Anda di halaman 1dari 86

PROFIL KETERSEDIAAN

SARANA AIR, ­SANITASI


DAN HIGIENE DI
­PUSKESMAS
TAHUN 2020
2020 | Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan dan UNICEF

1
2
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

363.72
Ind
p

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan
Profil Ketersediaan Sarana Air, Sanitasi, dan Higiene
di Puskesmas Tahun 2020.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2020

ISBN 978-623-301-068-9

1. Judul
I. SANITATION
II. HAND HIGIENE
III. WASTE MANAGEMENT
IV. SANITARY MANAGEMENT
V. Higiene
VI. COMMUNITY HEALTH CENTERS

3
Profil Ketersediaan Sarana Air, ­Sanitasi dan
Higiene di ­Puskesmas

ISBN : 978-623-301-068-9
Ukuran Buku : 21cm x 29,7cm (A4 Portrait)
Jumlah halaman : 86 halaman

Pengarah:
Doddy Izwardi
Sri Irianti
Harimat Hendarwan
Bambang Setiaji

Tim Penulis:
• Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat :
Joko Irianto
Andre Yunianto
Dwi Hapsari Tjandrarini
Ika Dharmayanti
Athena Anwar
Heny Lestary
Totih Ratna Sondari Setiadi
Zahra
Miko Hananto
Sendy Agita

• UNICEF Indonesia:
Reza Hendrawan, WASH Specialist
Mitsunori Odagiri, WASH Specialist
Louise Desrainy Maryonoputri, WASH in Health Care Facility Consultant

Diterbitkan oleh: Kementerian Kesehatan RI

Hak Cipta dilindungi oleh Undang – undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara
mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain – lain tanpa seijin tertulis dari penerbit

4
PROFIL KETERSEDIAAN
SARANA AIR, ­SANITASI
DAN HIGIENE
DI ­PUSKESMAS
WASH AT HEALTH CARE FACILITY

TAHUN 2020
Kata Pengantar
Badan Penelitian dan Pengembangan ­Kesehatan

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Profil
Layanan Air, Sanitasi dan Higiene (WASH) di Puskesmas telah dapat diselesaikan. Buku
profil ini merupakan hasil kolaborasi antara Badan Penelitian dan Pengembangan ­Kesehatan
­(Balitbangkes) dan UNICEF yang menganalisis lanjut data Riset Fasilitas Kesehatan
­(Rifaskes) tahun 2019. Data dan informasi yang disajikan diharapkan dapat menjadi acuan
dalam ­menentukan prioritas pembangunan WASH dan mengukur pencapaian S ­ ustainable
­Development Goals (SDGs) terutama untuk indikator air dan sanitasi di ­Puskesmas di
­Indonesia. Selain itu data dan informasi ini juga sebagai acuan dalam penentuan ­variabel
WASH pada Rifaskes yang akan datang agar sesuai dengan target pencapaian WASH
­semesta pada tahun 2030.

Dalam kesempatan ini kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada tim UNICEF
Indonesia, serta semua pihak yang telah memfasilitasi proses penyusunan buku ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini, untuk itu kritik dan
­saran yang membangun demi penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku
ini ­dapat memberikan maanfaat bagi pemangku kepentingan untuk dapat menentukan
­prioritas ­pembangunan serta alokasi sumber daya yang berkelanjutan dalam mempercepat
­pencapaian layanan WASH di Puskesmas.

Jakarta, September 2020


Kepala Badan Litbangkes,

dr. Slamet, M.H.P


6
Kata Pengantar
UNICEF Indonesia

Ensuring universal access to WASH services in primary health care facilities is ­foundational
to community health. People visit primary health care facilities to receive treatment, to
­recover from sickness, to deliver babies or to get vaccinated. No one expects to get sick
when they are going to a primary health care facility. The reality, however, is that healthcare
facilities, carry has risk of infection due to a lack basic services such as water, sanitation,
hygiene and medical waste management/sterilization.

UNICEF Indonesia is committed to support the improvement of WASH conditions by


­working with governments and partners to deliver quality WASH services in primary health
care facilities, to improve monitoring and expand the knowledge base. It has been a great
pleasure to partner with the Bureau of Health Research (Balitbangkes) within the Ministry of
Health in Indonesia to produce this Profile of WASH in Healthcare Facilities. I am confident
that this important publication will be an invaluable resource for policy makers, researchers
and practitioners.

Jakarta, November 2020

Ann Thomas
Chief of WASH Section
UNICEF Indonesia

7
Daftar
DAFTARIsi
ISI
Kata Pengantar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 06
Kata Pengantar Unicef Indonesia 07
Daftar Gambar 09
Daftar Tabel 09
Daftar Singkatan 09
Infografik 11
I. Pendahuluan 12
1.1 Latar Belakang 13
1.2 Perumusan Masalah 13
1.3 Tujuan Dan Keluaran 14
1.4 Kebijakan Nasional WASH untuk Puskesmas 14
1.5 Komitmen Internasional tentang WASH di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 16
2. Metodologi 18
2.1 Defisini Dan Konsep WASH di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 19
2.2 Indikator WASH Puskesmas bedasarkan Tangga Layanan JMP 21
2.3 Sumber Data 23
2.4 Ketersediaan Dan Keterbatasan Data 24
2.5 Identifikasi Definisi Operasional WASH di Puskesmas 26
2.6 Identifikasi Puskesmas Perdesaan - Perkotaan 31
3. Gambaran Kondisi WASH Puskesmas 19
3.1 Akses Air Dasar 33
A. Berdasarkan Wilayah Administrasi 35
B. Berdasarkan Karakteristik Wilayah 38
3.2 Akses Sanitasi 40
A. Berdasarkan Wilayah Administrasi 42
B. Berdasarkan Karakteristik Wilayah 44
3.3 Akses Layanan Kebersihan Tangan (Higiene) 46
A. Berdasarkan Wilayah Administrasi 48
B. Berdasarkan Karakteristik Wilayah 50
3.4 Akses Sarana Pengelolaan Sampah 51
A. Berdasarkan Wilayah Administrasi 52
B. Berdasarkan Karakteristik Wilayah 55
3.5 Akses Sarana Pengelolaan Kebersihan 57
A. Berdasarkan Wilayah Administrasi 58
B. Berdasarkan Karakteristik Wilayah 60
4. Simpulan Dan Rekomendasi 62
4.1 Simpulan 63
4.2 Rekomendasi 64
Daftar Pustaka 66
Lampiran 67
Lampiran 1 Rumus Analisis Indikator 67
Lampiran 2 Indikator Akses Air Per Provinsi 69
Lampiran 3 Indikator Akses Sanitasi Per Provinsi 72
Lampiran 4 Indikator Akses Kebersihan Tangan Per Provinsi 75
Lampiran 5 Indikator Akses Pengelolaan Sampah Medis Per Provinsi (Jenis Puskesmas, Kota-Desa) 78
Lampiran 6 Indikator Akses Pengelolaan Kebersihan Per Provinsi (Jenis Puskesmas, Kota-Desa) 81

8
Daftar Gambar
Gambar 1 Tingkat layanan untuk memantau kondisi WASH di fasyankes berdasarkan JMP 20
Gambar 2 Proporsi puskesmas dengan layanan air tahun 2019 di tingkat nasional 33
Gambar 3 Proporsi puskesmas berdasarkan sumber air di Indonesia,tahun 2019 35
Gambar 4 Proporsi puskesmas dengan akses layanan air di puskesmas berdasarkan provinsi tahun 2019 36
Gambar 5 Proporsi puskesmas berdasarkan sumber airnya, tahun 2019 (Balitbangkes, 2019) 37
Gambar 6 Proporsi puskesmas dengan akses layanan air tertinggi dan terendah di kabupaten/kota tahun 2019 38
Gambar 7 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan dasar air (termasuk paripurna)
berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, 2019 39
Gambar 8 Proporsi puskesmas berdasarkan layanan sanitasi di tingkat nasional, tahun 2019 40
Gambar 9 Proporsi puskesmas dengan akses layanan sanitasi di puskesmas berdasarkan provinsi tahun 2019 43
Gambar 10 Proporsi puskesmas berdasarkan akses layanan sanitasi tertinggi dan terendah di kabupaten/kota, tahun 2019 44
Gambar 11 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan sanitasi dasar berdasarkan
klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, tahun 2019 45
Gambar 12 Proporsi puskesmas dengan layanan kebersihan tangan di tingkat nasional, tahun 2019 47
Gambar 13 Proporsi puskesmas dengan akses layanan kebersihan tangan berdasarkan provinsi tahun 2019 49
Gambar 14 Proporsi puskesmas dengan akses layananan kebersihan tangan tertinggi dan terendah di kabupaten/kota 49
Gambar 15 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan kebersihan tangan terbatas
berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, 2019 50
Gambar 16 Proporsi puskesmas yang melakukan pengelolaan sampah layanan kesehatan di tingkat sasional, tahun 2019 51
Gambar 17 Proporsi puskesmas berdasarkan kategori pemilahan sampah layanan kesehatan 52
Gambar 18 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pengelolaan sampah layanan kesehatan berdasarkan provinsi
tahun 2019 53
Gambar 19 Proporsi puskesmas yang melakukan pengolahan sampah medis sendiri berdasarkan metode pengolahan
sampah medis, tahun 2019 54
Gambar 20 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pengelolaan sampah layanan kesehatan tertinggi dan terendah di
kabupaten/kota 55
Gambar 21 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan pengelolaan sampah layanan
kesehatan dasar berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi tahun 2019 56
Gambar 22 Proporsi puskesmas berdasarkan layanan pembersihan lingkungan di tingkat nasional, tahun 2019 57
Gambar 23 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pembersihan lingkungan berdasarkan provinsi tahun 2019 59
Gambar 24 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pembersihan lingkungan tertinggi dan terendah di kabupaten/kota,
tahun 2019 60
Gambar 25 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan pembersihan lingkungan dasar
berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, 2019 61
Gambar 26 Proporsi puskesmas dengan layanan WASH di indonesia berdasarkan kriteria kota-desa BPS 64

Daftar Tabel
Tabel 1 Standar nasional WASH di puskesmas 15
Tabel 2 Tujuan dan target WASH dan kesehatan di fasilitas kesehatan berdasarkan SDGs 17
Tabel 3 Ketersediaan variabel pembentuk indikator JMP di Rifaskes 2019 26
Tabel 4 Perbedaan kriteria layanan antara JMP dengan Rifaskes 2019 63

9
Daftar Singkatan

ASPAK : Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan


CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
HCF : Health Care Facility
IKL : Inspeksi Kesehatan Lingkungan
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
JMP : Joint Monitoring Programme for Water Supply, Sanitation and
Higiene
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Rifaskes : Riset Fasilitas Kesehatan
SDGs : Sustainable Development Goals
TPS : Tempat Penampungan Sementara
UN : United Nations
UNICEF : United Nations Children’s Fund
UU : Undang-Undang
WASH : Water, Sanitation and Higiene
WC : Water Closet
WHO : World Health Organization

10
Infografik
INDIKATOR WASH PUSKESMAS MENURUT INDIKATOR SDG 6

Halaman 9 (1)
100% 0,82% 0,71% 2,90%
14,77%
90% 21,45%
25,67%
5,64%
80%

70% 50,96%
27,36%
60%

55,00%
50% 99,29%

40%
73,50%
30%
51,19%
46,14%
20%

24,60%
10%

0,00%
0% 0,00%
air (W) sanitasi (S) kebersihan tangan (H) pengelolaan pengelolaan
1 2 3 4 kesehatan
sampah layanan 5 (C)
kebersihan
(WM)
Layanan Paripurna Layanan dasar Layanan Terbatas Tidak ada layanan
Halaman 9 (2)
layanan paripurna layanan dasar layanan terbatas tidak ada layanan

1,31% 1,13% 0,51%


100,00%
Tolong diganti7,7%
ketenangan 1 s.d 5 ya mas layanan dasar
4,47%
Ket : 1 . Air (W); 2. Sanitasi (S); 3. Kebersihan Tangan (H); 4. Pengelolaan Sampah Medis
13,09% air
(WM); 5. Pengelolaan
90,00% 19,41%
Kebersihan (C) layanan dasar
3,03% 16,2% 26,94% sanitasi
layanan dasar
80,00% kebersihan
36,88% tangan
7,35%
31,9% 25% layanan dasar
70,00%
pengelolaan
sampah medis
60,00% layanan dasar
28,91% pengelolaan
99,9%
60,2%
50,00%
Tanpa Layanan
89,27%
83,73% 98,87%
40,00% Layanan Terbatas
73,24%
66,79% Layanan Dasar
30,00% 62,60% 61,91%

44,14%
20,00%
35,33%

10,00%

0,00%
kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa

11
Pendahuluan

12
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan sarana air, sanitasi dan kebersihan atau dikenal secara global dengan istilah
Water, Sanitation, Hygiene (WASH) merupakan aspek pendukung utama dari pelayanan
­kesehatan yaitu aspek kualitas, keadilan dan martabat bagi semua orang. Ketersediaan
layanan dasar WASH sangat penting untuk memastikan tersedianya pelayanan kesehatan
yang berkualitas serta meningkatkan kesehatan masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), seperti pusat kesehatan masyarakat (­puskesmas)


memiliki peranan penting untuk masyarakat sebagai pusat pelayanan kesehatan, baik
­promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun, tidak dapat dihindari bahwa fasyankes
juga memiliki potensi sebagai sumber infeksi dan penyebaran penyakit pada ­masyarakat jika
tidak dilengkapi dengan sarana WASH yang layak. Tidak tersedianya sarana WASH yang ­layak
di fasyankes seringkali dihubungkan dengan penyebaran healthcare associated ­infections
(HAIs) .

Sarana WASH di fasyankes juga memiliki peran penting bagi ibu melahirkan dan ­kesehatan
anak. Ketersediaan sarana WASH di fasilitas persalinan sangat penting dalam tata layanan
­persalinan yang memenuhi syarat, baik bagi ibu yang bersalin maupun petugas yang m
­ embantu
persalinan. Pedoman WHO tentang perawatan pascapersalinan, ­merekomendasikan bahwa
ibu mendapat rawat inap setidaknya selama 24 jam setelah bersalin. Hal ini mungkin tidak
dapat terlayani sesuai standar, jika sarana WASH tidak berfungsi atau tidak tersedia.

Pemenuhan sarana WASH di fasyankes atau dikenal dengan WASH in Health Care
­Facilities (HCFs) diharapkan dapat tercapai melalui pemenuhan Sustainable Development
Goal (SDG) 6 tahun 2030. Joint Monitoring Programme (JMP) telah menerbitkan laporan
secara berkala untuk memantau kondisi penyediaan WASH sesuai dengan indikator SDG
poin 6.1 yaitu ­tercapai akses semesta dan merata terhadap air minum yang aman dan
­terjangkau bagi semua pada tahun 2030, serta 6.2 yaitu tercapai akses terhadap sanitasi
dan ­kebersihan yang ­memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang
air ­besar ­sembarangan, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan,
­serta kelompok ­masyarakat rentan pada tahun 2030. Istilah “semestal” dan “untuk semua”
pada SDG 6.1 dan 6.2 ­secara ­implisit menyoroti kebutuhan untuk memperluas pemantauan
WASH mulai dari rumah tangga dan institusi , termasuk fasyankes.

1.2 Perumusan Masalah


Saat ini Indonesia belum memiliki data dasar pencapaian kondisi WASH di Puskesmas sesuai
dengan indikator layanan WASH yang digunakan oleh SDG 6, yaitu tangga layanan WASH di
puskesmas. Pada tahun 2019, Balitbangkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan riset
di fasyankes (rumah sakit dan puskesmas), yang bertujuan untuk memperoleh rekomendasi
untuk perbaikan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, baik dalam aspek kepesertaan,
tata kelola, manfaat, dan pelayanan kesehatan. Rifaskes 2019 juga memiliki data yang ­dapat
digunakan sebagai informasi WASH tentang status layanan WASH di Puskesmas melalui
analisis lanjut yang digunakan sebagai data dasar dalam melakukan advokasi dalam rangka
peningkatan kondisi WASH di Puskesmas.

13
1.3 Tujuan dan Keluaran
Tujuan publikasi ini adalah untuk memberikan gambaran situasi sarana WASH di P ­ uskesmas
di Indonesia dengan skala nasional hingga ke tingkat regional (kabupaten dan kota). ­Analisis
data WASH dilakukan berdasarkan identifikasi variabel yang tersedia dalam Rifaskes
2019 yang masih mengacu Permenkes No. 75 Tahun 2014 (yang sekarang sudah diganti
­dengan Permenkes No. 43 Tahun 2019) untuk membentuk indikator tingkat layanan WASH
­puskesmas di Indonesia yang disesuaikan dengan indikator SDG 6 (Gambar 1).

1.4 Kebijakan Nasional WASH untuk Puskesmas


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur di antaranya ­mengenai
upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
­sehat mencakup lingkungan permukiman dan fasilitas umum. Amanat Undang-undang
tersebut selanjutnya diatur melalui Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang Puskesmas.
­
­Pemerintah daerah diharuskan untuk mengupayakan utilitas air bersih dan sanitasi selalu
­tersedia untuk kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya
yang ada pada daerahnya.

14
KOMPONEN WASH STANDAR NASIONAL (Permenkes Nomor 43 TAHUN 2019­
Puskesmas ­tentang Puskesmas)
• Air bersih harus tersedia
• Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
­mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.
• Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air
­berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Persyaratan kesehatan air:
1. Air bersih untuk keperluan Puskesmas dapat diperoleh dari
­Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang
telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan
Air
2. Memenuhi persyaratan kualitas air bersih, memenuhi syarat
fisik, kimia, bakteriologi yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
3. Distribusi air ke ruang-ruang menggunakan sarana perpipaan
dengan tekanan positif
4. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari
pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis
5. Tersedia air dalam jumlah yang cukup

• Setiap puskesmas harus memiliki kamar mandi dan WC yang


­memenuhi syarat kesehatan
• Kamar mandi dan WC harus terpisah antara laki-laki dan perempuan
• Tersedia cukup air bersih dan sabun
• Selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih
• Ada himbauan, slogan, atau peringatan untuk memelihara
­kebersihan
• Kamar mandi dan WC tidak menjadi tempat perindukan vektor
• Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh
pengguna.
• Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh
tergenang.
Sanitasi • Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
• Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat
• Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan ­kebiasaan
pengguna pada daerah setempat. Kloset bagi penyandang ­disabilitas
dan lansia berupa kloset duduk atau modifikasinya.
• Untuk non rawat inap: Kamar mandi/WC harus terpisah antara
­laki-laki dan perempuan serta dikondisikan untuk dapat digunakan
oleh penyandang disabilitas dan lansia
• Untuk rawat inap: Kamar mandi/WC harus terpisah antara kamar
laki-laki dan perempuan serta dikondisikan untuk dapat digunakan
oleh penyandang disabilitas dan lansia

• Tersedianya fasilitas hand Hygiene pada setiap ruangan p ­ elayanan.


Fasilitas tersebut dapat berupa wastafel dan/atau a­ lcohol handrubs
CTPS

15
KOMPONEN WASH STANDAR NASIONAL (Permenkes Nomor 43 TAHUN 2019­
Puskesmas ­tentang Puskesmas)

• Sistem pengelolaan limbah padat baik medis dan non medis


­harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
­fasilitas pewadahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan
­pengolahannya. Pengolahan limbah bekerja sama dengan pihak
ketiga atau dapat diolah sendiri oleh Puskesmas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah padat
baik medis dan non medis diwujudkan dalam bentuk penempatan
­pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu
Pengelolaan ­kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya serta tidak
Sampah mengundang datangnya vektor/binatang penyebar penyakit.
• Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS)
­diwujudkan dalam bentuk penyediaan TPS limbah padat baik ­medis
dan non medis yang terpisah, dan diperhitungkan ­berdasarkan
fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume limbah. Jika
­limbah padat medis disimpan dengan jangka waktu melebihi 2 x
24 jam, Puskesmas harus menempatkan limbah medis tersebut
dalam alat pendingin dengan suhu 0OC.

1. Puskesmas melakukan pelayanan promosi kesehatan pada


­kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga kebersihan
diri.
2. Membentik jejaring dalam pembentukan PHBS di masyarakat
3. Pelatihan kader kesehatan tentang perawatan diri dan
Pembersihan ­mempraktikkan PHBS.
­Lingkungan

Tabel 1 Standar Nasional WASH di Puskesmas

Rifaskes Tahun 2019 masih mengacu pada Permenkes sebelumnya, yaitu Permenkes
No. 75 tahun 2014.

1.5 Komitmen Internasional WASH di Fasilitas


­Pelayanan Kesehatan

Pada tingkat global, tujuan dan target terkait WASH di Puskesmas tercantum dalam SDG
­target 6.1, 6.2 yang berlaku sejak 2015. The World Health Organization (WHO) dan the
United Nation Children’s Fund (UNICEF) merupakan badan yang bertanggungjawab dalam
memantau pencapaian ketiga target SDG tersebut. Bahkan WHO/UNICEF Joint Monitoring
Programme (JMP) telah melakukan pemantauan tentang kondisi WASH sejak tahun 1990
dan mempublikasikan hasilnya secara berkala.

16
Tujuan Target

6.1. Pada Tahun 2030, mencapai akses universal dan merata


­terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua

6.2. Pada Tahun 20130, mencapai akses terhadap ­sanitasi


6. Menjamin dan ­ kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan
­ketersediaan ­serta menghentikan praktik buang air besar di tempat ­
­ terbuka,
pengelolaan air bersih ­memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum ­pe
­ rempuan,
dan sanitasi yang serta kelompok masyarakat rentan
berkelanjutan untuk
semua

3.8. Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk ­perlindungan


risiko keuangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
3. Menjamin baik, dan akses terhadap obat-obatan dan vaksin dasar yang aman,
­Kehidupan yang ­sehat efektif, berkualitas, dan terjangkau bagi semua orang.
dan ­kesejahteraan
seluruh penduduk
semua usia

Tabel 2 Tujuan dan Target WASH dan Kesehatan Menurut SDGs

Target global untuk WASH di fasyankes sebagai berikut:

Pelayanan Dasar (Basic Service)


• Pada tahun 2022, 60% dari seluruh fasyankes secara global dan di setiap region SDG
memiliki paling tidak fasilitas WASH dengan tingkat layanan dasar. Pada tahun 2025,
meningkat menjadi 80%; dan pada tahun 2030 meningkat menjadi 100%.

Pelayanan lebih tinggi (Higher service levels)


• Pada tahun 2022, layanan lebih tinggi ditargetkan dapat seluruhnya diterapkan dan
­dipantau pada negara-negara yang layanan dasarnya sudah tercapai. Pada tahun 2030,
layanan WASH yang lebih tinggi dapat tercapai secara semesta pada 80% negara-negara
tersebut.

1
Peningkatan layanan WASH akan diprioritaskan pada fasyankes yang melakukan pelayanan persalinan.
“Seluruh fasyankes” termasuk fasyankes primer, sekunder dan tersier. 17
Metodologi

18
2.1 Definisi dan Konsep WASH di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Istilah WASH di fasyankes meliputi penyediaan air, sanitasi, pengelolaan sampah layanan
kesehatan, kebersihan tangan (hygiene) serta pembersihan lingkungan. Istilah fasyankes
mengacu pada seluruh fasyankes yang terdaftar secara formal yang menyediakan pelayanan
kesehatan, termasuk diantaranya fasilitas kesehatan primer, sekunder, tersier, umum dan
swasta serta fasilitas struktur sementara yang dirancang untuk konteks darurat (misalnya
pusat pengobatan kolera)

Buku ini secara khusus membahas mengenai kondisi sarana dan prasarana WASH di
puskesmas. Berdasarkan Permenkes No.43 Tahun 2019, puskesmas adalah fasilitas
­
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
­
­kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

Sumber data berasal dari Rifaskes yang tidak semua variabel berkaitan WASH ­sesuai ­dengan
lima indikator WASH berdasarkan tingkat layanan (new service ladders) JMP. (­Gambar
1) ­sebagai panduan dasar di tingkat global, regional dan nasional dalam ­memperkirakan
­pencapaian target SDG untuk cakupan semesta WASH (SDG 6.1 dan 6.2) serta ­target
cakupan ­semesta kesehatan (SDG 3.8). Di dalam tangga layanan WASH tersebut,
­terdapat lima ­indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kondisi WASH pada
­Fasilitas ­Kesehatan yaitu: air, sanitasi, kebersihan tangan, sampah layanan kesehatan dan
­pembersihan ­lingkungan. ­Kelima indikator tersebut diikelompokkan menjadi empat tahapan
layanan yaitu: 1) layanan paripurna; 2) layanan dasar; 3) layanan terbatas dan 4) tidak ada
layanan. ­Tahapan layanan ini sejalan dengan tahapan WASH dalam SDG 6 di masyarakat dan
di ­sekolah. ­Dengan tahapan ini, dimungkinkan untuk membandingkan status pemenuhan
SDG antartatanan.

19
GAMBAR 1 TANGGA LAYANAN UNTUK MEMANTAU KONDISI WASH DI FASILITAS
­PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN JOINT MONITORING PROGRAMME (JMP)

Gambar 1 Tingkat layanan untuk memantau kondisi WASH di fasyankes berdasarkan JMP, 2018

20
2.2 Indikator WASH Puskesmas berdasarkan Tingkat
Layanan JMP

Untuk mengukur perkembangan pencapaian kriteria SDGs berdasarkan tingkat layanan


WASH di Puskesmas, maka digunakan indikator-indikator inti (core indicators) yang ­dapat
­mendefinisikan tingkat layanan pada air, kebersihan sanitasi, pengelolaan sampah layanan
kesehatan dan pembersihan lingkungan. Indikator-indikator ini tidak secara penuh dan
ideal mampu memotret tingkat layanan yang normatif, namun lebih digunakan ­ untuk
­merepresentasikan perkiraan kondisi ideal yang dapat diukur secara langsung (WHO-
UNICEF/JMP), 2018).

Dengan mempertimbangkan keterbatasan data nasional yang tersedia, indikator global u ­ ntuk
layanan dasar WASH di fasyankes ini tidak mempertimbangkan seluruh aspek yang ada pada
standar minimal WASH di fasyankes sesuai JMP (2018). Contohnya, kualitas air dan ­kuantitas
air tidak termasuk dalam definisi pelayanan air dasar. Sementara untuk sanitasi, pengelolaan
ekskreta (tinja dan urine) yang aman tidak dipertimbangkan dalam layanan ­sanitasi dasar. Jika
seluruh aspek ini dipertimbangkan maka kesenjangan pada WASH fasyankes akan ­semakin
besar (Joint Publication by WHO and UNICEF, 2019).

Berikut adalah konsep dan definisi berbagai indikator tersebut (WHO-UNICEF/JMP, 2018):

2.2.1. Layanan air dasar (W)


Proporsi fasyankes dengan sumber air utama adalah proporsi fasyankes dengan sumber air
yang layak, dapat diakses di dalam fasyankes atau 500 meter dari puskesmas, dan air selalu
tersedia. Sumber-sumber air yang layak adalah sumber-sumber yang berdasarkan s­ ifat ­desain
dan konstruksinya, memiliki potensi untuk menghasilkan air yang aman. ­Sumber-sumber
yang layak meliputi: air PDAM, sumur bor atau sumur dalam, sumur gali terlindungi, mata
air terlindungi, air hujan, dan air kemasan atau mobil tangki air. Sumber yang tidak layak
mencakup sumur gali atau mata air yang tidak terlindungi. Air permukaan (misalnya danau,
sungai, aliran, kolam, kanal, saluran irigasi)dianggap bukan merupakan layanan (tidak ada
layanan. Yang dimaksud dengan sarana air di dalam fasyankes adalah air dapat diakses di
­dalam gedung atau bangunan, atau masih di sekitar lahan milik fasyankes (<500 meter).
­Selalu tersedia adalah air tersedia/mengalir pada saat inspeksi/survei.

2.2.2. Pelayanan sanitasi dasar (S)


Proporsi fasyankes dengan layanan sanitasi dasar adalah proporsi fasyankes dengan
­toilet yang layak dan berfungsi, dengan setidaknya satu toilet terpisah antara pasien dan
staf, ­setidaknya satu toilet terpisah berdasarkan jenis kelamin dengan fasilitas ­kebersihan
­menstruasi, dan setidaknya satu toilet yang dapat diakses oleh pasien/pengunjung ­dengan
keterbatasan ­mobilitas. Sanitasi yang layak adalah fasilitas yang dirancang secara ­higienis
­dengan ­memisahkan ekskreta (tinja dan urine) dari kontak manusia. Fasilitas yang ­layak
­meliputi: WC siram yang tersambung dengan tangki septik atau Instalasi ­Pengolahan Air
­Limbah (IPAL) atau sistem pengolahan air limbah komunal/terpusat. Toilet berfungsi ­apabila
toilet ­tersedia di gedung atau bangunan fasyankes, pintu toilet tidak dikunci, ­terjaga ­privasinya,
kunci tersedia setiap saat, toilet tidak rusak, lubang toilet tidak tersumbat, tidak ada ­retakan
atau kebocoran pada struktur toilet dan air tersedia untuk menyiram. ­Toilet staf adalah ­tersedia
toilet khusus ­untuk staf. Toilet terpisah adalah tersedia toilet t­ erpisah a
­ ntara pasien laki-laki
dan ­perempuan. ­Kebersihan menstruasi adalah tersedia toilet khusus untuk ­perempuan/

21
anak perempuan yang memiliki tempat sampah dengan tutup, ­tersedia air dan sabun untuk
membersihkan diri. Ramah difabel artinya toilet didesain dengan ­mempertimbangkan ­standar
­nasional atau lokal terkait toilet ramah difabel. Jika standar tersebut tidak ­tersedia, maka toilet
harus dapat diakses tanpa tangga atau pijakan, memiliki pegangan tangan ­untuk b ­ ersandar
(di lantai atau tembok), memiliki pintu dengan lebar setidaknya 80 cm dan ­pegangan pintu
serta dudukan toilet yang terjangkau oleh pengguna kursi roda atau tongkat berjalan.

2.2.3. Pelayanan kebersihan tangan dasar


Proporsi fasyankes dengan pelayanan kebersihan tangan dasar adalah proporsi fasyankes
dengan sarana kebersihan tangan yang berfungsi, tersedia di satu atau lebih ruang p ­ erawatan,
dan dalam jarak lima meter dari toilet. Sarana kebersihan tangan adalah alat apapun yang
memungkinkan staf dan pasien untuk membersihkan tangan secara efektif, seperti wastafel
dengan keran, tangki air dengan keran, ember dengan keran, atau ­perangkat serupa ­lainnya.
Tersedia dispenser berisi alkohol untuk membersihkan tangan (alcohol based hand rub
­dispenser) baik yang permanen atau portabel. Sarana kebersihan tangan yang ­berfungsi di
ruang perawatan adalah sarana yang memiliki air dan sabun atau alkohol pembersih ­tangan.
Sarana kebersihan tangan yang berfungsi di toilet adalah memiliki air dan sabun. Alkohol tidak
diperhitungkan sebagai sarana kebersihan tangan di toilet sebab tidak dapat ­menghilangkan
material tinja dari tangan. Air klorin juga tidak dianggap sebagai p ­ engganti air dan sabun
serta alkohol pembersih tangan. Ruang perawatan adalah semua ruang di ­puskesmas yang
­melakukan tindakan perawatan (contoh: ruang konsultasi dan ­tindakan ­medis). Sarana
­kebersihan tangan di toilet harus terletak tidak lebih dari lima meter (<5­meter) dari toilet.

2.2.4. Pelayanan pengelolaan sampah dasar


Proporsi fasyankes dengan layanan pengelolaan sampah dasar adalah yang melakukan
­pemilahan sampah dengan aman di area ruang periksa dan ruang perawatan, sampah benda

22
tajam dan infeksius diolah dan dibuang dengan aman. Pemilahan sampah dilakukan ­dengan
menyediakan minimal tiga tempat sampah yang berbeda. Tiap tempat s­ampah b ­ erlabel
­dengan jelas atau berwarna, untuk memisahkan (1) sampah benda tajam, (2) ­sampah ­infeksius,
dan (3) sampah umum (tidak infeksius). Sampah tidak boleh lebih dari tiga ­perempat (75%)
­penuh, dan setiap tempat sampah tidak boleh mengandung sampah selain dengan labelnya.
Tempat sampah harus sesuai dengan jenis sampah yang diwadahinya; wadah benda tajam
harus anti bocor dan tidak mudah rusak. Tempat sampah untuk benda tajam dan ­infeksius
harus ­
­ memiliki tutup. Ruang konsultasi adalah ruangan atau area di dalam puskesmas
­dimana ­perawatan atau tindakan dilakukan. Metode pengolahan dan pembuangan sampah
yang aman termasuk insinerasi, autoclaving, dan dikubur di dalam lubang khusus. Sampah
juga dapat dikumpulkan dan diangkut keluar untuk pengolahan dan pembuangan lebih lanjut
oleh pihak ke tiga yang berizin.

2.2.5. Pelayanan Pengelolaan Kebersihan (C)


Proporsi fasyankes yang memiliki layanan pengelolaan kebersihan adalah fasyankes yang
memiliki protokol atau Standard Operating Procedure (SOP) pembersihan lingkungan, dan
semua staf yang bertanggung jawab melakukan kebersihan telah menerima pelatihan
­tentang prosedur pembersihan lingkungan. Protokol atau SOP mencakup teknik ­pengerjaan
untuk tugas-tugas tertentu, seperti membersihkan lantai, membersihkan wastafel,
­membersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh. Selain itu SOP juga mengatur daftar atau
jadwal ­pembersihan dengan frekuensinya. Staf yang dimaksud tidak saja staf di ­fasyankes
untuk ­ tugas non-kesehatan, seperti petugas khusus kebersihan, namun juga petugas
­kesehatan yang selain kewajibannya melayani kesehatan pasien, juga bertanggung jawab
untuk ­kebersihan. Pelatihan mengacu pada rencana atau program pelatihan terstruktur yang
difasilitasi oleh seorang pelatih yang memiliki kualifikasi di bidangnya.

2.3 Sumber data

Kondisi air, sanitasi dan kebersihan di fasyankes di Indonesia dipantau melalui ­Rifaskes
­berskala nasional yang dilakukan pada tahun 2011 dan 2019. Menurut Rifaskes 2011, 38%
puskesmas (jumlah puskesmas yang dianalisis = 8981) tidak memiliki akses ­terhadap air
bersih dengan perbedaan yang signifikan antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, ­sementara
cakupan sanitasi lebih tinggi, yaitu 96,7%. Namun, pada tahun 2011 survei ini tidak
­menyajikan laporan mengenai kualitas air, kontinuitas, serta informasi tentang ­berfungsi
atau tidaknya sarana tersebut. Untuk lebih memahami faktor yang terkait dengan kondisi
WASH di rumah sakit dan puskesmas, pada Rifaskes tahun 2019, beberapa variabel WASH
­ditambahkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya advokasi dalam peningkatan kondisi WASH
serta ­meminimalkan risiko kesehatan yang terkait dengan ketersediaan dan kualitas WASH
di fasyankes ­tersebut. Data yang diikutsertakan dalam analisis adalah data puskesmas
per Juni 2018 yang ­dikumpulkan pada tahun 2019, yaitu sebanyak 9.909 Puskesmas (total
­coverage).

Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner terstruktur untuk mengumpulkan data


­melalui wawancara dan observasi. Proses manajemen data Rifaskes 2019 terdiri dari dua
­tahap, tahap pertama dilakukan di kabupaten/kota yang terdiri dari kegiatan: pengumpulan
data, ­receiving-batching (penerimaan-pembukuan), editing (kontrol kualitas data), data
­entry, dan pengiriman data elektronik. Tahap kedua dilakukan di satuan kerja ­Balitbangkes
yang terdiri dari kegiatan: penerimaan dan penggabungan data seluruh kabupaten/kota,
cleaning data, penggabungan data provinsi, penggabungan data nasional, cleaning data
­nasional, imputasi, pembobotan, dan penyimpanan data elektronik. (Balitbangkes, 2019).

23
2.4 Ketersediaan dan Keterbatasan Data

Rifaskes 2019 merupakan riset populasi puskesmas di Indonesia dengan total populasi
­puskesmas sebanyak 9,909 Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia per Juni 2018.
Sampel puskesmas dalam Rifaskes 2019 yaitu:

1. Puskesmas ada dalam daftar sampel dan ada pelayanan


2. Jika puskesmas ada bangunannya, namun tidak ada pelayanan, maka ditanyakan ­lebih
lanjut alasan tidak melakukan pelayanan, apakah karena bangunan tidak layak huni, rawan
gangguan keamanan/dipalang/konflik, jauh dari permukiman, rawan bencana, tidak ada
tenaga, atau karena alasan lainnya, maka puskesmas tersebut tidak diambil sebagai
sampel.
3. Jika puskesmas ada bangunannya namun sudah berubah fungsi, misalnya menjadi ­rumah
sakit atau lainnya, maka puskesmas tidak diambil sebagai sampel.
4. Jika tidak ditemukan bangunan puskesmas, maka tidak dijadikan sampel

24
Jumlah Puskesmas yang disurvei dalam Rifaskes 2019 yaitu sebanyak 9.885. Tingkat respon
survei adalah sebesar 99,2% dengan jumlah Puskesmas yang dikunjungi sebanyak 9.885
Puskesmas, 54 Puskesmas diantaranya dieksklusi; sehingga total puskesmas yang ­­­­­dianalisis
pada Rifaskes 2019 sebanyak 9.831 puskesmas. (Balitbangkes, 2019).

Sebelum melakukan proses pengolahan dan analisis data, dilakukan terlebih dahulu proses
identifikasi ketersediaan data dengan mengidentifikasi indikator tingkat layanan WASH JMP
untuk fasyankes pada kuesioner Rifaskes 2019. Berdasarkan identifikasi tersebut, diperoleh
data sebagai berikut:

Kategori Indikator JMP Ketersediaan Data di Rifaskes 2019

Tersedia
Sumber air layak Catatan: sumur bor, sumur gali, mata air,
penampung air hujan diasumsikan sebagai
­sarana yang terlindungi.

Air (W) Jarak sumber air <500 meter Tersedia


Selalu tersedia Tersedia sepanjang tahun

- Standar/baku mutu (indikator paripurna)

Toilet layak (jenis toilet yang memisahkan


Tidak tersedia
ekskreta dengan kontak manusia)
Tidak tersedia (untuk non rawat inap)
Diganti dengan indikator kebersihan dan
ketersediaan air dalam toilet
Berfungsi (rusak atau tidak rusak)
Tersedia (hanya untuk puskesmas rawat
Toilet (S) inap)
Toilet terpisah antara pasien dan pegawai
Tersedia
puskesmas
Toilet ramah difabel Tidak tersedia
Tersedia sarana menstrual hygiene Tidak tersedia

Tersedia
data: pencegahan infeksi dengan hand
rub alcohol dan mencuci dengan sabun
dan/atau air mengalir (rawat inap dan non
rawat inap)
Sarana CTPS dengan air dan sabun dan/
atau alcohol hand rub. Catatan: untuk rawat inap, data yang di-
analisis adalah data upaya pencegahan
infeksi dengan air dan sabun atau hand
Kebersihan rub alcohol (blok III rifaskes 2019) serta
Tangan (H) sarana CTPS di ruang rawat inap (blok VI
rifaskes 2019)

Sarana CTPS tersedia minimal 5 meter


Tidak tersedia
dari toilet

Sarana CTPS tersedia di seluruh ruang Tidak tersedia seluruhnya, hanya data di
­perawatan (point of care): ruang tindakan ruang pemeriksaan umum saja
melahirkan, ruang pemeriksaan umum, (Blok VII upaya kesehatan)
ruang gigi dan mulut dan ruang farmasi

25
Tersedia
2 jenis: umum dan infeksius
3 jenis: umum, infeksius, benda tajam
Pemilahan sampah medis
4 jenis: umum, infeksius, benda tajam
dan radioaktif
5 jenis dan lebih
Pengelolaan
Sampah Sampah medis infeksius dan tajam Tersedia
Layanan (WM) ­dikelola secara aman. 1. Insinerasi
(menggunakan Autoclave, ­incinerator, 2. Autoclave
3. Microwave
­dikubur secara aman dan sejajar,
4. Dikubur
­protected pit (lubang terlindungi atau 5. Disinfeksi
­dikumpulkan untuk dikelola secara aman 6. Dibakar (termasuk tidak aman)
di luar p
­ uskesmas/pihak ketiga) Atau dikelola pihak lain

Tersedia protokol kebersihan Tersedia melalui ketersediaan pedoman K3


Pembersihan
Kebersihan (C) Tersedia melalui penyuluhan kesehatan
Tersedia pelatihan petugas kebersihan pada kelompok pekerja (tidak tersedia data
untuk staf kebersihan puskesmas)

Tabel 3 Ketersediaan Indikator JMP di Rifaskes 2019


Air
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk kategori air (W) dan pengelolaan sampah
layanan kesehatan (WM), seluruh indikator yang diminta oleh tingkat layanan WASH JMP
di Fasilitas Kesehatan dapat dipenuhi oleh data Rifaskes 2019. Untuk kategori ­pembersihan
­lingkungan (C), beberapa indikator diganti dengan indikator perkiraan (proxy indicator) ­lainnya
yang ­ tersedia di Rifaskes 2019 yaitu pedoman K3 serta penyuluhan kesehatan. U ­ ntuk
­kategori toilet (S) dan kebersihan tangan (H) beberapa variable yang membentuk indikator
tidak ­tersedia dalam Rifaskes 2019.

Setelah dilakukan pengolahan data yang menghasilkan klasifikasi layanan WASH dengan
data Rifaskes 2019, diperoleh <20 puskesmas memiliki missing data untuk kategori ­sanitasi.
Puskesmas-puskesmas ini mengisi jawaban ketersediaan toilet tetapi tidak menjawab
­pertanyaan kondisi toilet. Missing data ini kemudian dimasukkan sebagai kategori layanan
sanitasi terbatas (S2). Tidak ada missing data untuk kategori WASH yang lain.

2.5 Identifikasi Definisi Operasional WASH di Puskesmas

Untuk mengidentifikasi variabel penentu kondisi air, sanitasi dan kebersihan di ­puskesmas
yang digunakan dalam analisis dan diambil dari sumber data hasil kuesioner Rifaskes
2019, maka penting untuk memahami definisi operasional serta indikator air, sanitasi dan
­kebersihan di puskesmas. Bagian ini menjelaskan tentang definisi operasional serta turunan
dari indikator air, sanitasi, kebersihan tangan, sampah layanan kesehatan dan pembersihan
lingkungan berdasarkan publikasi JMP mengenai tahapan pelayanan WASH di fasyankes
dan sudah mengalami penyesuaian dengan proxy indicators ketersediaan data di Rifaskes
2019, sebagai berikut:
2.5.1 Definisi Operasional Indikator Layanan Air (W)
Proporsi fasyankes yang memiliki sumber air yang layak, selalu tersedia dan sesuai baku
mutu.
Untuk kategori air, seluruh indikator dapat dipenuhi oleh data Rifaskes 2019, bahkan data
Puskesmas yang memenuhi standar kualitas air pun tersedia sehingga dapat dilakukan
­klasifikasi dan identifikasi layanan di tingkat paripurna.

26
Air (W)
Operational definition
PUSKESMAS

Advanced service (W0) Puskesmas dengan sumber air yang layak*, tersedia sepanjang tahun, jarak < 500
meter, memenuhi standar kualitas
Puskesmas dengan sumber air yang layak*, tersedia sepanjang tahun, jarak <500
Layanan dasar (W1)
meter
Puskesmas dengan sumber air yang layak*, jarak < 500 meter, namun tidak
Layanan terbatas (W2)
selalu tersedia
Puskesmas dengan sumber air tidak layak** atau tidak memiliki sumber air atau
Tidak ada layanan (W3)
lebih dari 500 meter

Catatan:
Klasifikasi sumber air untuk sumur bor, sumur gali, mata air serta penampung air hujan yang ada di Rifaskes
2019 diasumsikan sebagai sarana air yang terlindungi. Jika disesuaikan dengan klasifikasi sumber air yang ada di
Rifaskes 2019, maka definisi kelayakan air adalah sebagai berikut:
*Sumber air layak = air perpipaan, PDAM, sumur bor dan sumur gali terlindungi, penampung air hujan, mata air
terlindungi.
**Sumber air tidak layak = air permukaan (sungai, danau, bendungan, saluran irigasi yang tidak mengalami ­proses
pengolahan). Catatan: sumber air yang dikategorikan tidak layak tersebut seharusnya termasuk tidak ada layanan
air

27
2.5.2 Definisi Operasional Indikator Pelayanan Sanitasi (S)
Proporsi fasyankes yang memiliki toilet layak (toilet leher angsa, plengsengan),
­terpisah (gender dan staf-pasien), kondisi baik, dilengkapi dengan pengolahan limbah
(IPAL/tangki septik), dan dapat diakses oleh orang-orang dengan mobilitas terbatas.

Gap SDG: Tidak tersedia data toilet yang terpisah sesuai gender, manajemen kebersihan
menstruasi, tidak menyebutkan jenis toilet, tidak menunjukan keberfungsian (rusak atau
tidak) Tidak ada data tangki septik, tidak ada data toilet difabel.

Sanitasi (S)
Definisi Operasional
PUSKESMAS

Puskesmas dengan toilet terpisah antar pasien – staf, dalam kondisi bersih dan
Layanan dasar (S1)
tersedia air yang cukup,
Puskesmas dengan toilet namun bergabung untuk pasien atau staf kesehatan,
Layanan terbatas (S2)
kondisi tidak bersih dan air tidak cukup.
Tidak ada layanan (S3) Puskesmas tidak memiliki toilet

28
2.5.3 Definisi Operasional Indikator Layanan Kebersihan Tangan (H)
Proporsi Fasilitas Kesehatan yang memiliki sarana kebersihan tangan (wastafel atau
tempat cuci tangan) atau antiseptik pada ruang pelayanan dan toilet (tidak lebih dari
< 5 meter dari toilet), dalam kondisi baik (air mengalir dan sabun), rapi dan bersih.

Gap SDG: Tidak ada data sarana CTPS di toilet, tidak ada data jarak sarana CTPS dari toilet,
dan hanya menyebutkan sarana di ruang periksa (tidak di seluruh point of care, contoh: ruang
tindakan persalinan, ruang pelayanan umum, ruang gigi dan mulut serta ruang farmasi).

Kebersihan Tangan (H)


Definisi Operasional
PUSKESMAS
Kriteria layanan dasar ini tidak dapat dipenuhi sebab tidak tersedia data
sarana kebersihan tangan di dekat toilet (<5 meters). Data yang tersedia
Layanan dasar (H1) hanya di ruang konsultasi umum.
Kriteria layanan dasar higiene JMP: “tersedia fasilitas kebersihan tangan baik di
ruang perawatan (point of care) dan dekat dari toilet (<5 meter)
Puskesmas yang melakukan upaya pencegahan infeksi dengan air mengalir dan
sabun, atau hand rub alcohol pada ruang konsultasi umum dan dalam kondisi baik
Layanan terbatas (H2) (air mengalir dan sabun).
Untuk puskesmas rawat inap, selain indikator di atas, ditambahkan juga indikator
ketersediaan sarana CTPS di ruang rawat inap.
Puskesmas tanpa sarana CTPS sama sekali (tanpa air mengalir dan hand rub
Tidak ada layanan (H3)
­alcohol)

Sarana CTPS adalah sarana apapun yang mampu digunakan staf dan pasien untuk membersihkan tangan secara
efektif, termasuk disinfektan (alcohol based hand rub)

29
2.5.4 Definisi Operasional Indikator Pengelolaan Sampah Layanan ­Kesehatan
(WM)
Proporsi Fasyankes Kesehatan yang melakukan pemilahan, penampungan dan
­pembuangan sampah medis yang aman.

Gap SDG: Tidak menyebutkan kondisi TPS dan kapasitas TPS sampah, baik domestik dan
medis
Pengelolaan sampah Layanan Kesehatan (WM)
Definisi Operasional
PUSKESMAS

Puskesmas yang melakukan pemilahan, penampungan, pengolahan dan


­pembuangan sampah medis yang aman

• Puskesmas yang memiliah sampah setidaknya 3 jenis atau lebih: sampah


Layanan dasar (WM1)
umum, infeksius dan benda tajam, radioaktif, dan lainnya.
• Puskesmas yang melakukan pengolahan/pembuangan sampah medis yang
aman (tidak dibakar)

Puskesmas yang tidak melakukan salah satu dari pemilahan, penampungan dan
pembuangan sampah medis.
• Hanya melakukan dua pemilahan (sampah umum dan medis) atau tanpa
Layanan terbatas (WM2) pemilahan
• diolah secara tidak aman: contohnya dibakar, atau diolah ke incinerator yang
tidak berizin.

Puskesmas yang tidak melakukan pemilahan, penampungan dan pembuangan


Tidak ada layanan (WM3)
sampah medis
Note:
• Pemilahan sampah yang aman yaitu sampah setidaknya dipilah menjadi 3 yaitu (1) benda tajam; (2) sampah
infeksius, (3) sampah umum.
• Penampungan yang aman yaitu tidak lebih dari 75% penuh.
• Diolah dan dibuang secara aman yaitu termasuk insinerator, autoclaving, dikubur secara aman dan sejajar, atau
dikumpulkan dan dikirimkan pada pihak lain untuk diolah (ada kerjasama pengolahan sampah medis dengan
pihak ketiga berizin)

30
2.5.5 Definisi Operasional Indikator Layanan Pembersihan Lingkungan
Tersedianya protokol dasar untuk pembersihan lingkungankebersihan dan semua staff
pembersihan lingkungankebersihan telah mengikuti pelatihan mengenai kebersihan.

Gap SDG: Tidak ada data yang secara langsung menunjukkan protokol pembersihan
­lingkungan dan pelatihan petugas pembersihan lingkungan puskesmas, namun terdapat
­beberapa indikator yang mengarah seperti penyuluhan kesehatan pada kelompok pekerja
dan ketersediaan pedoman K3.
Pengelolaan Kebersihan (C)
Definisi Operasional
PUSKESMAS

Tersedianya protokol dasar untuk kebersihan (melalui pedoman K3) dan dilakukan
Layanan dasar
penyuluhan kesehatan pada kelompok pekerja
Tersedianya protokol dasar untuk kebersihan (melalui pedoman K3) namun tidak
Layanan terbatas
dilakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok pekerja
Tidak ada protokol kebersihan (melalui pedoman K3) dan tidak dilakukan
Tidak ada layanan
­penyuluhan kesehatan pada kelompok pekerja

2.6 Identifikasi Puskesmas Perdesaan - Perkotaan

Klasifikasi kawasan perdesaan dan perkotaan di Indonesia mengacu pada definisi kota-­
desa yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 tahun 2010.
Berdasarkan definisi BPS, perkotaan adalah status suatu wilayah administrasi ­
­ setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi klasifikasi wilayah perkotaan, sedangkan perdesaan ­adalah
­status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi ­kriteria
klasifikasi wilayah perkotaan. Persyaratan kategori desa-kota ditentukan berdasarkan
­
­kepadatan penduduk, proporsi rumah tangga dengan mata pencaharian di sektor pertanian
serta keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan (Badan Pusat Statistik, 2010).

Agar buku profil WASH ini dapat lebih merepresentasikan kebutuhan program, ­maka­disepakati
bahwa definisi karakteristik wilayah yang digunakan pada buku profil ini adalah definisi
desa-kota menurut BPS Metode yang digunakan sebagai berikut : 1) Kode kota - desa
­diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dengan menggunakan ID kunci kode
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan; 2) Untuk sisa wilayah yang bukan
­merupakan sampel Riskesdas, maka diisi dengan menggunakan kode dari website yang
dipublikasi oleh BPS.

31
Gambaran
Kondisi WASH
Puskesmas

32
Profil kondisi WASH puskesmas disajikan berdasarkan indikator air, sanitasi, kebersihan
­tangan, pengelolaan sampah layanan kesehatan dan pembersihan lingkungan. Indikator ini
akan dipilah berdasarkan wilayah administrasi, jenis puskesmas serta wilayah kota-desa.

3.1 Akses Air Dasar

3,03%

5,64% 5,37% 5,82%

7,35%

36,83%

24,60% 25,21% 24,16%

16,56%

Gambar 2 Proporsi puskesmas dengan layanan air tahun 2019 di tingkat nasional

Secara nasional, proporsi puskesmas yang memiliki layanan air dasar adalah sebanyak
79,60%, dengan kategori:
1. Puskesmas dengan layanan air paripurna sebanyak 24,60%, yaitu dari sumber air yang
layak, tersedia sepanjang tahun, terjangkau (< 500 meter) serta memenuhi peraturan
baku mutu kualitas air bersih secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Hal ini dapat dibuktikan
oleh puskesmas dengan menunjukkan dokumen pemeriksaan kualitas air ketika proses
pengambilan data Rifaskes 2019.
2. Puskesmas dengan layanan air dasar saja tanpa memenuhi kriteria peraturan baku mutu
adalah sebanyak 55%, yaitu dari sumber air yang layak, tersedia sepanjang tahun, dan
­terjangkau (< 500 meter).

Perlu digarisbawahi bahwa puskesmas dengan layanan air paripurna termasuk ke dalam
puskesmas layanan dasar, karena seluruh kriteria dasar air layak dan terjangkau terpenuhi,
sehingga, total puskesmas dengan layanan air dasar adalah sebanyak 79,60%.

Masih terdapat puskesmas dengan layanan air terbatas, yaitu sebesar 5,64%. Puskesmas
dengan layanan air terbatas merupakan puskesmas yang memiliki akses sumber air yang
layak, namun tidak selalu tersedia sepanjang tahun.

33
Terdapat 14,77% puskesmas yang tidak memiliki akses sumber air yang layak. Artinya, pusk-
esmas ini tidak memiliki akses air atau mengambil akses air dari sumber yang tidak terlind-
ungi atau dalam kriteria SDG 6 termasuk tidak ada layanan air yaitu di antaranya termasuk
sumber air permukaan seperti mata air tak terlindungi, danau, lahan basah, laut dan sungai
yang belum mengalami proses pengolahan atau pengamanan konstruksi . Dilihat dari jenis
puskesmas, tidak ada perbedaan antara puskesmas rawat inap dan non rawat inap. Kedua
jenis puskesmas tersebut sama-sama memiliki proporsi yang lebih tinggi pada sarana air
dengan layanan dasar, yaitu air dengan sumber air yang layak dan tersedia sepanjang tahun.

Berdasarkan laporan nasional Rifaskes tahun 2019, sebanyak 91,9% puskesmas memiliki
ketersediaan air sepanjang tahun. Jika dilihat dari sumber airnya, sebagian besar puskesmas
di Indonesia menggunakan sumber air PDAM (36,0%) dan sarana air bersumber air tanah
(34,0%) yang diambil dengan sumur bor. Sebanyak 2,0% puskesmas masih menggunakan
akses air dari sumber yang tidak layak seperti air permukaan yang tidak mengalami proses
pengolahan. (Balitbangkes, 2019).

34
Gambar 3 Proporsi puskesmas berdasarkan sumber air di Indonesia,tahun 2019

Sebanyak 6267 Puskesmas (63,8%) di Indonesia memiliki akses sumber air non PDAM,
79,8% di antaranya memiliki jarak 500 meter (Balitbangkes, 2019).

Untuk menjamin kualitas air, puskesmas melakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin.
Sebanyak 88,0% puskesmas di Indonesia memiliki air dengan kualitas baik. Kualitas air ini
dapat ditunjukkan melalui dokumen pemeriksaan kualitas air yang diperiksa enumerator saat
pengambilan data Rifaskes 2019. Sebanyak 3.978 Puskesmas (40,5%) memiliki dokumen
pemeriksaan kualitas air (Balitbangkes, 2019).

a. Berdasarkan Wilayah Administrasi


Jika dilihat di tingkat provinsi (Gambar 4), tingkat akses pelayanan air di puskesmas sudah
cukup tinggi, bahkan telah mencapai tingkat paripurna atau memenuhi persyaratan kualitas
air di atas 50%.

Provinsi DI Yogyakarta memiliki proporsi puskesmas dengan layanan air paripurna sebanyak
68,60% dan akses layanan air dasar (puskesmas dengan sumber air yang layak, tersedia
sepanjang tahun, terjangkau < 500 meter) sebanyak 22,31%; Provinsi Jawa Tengah dengan
proporsi puskesmas layanan air paripurna sebanyak 54,45% dan layanan dasar sebanyak
32,42%; serta Provinsi DKI Jakarta dengan proporsi puskesmas dengan layanan air ­paripurna
sebanyak 43,45% dan layanan air dasar sebanyak 45,37%.

Jika dilihat secara nasional, tidak ada ketimpangan yang signifikan untuk ketersediaan air
di Puskesmas antarprovinsi. Namun masih terdapat beberapa provinsi dengan proporsi
puskesmas tanpa layanan air di atas rata-rata nasional (>20%). Masih terdapat puskesmas
tanpa layanan air (sumber yang tidak terlindungi seperti sumber air permukaan) dan tidak
­­­terjangkau (>500 meter), seperti di Provinsi Papua (37,54%); Nusa Tenggara Timur (29,41%);
Papua Barat (28,03%); Kalimantan Utara (27,27%) serta Sulawesi Tengah (23,47%).
­­
­
Provinsi-provinsi tanpa akses layanan air ini perlu mendapat prioritas pembangunan sarana
air yang layak dan terjangkau.

35
Halaman 34
Tanpa Layanan Air (W3) Layanan Air Terbatas (W2) Layanan Air Dasar (W1) Layanan Air Paripurna (W0)

INDONESIA 14,77% 5,64% 55,00% 24,60%

PAPUA 38,51% 14,37% 47,13%


PAPUA BARAT 26,67% 10,91% 57,58% 4,85%
MALUKU UTARA 13,95% 6,2% 72,09% 7,75%
MALUKU 23,12% 7,54% 64,82% 4,52%

SULAWESI BARAT 17,02% 6,38% 68,09% 8,51%


GORONTALO 15,05% 3,40% 62,37% 18,28%

SULAWESI TENGGARA 19,22% 3,91% 70,46% 6,41%

SULAWESI SELATAN 13,50% 3,32% 65,27% 17,92%

SULAWESI TENGAH 23,47% 5,61% 62,24% 8,67%


SULAWESI UTARA 13,47% 9,33% 70,47% 6,74%
KALIMANTAN UTARA 27,27% 10,91% 38,18% 23,64%
KALIMANTAN TIMUR 11,24% 5,06% 58,99% 24,72%
KALIMANTAN SELATAN 9,91% 4,74% 51,29% 34,05%
KALIMANTAN TENGAH 18,78% 7,11% 56,35% 17,7%
KALIMANTAN BARAT 21,16% 9,54% 60,17% 9,13%
NUSA TENGGARA TIMUR 29,41% 7,75% 52,94% 9,89%
NUSA TENGGARA BARAT 6,21% 3,11% 70,19% 20,50%
BALI 8,33% 1,67% 48,33% 41,67%

BANTEN 6,44% 5,58% 57,51% 30,47%

JAWA TIMUR 9,54% 3,63% 41,60% 45,23%


DI YOGYAKARTA 9,09% 22,31% 68,6%
JAWA TENGAH 9,59% 3,54% 32,42% 54,45%
JAWA BARAT 9,54% 4,96% 50,98% 34,52%
DKI JAKARTA 8,63% 2,56% 45,37% 43,45%
KEPULAUAN RIAU 11,25% 12,50% 62,50% 13,75%
K E P . B A N G K A B E L I T U N G 4,76% 14,29% 63,49% 17,46%
LAMPUNG 13,38% 1,67% 54,18% 30,77%
BENGKULU 15,64% 6,15% 68,16% 10,06%
SUMATERA SELATAN 10,98% 6,4% 61,59% 21,04%
JAMBI 13,47% 5,18% 67,36% 13,99%
RIAU 19,44% 7,87% 62,04% 10,65%

SUMATERA BARAT 12,92% 9,59% 54,24% 23,25%


SUMATERA UTARA 20,14% 5,6% 70,75% 20,50% 3,5%

ACEH 14,99% 5,19% 74,64% 5,19%

0,00% 50,00% 100,00%

Gambar 4 Proporsi puskesmas dengan akses layanan air di puskesmas berdasarkan provinsi tahun 2019

Bila dilihat secara lebih rinci dari sumber airnya, beberapa puskesmas di beberapa
­provinsi seperti Papua (25 puskesmas), Papua Barat (16 puskesmas), Kalimantan Barat (20
­puskesmas), Sumatera Utara (10 puskesmas) masih menggunakan sumber air yang tidak
layak yaitu air permukaan (Gambar 5).

36
Halaman 35

Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Kep.Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Aceh

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Jumlah Puskesmas

PAM Sumur Bor Sumur Gali Mata Air Penampungan Air Hujan Air Permukaan Lain-lain

Gambar 5 Proporsi puskesmas berdasarkan sumber airnya, tahun 2019 (Balitbangkes, 2019)

Kabupaten/kota dengan proporsi layanan air dasar (W0) dan tanpa layanan sanitasi (W3)
­tertinggi ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah ini. kabupaten/kota dengan proporsi
­puskesmas yang memiliki layanan air paripurna (W0) tertinggi sebagian besar terletak di
ibu kota ­negara (DKI Jakarta) dan kota-kota besar di Indonesia yaitu Kota Jakarta Selatan,
Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Timur, Kota Surabaya dan Kabupaten Karawang. Kabupaten/
kota dengan proporsi puskesmas tanpa akses air layak (W3) tertinggi adalah kabupaten/kota
yang terletak di timur Indonesia yaitu Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten
Boven Digoel di Provinsi Jayapura; Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Kupang
di Provinsi Nusa Tenggara Timur; serta Kabupaten Garut di Jawa Barat.

37
Halaman 36 (1)
100,00%
5,48% 4% 3,17%

13,89% 10,84%
5,48%
90,00%
20% 1,2%

60% 30%
80,00%
43,33% 40,74%

10,77% 43,84% 44,44%


70,00%
43,06%

62,07% 51,81%
60,00%
3,7%

6,67%
50,00%

40,00%
46,15%

15% 66%
30,00%
37,93% 48,15%
50%

45,21% 52,38%
20,00%
43,06%

23,08% 25%
36,14%
10,00%
7,41%

0,00%
g

ur
n

n
ut

ya
l
g

g
t
oe

ra
ta
n
ta

an
an

m
ar

ba
pa

Ba
ig

la
la

w
nt

Ti
ra
Se
D
Se

Ku

ra
Bi

ta
b.

ta
Su
n

Ka
b.

ar
Ka

ta
ah

ar
ve
n

Ka
a

ta
ar

k
g

b.
Bo
ng

Ja

Ja
Ko
en

Ka
Ja
u

ta

ta
T
un

Ko
ta

Ko
or
g

Ko
m
Pe

Ti
b.

b.
Ka

Ka

layanan air paripurna (W0) layanan air dasar (W1) layanan air terbatas (W2) Tanpa layanan air (W3)

Gambar 6 Proporsi puskesmas dengan akses layanan air tertinggi dan terendah di kabupaten/kota tahun 2019

b. Berdasarkan Karakteristik Wilayah­


Dilihat dari karakteristik wilayahnya, Puskesmas yang terletak di Kawasan perkotaan ­memiliki
lebih banyak akses terhadap layanan air dasar. Dari seluruh total Puskesmas dengan k ­ riteria
Kawasan perkotaan, rata-rata sebanyak 89,27% Puskesmas perkotaan sudah memiliki a ­ kses
layanan air dasar. Proporsi Puskesmas perkotaan yang paling banyak memilki akses terhadap
layanan air dasar adalah Provinsi Sumatera Selatan (96,63%) (Gambar 7).

38
Untuk Puskesmas dengan kriteria perdesaan, rata-rata sebanyak 73,24% Puskesmas telah
memiliki akses terhadap layanan air dasar. Beberapa provinsi yang berada di luar Pulau
Jawa, memiliki proporsi Puskesmas dengan layanan air dasar di bawah rata-rata nasional,
yaitu ­­diantaranya seperti di Provinsi Papua (45,20%), Provinsi Papua Barat (57,04%), serta
Halaman 36 (2)Utara (56,52%) (Gambar 7).
­Kalimantan
Kota Desa

100,00%

90,00%

80,00%

70,00%

60,00%

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
SUMATERA UTARA

NUSA TENGGARA TIMUR


NUSA TENGGARA BARAT
JAWA TENGAH

MALUKU
SUMATERA SELATAN

LAMPUNG

BANTEN

KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI BARAT

PAPUA
BENGKULU

KEPULAUAN RIAU

PAPUA BARAT
JAMBI

KALIMANTAN BARAT
KEP.BANGKA BELITUNG

DI YOGYAKARTA

MALUKU UTARA
ACEH

RIAU

SULAWESI UTARA

SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT

JAWA TIMUR

KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TENGAH
DKI JAKARTA
JAWA BARAT

SULAWESI SELATAN

GORONTALO
BALI

KALIMANTAN SELATAN

Gambar 7 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan dasar air (termasuk
paripurna) berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, 2019

39
Halaman 37
3.2 Akses Sanitasi
100,00%
Halaman 37

100,00% 0,82% 0,15% 1,31% 16,20%


0,08% 1,31%
90,00%
20,76%
25,67%
32,56% 16,20% 31,90%
90,00%
80,00% 20,76%
Puskesmas(%)

25,67%
32,56% 31,90%
80,00%
70,00%
Puskesmas(%)
Proporsi Proporsi

70,00%
60,00%

60,00%
50,00%

50,00% 83,73%
40,00%
77,93%
73,50%
67,29% 83,73% 66,79%
40,00%
30,00% 77,93%
73,50%
67,29% 66,79%
30,00%
20,00%

20,00%
10,00%

10,00%
0,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

0,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

Layanan dasar Layanan Terbatas Tidak ada layanan

Gambar 8 Proporsi puskesmas berdasarkan layanan sanitasi di tingkat nasional, tahun 2019
Layanan dasar Layanan Terbatas Tidak ada layanan

Secara nasional, proporsi puskesmas yang memiliki layanan sanitasi dasar (dengan toilet
­terpisah antara pasien dan staf serta dalam kondisi bersih dan tersedia air yang cukup) ­sebesar
73,50%. Sebanyak 25,67% puskesmas memiliki toilet dengan layanan terbatas (­memiliki
toilet namun toiletnya tidak terpisah antara pasien dan staf puskesmas, kondisi toilet pada
puskesmas ini pun tidak bersih dan tanpa air yang cukup). Masih terdapat ­puskesmas yang
tidak memiliki akses toilet sama sekali,yaitu sebanyak 0,82%.

40
Dilihat dari jenisnya, proporsi puskesmas yang memiliki layanan sanitasi dasar (dengan ­toilet
terpisah antara pasien dan staf serta dalam kondisi bersih dan tersedia air yang cukup) di
puskesmas non rawat inap (77,93%) lebih tinggi dibandingan dengan puskesmas rawat
inap (67,29%) (Gambar 8). Sedangkan jika dilihat dari karakteristik wilayahnya, ­puskesmas
perkotaan (83,73%) memiliki layanan sanitasi dasar yang lebih tinggi dari puskesmas
­

­perdesaan (66,79%).

Perlu dipertimbangkan bahwa definisi layanan dasar, terbatas dan tidak ada layanan u ­ ntuk
­sanitasi telah mengalami modifikasi dengan menggunakan indikator perkiraan (proxy
­indicator). Indikator perkiraan tersebut disusun karena indikator yang diminta oleh tangga
layanan JMP tidak semua tersedia dalam data Rifaskes 2019.

Berdasarkan laporan Rifaskes 2019, di tingkat nasional terdapat 8712 puskesmas (88,6%)
memiliki WC khusus pasien yang bersih. Terdapat 5.645 puskesmas (93,3%) yang memiliki
toilet khusus persalinan dengan kondisi bersih. Sebanyak 8.668 puskesmas (95,4%) ­memiliki
toilet yang bersih khusus untuk petugas di ruang rawat jalan. (Balitbangkes, 2019).

2
Definisi operasional kategori sanitasi yang telah dimodifikasi sesuai ketersediaan data Rifaskes 2019, informasi
lebih rinci dijelaskan di sub bab 2.5.2 41
a. Berdasarkan Wilayah Administrasi
Berdasarkan wilayah administrasi, sebagian besar puskesmas di beberapa provinsi sudah
memiliki akses terhadap sanitasi (jamban). Puskesmas dengan akses sanitasi ini ­kemudian
dikategorikan menjadi akses layanan sanitasi dasar dan akses layanan sanitasi terbatas.
­Provinsi dengan puskesmas terbanyak yang memiliki toilet dengan kriteria layanan dasar
(memiliki toilet khusus untuk pasien dan staf, bersih dan tersedia air yang cukup) adalah
provinsi DI Yogyakarta (96,69%). Provinsi dengan puskesmas terbanyak yang memiliki
­toilet dengan kriteria layanan terbatas (tidak terpisah antara staf dan pasien serta kondisinya
kurang bersih dan tanpa air yang cukup) adalah Papua Barat (61,78%) , Papua (53,65%),
­Maluku (48,74%) dan Sulawesi Selatan (41,15%). Masih ada beberapa provinsi yang ­memiliki
­puskesmas tanpa akses jamban sama sekali, yaitu Provinsi Papua (13,76%) dan Provinsi
Papua Barat (5,73%) (Gambar 9).
Halaman 38
Tanpa Layanan Sanitasi (S3) Layanan Sanitasi Terbatas (S2) Layanan Sanitasi Dasar (S1)

I N D O N E S I A 0,83% 25,67% 73,50%

PAPUA 0,83% 53,65% 32,58%


P A P U A B A R A T 5,73% 61,78% 32,48%
M A L U K U U T A R A 3,1% 34,11% 62,79%
M A L U K U 1,51% 48,74% 49,75%
S U L A W E S I B A R A T 2,13% 45,74% 52,13%
GORONTALO 20,43% 79,57%
S U L A W E S I T E N G G A R A 1,07% 35,59% 63,35%
SULAWESI SELATAN 41,15% 58,85%
SULAWESI TENGAH 38,78% 61,22%
S U L A W E S I U T A R A 1,04% 26,42% 72,54%
KALIMANTAN UTARA 34,55% 65,45%
KALIMANTAN TIMUR 28,09% 71,91%
KALIMANTAN SELATAN 26,72% 73,28%
KALIMANTAN TENGAH 31,47% 68,53%
KALIMANTAN BARAT 29,05% 70,95%
NUSA TENGGARA TIMUR 37,7% 62,03%
NUSA TENGGARA BARAT 25,47% 74,53%
BALI 15% 85,00%
BANTEN 15,88% 84,12%
JAWA TIMUR 13,17% 86,72%
D I Y O G Y A K A R T A 3,31% 96,69%
JAWA TENGAH 12,33% 87,67%
JAWA BARAT 16,56% 83,44%
DKI JAKARTA 10,54 89,14%
K E P U L A U A N R I A U 1,25% 30% 68,75%
KEP.BANGKA BELITUNG 22,22% 77,78%
LAMPUNG 19,73% 80,27%
BENGKULU 68,16%
SUMATERA SELATAN 79,88%
JAMBI 72,54%
42
RIAU 71,30%
SUMATERA BARAT 75,65%
SUMATERA UTARA 73,91%
JAWA BARAT 83,44%
DKI JAKARTA 89,14%
KEPULAUAN RIAU 68,75%
KEP.BANGKA BELITUNG 77,78%
LAMPUNG 80,27%
BENGKULU 31,84% 68,16%
SUMATERA SELATAN 19,82% 79,88%
JAMBI 26,94% 72,54%
RIAU 28,70% 71,30%
SUMATERA BARAT 24,35% 75,65%
SUMATERA UTARA 25,92% 73,91%
ACEH 35,73% 63,69%

0,00% 50,00% 100,00%

Gambar 9 Proporsi puskesmas dengan akses layanan sanitasi di puskesmas berdasarkan provinsi tahun 2019

Di tingkat kabupaten/kota, terjadi disparitas yang cukup tinggi untuk pelayanan akses ­sanitasi,
terutama antarkabupaten yang terletak di luar Pulau Jawa dan kabupaten/kota di Pulau Jawa.
Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua merupakan Kabupaten dengan jumlah
puskesmas tertinggi yang tidak memiliki akses terhadap sarana sanitasi, yaitu ­sebanyak 12
puskesmas (41,38%) tidak memiliki akses toilet. Di Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua,
tidak ada puskesmas yang memiliki layanan sanitasi dasar. Sebanyak 55,56% puskesmas
di Kabupaten Lanny Jaya memiliki layanan akses sanitasi terbatas dan 44,44% tanpa akses
layanan sanitasi sama sekali (Gambar 10).

Sementara itu, lima kabupaten/kota dengan layanan sanitasi dasar tertinggi di Indonesia
seluruhnya terletak di Pulau Jawa. Di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, 59 puskesmas
(93,65%) sudah memiliki akses layanan sanitasi dasar. Di Provinsi DKI Jakarta, beberapa
kota menempati urutan tertinggi dalam akses layanan sanitasi dasar yang melebihi rata-rata
nasional, yaitu Kota Jakarta Barat (91,78%); Kota Jakarta Timur (91,57%) serta Kota ­Jakarta
­Selatan (86,11%). Kabupaten Bogor (81,19%) menempati kategori kabupaten dengan
­proporsi puskesmas terbanyak di Jawa Barat yang memiliki akses sanitasi dengan kriteria
layanan dasar (Gambar 10).

43
Halaman 39
100,00%
8,43% 6,35% 16,67%
8,22%
18,81% 13,89% 41,38% 40%

44,44%

80,00%
50%

60,00%

91,57% 93,65%
91,78% 72,22%
37,93%
81,19% 86,11% 50%
40,00%

50%

55,56%
20,00%

11,11%
20,69% 10%
0,00%
ur
r

ya

ya

i
ai
k
g

ia
ra
go

ca
ta

an

iy
m

n
ba

Ja
Ba

la
Bo

og
n

Pa
nt
Ti

ra

Pu
Se

ny
Bi

D
ta
ta

Su

b.
b.

n
ar

b.
ta

b.
ar

Ka
Ka

La
a
k

ta

Ka

Ka
ar
k

ng
Ja
Ja

Ko
k

b.
Ja

u
ta

Ka
ta

un
Ko

ta
Ko

g
Ko

Pe
b.
Ka

layanan sanitasi dasar (S1) layanan sanitasi terbatas (S2) tanpa layanan sanitasi (S3)

Gambar 10. Proporsi puskesmas berdasarkan akses layanan sanitasi tertinggi dan terendah di kabupaten/kota, tahun 2019

b. Berdasarkan Karakteristik Wilayah­


Dilihat dari karakteristik wilayahnya, puskesmas yang terletak di kawasan perkotaan ­memiliki
lebih banyak akses terhadap layanan sanitasi dasar. Di tingkat nasional, rata-rata sebanyak
87,86% puskesmas perkotaan sudah memiliki akses layanan sanitasi dasar d ­ ibandingkan
dengan puskesmas di perdesaan. Proporsi puskesmas perkotaan yang paling banyak
memilki akses terhadap layanan sanitasi dasar adalah Provinsi DI Yogyakarta, yaitu hampir
seluruh puskesmas perkotaanya sudah memiliki akses sanitasi dasar (98,59%) (Gambar 11).

44
Untuk puskesmas dengan kriteria perdesaan, sebanyak 72,60% puskesmas telah memiliki
akses layanan sanitasi dasar. Beberapa provinsi yang berada di luar Pulau Jawa, ­memiliki
proporsi puskesmas dengan layanan sanitasi dasar di bawah rata-rata nasional, yaitu
­
­diantaranya seperti di Provinsi Papua Barat (26,06%), Provinsi Papua (30,03%), serta Maluku
sebanyak
Halaman 4043,83%.
Kota Desa

100,00%

90,00%

80,00%

70,00%

60,00%

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI BARAT
KEPULAUAN RIAU

PAPUA BARAT

INDONESIA
JAMBI

KALIMANTAN BARAT
KEP.BANGKA BELITUNG

DI YOGYAKARTA

SULAWESI TENGGARA

MALUKU UTARA
ACEH

RIAU

SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT

JAWA TIMUR

KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TENGAH
DKI JAKARTA
JAWA BARAT

SULAWESI SELATAN

GORONTALO
SUMATERA UTARA

BALI

NUSA TENGGARA TIMUR

KALIMANTAN SELATAN
NUSA TENGGARA BARAT
JAWA TENGAH

MALUKU
SUMATERA SELATAN

LAMPUNG

PAPUA
BANTEN
BENGKULU

Gambar 11 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan sanitasi dasar berdasarkan
­klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, 2019

45
3.3 Akses layanan Kebersihan Tangan (Higiene)

Sebelum berbicara lebih lanjut pada hasil analisis, perlu dipertimbangkan bahwa layanan
kebersihan tangan (higiene) yang dianalisis di sini telah mengalami penyesuaian dari ­tingkat
layanan JMP dan telah disesuaikan dengan kondisi data sarana kebersihan tangan di ­Indonesia
berdasarkan Rifaskes 2019. Indikator perkiraan yang digunakan dijelaskan secara lebih rinci
di sub bab 2.5.3. Ketersediaan data sarana CTPS secara spesifik hanya bisa ­ditampilkan
pada puskesmas rawat inap (karena data tersebut tersedia secara spesifik dan jelas pada
pedoman kuesioner Rifaskes 2019). Selain itu, data ketersediaan sarana CTPS yang ada di
Rifaskes 2019 hanya tersedia bagi ruang konsultasi umum dan tidak tersedia data sarana
CTPS di dekat toilet.

Untuk kriteria layanan dasar fasilitas kebersihan tangan, JMP mensyaratkan tersedianya
­sarana CTPS baik di dekat toilet (<5 meter) dan di ruang perawatan. Karena data sarana CTPS
di toilet tidak tersedia, sehingga pengolahan data untuk kriteria layanan dasar k­ ebersihan
tangan tidak dapat dilakukan. Untuk kategori akses kebersihan tangan, klasifikasi layanan
­hanya dapat dibuat dalam dua kategori, yaitu kriteria layanan terbatas dan kriteria tanpa
­fasilitas kebersihan tangan.

46
Halaman 42

0,24% 0,10%
100,00% 0,71% 1,05% 1,13%
Halaman 42

0,24% 0,10%
100,00% 0,71% 1,05% 1,13%
95,00%
99,9%
99,76%
99,29%
98,95% 98,87%

95,00%
90,00%
Proporsi Puskesmas(%)

90,00%
85,00%
Proporsi Puskesmas(%)

85,00%
80,00%

80,00%
75,00%

75,00%
70,00%

70,00%
65,00%

65,00%
60,00%

60,00%
55,00%

55,00%
50,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

50,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

Layanan dasar (tidak ada data) Layanan Terbatas Tidak ada layanan

Gambar 12 Proporsi puskesmas dengan layanan sarana kebersihan tangan di tingkat nasional, tahun 2019

Layanan dasar (tidak ada data) Layanan Terbatas Tidak ada layanan

Gambar 12 menunjukkan kondisi sarana kebersihan tangan pada tingkat nasional dan
­berdasarkan jenis puskesmas. Secara nasional, proporsi puskesmas yang memiliki layanan
kebersihan tangan dengan kriteria layanan terbatas (melakukan pencegahan infeksi dengan
CTPS dan air mengalir atau hand rub alcohol di ruang rawat jalan, sarana CTPS ­tersedia
di ruang rawat inap, serta sarana dalam kondisi baik yaitu selalu tersedia sabun dan air
­mengalir di ruang konsultasi umum/point of care) adalah sebesar 99,29%. Hanya 0,71 %
(70 ­puskesmas) di Indonesia yang tidak memiliki upaya pencegahan infeksi dengan air
­mengalir dan sabun/hand rub alcohol serta tidak ada sarana CTPS sama sekali. Proporsi
antara ­puskesmas rawat inap dan non rawat inap tidak terlalu berbeda, yaitu 99,76% untuk
puskesmas rawat inap dan 98,85% untuk puskesmas non rawat inap.

47
Berdasarkan laporan nasional puskesmas Rifaskes 2019, sebanyak 9568 puskesmas
(97.3%) melakukan cara pencegahan infeksi dengan CTPS dan 9210 puskesmas (93,7%)
melakukan cara pencegaha infeksi dengan hand rub alcohol. Sementara, jika dilihat dari data
sarana (CTPS, pendataan sarana CTPS di Rifaskes 2019 hanya dilakukan pada puskesmas
rawat inap. Sebanyak 3561 puskesmas rawat inap dari 4105 puskesmas rawat inap (86,7%)
­menyatakan memiliki sarana CTPS di ruang rawat inap pasien (Balitbangkes, 2019).

a. Berdasarkan Wilayah Administrasi


Grafik 13 menunjukkan kondisi sarana kebersihan tangan berdasarkan provinsi. Puskesmas
dengan sarana kebersihan tangan kriteria layanan dasar tidak dapat ditampilkan pada grafik,
bukan karena tidak adanya puskesmas dengan layanan dasar kebersihan tangan di ­Indonesia;
namun karena tidak adanya data observasi sarana kebersihan tangan di toilet.

Bila dilihat dari wilayah administrasinya, hampir seluruh provinsi memiliki ­ puskesmas
­dengan layanan kebersihan tangan terbatas yang tinggi. Provinsi yang seluruh ­puskesmasnya
­memiliki sarana kebersihan tangan dengan kriteria layanan terbatas adalah provinsi ­Kepulauan
­Bangka Belitung. Masih terdapat beberapa Provinsi yang puskesmasnya tidak memiliki ­akses
­terhadap kebersihan tangan di antaranya yaitu Provinsi Papua (7,3%), ­Maluku (6,53%), ­Papua
Barat (3,82%)
Halaman 43 , Jambi (1,55%) serta Sulawesi Tenggara (1,78%).
Tanpa Layanan Kebersihan Tangan (H3)
Layanan Kebersihan Tangan Terbatas (H2)
Layanan Kebersihan Tangan Dasar (H1) = tidak ada data

I N D O N E S I A 0,72% 99,28%

PAPUA 7,30% 92,7%


PAPUA BARAT 3,82% 96,18%
MALUKU UTARA 0,28% 99,22%
MALUKU 6,53% 93,47%
SULAWESI BARAT 100%
GORONTALO 1,08% 98,22%
SULAWESI TENGGARA 1,78% 98,22%
SULAWESI SELATAN 100%
SULAWESI TENGAH 100%
SULAWESI UTARA 100%
KALIMANTAN UTARA 100%
KALIMANTAN TIMUR 100%
KALIMANTAN SELATAN 100%
KALIMANTAN TENGAH 100%
KALIMANTAN BARAT 100%
NUSA TENGGARA TIMUR 0,53% 99,47%
NUSA TENGGARA BARAT 100%
BALI 100%
BANTEN 100%
JAWA TIMUR 100%
DI YOGYAKARTA 100%
JAWA TENGAH 100%

JAWA BARAT 99,91%

DKI JAKARTA
KEPULAUAN RIAU

48 KEP.BANGKA BELITUNG

LAMPUNG
BENGKULU

SUMATERA SELATAN
BANTEN
JAWA TIMUR

DI YOGYAKARTA

JAWA TENGAH

JAWA BARAT
DKI JAKARTA 100%
KEPULAUAN RIAU 100%
KEP.BANGKA BELITUNG 100%
LAMPUNG 100%
BENGKULU 0,56% 99,44%
SUMATERA SELATAN 99,7%
JAMBI 1,55% 98,45%
RIAU 100%
SUMATERA BARAT 100%
SUMATERA UTARA 1,23% 98,77%
ACEH 0,86% 99,14%

0,00% 50,00% 100,00%

Gambar 13 Proporsi Puskesmas Dengan Akses Layanan Kebersihan


Halaman Tangan Berdasarkan Provinsi Tahun 2019
44 (1)
Halaman
Berdasarkan lima 44 (1)
kabupaten/kota dengan jumlah puskesmas
0,99% terbanyak yang memiliki akses
100,00%
(1) kebersihan tangan dengan
100,00% layanan kebersihan tangan terbatas, sebagian besar terletak di
0,99%
0,99%
Pulau Jawa yaitu di Provinsi DKI Jakarta : Kota Jakarta Barat (100%), Kota Jakarta Selatan
(100%), Kota Jakarta Timur (100%); Provinsi Jawa Timur: Kota Surabaya (100%) dan ­Provinsi
Jawa Barat: Kabupaten Bogor (99,01%) (Gambar 14). 11,11%
11,11% 10,34% 13,33
15,15%
Di sisi lain, Kabupaten Maybrat
11,11%di Provinsi Papua, Kabupaten Kepulauan Aru
10,34% dan K
13,33% ­ abupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera U
13,33%
15,15% ­ tara;
15,79%
­merupakan kabupaten yang memiliki angka puskesmas
15,15% 15,79% dengan layanan kebersihan t­angan
di bawah rata-rata nasional, bahkan 15,79% puskesmas Kabupaten Maybrat, 13,33%
­puskesmas di Kabupaten Kepulauan Aru, dan 10,34% puskesmas di Kabupaten ­Maluku
Tengah, 11,11% puskesmas di Kabupaten Nias Selatan tidak memiliki akses layanan
­
­kebersihan tangan (Gambar 14).
Halaman 44 (1)
100,00% 0,99%

80,00%
80,00% 11,11% 10,34%
13,33%
15,15% 15,79%

88,89% 89,66%
100% 100% 100% 100%
80,00%
84,85% 86,67% 84,21%
99,01%

60,00%
60,00%
u
ur
r

ya

n
g
ra
go

ta

Ar
ta
an
g im

h aba
n a

ruela

la
yaBo

60,00%
at nt
ta a B

n
ana T

Se

ua
br Bi
at gaur
ur

hn A S
KoK Kota aeBla gor

an

ba .
ra

uelaart
raKab

nt rt

la
br en S
rtalau a Tim

guaa rta

ias
ay n
at
Ba

Bani ka
o

pu
M ga
ASr ak

ay T ta
ng b. M Sel
.B

ln a ka

N
ugr
yar

Su g
JaKe aka at

ka n

a a

o
Ja tau

t
ur
r

J rn

h
bago

J
rta

Ke
b . un
y

a an

alanatJ
ra

KBoin bra
go

Mluk K
ta

Teu Ja
a la r

Ja ra ga
a
an

b.
ntim

M
J. aN Kab

ka a
rt

aniata
ot Sen A
m

u
t

s
Ba

Kaun
ra o
la

b
Bo

Ka
t

b.
t

Sn eot
ta u en

.uNo
y
Ti

uKepta
r
Su. B

BiT

b.
Se

an a

alab K
t

Ka
a

nsu K
ta

uk. o
rtS

Kota u T

Ka
ta

b. a
nrta

Pe
alab K
taab

Kab. M
ar

ta

ikaas

S
ar

k
kapu
gaa
k

giua

b.
ar

pKu
k

KoK

Koalu

nu a
Ja

ank

K
Ja

P. eN

Ka
k

Ka
MK
Ke
Ja

nJu

M
ta

taab
ta

ba.b
t a b.
gtua
Ko

ta
Ko

KoK

b.

b.
a

gu

b.
PKeo
Ko

KKa
Ka

Ka

Ka

Layanan Kebersihan Tangan Dasar (H1) = tidak ada data


Pe
b.
Ka

b.

Layanan Kebersihan Tangan Dasar (H1) = tidakTanpa Layanan kebersihan Tangan (H3)
Ka

ada data
Layanan
Layanan Kebersihan Kebersihan
Tangan Tangan
Dasar (H1) = tidakDasar (H1) = tidak
ada data ada⁄
Tanpa Layanan kebersihan Tangan (H3) Layanan Kebersihan Tangan Terbatas (H2)
Tanpa Layanan kebersihan Tangan (H3) Layanan Kebersihan Tangan Terbatas (H2)
Gambar 14 Proporsi puskesmas dengan akses layanan kebersihan tangan tertinggi dan terendah di kabupaten/kota
Layanan Kebersihan Tangan Terbatas (H2) 49
b. Berdasarkan Karakteristik Wilayah­
Untuk kategori layanan kebersihan tangan, terdapat lebih banyak proporsi puskesmas
­dengan layanan kebersihan tangan terbatas di perdesaan dibandingkan dengan puskesmas
perkotaan. Sebanyak 98,87% Puskesmas Perdesaan di Indonesia sudah memiliki layanan
kebersihan terbatas (sarana keberihan tangan terletak di ruang konsultasi umum dan ruang
rawat inap), sedangkan puskesmas perkotaan mencapai mencapai 94,97% (Gambar
15). Beberapa provinsi seperti Papua dan Papua Barat memiliki akses kebersihan tangan
terbatas yang lebih tinggi di puskesmas perkotaan dibandingkan puskesmas di kawasan
perdesaan. Kategori kebersihan tangan hanya mampu memenuhi layanan terbatas (bukan
layanan dasar), sesuai dengan penjelasan pada sub bab 2.5.3.
Halaman 44 (2)
Kota Desa

100,00%

95,00%

90,00%

85,00%

80,00%

75,00%

70,00%

65,00%

60,00%

55,00%

50,00%
SUMATERA UTARA

BALI

NUSA TENGGARA TIMUR

KALIMANTAN SELATAN
NUSA TENGGARA BARAT
JAWA TENGAH

MALUKU
SUMATERA SELATAN

LAMPUNG

BANTEN

PAPUA
KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI BARAT
BENGKULU

KEPULAUAN RIAU

PAPUA BARAT

INDONESIA
JAMBI

KALIMANTAN BARAT
KEP.BANGKA BELITUNG

DI YOGYAKARTA

MALUKU UTARA
ACEH

RIAU

SULAWESI UTARA

SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN UTARA
SUMATERA BARAT

JAWA TIMUR

KALIMANTAN TENGAH
DKI JAKARTA
JAWA BARAT

SULAWESI SELATAN

GORONTALO

Gambar 15 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan kebersihan
­tangan Terbatas Berdasarkan Klasifikasi Kota-Desa Bps Per Provinsi, 2019

50
Halaman 45
100,00% 2,90% 1,95% 0,51%
3,57% 4,47%
3.4 Akses Sarana Pengelolaan Sampah
90,00%

80,00% 36,88%

50,96% 53,15% 49,40%


Halaman
70,00% 45
60,20%
100,00%
60,00% 2,90% 1,95% 0,51%
3,57% 4,47%
90,00%
50,00%

80,00%
40,00% 36,88%

70,00%
30,00% 50,96% 53,15% 49,40% 62,60%
60,20%
Proporsi Puskesmas(%)

46,14% 44,89% 47,03%


60,00%
20,00%
35,33%
50,00%
10,00%

40,00%
0,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa
30,00% 62,60%
Proporsi Puskesmas(%)

46,14% Layanan dasar


44,89%
Layanan Terbatas
47,03% Tidak ada layanan
20,00%
35,33%
10,00%

0,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

Layanan dasar Layanan Terbatas Tidak ada layanan


Gambar 16 Proporsi puskesmas yang melakukan pengelolaan sampah layanan kesehatan di tingkat nasional, tahun 2019

Di tingkat nasional, 46,14% puskesmas di Indonesia telah memiliki akses terhadap s­ arana
pengelolaan sampah layanan kesehatan dengan kriteria layanan dasar (melakukan ­pemilahan
sampah serta pengolahan sampah medis yang aman), 50,96% telah memiliki akses ­terhadap
pengelolaan sampah layanan kesehatan dengan kriteria layanan terbatas (melakukan
­pemilahan sampah dua jenis baik limbah umum maupun limbah medis, namun pengelolaan
sampahnya tidak secara aman yaitu contohnya dibakar atau dengan insinerator yang tidak
memiliki izin) (Gambar 16).

51
Dalam konteks data Rifaskes 2019, pemilahan sampah yang aman diidentifikasi sebagai
puskesmas yang melakukan pemilahan minimal tiga atau lebih sesuai jenis sampah:
­sampah umum, sampah infeksius, sampah benda tajam dan sampah radioaktif. ­Sedangkan,
­pengolahan sampah medis yang aman adalah puskesmas yang melakukan p ­ engolahan s­ endiri
dengan kategori pengolahan aman: insinerasi, autoclave, microwave, dikubur atau disinfeksi.
Masih terdapat 2,90% puskesmas di Indonesia yang tidak memiliki akses ­terhadap layanan
pengelolaan sampah layanan kesehatan, artinya puskesmas tersebut tidak ­
­ melakukan
­pemilahan sampah dan tidak melakukan pengolahan limbah medis (Gambar 16).

Dilihat dari jenis puskesmasnya, proporsi puskesmas yang memiliki akses terhadap ­sarana
pengelolaan sampah layanan kesehatan dengan kriteria layanan dasar maupun terbatas ­untuk
rawat inap tidak berbeda jauh dengan puskesmas non rawat inap. Artinya ­implementasi
pengolahan sampah medis yang aman di puskesmas rawat inap dan non rawat Inap hampir
sama.

Berdasarkan data Rifaskes tahun 2019, sebanyak 91,8% puskesmas melakukan pemilahan
sampah. Sebagian besar puskesmas di Indonesia (50%) melakukan pemilahan ­sampah
ke dalam tiga jenis yaitu sampah umum, sampah medis dan sampah benda tajam. S
­ ebanyak
35% puskesmas hanya melakukan 2 pemilahan sampah saja yaitu sampah medis dan
­sampah umum. (Balitbangkes, 2019).

Gambar 17 Proporsi puskesmas berdasarkan jumlah kategori pemilahan sampah layanan kesehatan

a. Berdasarkan Wilayah Administrasi


Berdasarkan data di tingkat provinsi, sebagian besar provinsi salah satunya Provinsi Nusa
Tenggara Timur masih memiliki puskesmas dengan akses layanan pengelolaan sampah
layanan kesehatan terbatas yang lebih tinggi (81,28%) dibandingkan layanan dasar (12,57%).
Artinya, puskesmas ini telah melakukan pemilahan sampahlayanan kesehatan namun
masih melakukan pengolahan sampah medis yang tidak aman seperti dibakar atau diolah di
­insinerator yang tidak berizin (Gambar 18).

52
Beberapa provinsi sudah menunjukkan kinerja layanan dasar pengelolaan sampah layanan
kesehatan dengan kriteria layanan dasar yang baik yaitu di atas 80%, di antaranya ­untuk
Provinsi DKI Jakarta (81,47%), DI Yogyakarta (80,17%) dan Bali (80,83%). Artinya,
­puskesmas ini sudah melakukan lebih dari tiga jenis pemilahan sampah umum dan medis
Halaman
serta 47
­melakukan pengolahan sampah medis secara aman; di antaranya termasuk insinerasi,
autoclave, ­microwave , dikubur atau disinfeksi (Gambar 18).
A K S E S L AYA N A N P E N G E L O L A A N S A M PA H M E D I S
Di sisi lain, beberapa Bprovinsi
ERDASA R K A Ntidak
masih P R Omemiliki
V I N S I TApuskesmas
H U N 2 0 1 9dengan akses layanan
­pengelolaan sampah layanan Tanpakesehatan seperti
Layanan pengelolaan di medis
sampah Papua(WM3)(21,91%), Sulawesi Tengah
(11,73%), Sulawesi Tenggara (11,03%), Papua barat (9,55%) serta Sumatera Utara (5,25%).
Layanan pengelolaan sampah medis terbatas (WM2)
Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup signifikan ­untuk
layanan pengelolaan sampahLayananlayanan kesehatan
Pengelolaan SampahdiMedis
Indonesia. (Gambar 18).
Dasar (WM1)

INDONESIA 2,9% 50,96% 46,14%

PAPUA 21,91% 72,75% 5,34%


PAPUA BARAT 9,55% 81,53% 8,92%
MALUKU UTARA 3,1% 74,42% 22,48%
MALUKU 8,54% 79,9% 11,56%
SULAWESI BARAT 3,19% 74,47% 22,34%
GORONTALO 2,15% 58,06% 39,78%
S U L A W E S I T E N G G A R A 11,03% 69,04% 19,93%
SULAWESI SELATAN 0,67% 50,44% 48,89%
SULAWESI TENGAH 11,73% 78,57% 9,69%
SULAWESI UTARA 6,74% 67,36% 25,91%
KALIMANTAN UTARA 1,82% 80% 18,18%
KALIMANTAN TIMUR 37,08% 62,92%
KALIMANTAN SELATAN 44,4% 55,60%
KALIMANTAN TENGAH 3,55% 75,13% 21,32%
KALIMANTAN BARAT 4,15% 68,88% 26,97%
N U S A T E N G G A R A T I M U R 6,15% 81,28% 12,57%
NUSA TENGGARA BARAT 1,24% 52,17% 46,58%
BALI 19,17% 80,83%
BANTEN 42,92 57,08%
JAWA TIMUR 40,77% 59,23%
DI YOGYAKARTA 19,83% 80,17%
JAWA TENGAH 31,96% 68,04%
JAWA BARAT 37,79% 62,02%
DKI JAKARTA 18,53% 81,47%
KEPULAUAN RIAU 40% 60,00%
KEP.BANGKA BELITUNG 34,92% 65,08%
LAMPUNG 45,48% 54,52%
BENGKULU 2,79% 65,36% 31,84%
SUMATERA SELATAN 1,52% 56,71% 41,77%
JAMBI 1,55% 57,51% 40,93%
RIAU 1,39% 68,06% 30,56%
SUMATERA BARAT Halaman 47
0,73% 38,38% 60,89%
SUMATERA UTARA 5,25% A K S E56,92% P E N G E L O L A37,83%
S L AYA N A N A N S A M PA H M E D I S
Halaman 47
A C E H 0,86% 46,4% B E R D A S A R K A N P R O V I N S I TA H U N 2 0 1 9
52,74%
A K S E S L AYA N A N P E N G E L O L A A N S A M PA H M E D I S
BERDASARKAN 0,00% 50,00%
P R O V I N S I TA H U N 2 0 1 9 Tanpa 100,00%
Layanan pengelolaan sampah medis (WM3)
Layanan pengelolaan sampah medis terbatas (WM2)
Tanpa
TanpaLayanan
Layananpengelolaan sampah
pengelolaan medis(WM3)
sampah (WM3)
Layanan
LayananPengelolaan
PengelolaanSampah Medis
Sampah Dasar
Dasar (WM1)
(WM1)
Layanan
Layananpengelolaan
pengelolaansampah medis
sampah terbatas(WM2)
terbatas (WM2)
Layanan Pengelolaan Sampah Medis Dasar
I N D(WM1)
ONESIA 46,14%
Gambar 18 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pengelolaan sampah medis berdasarkan provinsi tahun 2019
INDONESIA 46,14%
53
PAPUA 5,34%
PAPUA BARAT 8,92%
PAPUA 5,34%
MALUKU UTARA 22,48%
PAPUA BARAT 8,92%
MALUKU 11,56%
Adanya kesenjangan wilayah untuk kategori pengolahan sampah medis diperkuat oleh
­Rifaskes 2019, yaitu sebanyak 2753 puskesmas di Indonesia melakukan pengolahan l­imbah
sendiri. Dilihat dari tipe pengolahan limbah, masih banyak provinsi melakukan ­pengolahan
sampah secara tidak aman yaitu dengan cara dibakar, beberapa di antaranya terletak di
­Provinsi 48
Halaman Papua (274 puskesmas), Provinsi Nusa Tenggara Timur (275 puskesmas) dan
­Provinsi Sumatera Utara (179 puskesmas) (Balitbangkes, 2019).

Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Kep.Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Aceh

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

insinerasi autoclave microwave enkapsulasi disinfeksi dibakar lainnya

Gambar 19 Proporsi puskesmas yang melakukan pengolahan sampah medis sendiri berdasarkan
metode pengolahan sampah medis, Tahun 2019

54
Berdasarkan kabupaten/kota, terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara kabupaten/kota
di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Lima kabupaten/kota dengan puskesmas terbanyak yang
melakukan pemilahan sampah layanan kesehatan di atas tiga kategori (medis, ­infeksius, dan
benda tajam) serta melakukan pengolahan sampah medis yang aman di ­antaranya adalah Kota
Jakarta Selatan (90,28%), Kota Jakarta Timur (78,31%) dan Kota Jakarta Barat (89,04%) di
Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kabupaten ­Bogor ­merupakan
kabupaten/kota dengan proporsi puskesmas tertinggi di Provinsi Jawa Barat yang ­melakukan
pengolahan sampah medis aman serta pemilahan sampah layanan k ­ esehatan lebih dari 3
kategori:
Halaman 49umum, infeksius, benda tajam dan radioaktif.
100,00%
9,72% 10,96% 9,26%
26,32%
21,69% 34,29%
38,46%
80,00%
49,5% 38,36%

79,31%
77,78%

60,00%

90,28% 89,04% 90,74% 90,74%


40,00%
78,31% 63,16%

65,71%
50,5%
61,54%

20,00%
22,22%
20,69%

10,53%

0,00%
or

ng

ya
ur

an
ng

na

ur
an

g
ra

un
og
m

m
Ja
t
t

-u
du

a
Ba

la
la

nt
nd
Ti

Ti
na
B
Se

Se
an

y
Bi
rta

nn
Ba
rta

an
b.

U
B
rta

as
n
Ka
ka

La

gi
jo
ka

b.

ta

ga

Ni

Ba
ka

To
Ja
Ja

Ka

Ko

b.
un
Ja

b.
ta

Ka

m
b.
ta

un

Ka
Ko

Ka
ta

a
Ko

eg

er
Ko

S
P

b.
b.

Ka
Ka

Layanan Pengelolaan Sampah Dasar (WM1) Layanan Pengelolaan Sampah Terbatas (WM2)
Tanpa Layanan Pengelolaan Sampah Medis (WM3)

Gambar 20 Proporsi puskesmas dengan akses layanan pengelolaan sampah medis tertinggi dan terendah di kabupaten/kota tahun 2019

b. Berdasarkan Karakteristik Wilayah­


Berdasarkan karakteristik wilayah, terdapat perbedaan layanan akses yang cukup signifikan
antara puskesmas perkotaan dan perdesaan untuk kategori pengelolaan sampah layanan
kesehatan. Sebanyak 62,60% puskesmas di Indonesia yang terletak di kawasan ­perkotaan
sudah memiliki akses layanan pengelolaan sampah layanan kesehatan. Sementara itu h ­ anya
35,33% puskesmas di kawasan perdesaan yang sudah melakukan pengelolaan sampah
layanan kesehatan dengan kriteria layanan dasar. Pengelolaan sampah layanan kesehatan
dengan kriteria layanan dasar adalah puskesmas yang melakukan minimal tiga kategori
(umum, infeksius dan benda tajam) serta melakukan pengolahan sampah medis secara aman
di antaranya termasuk insinerasi, autoclave, microwave, dikubur atau disinfeksi. ­Beberapa
provinsi, perlu mendapatkan prioritas yang tinggi terutama untuk puskesmas perdesaan
­karena nilainya di bawah 20%, di antaranya Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi
Maluku, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara dan
Kalimantan Tengah.

55
56
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
ACEH 100,00%
SUMATERA UTARA
Halaman 50 (1)

SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP.BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
Kota

BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Desa

KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN

dasar berdasarkan klasifikasi kota-desa BPS per provinsi, tahun 2019


SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA

Gambar 21 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan dan perdesaan yang memiliki layanan pengelolaan sampah
INDONESIA
3.5 Akses Layanan Pembersihan Lingkungan
Dalam analisis, layanan pembersihan lingkungan yang dianalisis di sini telah mengalami
penyesuaian dari tangga layanan JMP dan telah disesuaikan dengan kondisi data Rifaskes
2019 (sesuai dengan definisi operasional pada subbab 2.5.5.).
Halaman 50 (2)

100,00%

13,09%
90,00% 18,81%
21,45% 23,34%
26,94%

80,00%
Proporsi Puskesmas(%)

25,00%
70,00%
26,92%
27,36%
27,68%
60,00%
28,91%

50,00%

40,00%

30,00% 61,91%
54,27%
51,19% 48,98%
44,14%
20,00%

10,00%

0,00%
Nasional Rawat Inap Non Rawat Inap Kota Desa

Layanan dasar Layanan


Layanan Terbatas
Terbatas Tidak ada layanan

Gambar 22 Proporsi puskesmas berdasarkan layanan pembersihan lingkungan di Indonesia Tahun 2019

57
Berdasarkan data Rifaskes 2019, 51,19% puskesmas di Indonesia sudah memiliki a ­ kses
­terhadap pembersihan lingkungan dengan layanan dasar (puskesmas yang memiliki
­pedoman K3 termasuk di dalamnya pedoman mengenai aspek kebersihan puskesmas serta
­melakukan penyuluhan kesehatan dan kebersihan). Sebanyak 27,36% puskesmas memiliki
akses layanan pembersihan lingkungan dengan kriteria layanan terbatas (Puskesmas dengan
ketersediaan pedoman K3 namun tidak melakukan kegiatan penyuluhan). Masih terdapat
21,45% puskesmas yang tidak memiliki pedoman/protokol kebersihan dan tidak melakukan
pelatihan kebersihan kepada petugas kebersihan Puskesmas (Gambar 22).

Berdasarkan jenis puskesmas, proporsi puskesmas yang telah memiliki akses layanan
­p­­embersihan lingkungan dasar maupun terbatas di puskesmas rawat inap dan non rawat
inap, tidak jauh berbeda.

a. Berdasarkan Wilayah Administrasi


Dilihat dari wilayah administrasinya, beberapa provinsi sudah memiliki puskesmas dengan
layanan pembersihan lingkungan dasar yang jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional, seperti
di Provinsi DI Yogyakarta (81,82%), Jawa Timur (78,11%) dan Kepulauan Bangka Belitung
(69,84%). Provinsi-provinsi tersebut sudah memiliki pedoman kebersihan puskesmas dan
melakukan pelatihan kebersihan pada stafnya (Gambar 23).

Walaupun demikian, masih banyak provinsi yang tidak memiliki layanan pembersihan
­lingkungan dasar, yaitu Papua Barat (68,15%), Papua (66,29%) dan Maluku (35,68%)
(­Gambar 23). Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara provinsi untuk
kriteria layanan pembersihan lingkungan puskesmas. Di tingkat kabupaten/kota, ­Kabupaten
­Sukabumi memiliki proporsi puskesmas dengan layanan pembersihan lingkungan t­ erbanyak
di Indonesia, 50 Puskesmas di Kabupaten Sukabumi sudah melakukan pembersihan
­lingkungan dengan kriteria layanan dasar, yaitu puskemasn memiliki pedoman kebersihan
­melalui pedoman K3 dan melakukan penyuluhan kebersihan.

58
Halaman 52
Tanpa Layanan Pengelolaan Kebersihan (C3) Layanan Pengelolaan Kebersihan Terbatas (C2)
Layanan Pengelolaan Kebersihan Dasar (C1)

I N D O N E S I A 21,45% 27,36% 51,19%

PAPUA 66,29% 20,51% 13,20%


PAPUA BARAT 68,15% 22,29% 9,55%
MALUKU UTARA 30,23% 34,88% 34,88%
MALUKU 35,68% 35,68% 28,64%
SULAWESI BARAT 25,53% 32,98% 41,49%
GORONTALO 9,68% 22,58% 67,74%
SULAWESI TENGGARA 27,05% 36,65% 36,30%
SULAWESI SELATAN 5,09% 25,88% 69,03%
SULAWESI TENGAH 16,33% 31,12% 52,55%
SULAWESI UTARA 37,31% 32,64% 30,05%
KALIMANTAN UTARA 20% 25,45% 54,55%
KALIMANTAN TIMUR 31,46% 34,83% 33,71%
KALIMANTAN SELATAN 9,48% 29,74% 60,78%
KALIMANTAN TENGAH 33,5% 32,49% 34,01%
KALIMANTAN BARAT 29,05% 29,88% 41,08%
NUSA TENGGARA TIMUR 34,49% 32,35% 33,16%
NUSA TENGGARA BARAT 14,91% 22,36% 62,73%
BALI 8,33% 20,83% 70,83%
BANTEN 15,45% 26,61% 57,94%
JAWA TIMUR 3,32% 18,57% 78,11%
DI YOGYAKARTA 3,31% 14,88% 81,82%
JAWA TENGAH 12,21% 25,57% 62,21%
JAWA BARAT 14,03% 25,26% 60,71%
DKI JAKARTA 31,31% 34,50% 34,19%
KEPULAUAN RIAU 18,75% 35% 46,25%
KEP.BANGKA BELITUNG 4,76% 25,4% 69,84%
LAMPUNG 20,07% 28,09% 51,84%
BENGKULU 24,02% 29,61% 46,37%
SUMATERA SELATAN 17,68% 28,35% 53,96%
JAMBI 22,8% 29,53% 47,67%
RIAU 20,83% 30,56% 48,61%
SUMATERA BARAT 12,92% 24,72% 62,36%
SUMATERA UTARA 38% 27,67% 34,33%
ACEH 24,5% 35,73% 39,77%

0,00% 50,00% 100,00%


Halaman 52
Tanpa Layanan Pengelolaan Kebersihan (C3) Layanan Pengelolaan Kebersihan Terbatas (C2)
Layanan Pengelolaan Kebersihan Dasar (C1)

Gambar 23 Proporsi Puskesmas Dengan Akses Layanan Pembersihan Lingkungan Berdasarkan Provinsi Tahun 2019
INDONESIA 51,19%
Kabupaten Banyuwangi juga menempati di atas rata-rata nasional yaitu 42 puskesmas
(93,3%) telah melakukan
P A P U A pembersihan lingkungan dengan SOP kebersihan melalui ­pedoman
13,20%
K3 serta penyuluhan
P A P U A B A Rkepada
AT pegawai dan masyarakat sekitar. 9,55%
MALUKU UTARA 34,88%
Akan tetapi beberapa kabupaten seperti Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Kutai
MALUKU 28,64%
­Kertanegara baru memiliki layanan pembersihan lingkungan dasar di bawah rata-rata ­nasional.
SULAWESI BARAT 41,49%
Bahkan, 96,5 % puskesmas di Kabupaten Pegunungan Bintang tidak memiliki pedoman
­kebersihan dan
G O Rmelakukan
ONTALO penyuluhan kebersihan. 67,74%
SULAWESI TENGGARA 36,30%
SULAWESI SELATAN 69,03%
59
SULAWESI TENGAH 52,55%
SULAWESI UTARA 30,05%
KALIMANTAN UTARA 54,55%
KALIMANTAN TIMUR
Halaman 53 (1)
100,00%
3,45% 3,33% 3,17% 6,67%

10,34% 21,67%

25,40% 33,66%
80,00%

65,71%

65,63%
60,00%

25,74%

40,00%
96,55%

86,21% 75% 71,43% 93,33%


22,86%

40,59% 25%
20,00%

11,43%

9,38%
3,45%
0,00%
Kab. Kab. Cirebon Kota Kab. Kab. Bogor Kab. Kab. Nias Kab. Kutai
Sukabumi Surabaya Banyuwangi Pegunungan Selatan Kertanegara
Bintang

Layanan Pembersihan Series1


LayananSeries2 Series3
Pembersihan Tanpa Layanan
Lingkungan Dasar (C1) Lingkungan Terbatas (C2) ­Pembersihan Lingkungan
(C3)

Gambar 24 Proporsi puskesmas dengan akses layananan pembersihan lingkungan tertinggi dan terendah di kabupaten/kota,
tahun 2019

b. Berdasarkan Karakteristik Wilayah­


Dilihat dari kriteria kawasan, sebanyak 61,91% puskesmas perkotaan di Indonesia sudah
memiliki layanan pembersihan lingkungan Sedangkan untuk puskesmas perdesaan, hanya
44,14% yang sudah memiliki layanan pengelolaan kebersihan. Beberapa provinsi yang perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pembersihan lingkungan di antaranya adalah puskesmas
perdesaan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan proporsi layanan pembersihan
lingkungan yang sangat rendah (<15%) (Gambar 25).

60
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%

ACEH
SUMATERA UTARA
Halaman 53 (2)

SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP.BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
Kota

BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
Desa

KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA

lingkungan dasar berdasarkan klasifikasi kota-desa BP S per povinsi, tahun 2019


GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA

Gambar 25 Proporsi puskesmas di kawasan perkotaan Dan perdesaan yang memiliki layanan pembersihan
PAPUA BARAT
PAPUA

INDONESIA

61
Simpulan dan
­Rekomendasi

62
4.1 Simpulan

Secara umum, data nasional Rifaskes 2019 cukup memadai untuk mengukur pencapaian
layanan WASH dalam target SDG 6. walaupun kuesionernya belum sepenuhnya d ­ idesain
untuk mengakomodasi kebutuhan variabel-variabel untuk menyusun indikator sesuai lima
indikator SDG 6. Beberapa indikator untuk mengukur kondisi WASH puskesmas yang
­ditampilkan di buku profil ini tidak seluruhnya menjawab indikator tingkat layanan SDG 6 yang
dibuat olehJMP (2018). Kategori sanitasi (S), cuci tangan (H) dan pembersihan ­lingkungan
(C) menggunakan indikator-indikator perkiraan (proxy indicators). Beberapa indikator yang
disesuaikan di antaranya:

Kriteria
Sanitasi Kebersihan tangan
Layanan
WHO/UNICEF JMP Publikasi ini WHO/UNICEF JMP Publikasi ini

Tersedia toilet yang


layak dan berfungsi,
terpisah antara pasien Tersedia tempat
Tersedia toilet yang
dan staff kesehatan, cuci ­tangan di ruang
bersih dan dengan
terpisah antara laki-laki ­pemeriksaan kesehatan (data sarana CTPS di
Layanan dan perempuan, terdap-
ketersediaan air yang
dan dekat toilet (tidak ­lebih toilet atau 5 meter dari
dasar at fasilitas kebersihan
cukup, terpisah antara
dari 5 meter) dengan air toilet tidak tersedia)
pasien dan staff kese-
menstruasi, dan setida- mengalir dan sabun atau
hatan
knya satu toilet yang hand rub alcohol
dapat diakses difabel/
berkebutuhan khusus

Untuk Puskesmas Non


Rawat Inap, ­melakukan
upaya ­pencegahan
infeksi
­ dengan air
Setidaknya ­terdapat Setidaknya terdapat mengalir dan sabun,
toilet yang layak toilet untuk pasien atau hand rub alcohol
Sarana cuci tangan
untuk pasien atau staf
­ atau staf kesehatan pada ruang k ­ onsultasi,
Layanan kesehatan di fasilitas
­ di fasilitas kesehatan,
tersedia di dekat toilet
­
dalam k ­ ondisi baik
terbatas kesehatan, namun tidak namun air tidak s ­ elalu
atau diruang pemeriksaan,
atau kurang baik (­tidak­
tapi tidak keduanya
semua persyaratan tersedia dan tidak selalu
­ tersedia air
layanan dasr terpenuhi bersih ­mengalir dan sabun).

Sarana CTPS tersedia


di ruang rawat inap

Tidak ada sarana cuci


Tidak ada sarana CTPS
Toilet tidak layak atau tangan atau sarana
Tanpa tidak ada toilet di Tidak ada toilet cuci tangan yang ada
sama sekali (tanpa air
layanan ­fasilitas Kesehatan ­tidak­ ­berfungsi di ruang
mengalir dan hand rub
alcohol)
­perawatan dan toilet

Tabel 4 Perbedaan kriteria layanan antara JMP dengan Rifaskes 2019

Target global WASH di fasyankes sesuai SDG 6 adalah bahwa pada tahun 2022, sebanyak
60% dari seluruh fasyankes secara global dan di setiap region SDGs memiliki paling tidak
fasilitas WASH dengan skala layanan dasar. Target ini sudah dapat dicapai di tingkat ­nasional
untuk kategori akses layanan air (W) yaitu sebesar 79,6% serta sanitasi (S) 73,50%. ­Namun,
masih diperlukan akselerasi pembangunan untuk beberapa kategori yang dinilai masih

63
jauh dari pencapaian target di antaranya layanan pengelolaan sampah layanan kesehatan
(WM) yang masih 46,14%, layanan pembersihan lingkungan (C) yang masih 51,19%. Untuk
­kategori kebersihan tangan, perlu dilengkapi data sarana CTPS di toilet puskesmas sehingga
data layanan dasar kebersihan tangan dapat diidentifikasi dengan lebih baik sesuai dengan
indikator SDG 6.

Hasil analisis kondisi WASH puskesmas di Indonesia juga menunjukkan terjadinya


­ketidakmerataan kualitas dan kuantitas sarana WASH antarwilayah, terutama antara provinsi
dan kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa. Terjadi kesenjangan yang cukup
signifikan untuk wilayah di Indonesia Timur seperti Papua, Maluku dan Papua Barat.

Dilihat dari sisi karakteristik wilayahnya, secara nasional puskesmas yang terletak di ­kawasan
perdesaan memiliki akses layanan WASH yang lebih rendah daripada puskesmas di p ­ erkotaan,
terutama untuk akses layanan pengelolaan sampah layanan kesehatan dan pembersihan
lingkungan (Gambar 26).
Halaman 56
1,31% 1,13% 0,51%
100,00% 7,7% 4,47% layanan dasar
19,41% 13,09% air
90,00% layanan dasar
3,03% 16,2%
26,94% sanitasi
80,00% layanan dasar
7,35% 36,88% kebersihan
70,00% 31,9%
25% tangan
layanan dasar
60,00% pengelolaan
28,91%
60,2% sampah
50,00% Tanpa Layanan
89,27%
40,00% 83,73% 99,9%
73,24% Layanan
66,79% Terbatas
30,00% 62,60% 61,91%
98,87%
20,00% 44,14%
35,33%
10,00%

0,00%
kota desa kota desa kota desa kota desa kota desa

Gambar 26 Proporsi Puskesmas dengan Layanan WASH di Indonesia Berdasarkan Kriteria Kota-Desa BPS

4.2 Rekomendasi

Beberapa data sesuai kategori WASH puskesmas yang sudah dianalisis memerlukan
­penambahan variabel sehingga dapat memenuhi definisi operasional dan menjawab lima
indikator dalam SDG 6 di antaranya:
• Kategori sanitasi: jenis toilet, sarana kebersihan menstruasi, ketersediaan toilet difabel
dan toilet yang terpisah berdasarkan gender)
• Kategori higiene: ketersediaan sarana CTPS yang terletak < 5m dari toilet
• Kategori pembersihan lingkungan: pelatihan pegawai yang bertanggung jawab dalam
pembersihan lingkungan puskesmas.

64
Penambahan variabel-variabel untuk memenuhi lima indikator WASH sesuai SDG 6
­direkomendasikan untuk dilakukan pada Rifaskes selanjutnya. Daftar indikator JMP yang
­dibutuhkan dan belum tersedia variabelnya di Rifaskes 2019 ditunjukkan secara lebih ­lengkap
dan rinci pada Tabel 3. Selain itu, direkomendasikan juga untuk mengintegrasikan indikator
WASH Puskesmas ke dalam sistem pendataan puskesmas seperti Aplikasi Sarana, ­Prasarana
dan Alat Kesehatan (ASPAK) yang dikelola oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan e-money Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) puskesmas yang dikelola oleh Direktorat
­Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan. Kedua sistem informasi tersebut diperbarui
datanya secara berkala (setiap tahun) berbasis daring.

Permenkes No. 43 tahun 2019 menyatakan bahwa pemerintah daerah harus mengupayakan
utilitas selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan di puskesmas dengan ­mempertimbangkan
berbagai sumber daya yang ada pada daerahnya. Permenkes ini juga mengatur bahwa
­Pemerintah dapat menerapkan prinsip teknologi tepat guna dengan memberdayakan ­kearifan
lokal. Sebagai contoh di daerah yang sulit mendapatkan akses air bersih, puskesmas dapat
menggunakan tawas atau metode penyaringan sederhana dengan ijuk, batu dan pasir untuk
mendapatan air bersih tersebut.

Berdasarkan hasil analisis WASH puskesmas, kategori pengelolaan sampah layanan ­kesehatan
(46,14%) dan pembersihan lingkungan Puskesmas (51,19%) masih belum ­memenuhi ­target
pencapaian SDG 6 (60%) sehingga diperlukan akselerasi peemenuhan layanan WASH
­sampai dengan tahun 2030. Terdapat 21 provinsi di Indonesia yang masih berada di bawah
­rata-rata nasional untuk kategori pengelolaan sampah layanan kesehatan. Tiga provinsi utama
yang perlu mendapatkan prioritas dalam pembangunan sarana pengolahan sampah medis di
Puskesmas diantaranya Provinsi Papua (5,34%); Provinsi Papua Barat (8,92%) dan Provinsi
Sulawesi Tengah (9,69%). Pemerataan sarana pengolahan sampah medisyang aman perlu
dilakukan, terutama untuk puskesmas-puskesmas dengan tingkat layanan pasien yang tinggi
karena memiliki potensi untuk menghasilkan sampah layanan kesehatan harian yang tinggi.

65
Selanjutnya untuk pemenuhan indikator layanan pembersihan lingkungan puskesmas,
­diperlukan penyediaan pedoman/protokol pembersihan lingkungan dan pelatihan ­petugas
pembersihan lingkungan dan petugas puskesmas lainnya yang diberikan secara ­berkala.
yang dintegrasikan dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi Hal ini ­sangat
­diperlukan terutama di masa pandemi penyebaran penyakit melalui virus dan bakteri yang
­sangat ­berisiko dapat terjadi di puskesmas. Sebanyak 18 provinsi di Indonesia masih b
­ erada
di bawah ­rata-rata nasional (51,19%) untuk indikator pembersihan lingkungan. ­Artinya
­sebagian besar puskesmas di provinsi-provinsi tersebut masih belum mampu melakukan
pembersihan lingkungannya sesuai pedoman K3 dan belum melakukan pelatihan tenaganya
(Gambar 23).

Dilihat dari sisi karakteristik wilayahnya, secara nasional puskesmas perdesaan perlu
­mendapatkan prioritas pembangunan terutama untuk akses layanan pengelolaan sampah
layanan kesehatan dan pembersihan lingkungan (Gambar 26).

Hasil analisis situasi WASH di Puskesmas ini juga diharapkan mampu ditindaklanjuti sebagai
rekomendasi untuk perencanaan dan implementasi program kesehatan dan ­lingkungan.
­Tindaklanjut yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun usulan kebijakan (policy brief)
yang berisi rekomendasi dari hasil analisis situasi WASH di Puskesmas. Beberapa t­ ahapan lain
yang direkomendasikan sebagai tindaklanjut yaitu dengan penyusunan peta jalan (road map)
pemenuhan layanan WASH di Puskesmas. Pada peta jalan tersebut, juga dapat ­dilengkapi
dengan sistem pembiayaan WASH yang berkelanjutan dengan m ­ empertimbangkan hasil
­analisis investasi pemenuhan ketersediaan sarana WASH di Puskesmas. Dengan ­demikian
kebutuhan pembiayaan tersebut dapat dipenuhi dengan berbagai sumber pendanaan
­termasuk bantuan dari berbagai mitra.

Daftar Pusaka

• Balitbangkes. Laporan nasional riset fasilitas kesehatan tahun 2019. Balitbangkes,


­Kementerian Kesehatan Jakarta. 2019.
• Badan Pusat Statistik. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik nomor 37 Tahun 2010.
­Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2010.
• WHO and UNICEF. Water, sanitation and hygiene in health care facilities: practical steps to
achieve universal access. Switzerland: World Health Organization. 2019.
• Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
­Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan.Jakarta. 2014.
• Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
­Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan.Jakarta. 2014.
• WHO and UNICEF. Core questions and indicators for monitoring WASH in health care
­facilities in the Sustainable Development Goals. Geneva. 2018.

66
Lampiran
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rumus Analisa Indikator
Lampiran 1 Rumus Analisis Indikator
Indikator Rumusan Jenis
puskesmas
W0 % puskesmas dengan Rawat inap,
sumber air layak, Jumlah Puskesmas memiliki Sumber Air Paripurna non rawat
terjangkau (di dalam W0 = --------------------------------------------------- x 100% inap,
puskesmas atau <500 Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
meter dari puskesmas) dan perdesaan
tersedia sepanjang tahun, Catatan: pemenuhan standar kualtas air ditunjukan dengan melampirkan
memenuhi standar kualitas dokumen kualitas air yang ditunjukan kepada enumerator pada saat
pengisian kuesioner RIFASKES 2019.
dilingkungan puskesmas
W1 % puskesmas dengan Rawat inap,
sumber air layak, Jumlah Puskesmas memiliki Sumber Air Dasar non rawat
terjangkau (di dalam W1 = --------------------------------------------------- x 100% inap,
puskesmas atau <500 Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
meter dari puskesmas) dan perdesaan
tersedia sepanjang tahun
dilingkungan puskesmas Catatan:
Sumber air layak = air perpipaan, PDAM, sumur bor dan sumur gali
terlindungi, penampung air hujan,mata air terlindungi.

W2 % Puskesmas dengan Rawat inap,


sumber air layak, terjangkau Jumlah Puskesmas memiliki Sumber Air Terbatas non rawat
(di dalam puskesmas atau W2 = ------------------------------------------------------------ x 100% inap,
<500 meter dari puskesmas) Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
namun tidak selalu tersedia perdesaan
sepanjang tahun
dilingkungan puskesmas
W3 % Puskesmas dengan Rawat inap,
sumber air tidak layak atau Jumlah Puskesmas memiliki Tanpa Sumber Air non rawat
tidak memiliki sumber air atau W3 = --------------------------------------------------------------------------- x 100% inap,
lebih dari 500 meter Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
perdesaan
Sumber air tidak layak = air permukaan (sungai, danau, bendungan,
saluran irigasi yang tidak mengalami proses pengolahan)

S1 % Puskesmas dengan Jumlah Puskesmas memiliki Toilet dasar Rawat inap,


toilet terpisah antar pasien S1 = ------------------------------------------- x 100% non rawat
– staf, dalam kondisi bersih Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
dan tersedia air yang perkotaan dan
cukup, perdesaan

S2 Puskesmas dengan toilet Rawat inap,


namun bergabung untuk Jumlah Puskesmas memiliki Toilet terbatas non rawat
pasien atau staf kesehatan, S1 = ------------------------------------------- x 100% inap,
kondisi tidak bersih dan air Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
tidak cukup. perdesaan

S3 % Puskesmas tidak Jumlah Puskesmas tanpa toilet Rawat inap,


memiliki toilet S3 = ---------------------------------------------------- x 100% non rawat
Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
perkotaan dan
perdesaan
H2 % Puskesmas yang Jumlah Puskesmas memiliki sarana kebersihan tangan terbatas Rawat inap,
melakukan upaya H2 = ------------------------------------------------------------ x 100% non rawat
pencegahan infeksi dengan Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,

67
Indikator Rumusan Jenis
puskesmas
air mengalir dan perkotaan dan
sabun,atau hand rub perdesaan
alcohol pada ruang
konsultasi umum dan dalam
kondisi baik atau tidak baik
(air mengalir dan sabun),
Serta ketersediaan sarana
CTPS di ruang rawat inap.
H3 % Puskesmas tanpa Jumlah Puskesmas tanpa sarana kebersihan tangan Rawat inap,
sarana cuci tangan H3 = ------------------------------------------------------------ x 100% non rawat
Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
perkotaan dan
perdesaan
WM 1 % Puskesmas yang Jumlah Puskesmas memiliki pengelolaan sampah medis dasar Rawat inap,
melakukan pemilahan, WM1 = --------------------------------------------------- x 100% non rawat
penampungan, pengelolaan Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
dan pembuangan sampah perkotaan dan
medis yang aman Catatan: perdesaan
• Puskesmas yang memiliah sampah setidaknya 3 jenis atau
lebih: sampah umum, infeksius dan benda tajam, radioaktif,
dan lainnya.
• Puskesmas yang melakukan pengolahan/pembuangan
sampah medis yang aman (tidak dibakar)
WM 2 % Puskesmas yang Rawat inap,
tidak melakukan salah satu Jumlah Puskesmas memiliki pengelolaan sampah medis terbatas non rawat
dari pemilahan, inap,
penampungan dan WM2 = --------------------------------------------------- x 100% perkotaan dan
pembuangan sampah medis. Jumlah Puskesmas seluruhnya perdesaan

Catatan:
• Hanya melakuka dua pemilahan (sampah umum dan medis)
atau tanpa pemilahan
• diolah secara tidak aman: contohnya dibakar, atau diolah ke
incinerator yang tidak berizin.
WM 3 % Puskesmas yang Jumlah Puskesmas tanpa pengelolaan sampah medis Rawat inap,
tidak melakukan non rawat
pemilahan, penampungan WM3 = --------------------------------------------------- x 100% inap,
dan pembuangan sampah Jumlah Puskesmas seluruhnya perkotaan dan
medis Catatan: perdesaan
• tidak melakukan pemilahan sampah medis
• tidak diolah atau diolah secara tidak aman..
C1 % Puskesmas dengan Jumlah Puskesmas memiliki pengelolaan kebersihan dasar Rawat inap,
protokol dasar untuk C1 = --------------------------------------------------- x 100% non rawat
kebersihan (melalui Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
pedoman K3) dan dilakukan perkotaan dan
penyuluhan kesehatan perdesaan
pada kelompok pekerja

C2 % Puskesmas dengan Jumlah Puskesmas memiliki pengelolaan kebersihan terbatas Rawat inap,
protokol dasar untuk C2 = --------------------------------------------------- x 100% non rawat
kebersihan (melalui pedoman Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
K3) namun tidak dilakukan perkotaan dan
penyuluhan kesehatan perdesaan
pada kelompok pekerja

C3% Puskesmas yang tidak Jumlah Puskesmas yang tidak memiliki pengelolaan kebersihan Rawat inap,
memiliki protokol C3 = --------------------------------------------------- x 100% non rawat
kebersihan (melalui Jumlah Puskesmas seluruhnya inap,
pedoman K3) dan tidak perkotaan dan
dilakukan penyuluhan perdesaan
kesehatan pada kelompok
pekerja

68
Lampiran 2 Indikator Akses Air per Provinsi
Lampiran 2 Indikator Akses Air per Provinsi
A.A.
Berdasarkan Karakteristik
Berdasarkan Wilayah
Karakteristik Kota-Desa
Wilayah (definisi
Kota-Desa sesuai
(definisi Perka
sesuai BPSBPS
Perka no 37
no tahun 2010
37 tahun
2010

Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan


(n puskesmas) (n puskesmas)
Provinsi Air Dasar Air Dasar
Air non Air Tidak Air non Air Tidak
Paripurna paripurna Terbatas Ada Air Paripurna paripurna Terbatas Ada Air
(W0) (W1) (W2) (W3) (W0) (W1) (W2) (W3)
Aceh 7 69 3 8 11 190 15 44
Sumatera Utara
14 160 4 17 6 244 28 98
Sumatera Barat
26 53 4 4 37 94 22 31
Riau
14 36 1 13 9 98 16 29
Jambi
15 32 0 3 12 98 10 23
Sumatera Selatan
31 55 2 1 38 147 19 35
Bengkulu
4 28 3 3 14 94 8 25
Lampung
35 35 2 9 57 127 3 31
Kep.Bangka Belitung 2 23 3 2 9 17 6 1
Kepulauan Riau
8 31 5 2 3 19 5 7
DKI Jakarta 136 142 8 27 0 0 0 0
Jawa Barat
264 378 27 53 105 167 26 49
Jawa Tengah
288 161 10 35 189 123 21 49
DI Yogyakarta
57 7 0 7 26 20 0 4
Jawa Timur
259 224 15 35 177 177 20 57
Banten
56 76 4 8 15 58 9 7
Bali
34 29 0 5 16 29 2 5
Nusa Tenggara Barat
22 36 3 1 11 77 2 9
Nusa Tenggara Timur
8 19 1 6 29 179 28 104
Kalimantan Barat 9 43 3 10 13 102 20 41
Kalimantan Tengah 9 32 1 3 26 79 13 34
Kalimantan Selatan
38 32 3 0 41 87 8 23
Kalimantan Timur 24 55 2 2 20 50 7 18
Kalimantan Utara
5 3 0 1 8 18 6 14
Sulawesi Utara 5 43 4 7 8 93 14 19
Sulawesi Tengah 4 18 1 7 13 104 10 39
Sulawesi Selatan
34 90 2 6 47 205 13 55
Sulawesi Tenggara
3 36 0 6 15 162 11 48
Gorontalo
12 14 0 2 5 44 4 12
Sulawesi Barat
4 9 1 3 4 55 5 13
Maluku
3 25 3 6 6 104 12 40
Maluku Utara
2 12 0 3 8 81 8 15

69
Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan
(n puskesmas) (n puskesmas)
Provinsi Air Dasar Air Dasar
Air non Air Tidak Air non Air Tidak
Paripurna paripurna Terbatas Ada Air Paripurna paripurna Terbatas Ada Air
(W0) (W1) (W2) (W3) (W0) (W1) (W2) (W3)
Papua Barat 3 14 0 1 5 81 18 43
Papua
0 23 3 4 0 141 47 130

INDONESIA 1435 2043 118 300 983 3364 436 1152

B.B.
Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap

Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap


(n puskesmas) (n puskesmas)
Air
Provinsi Dasar Air Dasar
Air non Air Tidak Air non Air Tidak
Paripurna parpurna Terbatas Ada Air Paripurna paripurna Terbatas Ada Air
(W0) (W1) (W2) (W3) (W0) (W1) (W2) (W3)
Aceh
9 128 10 16 9 131 8 36
Sumatera Utara
6 113 9 34 14 291 23 81
Sumatera Barat
33 62 13 12 30 85 13 23
Riau
10 72 10 15 13 62 7 27
Jambi 9 54 7 14 18 76 3 12
Sumatera Selatan
23 66 4 20 46 136 17 16
Bengkulu 6 31 3 6 12 91 8 22
Lampung
43 77 3 19 49 85 2 21
Kep.Bangka Belitung
5 17 4 2 6 23 5 1
Kepulauan Riau
4 26 5 8 7 24 5 1
DKI Jakarta
5 0 0 0 131 142 8 27
Jawa Barat
107 134 9 25 262 411 44 77
Jawa Tengah
206 103 11 44 271 181 20 40
DI Yogyakarta 34 10 0 5 49 17 0 6
Jawa Timur 276 253 25 70 160 148 10 22
Banten
30 43 5 6 41 91 8 9
Bali 17 20 2 3 33 38 0 7
Nusa Tenggara Barat
20 100 4 10 13 13 1 0
Nusa Tenggara Timur 21 113 15 43 16 85 14 67
Kalimantan Barat
12 69 11 29 10 76 12 22
Kalimantan Tengah 15 50 5 16 20 61 9 21
Kalimantan Selatan 14 33 3 6 65 86 8 17
Kalimantan Timur
21 50 5 17 23 55 4 3

70
Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap
(n puskesmas) (n puskesmas)
Air
Provinsi Dasar Air Dasar
Air non Air Tidak Air non Air Tidak
Paripurna parpurna Terbatas Ada Air Paripurna paripurna Terbatas Ada Air
(W0) (W1) (W2) (W3) (W0) (W1) (W2) (W3)
Kalimantan Utara
3 6 2 10 10 15 4 5
Sulawesi Utara 8 62 8 16 5 74 10 10
Sulawesi Tengah
7 67 3 23 10 55 8 23
Sulawesi Selatan
55 200 9 38 26 95 6 23
Sulawesi Tenggara
10 71 1 14 8 127 10 40
Gorontalo
8 17 0 4 9 41 4 10
Sulawesi Barat
5 46 4 8 3 18 2 8
Maluku
4 39 3 17 5 90 12 29
Maluku Utara 2 33 1 10 8 60 7 8
Papua Barat
4 24 5 10 4 71 13 34
Papua 0 52 21 31 0 112 29 103

INDONESIA 1032 2241 220 601 1386 3166 334 851

71
Lampiran 3 Indikator Akses Sanitasi per Provinsi
Lampiran 3 Indikator Akses Sanitasi per Provinsi
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun 2010
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun
2010

Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan


Provinsi Sanitasi Sanitasi Tidak Ada Sanitasi Sanitasi Tidak Ada
Dasar Terbatas Sanitasi Dasar Terbatas Sanitasi
(S1) (S2) (S3) (S1) (S2) (S3)
Aceh 62 24 1 159 100 1
Sumatera Utara
163 32 0 259 116 1
Sumatera Barat 76 11 0 129 55 0
Riau
51 13 0 103 49 0
Jambi
42 8 0 98 44 1
Sumatera Selatan 81 8 0 181 57 1
Bengkulu
28 10 0 94 47 0
Lampung 67 14 0 173 45 0
Kep.Bangka Belitung
25 5 0 24 9 0
Kepulauan Riau
33 13 0 22 11 1
DKI Jakarta
279 33 1 0 0 0
Jawa Barat
609 113 0 283 64 0
Jawa Tengah 430 64 0 338 44 0
DI Yogyakarta
70 1 0 47 3 0
Jawa Timur 466 67 0 370 60 1
Banten
128 16 0 68 21 0
Bali
59 9 0 43 9 0
Nusa Tenggara Barat
46 16 0 74 25 0
Nusa Tenggara Timur
30 4 0 202 137 1
Kalimantan Barat 48 17 0 123 53 0
Kalimantan Tengah
38 7 0 97 55 0
Kalimantan Selatan
58 15 0 112 47 0
Kalimantan Timur
63 20 0 65 30 0
Kalimantan Utara
8 1 0 28 18 0
Sulawesi Utara
49 10 0 91 41 2
Sulawesi Tengah
22 8 0 98 68 0
Sulawesi Selatan
88 44 0 178 142 0
Sulawesi Tenggara
31 14 0 147 86 3
Gorontalo
27 1 0 47 18 0
Sulawesi Barat
10 7 0 39 36 2
Maluku
28 9 0 71 88 3
Maluku Utara
14 2 1 67 42 3
Papua Barat 14 1 0 37 96 9

72
Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan
Provinsi Sanitasi Sanitasi Tidak Ada Sanitasi Sanitasi Tidak Ada
Dasar Terbatas Sanitasi Dasar Terbatas Sanitasi
(S1) (S2) (S3) (S1) (S2) (S3)
Papua 19 14 0 97 177 49

INDONESIA 3262 631 3 3964 1893 78

B. Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap


B. Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap

Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap


Provinsi Sanitasi Sanitasi Tidak Ada Sanitasi Sanitasi Tidak Ada
Dasar Terbatas Sanitasi Dasar Terbatas Sanitasi
(S1) (S2) (S3) (S1) (S2) (S3)
Aceh
98 65 0 123 59 2
Sumatera Utara
108 54 0 314 94 1
Sumatera Barat
76 44 0 129 22 0
Riau
65 42 0 89 20 0
Jambi 53 31 0 87 21 1
Sumatera Selatan
82 31 0 180 34 1
Bengkulu 31 15 0 91 42 0
Lampung
103 39 0 137 20 0
Kep.Bangka Belitung
17 11 0 32 3 0
Kepulauan Riau 27 16 0 28 8 1
DKI Jakarta
5 0 0 274 33 1
Jawa Barat
204 71 0 688 106 0
Jawa Tengah
289 75 0 479 33 0
DI Yogyakarta 47 2 0 70 2 0
Jawa Timur
513 111 0 323 16 1
Banten 65 19 0 131 18 0
Bali 34 8 0 68 10 0
Nusa Tenggara Barat
94 40 0 26 1 0
Nusa Tenggara Timur 97 94 1 135 47 0
Kalimantan Barat
79 42 0 92 28 0
Kalimantan Tengah 51 35 0 84 27 0
Kalimantan Selatan
35 21 0 135 41 0
Kalimantan Timur
60 33 0 68 17 0
Kalimantan Utara 10 11 0 26 8 0
Sulawesi Utara
71 23 0 69 28 2
Sulawesi Tengah 60 40 0 60 36 0
Sulawesi Selatan
157 145 0 109 41 0
6

73
Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap
Provinsi Sanitasi Sanitasi Tidak Ada Sanitasi Sanitasi Tidak Ada
Dasar Terbatas Sanitasi Dasar Terbatas Sanitasi
(S1) (S2) (S3) (S1) (S2) (S3)
Sulawesi Tenggara 54 42 0 124 58 3
Gorontalo
23 6 0 51 13 0
Sulawesi Barat 33 30 0 16 13 2
Maluku 34 29 0 65 68 3
Maluku Utara 26 20 0 55 24 4
Papua Barat
12 26 1 39 71 8
Papua
42 62 4 74 129 45

INDONESIA 2755 1333 6 4471 1191 75

74
Lampiran 4 Indikator Akses Kebersihan Tangan per
Lampiran 4 Indikator Akses Kebersihan Tangan per Provinsi
Provinsi
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun 2010
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun
2010
Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan
(n puskesmas) (n puskesmas)
Sarana Sarana Tidak Ada Sarana Sarana Tidak Ada
Kebersihan Kebersihan Sarana Kebersihan Kebersihan Sarana
Tangan Tangan Kebersihan Tangan Tangan Kebersihan
Provinsi Dasar Terbatas Tangan Dasar Terbatas Tangan
Aceh 87 257
- 0 - 3
Sumatera Utara 194 370
- 1 - 6
Sumatera Barat 87 184
- 0 - 0
Riau - 64 0 - 152 0
Jambi 49 141
- 1 - 2
Sumatera Selatan 89 238
- 0 - 1
Bengkulu 38 140
- 0 - 1
Lampung - 81 0 - 218 0
Kep.Bangka Belitung - 30 0 - 33 0
Kepulauan Riau 46 34
- 0 - 0
DKI Jakarta 313 0
- 0 - 0
Jawa Barat 722 346
- 0 - 1
Jawa Tengah 494 382
- 0 - 0
DI Yogyakarta 71 50
- 0 - 0
Jawa Timur 533 431
- 0 - 0
Banten 144 89
- 0 - 0
Bali 68 52
- 0 - 0
Nusa Tenggara Barat 62 99
- 0 - 0
Nusa Tenggara Timur 34 338
- 0 - 2
Kalimantan Barat 65 176
- 0 - 0
Kalimantan Tengah - 45 0 - 152 0
Kalimantan Selatan 73 159
- 0 - 0
Kalimantan Timur - 83 0 - 95 0
Kalimantan Utara 9 46
- 0 - 0
Sulawesi Utara 59 134
- 0 - 0
Sulawesi Tengah - 30 0 - 166 0
Sulawesi Selatan 132 319
- 0 - 1
Sulawesi Tenggara - 45 0 - 231 5
Gorontalo 28 64
- 0 - 1
Sulawesi Barat - 17 0 - 77 0
Maluku - 35 2 - 151 11

75
Puskesmas Perkotaan Puskesmas Perdesaan
(n puskesmas) (n puskesmas)
Sarana Sarana Tidak Ada Sarana Sarana Tidak Ada
Kebersihan Kebersihan Sarana Kebersihan Kebersihan Sarana
Tangan Tangan Kebersihan Tangan Tangan Kebersihan
Provinsi Dasar Terbatas Tangan Dasar Terbatas Tangan
Maluku Utara - 17 0 - 111 1
Papua Barat 15 136
- 0 - 6
Papua 33 298
- 0 - 25

INDONESIA 0 3892 4 0 5869 66

B. Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap


B. Berdasarkan Jenis Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap

Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap


(n puskesmas) (n puskesmas)

Sarana Sarana Tidak Ada Sarana Sarana Tidak Ada


Kebersihan Kebersihan Sarana Kebersihan Kebersihan Sarana
Tangan Tangan Kebersihan Tangan Tangan Kebersihan
Provinsi Dasar Terbatas Tangan Dasar Terbatas Tangan
Aceh
- 163 0 - 181 3
Sumatera Utara
- 162 0 - 402 7
Sumatera Barat
- 120 0 - 151 0
Riau
- 107 0 - 109 0
Jambi
- 84 0 - 106 3
Sumatera Selatan
- 113 0 - 214 1
Bengkulu
- 46 0 - 132 1
Lampung
- 142 0 - 157 0
Kep.Bangka Belitung
- 28 0 - 35 0
Kepulauan Riau - 43 0 - 37 0
DKI Jakarta
- 5 0 - 308 0
Jawa Barat - 275 0 - 793 1
Jawa Tengah
- 364 0 - 512 0
DI Yogyakarta
- 49 0 - 72 0
Jawa Timur
- 624 0 - 340 0
Banten
- 84 0 - 149 0
Bali
- 42 0 - 78 0
Nusa Tenggara Barat
- 134 0 - 27 0
Nusa Tenggara Timur
- 190 2 - 182 0
Kalimantan Barat - 121 0 - 120 0
Kalimantan Tengah
- 86 0 - 111 0
Kalimantan Selatan
- 56 0 - 176 0

76
Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Non Rawat Inap
(n puskesmas) (n puskesmas)

Sarana Sarana Tidak Ada Sarana Sarana Tidak Ada


Kebersihan Kebersihan Sarana Kebersihan Kebersihan Sarana
Tangan Tangan Kebersihan Tangan Tangan Kebersihan
Provinsi Dasar Terbatas Tangan Dasar Terbatas Tangan
Kalimantan Timur - 93 0 - 85 0
Kalimantan Utara - 21 0 - 34 0
Sulawesi Utara
- 94 0 - 99 0
Sulawesi Tengah - 100 0 - 96 0
Sulawesi Selatan
- 301 1 - 150 0
Sulawesi Tenggara
- 95 1 - 181 4
Gorontalo
- 29 0 - 63 1
Sulawesi Barat
- 63 0 - 31 0
Maluku - 62 1 - 124 12
Maluku Utara
- 46 0 - 82 1
Papua Barat - 38 1 - 113 5
Papua - 104 4 - 227 21

INDONESIA 0 4084 10 0 5677 60

10

77
Lampiran 5 Indikator
Lampiran 5 Indikator AksesAkses Pengelolaan
Pengelolaan Sampah
Sampah Medis per
Medis
Provinsiper Provinsi
(Jenis (Jenis
Puskesmas, Puskesmas, Kota-Desa)
Kota-Desa)
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun 2010
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun
2010

Puskesmas Perkotaan (n puskesmas) Puskesmas Perdesaan (n puskesmas)

Pengelolaan Pengelolaan Tidak Ada


Provinsi Pengelolaan Sampah Tidak Ada Pengelolaan Sampah Pengelolaan
Sampah Medis Pengelolaan Sampah Medis Sampah
Medis Dasar Terbatas Sampah Medis Dasar Terbatas Medis
(WM1) (WM2) Medis (WM3) (WM1) (WM2) (WM3)
Aceh
56 31 0 127 130 3
Sumatera Utara 112 82 1 104 243 29
Sumatera Barat
59 27 1 106 77 1
Riau
25 38 1 41 109 2
Jambi
23 27 0 56 84 3
Sumatera Selatan 54 35 0 83 151 5
Bengkulu 17 21 0 40 96 5
Lampung
49 32 0 114 104 0
Kep.Bangka Belitung
20 10 0 21 12 0
Kepulauan Riau
35 11 0 13 21 0
DKI Jakarta 255 58 0 0 0 0
Jawa Barat
475 246 1 188 158 1
Jawa Tengah
343 151 0 253 129 0
DI Yogyakarta
57 14 0 40 10 0
Jawa Timur
326 207 0 245 186 0
Banten 85 59 0 48 41 0
Bali
60 8 0 37 15 0
Nusa Tenggara Barat
31 31 0 44 53 2
Nusa Tenggara Timur 13 21 0 34 283 23
Kalimantan Barat
26 36 3 39 130 7
Kalimantan Tengah 17 28 0 25 120 7
Kalimantan Selatan
48 25 0 81 78 0
Kalimantan Timur 57 26 0 55 40 0
Kalimantan Utara 3 6 0 7 38 1
Sulawesi Utara
24 32 3 26 98 10
Sulawesi Tengah
5 23 2 14 131 21
Sulawesi Selatan
82 50 0 139 178 3
Sulawesi Tenggara
24 16 5 32 178 26
Gorontalo
20 8 0 17 46 2

11

78
Puskesmas Perkotaan (n puskesmas) Puskesmas Perdesaan (n puskesmas)

Pengelolaan Pengelolaan Tidak Ada


Provinsi Pengelolaan Sampah Tidak Ada Pengelolaan Sampah Pengelolaan
Sampah Medis Pengelolaan Sampah Medis Sampah
Medis Dasar Terbatas Sampah Medis Dasar Terbatas Medis
(WM1) (WM2) Medis (WM3) (WM1) (WM2) (WM3)
Sulawesi Barat
6 10 1 15 60 2
Maluku
12 25 0 11 134 17
Maluku Utara
8 9 0 21 87 4
Papua Barat
6 9 0 8 119 15
Papua
6 25 2 13 234 76

INDONESIA 2439 1437 20 2097 3573 265

B.
B.Berdasarkan
BerdasarkanJenis Puskesmas
Jenis Rawat
Puskesmas Inap Inap
Rawat dan Non
danRawat Inap Inap
Non Rawat

Puskesmas Non Rawat Inap (n


Puskesmas Rawat Inap (n puskesmas)
puskesmas)
Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada
Provinsi Pengelolaan Sampah Pengelolaan Pengelolaan Sampah Pengelolaan
Sampah Medis Sampah Sampah Medis Sampah
Medis Dasar Terbatas Medis Medis Dasar Terbatas Medis
(WM1) (WM2) (WM3) (WM1) (WM2) (WM3)
Aceh
82 79 2 101 82 1
Sumatera Utara
63 95 4 153 230 26
Sumatera Barat
71 48 1 94 56 1
Riau
26 78 3 40 69 0
Jambi
37 47 0 42 64 3
Sumatera Selatan 42 69 2 95 117 3
Bengkulu
21 24 1 36 93 4
Lampung
80 62 0 83 74 0
Kep.Bangka Belitung
16 12 0 25 10 0
Kepulauan Riau
26 17 0 22 15 0
DKI Jakarta 4 1 0 251 57 0
Jawa Barat
180 95 0 483 309 2
Jawa Tengah
255 109 0 341 171 0
DI Yogyakarta
37 12 0 60 12 0
Jawa Timur
361 263 0 210 130 0
Banten
46 38 0 87 62 0
Bali
35 7 0 62 16 0
Nusa Tenggara Barat 58 74 2 17 10 0
Nusa Tenggara Timur
20 158 14 27 146 9
Kalimantan Barat
28 88 5 37 78 5

12

79
Puskesmas Non Rawat Inap (n
Puskesmas Rawat Inap (n puskesmas)
puskesmas)
Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada
Provinsi Pengelolaan Sampah Pengelolaan Pengelolaan Sampah Pengelolaan
Sampah Medis Sampah Sampah Medis Sampah
Medis Dasar Terbatas Medis Medis Dasar Terbatas Medis
(WM1) (WM2) (WM3) (WM1) (WM2) (WM3)
Kalimantan Tengah 13 70 3 29 78 4
Kalimantan Selatan 30 26 0 99 77 0
Kalimantan Timur
55 38 0 57 28 0
Kalimantan Utara
0 20 1 10 24 0
Sulawesi Utara
25 65 4 25 65 9
Sulawesi Tengah 12 75 13 7 79 10
Sulawesi Selatan 143 157 2 78 71 1
Sulawesi Tenggara
18 72 6 38 122 25
Gorontalo
13 16 0 24 38 2
Sulawesi Barat
16 46 1 5 24 2
Maluku
3 58 2 20 101 15
Maluku Utara
11 35 0 18 61 4
Papua Barat 6 31 2 8 97 13
Papua
5 91 12 14 168 66

INDONESIA 1838 2176 80 2698 2834 205

13

80
Lampiran 6 Indikator
Lampiran 6 Indikator AksesAkses Pengelolaan
Pengelolaan KebersihanKebersihan
per Provinsi
per Provinsi
(Jenis (Jenis
Puskesmas, Puskesmas, Kota-Desa)
Kota-Desa)
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun 2010
A. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kota-Desa (definisi sesuai Perka BPS no 37 tahun
2010

Puskesmas Perkotaan (n puskesmas) Puskesmas Perdesaan (n puskesmas)

Provinsi Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada


Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan
Kebersihan Terbatas Kebersihan Kebersihan Terbatas Kebersihan
Dasar (C1) (C2) (C3) Dasar (C1) (C2) (C3)
Aceh
34 28 25 104 96 60
Sumatera Utara
101 50 44 95 108 173
Sumatera Barat
60 21 6 109 46 29
Riau
36 18 10 69 48 35
Jambi
32 13 5 60 44 39
Sumatera Selatan
54 25 10 123 68 48
Bengkulu 18 13 7 65 40 36
Lampung
52 19 10 103 65 50
Kep.Bangka Belitung
24 5 1 20 11 2
Kepulauan Riau
25 14 7 12 14 8
DKI Jakarta
107 108 98 0 0 0
Jawa Barat
456 172 94 193 98 56
Jawa Tengah
318 124 52 227 100 55
DI Yogyakarta
57 12 2 42 6 2
Jawa Timur
421 95 17 332 84 15
Banten
91 37 16 44 25 20
Bali 52 12 4 33 13 6
Nusa Tenggara Barat
48 8 6 53 28 18
Nusa Tenggara Timur
14 16 4 110 105 125
Kalimantan Barat
29 26 10 70 46 60
Kalimantan Tengah 25 11 9 42 53 57
Kalimantan Selatan
52 16 5 89 53 17
Kalimantan Timur 38 28 17 22 34 39
Kalimantan Utara
9 0 0 21 14 11
Sulawesi Utara
29 16 14 29 47 58
Sulawesi Tengah 23 6 1 80 55 31
Sulawesi Selatan
103 28 1 209 89 22
Sulawesi Tenggara 20 20 5 82 83 71
Gorontalo
23 3 2 40 18 7
14

81
Puskesmas Perkotaan (n puskesmas) Puskesmas Perdesaan (n puskesmas)

Provinsi Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada


Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan
Kebersihan Terbatas Kebersihan Kebersihan Terbatas Kebersihan
Dasar (C1) (C2) (C3) Dasar (C1) (C2) (C3)
Sulawesi Barat
9 5 3 30 26 21
Maluku
19 11 7 38 60 64
Maluku Utara
12 4 1 33 41 38
Papua Barat 7 3 5 8 32 102
Papua
14 7 12 33 66 224

INDONESIA 2412 974 510 2620 1716 1599

B.Berdasarkan
B. Berdasarkan Jenis
Jenis Puskesmas
Puskesmas Rawat
Rawat InapNon
Inap dan danRawat
Non Rawat
Inap Inap

Puskesmas Non Rawat Inap (n


Puskesmas Rawat Inap (n puskesmas)
puskesmas)
Provinsi Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada
Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan
Kebersihan Terbatas Kebersihan Kebersihan Terbatas Kebersihan
Dasar (C1) (C2) (C3) Dasar (C1) (C2) (C3)
Aceh
73 58 32 65 66 53
Sumatera Utara
58 46 58 138 112 159
Sumatera Barat 66 31 23 103 36 12
Riau
47 33 27 58 33 18
Jambi
47 19 18 45 38 26
Sumatera Selatan
63 32 18 114 61 40
Bengkulu
26 13 7 57 40 36
Lampung
70 42 30 85 42 30
Kep.Bangka Belitung 19 7 2 25 9 1
Kepulauan Riau
19 13 11 18 15 4
DKI Jakarta
4 0 1 103 108 97
Jawa Barat
176 65 34 473 205 116
Jawa Tengah
225 95 44 320 129 63
DI Yogyakarta
43 5 1 56 13 3
Jawa Timur 491 111 22 262 68 10
Banten
51 26 7 84 36 29
Bali
30 7 5 55 18 5
Nusa Tenggara Barat 81 33 20 20 3 4
Nusa Tenggara Timur
64 63 65 60 58 64
Kalimantan Barat
45 39 37 54 33 33
Kalimantan Tengah
23 30 33 44 34 33

15

82
Puskesmas Non Rawat Inap (n
Puskesmas Rawat Inap (n puskesmas)
puskesmas)
Provinsi Pengelolaan Tidak Ada Pengelolaan Tidak Ada
Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan Pengelolaan Kebersihan Pengelolaan
Kebersihan Terbatas Kebersihan Kebersihan Terbatas Kebersihan
Dasar (C1) (C2) (C3) Dasar (C1) (C2) (C3)
Kalimantan Selatan 35 15 6 106 54 16
Kalimantan Timur
32 31 30 28 31 26
Kalimantan Utara 12 6 3 18 8 8
Sulawesi Utara 29 30 35 29 33 37
Sulawesi Tengah
51 37 12 52 24 20
Sulawesi Selatan
208 80 14 104 37 9
Sulawesi Tenggara
33 33 30 69 70 46
Gorontalo 19 8 2 44 13 7
Sulawesi Barat 33 19 11 6 12 13
Maluku
18 25 20 39 46 51
Maluku Utara
10 19 17 35 26 22
Papua Barat
2 9 28 13 26 79
Papua 19 22 67 28 51 169

INDONESIA 2222 1102 770 2810 1588 1339

16

83

Anda mungkin juga menyukai