MANAJEMEN RISIKO
KOMITE MUTU – SUB KOMITE MANAJEMEN RISIKO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
445.1/0063/03.1RS.ERBA/2022 0 1 dari 2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. YUMIDIANSI F., M.Kes
Pembina Utama Muda / IV-C
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Panduan Manajemen Risiko adalah ketentuan dan peraturan
yang disusun oleh Sub Komite Manajemen Risiko dan disahkan
oleh Direktur untuk dipakai sebagai panduan dalam
pelaksanaan manajemen risiko.
2. Sub Komite Manajemen Risiko adalah sub komite yang
dipimpin oleh manajer yang berperan mengintegrasikan semua
upaya pengelolaan risiko di seluruh rumah sakit.
TUJUAN Mengatur standar pengembangan panduan manajemen risiko
termasuk perbaikan kebijakan, panduan, prosedur dan alat bantu
manajemen risiko sesuai perkembangan lingkungan dan
kebutuhan organisasi.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Nomor 445/11222/ RS.ERBA/
2022 tentang Pemberlakuan Pedoman Peningkatan Mutu,
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Melakukan analisis kebutuhan panduan yang terkait dengan
manajemen risiko dan kegiatan bisnis rumah sakit.
2. Menyusun konsep awal panduan yang akan disusun sesuai
peraturan yang berlaku dan dengan visi, misi dan strategi
perusahaan.
3. Mengajukan kepada Direktur untuk approval konsep awal
panduan. Bila disetujui, lanjutkan ke langkah persiapan
penyusunan, apabila tidak disetujui, lakukan revisi konsep awal.
4. Mengumpulkan data dan bahan untuk penyusunan panduan,
baik dari sumber internal maupun eksternal. Dapat pula dalam
bentuk diskusi (brainstorming) dengan bagian terkait.
5. Melakukan penyusunan panduan berdasarkan konsep awal
yang telah disetujui.
6. Melakukan reviu atas draft panduan yang telah disusun.
7. Memverifikasi draft panduan. Bila disetujui, dilanjutkan ke tahap
sosialisasi awal ke bagian terkait lainnya, bila tidak disetujui,
kembalikan untuk dilakukan revisi.
8. Melakukan sosialisasi awal dalam rangka mendapatkan input
untuk mengetahui apakah panduan dapat diterapkan.
9. Memberikan tanggapan sebagai usulan perbaikan atas draft
panduan yang disosialisasikan sehingga implementasinya lebih
lancar.
10. Melakukan revisi draft panduan berdasarkan input dari bagian
terkait. Dalam pelaksanaan revisi, tanggapan tersebut dibahas
PENGEMBANGAN DAN PERUBAHAN PANDUAN
MANAJEMEN RISIKO
KOMITE MUTU – SUB KOMITE MANAJEMEN RISIKO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
445.1/0063/03.1RS.ERBA/2022 0 1 dari 2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL dr. YUMIDIANSI F., M.Kes
Pembina Utama Muda / IV-C
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Self assessment atas risiko pada level proses adalah kegiatan
penaksiran risiko dan pengendalian level proses, yang dilakukan
secara mandiri oleh seluruh Risk Taking Unit.
TUJUAN Memberi panduan kepada Risk Taking Unit untuk melaksanakan
kegiatan self assessment atas risiko dan pengendalian yang ada
pada tiap tahapan proses di Risk Taking Unit.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Nomor 445/11222/ RS.ERBA/
2022 tentang Pemberlakuan Pedoman Peningkatan Mutu,
Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Rumah Sakit
PROSEDUR Kegiatan self-assessment atas risiko pada level proses dilakukan
secara berkala (triwulan) atau sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, untuk memantau perkembangan risiko dan
perubahan tingkat risiko yang teridentifikasi pada tiap tahapan
proses.
1. Manajer Risk Taking Unit (RTU) mengadakan rapat dengan
seluruh anggota RTU dibawahnya untuk membahas persiapan
pelaksanaan self-assessmen atas risiko pada level proses.
2. Jika RTU memerlukan fasilitator dari luar unit kerja, maka dapat
dibuat surat kepada Manajer Sub Komite Manajemen Risiko
untuk fasilitasi self-assessmen atas risiko pada level proses.
3. Jika RTU tidak memerlukan fasilitator dari luar unit kerja, maka
RTU dapat memimpin diskusi kelompok dan menganalisa
proses operasi yang dijalankan unit kerja RTU. Dokumen yang
diperlukan antara lain berupa peta proses.
4. Setiap RTU mengidentifikasi semua issue risiko
(ketidakpastian) pada setiap tahapan proses yang menghambat
pencapaian tujuan KPI Unit Kerja. Untuk itu diperlukan
dokumen KPI Unit Kerja.
5. Setiap RTU membahas masing-masing issue risiko yang
teridentifikasi untuk mencapai keseragaman klasifikasi risiko.
6. Jika belum terdapat konsensus dari seluruh peserta diskusi
kelompok, maka dilakukan klarifikasi issu-issue risiko yang
teridentifikasi.
7. Jika sudah terdapat konsensus dari seluruh peserta diskusi
kelompok, maka RTU mengidentifikasi informasi yang
mendukung bahwa issue risiko memang mungkin terjadi.
8. RTU mengukur tingkat kemungkinan terjadi (likelihood) risiko,
berdasarkan data atau informasi yang tersedia.
9. Selanjutnya RTU menghitung tingkat dampak risiko jika ada
SELF ASSESSMENT LEVEL PROSES