGAL KUNJUNGAN ULANG, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka
BULAN, dan dua angka TAHUN kapan peserta KB bersangkutan dipesan kembali
untuk pemeriksaan ulang.

18. TANGGAL DICABUT (KHUSUS IMPLAN/IUD), diisi dengan dua angka TANGGAL,
dua angka BULAN, dan dua angka TAHUN kapan peserta KB bersangkutan dipesan
kembali untuk pencabutan Implan/IUD.

19. PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN KB, diisi dengan tanda tangan, nama jelas,
dan NIP petugas penanggung jawab yang melakukan pelayanan KB serta cap
faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring sebagai pengesahan hasil pemeriksaan/tindakan
yang telah dilakukan.

C. HALAMAN BELAKANG (KUNJUNGAN ULANG)

1. TANGGAL DATANG, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka BULAN, dan
empat angka TAHUN, kapan peserta KB datang ke tempat pelayanan KB untuk
pemeriksaan ulang.

2. TANGGAL HAID TERAKHIR, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka BULAN,
dan empat angka TAHUN, kapan peserta KB mendapatkan haid terakhir.

3. BERAT BADAN, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan berat badan peserta KB
bersangkutan hasil penimbangan pada saat kunjungan ulang.

4. TEKANAN DARAH, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan hasil pengukuran


tekanan darah peserta KB bersangkutan pada saat kunjungan ulang.

5. KOMPLIKASI BERAT, diisi jika terjadi gangguan kesehatan yang dialami oleh peserta
KB sebagai akibat pemakaian alat/obat/cara kontrasepsi (seperti : ekspulsi/migrasi
kapsul, pembengkakan, infeksi/abses, hematoma, pendarahan yang perlu perawatan,
translokasi, perforasi, melukai organ lain, granuloma sperma, dan lain-lain).

6. KEGAGALAN, diisi jika terjadi kegagalan akibat pemakaian salah satu alat/obat/cara
kontrasepsi yang ditandai dengan kehamilan.

7. PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN, diisi dengan hasil pemeriksaan atau tindakan yang
perlu dilakukan terhadap peserta KB.

8. TANGGAL KUNJUNGAN ULANG, diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka
BULAN, dan empat angka TAHUN, kapan peserta KB dianjurkan datang lagi ke
Faskes/Fasyankes KB/jaringan/jejaring untuk pemeriksaan ulang.

Setelah K/IV/KB/20 terisi dengan lengkap dan benar, maka pada bagian bawah di
tempat yang tersedia diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian kartu.
Selanjutnya, ditandatangani serta diisi nama jelas dan NIP penanggung jawab pelayanan
KB. Jika petugas penanggung jawab pelayanan KB bukan PNS, maka NIP dapat
dikosongkan.
Contoh Isi
INFORMED CONSENT

1. INFORMED CONSENT

2. PETUNJUK PENGISIAN

3. CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN INFORMED CONSENT

A. PETUNJUK UMUM

1. Informed Consent wajib dibuat untuk setiap klien yang akan diberikan tindakan
pemberian suntikan, pemasangan implan dan IUD, pencabutan dan pemasangan
implan dan IUD, operative (tubektomi, vasektomi), pencabutan implan dan IUD,
serta rekanalisasi (wanita, pria), baik peserta KB baru maupun lama. Informed
Consent disimpan pada faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana klien
mendapat pelayanan KB.

2. Pemberi pelayanan konseling, klien, dan suami/istri klien menandatangi Informed


Consent setelah terisi dengan lengkap dan benar.

B. HALAMAN DEPAN

1. NOMOR KODE TINDAKAN, diisi dengan angka yang menunjukkan kode sesuai
dengan jenis tindakan yang akan dilakukan pada klien. Kode dan jenis tindakan
terdapat di sebelah kanan pada Informed Consent.

2. NAMA FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana klien bersangkutan dilayani, sesuai
dengan nama yang ada pada K/0/KB/20.

3. KODE FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring di mana klien bersangkutan dilayani, sesuai
dengan kode register yang ada pada K/0/KB/20.

4. NAMA KLIEN, diisi dengan nama lengkap klien yang akan dilakukan tindakan.

5. NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN (NIK), diisi dengan Nomor Induk


Kependudukan sesuai yang tertera di Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk
peserta KB, terdiri dari ENAM BELAS ANGKA. Jika tidak memiliki NIK, maka dapat
dikosongkan.

6. ALAT/OBAT/CARA KONTRASEPSI YANG DIPILIH, diisi dengan tanda centang ()


pada salah satu kotak sesuai dengan alat/obat/cara kontrasepsi yang dipilih oleh klien
bersangkutan.
7. NAMA SUAMI/ISTRI KLIEN, diisi dengan nama lengkap suami/istri dari klien
bersangkutan.

Setelah Informed Consent terisi dengan lengkap dan benar, maka pada bagian bawah di
tempat yang tersedia diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian Informed
Consent. Selanjutnya, ditandatangani serta diisi nama jelas dari petugas yang memberi
pelayanan konseling, klien, dan suami/istri klien.

C. HALAMAN BELAKANG

Halaman belakang Informed Consent diisi oleh provider yang melakukan tindakan pada
klien.

1. Pada pertanyaan nomor 1-6 diberikan tanda centang () pada salah satu kotak sesuai
dengan jawaban provider yang melakukan tindakan pada klien.

2. Pada pertanyaan nomor 6 diisi dengan dua angka TANGGAL, dua angka BULAN,
dan dua angka TAHUN, kapan peserta KB IUD/Implan seharusnya melakukan
pencabutan.

3. Jika melakukan pencabutan IUD/Implan, maka pada pertanyaan nomor 7 diisi


dengan tanda centang () pada salah satu kotak sesuai dengan jawaban provider
yang melakukan tindakan pada klien.

4. Pada kolom bawah ditulis catatan tindakan dan pernyataan dari provider yang
melakukan tindakan pada klien.

5. Setelah semua pertanyaan dan catatan diisi oleh provider, maka pada bagian bawah
di tempat yang tersedia diisi nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian
Informed Consent. Selanjutnya, ditandatangani serta diisi nama jelas dari petugas
yang melaksanakan tindakan.
Contoh Isi
REGISTER PELAYANAN KB

1. REGISTER PELAYANAN KB (R/I/KB/20)

2. PETUNJUK PENGISIAN

3. CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN REGISTER PELAYANAN KB
(R/I/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM

1. R/I/KB/20 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing lembar diperuntukkan :

a. Lembar ke-1 dikirim ke petugas entri data (jika petugas entri data bukan petugas
RR dari faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring bersangkutan).

b. Lembar ke-2 sebagai arsip bagi faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring


bersangkutan.

2. Setiap akhir bulan, pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring menandatangani


R/I/KB/20 setelah terisi lengkap dan benar.

3. Setiap lembar R/I/KB/20 yang sudah terisi penuh, maka ditutup dengan
penjumlahan hasil kegiatan pelayanan KB. Setiap akhir bulan, R/I/KB/20 ditutup dan
dijumlahkan dari semua hasil kegiatan pelayanan KB pada bulan bersangkutan. Jadi,
data akhir bulan merupakan hasil penjumlahan dari hasil kegiatan pelayanan KB
selama satu bulan yang dicatat pada halaman-halaman sebelumnya.

4. Pencatatan R/I/KB/20 bulan berikutnya dimulai dengan halaman baru.

B. IDENTITAS TEMPAT PELAYANAN KB

1. NAMA FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring yang melakukan pelayanan KB, sesuai dengan
nama yang ada pada K/0/KB/20.

2. KODE FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring yang melakukan pelayanan KB, sesuai dengan
kode register yang ada pada K/0/KB/20.

3. LEMBAR, diisi dengan jumlah lembaran Register Pelayanan KB.

4. BULAN, diisi dengan tanda centang () sesuai dengan bulan dilakukan pelayanan KB.

5. TAHUN, diisi dengan 2 (dua) angka belakang tahun sesuai dengan tahun dilakukan
pelayanan KB.
C. DATA PELAYANAN KB

1. NO, diisi dengan nomor urut.

2. TANGGAL, diisi dengan angka yang menunjukkan tanggal pelayanan dilakukan


(tanpa diikuti bulan dan tahun). Pencatatan dimulai dari mencatat hari pertama
pelayanan dilakukan, selanjutnya secara berurut tanggal berikutnya dalam bulan
bersangkutan.

Catatan : Setiap hari pelayanan, tanggal cukup diisi satu kali.

3. PESERTA KB, diisi dengan nama lengkap peserta KB bersangkutan, baik peserta KB
baru maupun lama.

- Nama Suami, diisi dengan nama lengkap suami yang istrinya merupakan peserta KB
- Istri
 NIK (Nomor Induk Kependudukan), diisi NIK istri sebagai peserta KB.
 Nama, diiisi nama lengkap istri sebagai peserta KB.
 Tanggal Lahir, diisi tanggal lahir istri sebagai peserta KB
4. ALAMAT, diisi dengan alamat lengkap peserta KB bersangkutan.

5. NO. HANDPHONE, diisi dengan nomor handphone peserta KB bersangkutan.

6. STATUS PESERTA KB, diisi sesuai dengan kode status kepersetaan KB peserta KB
bersangkutan, dapat dilihat pada kotak keterangan kode di bawah.

1 : Peserta KB Baru

2 : Peserta KB Ganti Cara

3 : Peserta KB Ulangan

4 : Komplikasi Berat/Kegagalan/Pencabutan

7. INFORMED CONSENT, diisi dengan tanda centang () jika peserta KB bersangkutan
diberikan konseling dan menandatangani informed consent.

8. PASCA PERSALINAN, diisi dengan tanda centang () jika peserta KB baru
bersangkutan merupakan peserta KB pasca persalinan.

9. PASCA KEGUGURAN, diisi dengan tanda centang () jika peserta KB baru
bersangkutan merupakan peserta KB pasca keguguran.

10. JENIS TINDAKAN, diisi dengan kode pada salah satu kolom sesuai dengan jenis
tindakan yang dilakukan (Operatif/Pemberian/Pemasangan, Pencabutan dan
Pemasangan, Pencabutan) dan alat/obat/cara kontrasepsi yang digunakan pada
peserta KB bersangkutan. Kode dapat dilihat pada kotak keterangan KODE JENIS
ALOKON.

Catatan :

 Setiap jenis tindakan ditulis pada 1 (satu) baris. Jika 1 (satu) peserta KB diberikan
2 (dua) atau lebih jenis tindakan, maka 1 (satu) peserta KB tersebut (NIK dan
nama cukup ditulis 1 (satu) kali saja) ditulis pada 2 (dua) atau lebih baris sesuai
dengan jenis tindakan yang diberikan.
11. KASUS, diisi dengan kode jika peserta KB lama bersangkutan yang berkunjung ulang
karena mengalami kasus komplikasi berat atau kegagalan sesuai dengan keterangan
KODE JENIS ALOKON pada kotak keterangan kode di bawah.

12. PENGGUNAAN ASURANSI, diisi dengan tanda centang () pada salah satu kolom
sesuai dengan asuransi yang digunakan oleh peserta KB bersangkutan untuk
pembiayaan tindakannya.

13. SUMBER ALOKON, diisi dengan tanda centang () pada salah satu kolom sesuai
dengan sumber alokon yang digunakan oleh peserta KB bersangkutan.

14. PELAYANAN BERGERAK, diisi dengan tanda centang () apabila dilakukan
pelayanan KB melalui pelayanan bergerak seperti mupen atau bakti sosial.

15. TOTAL, diisi dengan angka-angka yang menunjukkan total hasil pelayanan.

Setelah R/I/KB/20 diisi dengan benar dan lengkap, maka pada bagian kanan bawah diisi
nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian register. Selanjutnya, ditandatangani
serta diisi nama jelas dan NIP pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring
bersangkutan. Jika pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring bukan PNS, maka
NIP dapat dikosongkan.
Contoh Isi
REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI

1. REGISTER ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI (R/II/KB/20)

2. PETUNJUK PENGISIAN

3. CONTOH ISI
PETUNJUK PENGISIAN REGISTER ALAT DAN OBAT
KONTRASEPSI (R/II/KB/20)

A. PETUNJUK UMUM

1. R/II/KB/20 dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing lembar diperuntukkan :

a. Lembar ke-1 dikirim ke petugas entri data (jika petugas entri data bukan petugas
RR dari fasyankes KB/jaringan/jejaring bersangkutan).

b. Lembar ke-2 sebagai arsip bagi faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring


bersangkutan.

2. Setiap akhir bulan, pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring menandatangani


R/II/KB/20 setelah terisi lengkap dan benar.

3. Setiap lembar R/II/KB/20 yang sudah terisi penuh, maka ditutup dengan
penjumlahan mutasi alokon. Setiap akhir bulan, R/II/KB/20 ditutup dan dijumlahkan
dari semua mutasi alokon pada bulan bersangkutan. Jadi, data akhir bulan
merupakan hasil penjumlahan dari mutasi alokon selama satu bulan yang dicatat
pada halaman-halaman sebelumnya.

4. Pencatatan R/II/KB/20 bulan berikutnya dimulai dengan halaman baru.

B. IDENTITAS TEMPAT PELAYANAN KB

1. NAMA FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan nama


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring yang melaporkan alokon, sesuai dengan nama
yang ada pada K/0/KB/20.

2. KODE FASKES/FASYANKES KB/JARINGAN/JEJARING, diisi dengan kode register


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring yang melaporkan alokon, sesuai dengan kode
register yang ada pada K/0/KB/20.

3. LEMBAR, diisi dengan jumlah lembaran mutasi alokon yang dilaporkan.

4. BULAN, diisi dengan tanda centang () sesuai dengan bulan mutasi alokon yang
dilaporkan.

5. TAHUN, diisi dengan 2 (dua) angka belakang tahun sesuai dengan tahun mutasi
alokon yang dilaporkan.
C. DATA MUTASI ALOKON

1. SALDO AWAL, diisi dengan ANGKA menunjukkan total semua jenis alokon yang
masih tersisa pada akhir bulan lalu sesuai dengan sumber alokonnya, baik yang
bersumber dari APBN, APBD maupun Mandiri.

2. TANGGAL, diisi dengan ANGKA yang menunjukkan tanggal mutasi alokon.


Pencatatan dimulai dari mencatat SALDO AWAL (saldo pada bulan sebelumnya),
selanjutnya secara berurut tanggal berikutnya dalam bulan bersangkutan.

Catatan : Setiap hari mutasi alokon, tanggal cukup diisi satu kali.

3. SUMBER ALOKON, diisi dengan kode sesuai dengan keterangan KODE SUMBER
ALOKON pada pilihan di bawah table R/II/KB/20.
1 : APBN
2 : APBD
3 : Mandiri

4. KODE TRANSAKSI, diisi dengan SATU ANGKA yang menunjukkan kode mutasi
alokon sesuai dengan keterangan yang ada di bawah tabel R/II/KB/20, terdiri dari :

a. 1, menunjukkan PENERIMAAN alokon sesuai dengan sumber alokonnya.

b. 2, menunjukkan pengeluaran alokon untuk PELAYANAN KB pada


faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring bersangkutan sesuai dengan sumber
alokonnya.

c. 3, menunjukkan pengeluaran alokon oleh FKTP untuk DIDISTRIBUSIKAN ke


jaringan/jejaring di bawahnya disesuaikan dengan sumber alokonnya.

d. 4, menunjukkan pengeluaran alokon ke FASKES/FASYANKES LAIN pada kondisi


tertentu sesuai dengan sumber alokonnya.

e. 5, menunjukkan pengeluaran alokon dengan alasan RUSAK sesuai dengan sumber


alokonnya.

f. 6, menunjukkan pengeluaran alokon dengan alasan KADALUARSA sesuai dengan


sumber alokonnya.

5. MUTASI ALOKON, diisi dengan keterangan mutasi alokon.


6. ALOKON, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan jumlah mutasi semua
jenis alokon sesuai dengan sumber alokonnya.

7. TOTAL PENERIMAAN, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan total semua


penerimaan alokon (KODE 1) sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan
bersangkutan.

8. TOTAL PENGELUARAN, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan total


semua pengeluaran alokon sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan
bersangkutan, terdiri dari :

a. Pengeluaran untuk pelayanan KB  setiap hari pelayanan yang dicatat pada


R/I/KB/20 HARUS dicatat juga pada R/II/KB/20 (KODE 2)

b. Pengeluaran FKTP untuk distribusi alokon ke jaringan/jejaring di bawahnya


(KODE 3)

c. Pengeluaran ke faskes lainnya pada kondisi tertentu (KODE 4)

d. Pengeluaran karena alokon rusak (KODE 5)

e. Pengeluaran karena alokon kadaluarsa (KODE 6)

Sehingga, rumus menghitung TOTAL PENGELUARAN adalah :

TOTAL PENGELUARAN = KODE 2 + KODE 3 + KODE 4 + KODE 5

9. SALDO AKHIR, diisi dengan ANGKA-ANGKA yang menunjukkan saldo akhir semua
jenis alokon sesuai dengan sumber alokonnya pada bulan bersangkutan.

Sehingga, rumus menghitung SALDO AKHIR adalah :

SALDO AKHIR = (SALDO AWAL + TOTAL PENERIMAAN) – TOTAL


PENGELUARAN

Setelah R/II/KB/20 terisi dengan lengkap dan benar, maka pada bagian kanan bawah diisi
nama tempat, tanggal, bulan dan tahun pengisian register. Selanjutnya, ditandatangani serta
diisi nama jelas dan NIP pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring bersangkutan. Jika
pimpinan faskes/fasyankes KB/jaringan/jejaring bukan PNS, maka NIP dapat dikosongkan.
Contoh Isi

Anda mungkin juga menyukai