Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN FISKAL DAN RUANG LINGKUPNYA

kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah demi menjaga pemasukan dan
pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bisa bertumbuh baik. Lebih
spesifik lagi, menurut OJK pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan tentang perpajakan,
penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan tujuan ekonomi tertentu.
Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, melalui
Indische Comptabiliteitswet tahun 1944. Undang-undang tersebut kemudian diadaptasi
pemerintah guna menyusun kebijakan fiskal di Indonesia mulai Proklamasi sampai tahun
1997 - 2003.
Pasca tahun 2003 hingga saat ini, kebijakan fiskal di Indonesia sudah tidak disadur lagi dari
ICW 1944, melainkan berdasarkan pada analisa perekonomian negara dengan berlandaskan
pada UUD 1945. Pihak yang memiliki wewenang membuat kebijakan fiskal di Indonesia
adalah Kementerian Keuangan RI bersama-sama dengan Presiden.

Menurut Suparmoko (2003), kebijakan fiskal dalam perkembangannya dapat dibedakan


menjadi empat macam atas dasar berikut.
1. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance)
Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat tidak langsung terhadap
pendapatan nasional, terutama untuk meningkatkan kesempatan kerja (employment).
Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk
meningkatkan penerimaan pemerintah sehingga ketika ada pengangguran, pajak tidak
diperlukan. Pinjaman akan digunakan sebagai alat untuk menekan inflasi melalui
pengurangan dana yang tersedia dalam masyarakat. Apabila pajak ataupun pinjaman
tidak tepat, ditempuhlah pencetakan uang. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah
dan perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah. Walaupun demikian,
ada kekhawatiran bahwa tanpa ada hubungan langsung antara keduanya akan ada
bahayanya karena kemungkinan pengeluaran pemerintah semakin berlebihan.

2. Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach)


Dalam pendekatan ini, hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan
perpajakan selalu dipertahankan. Akan tetapi, penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat
untuk memperkecil ketidakstabilan ekonomi sehingga pada suatu saat dapat terjadi
defisit ataupun surplus. Alvin Hansen menyarankan bahwa pada masa depresi akan
terdapat banyak pengangguran sehingga pengeluaran pemerintah harus ditingkatkan.
Dalam perkembangan pemikiran lebih lanjut, untuk jangka panjang diperlukan
penggunaan anggaran belanja yang seimbang dengan catatan bahwa pada masa depresi
ditempuh anggaran belanja defisit, sedangkan pada masa inflasi ditempuh anggaran
belanja surplus. Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pendekatan ini selalu
berusaha mempertahankan adanya anggaran belanja yang seimbang tanpa defisit
anggaran belanja. Oleh sebab itu, pada masa depresi, penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, serta pajak akan ditingkatkan, tetapi jangan sampai menimbulkan deflasi.
Sebaliknya, pada masa inflasi, pajak akan dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mencegah
timbulnya akibat inflasi yang tidak diinginkan.
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget)
Penyesuaian otomatis dalam penerimaan dan pengeluaran pemerintah terjadi
sedemikian rupa sehingga membawa perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan
pemerintah yang disengaja. Dengan stabilisasi otomatis, pengeluaran pemerintah akan
ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program
dan pajak sehingga menimbulkan surplus pada periode kesempatan kerja penuh. Jika
terdapat kemunduran dalam kegiatan usaha, program pengeluaran pemerintah dan
perpajakan tidak akan diubah. Akan tetapi, penerimaan dari pajak akan menurun,
terutama dari pajak pendapatan. Pada pihak lain jumlah pengeluaran pemerintah akan
meningkat, terutama yang dikaitkan dengan gaji, pensiun, bantuan sosial, dan
sebagainya. Akibatnya, defisit dalam anggaran belanja pemerintah muncul dan kembali
mendorong perkembangan sektor swasta hingga tercapainya kesempatan kerja penuh.
Sebaliknya, pada masa inflasi ada kenaikan dalam penerimaan pemerintah yang berasal
dari pajak pendapatan dan tidak perlu banyak tunjangan pengangguran sehingga akan ada
surplus anggaran belanja. Dengan demikian, peranan built in flexibility dapat
ditingkatkan dengan penambahan pengeluaran pemerintah pada proyek-proyek pekerjaan
umum.

4. Anggaran Belanja Seimbang (Balanced Budget Approach)


Kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan anggaran dalam jangka panjang
dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pada masa
depresi, pengeluaran perlu ditingkatkan yang diikuti dengan peningkatan penerimaan
sehingga tidak akan memperbesar utang negara.

Jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terbagi menjadi beberapa kategori.
Selengkapnya tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

1. Dari Segi Teoretis


Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di Indonesia terbagi 3, yaitu kebijakan fiskal
fungsional, terencana, dan insidental.
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Pengertian kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan yang diambil demi
meningkatkan kualitas ekonomi secara makro, dengan dampak yang baru
terlihat dalam jangka panjang. Contoh kebijakan fiskal fungsional misalnya
pemberian beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan manipulasi anggaran negara.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk menghadapi masalah tertentu,
misalnya pandemi dan krisis ekonomi. Contoh kebijakan fiskal disengaja
adalah alokasi APBN bagi sektor kesehatan di masa pandemi dan relaksasi
pajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu kebijakan berupa penetapan
keputusan/aturan untuk melindung stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah,
contohnya penetapan harga eceran tertinggi.
 

2. Dari Segi Penerapan


Jenis kebijakan fiskal dari segi implementasinya ada 2, yaitu kebijakan fiskal
ekspansif dan kontraktif.
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Pengertian kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan yang diambil
pemerintah saat ekonomi melemah dengan menaikkan anggaran belanja serta
menurunkan atau meniadakan pajak bagi sektor tertentu. Fungsi kebijakan
fiskal ekspansif adalah demi meningkatkan daya beli barang, sehingga
perusahaan tetap bisa melakukan produksi tanpa memecat pekerja.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan berikutnya adalah kebijakan fiskal
kontraktif, kebijakan menurunkan belanja pemerintah dan menaikkan pajak.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah untuk mencegah inflasi dan
mengurangi rasio gini.
 

3. Dari Segi Neraca Pembayaran


Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4, yaitu kebijakan fiskal seimbang,
surplus, defisit, dan dinamis.
a. Kebijakan Fiskal Seimbang
Kebijakan fiskal satu ini diambil untuk menjaga keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran negara. Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah agar negara
tidak punya terlalu banyak hutang. Meski terdengar positif, regulasi fiskal
seimbang memiliki risiko besar, karena tidak semua negara punya kemampuan
memenuhi seluruh kebutuhan warganya.
b. Kebijakan Fiskal Surplus
Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah jenis kebijakan fiskal yang diambil
ketika pemasukan lebih banyak dari pengeluaran. Fungsi kebijakan fiskal
surplus adalah demi mencegah terjadinya inflasi.
c. Kebijakan Fiskal Defisit
Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal surplus, kebijakan fiskal defisit adalah
regulasi fiskal guna mengatasi kekurangan pemasukan dibanding pengeluaran.
Salah satu contoh kebijakan fiskal defisit adalah utang luar negeri.
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi penerapan adalah regulasi fiskal
dinamis, yaitu kebijakan ekonomi yang diambil sewaktu-waktu saat negara
membutuhkan.

TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL


1. Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara
Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas sekaligus
mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan fiskal diharapkan
mampu mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan memperbaiki masalah di
dalamnya, mulai dari sektor korporat, perbankan, hingga usaha mikro.
2. Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM
masyarakat, terutama dari segi teknologi dan perekonomian. Apabila kualitas SDM
meningkat, harapannya SDM tersebut punya kapabilitas bersaing di dunia kerja
nasional dan internasional, sehingga bisa meningkat kesejahteraan hidupnya.
3. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar, mulai dari faktor
positif seperti meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti terjadinya
penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan kebijakan fiskal di Indonesia adalah
demi menjaga harga barang tetap terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari
fluktuasi karena pihak tidak bertanggungjawab.
4. Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan iklim investasi lebih
baik bagi pelaku pasar modal, utamanya investor. Sehingga negara bisa memperoleh
lebih banyak pendapatan dari pajak usaha.

Tujuan umum yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi.
Artinya, tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya
pengangguran yang berarti pada satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum
pada pihak lain. Tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan nasional riil terus meningkat
pada laju yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan tersedianya faktor-faktor
produksi, dengan tetap mempertahankan kestabilan harga-harga umum. Kestabilan
ekonomi tidak berarti kestabilan harga untuk semua sektor perekonomian karena perubahan
harga relatif diperlukan bagi penyesuaian dalam perubahan teknologi, preferensi konsumen,
dan tersedianya faktor produksi agar penggunaan optimum dari semua sumber daya ekonomi
dapat terealisasi. Suparmoko (2003) menyatakan bahwa tujuan kebijakan fiskal adalah untuk
mencegah pengangguran dan stabilitas harga.

Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen kebijakan fiskal adalah sektor-sektor yang dimanfaatkan pemerintah guna menjaga
stabilitas ekonomi makro negara. Lebih detail tentang instrumen kebijakan fiskal di Indonesia
di antaranya:

1. Pajak
Poin pertama instrumen kebijakan fiskal adalah pajak dari seluruh sektor domestik
dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan fiskal, pemerintah dapat
memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan, penundaan, sampai
peniadaan.
2. Pengeluaran Belanja
Instrumen kebijakan fiskal berikutnya adalah pengeluaran belanja negara, yang juga
bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan. Apabila neraca pembayaran negara
defisit, maka pemerintah bisa mengurangi pengeluaran belanjanya di sektor tertentu,
misalnya penundaan pembayaran THR bagi PNS.
3. Obligasi Publik
Instrumen kebijakan fiskal yang ketiga adalah penerbitan obligasi atau surat utang
bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar negeri, obligasi publik memiliki
coupon rate atau bonus komisi saat pemerintah mengembalikan pinjamannya ke
masyarakat.

Alokasi Anggaran
Instrumen kebijakan fiskal terakhir adalah alokasi anggaran. Agar tujuan kebijakan
fiskal dalam periode tertentu berhasil, pemerintah punya wewenang memindahkan
alokasi anggaran dari satu sektor ke sektor lainnya. Misalnya di masa pandemi,
pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk fasilitas kesehatan.

Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia

1. Tax Amnesty
Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama yaitu tax amnesty, pembebasan pajak
berupa pengurangan atau peniadaan dalam kurun waktu tertentu bagi masyarakat yang
mau melaporkan seluruh kekayaannya.
2. Subsidi BBM dan Gas
Contoh kebijakan fiskal yang kedua adalah subsidi BBM dan gas. Tujuan kebijakan
fiskal di bidang bahan bakar ini adalah memperlancar mobilitas dan transaksi
ekonomi masyarakat.
3. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Contoh terakhir kebijakan fiskal adalah penetapan harga jual maksimum untuk barang
tertentu, yang disebut dengan kebijakan HET. Barang dengan HET umumnya adalah
obat-obatan dan sembako.

KEBIJAKAN MONETER DAN RUANG LINGKUPNYA

Kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketidakstabilan ekonomi adalah dengan kebijakan


moneter, yaitu dengan pengetatan jumlah kredit (tight money policy) atau dengan
memperlonggar perkreditan (easy money policy) yang diberikan oleh bank-bank umum. Pada
umumnya, bank sentral berperan dalam memengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara
mengubah tingkat bunga dan deking (legal reserve requirement) atau membeli dan/atau
menjual surat berharga. Pada masa depresi bank sentral menambah jumlah uang beredar
dengan politik pasar terbuka, yaitu dengan membeli obligasi negara, yang selanjutnya dapat
menekan tingkat bunga dan memperbesar deking bank-bank umum sehingga bank-bank
umum dapat memperluas pemberian kreditnya. Dengan demikian, investasi dalam
perekonomian diharapkan meningkat. Apabila perekonomian mengalami inflasi, pengeluaran
investasi dan konsumsi akan dikekang dengan politik pasar terbuka melalui penjualan
obligasi negara sehingga menyerap uang yang beredar dan mengurangi deking bank-bank
umum. Selanjutnya, hal tersebut akan mengurangi penciptaan kredit oleh bank-bank yang
berkaitan dan jumlah uang beredar akan turun. Dengan demikian, kombinasi antara kedua
kebijakan tersebut perlu dan diperlukan tindakan-tindakan langsung untuk menanggulangi
inflasi atau deflasi yang sudah akut, seperti politik harga, pengawasan harga, penjatahan, dan
sebagainya.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.

Jika kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
digunakan untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.

Jenis-jenis Kebijakan Moneter

Dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan tersebut adalah kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif, berikut penjelasannya:

1. Kebijakan Moneter Ekspansif


Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar (easy money
policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam
perekonomian. Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas
pemerintah oleh bank sentral, dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang
aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif


Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian
mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive policy) yang disebut kebijakan
uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang
beredar.

Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi. Tujuan kebijakan
moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi
pemerintah, dan menaikkan persyaratan cadangan untuk bank.

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

1. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara
terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.

2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya
diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan
kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan
pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.

3. Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang
stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang
sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah
sama.

4. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang
yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca
pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya
adalah dengan cara melakukan devaluasi.

5. Menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi


Menjaga stabilitas harga dari banyaknya jumlah uang yang beredar, Meningkatkan
kesempatan kerja, Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran, jika
negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing.

INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas Diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah pada bank-bank umum
yang meminjam uang kepada bank sentral. Ketika bank-bank umum mengalami kondisi yang
mengharuskan mereka untuk meminjam uang ke bank sentral, pemerintah dapat
menggunakan kesempatan ini untuk mengatur jumlah uang yang beredar.

Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah akan
menurunkan tingkat suku bunga pinjaman atau diskonto. Ketika tingkat suku bunga pinjaman
menurun menjadi lebih murah, maka bank-bank umum akan lebih tertarik untuk meminjam
uang ke bank sentral.

Sebaliknya ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah
akan menaikan tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga tersebut akan mengurangi niat
bank-bank umum untuk melakukan pinjaman di bank sentral sehingga pemerintah dapat
menekan laju pertambahan jumlah uang beredar.

2. Operasi Pasar Terbuka

Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter tidak
langsung yang sangat penting karena sifatnya yang sangat fleksibel dibanding dengan
instrumen lain. OPT dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang
beredar dengan menjual (open market selling) atau membeli (open market buying) surat-surat
berharga milik pemerintah.
a. Open Market Selling dilakukan ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan menjual surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah menjual surat-
surat tersebut ke masyarakat, maka uang yang digunakan masyarakat untuk membeli surat
tersebut akan masuk ke otoritas moneter. Akhirnya, uang yang beredar di masyarakat
semakin sedikit.

b. Open Market Buying dilakukan ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang
beredar dengan cara membeli surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah membeli
surat berharga dari masyarakat, maka uang yang beredar di masyarakat akan bertambah.

Di Indonesia, kebijakan moneter berupa OPT dilakukan dengan cara menjual atau membeli
surat-surat berharga yang terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI, Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU) dan Surat Berharga Negara (SBN) yang dibagi menjadi Surat Utang Negara
(SUN) terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk Zero
Coupon Bond (ZCB) dan Obligasi Negara Ritel (ORI), Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) termasuk SBSN Ritel.

Ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
menjual berbagai surat berharga tersebut, sebaliknya ketika pemerintah ingin menambah
jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan membeli kembali berbagai surat-surat
berharga yang telah dijual sebelumnya.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Ketika minimum cadangan wajib tersebut berkurang, maka bank memiliki lebih banyak uang
yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sebaliknya jika pemerintah ingin
mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum
cadangan wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.

Ketika minimum candangan wajib tersebut berkurang, maka bank memiliki lebih banyak
uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sebaliknya jika pemeritnah ingin
mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum
cadangan wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.

4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Instrumen kebijakan moneter berupa imbauan moral dapat dilakukan oleh bank sentral untuk
mengontrol jumlah uang yang beredar melalui berbagai hal. Bank sentral dapat mengimbau
bank-bank umum untuk menurunkan atau menaikan suku bunga pinjamannya.

Bank sentral juga dapat memberikan saran kepada bank-bank tersebut untuk hati-hati dalam
memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat ataupun membatasi keinginannya untuk
meminjam uang kepada bank sentral melalui Fasilitas Diskonto. Selain 4 instrumen tersebut,
Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen kebijakan moneter lainnya seperti:

 Kredit Langsung yaitu Bank Indonesia memberikan kredit secara langsung kepada


sektor, program, proyek, ataupun kegiatan yang sifatnya mendesak dan harus
diprioritaskan. Kredit langsung ini akan menambah jumlah uang yang beredar di
masyarakat karena digunakan untuk membiayai program ataupun kegiatan yang
diprioritaskan.

 Penetapan Uang Muka Impor dimana para importir diwajibkan membayar sejumlah


persentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valuta asing yang mereka
perlukan untuk mengimpor barang dari luar negeri. Dengan ditetapkannya instrumen
ini, pemerintah dapat mengatur jumlah uang yang beredar dari sisi impor dan dapat
mengontrol devisa negara.

 Fasilitas Overdraft (Overdraft Window) dimana Bank Indonesia akan


menyediakan fasilitas pinjaman yang berjangka sangat pendek kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan likuiditas (pencairan) jangka pendek. Suku bunga yang
diterapkan pada fasilitas ini lebih tinggi dibanding sumber pinjaman lain sehingga
dapat mengontrol jumlah uang yang beredar.

 Intervensi Rupiah dimana Bank Indonesia melakukan pinjam meminjam dana secara


langsung di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dalam jangka waktu overnight sampai
dengan 7 hari demi membantu instrumen kegiatan Operasi Pasar Terbuka.

 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah instrumen yang pada awalnya


dibuat oleh Bank Indonesia sebagai fasilitas untuk bank-bank syariah, namun tidak
menutup kemungkinan SWBI ini digunakan untuk membantu Operasi Pasar Terbuka.
Pelaksanaan SWBI tidak dilakukan secara lelang melainkan membuka window
sehingga memiliki kemiripan dengan fasilitas simpanan bank sentral. Selanjutnya,
bank akan meningkatkan suku bunga yang mereka tetapkan kepada pelanggan
mereka. Dengan demikian, biaya pinjaman dalam perekonomian akan meningkat, dan
jumlah uang beredar akan berkurang.

Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia


Beberapa contoh monetary policy yang telah diterapkan di Indonesia, adalah sebagai berikut:
Bank Indonesia (BI ) melakukan lelang sertifikatnya, atau bisa juga melalui pembelian surat
berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan suku bunga jika kondisi ekonomi sesuai
dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI bisa menaikkan suku bunga bila ingin membatasi aktivitas
ekonomi sehingga aliran uang berkurang.
Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter

Perbedaan kebijakan fiskal dan moneter yang pertama adalah dari segi pengambilan
keputusan. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diputuskan dan dikelola Kementerian
Keuangan, sedangkan wewenang kebijakan moneter sepenuhnya ada pada Bank Indonesia.

Selanjutnya, perbedaan kebijakan fiskal dan moneter adalah dari segi tujuan. Kebijakan
moneter bertujuan menjaga jumlah uang beredar di masyarakat. Sementara itu, tujuan
kebijakan fiskal adalah mengelola dan menjaga kesejahteraan sektor-sektor pelaku perputaran
uang, mulai dari konsumen, pekerja, sampai pelaku usaha.

References
Ahmad. (-, - -). Kebijakan Moneter: Pengertian, Jenis, Tujuan dan Instrumennya. Retrieved from
gramedia.com: https://www.gramedia.com/literasi/kebijakan-moneter/

Dr. Anggara Sahya, M. (2016). ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA. Bandung: CV Pustaka Setia.

Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen, & Contohnya. (2021, 08 -). Retrieved from
ocbcnisp.com: https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebijakan-fiskal-adalah

Anda mungkin juga menyukai