kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah demi menjaga pemasukan dan
pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bisa bertumbuh baik. Lebih
spesifik lagi, menurut OJK pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan tentang perpajakan,
penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan tujuan ekonomi tertentu.
Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, melalui
Indische Comptabiliteitswet tahun 1944. Undang-undang tersebut kemudian diadaptasi
pemerintah guna menyusun kebijakan fiskal di Indonesia mulai Proklamasi sampai tahun
1997 - 2003.
Pasca tahun 2003 hingga saat ini, kebijakan fiskal di Indonesia sudah tidak disadur lagi dari
ICW 1944, melainkan berdasarkan pada analisa perekonomian negara dengan berlandaskan
pada UUD 1945. Pihak yang memiliki wewenang membuat kebijakan fiskal di Indonesia
adalah Kementerian Keuangan RI bersama-sama dengan Presiden.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang terbagi menjadi beberapa kategori.
Selengkapnya tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:
Tujuan umum yang ingin dicapai oleh kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi.
Artinya, tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya
pengangguran yang berarti pada satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum
pada pihak lain. Tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan nasional riil terus meningkat
pada laju yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan tersedianya faktor-faktor
produksi, dengan tetap mempertahankan kestabilan harga-harga umum. Kestabilan
ekonomi tidak berarti kestabilan harga untuk semua sektor perekonomian karena perubahan
harga relatif diperlukan bagi penyesuaian dalam perubahan teknologi, preferensi konsumen,
dan tersedianya faktor produksi agar penggunaan optimum dari semua sumber daya ekonomi
dapat terealisasi. Suparmoko (2003) menyatakan bahwa tujuan kebijakan fiskal adalah untuk
mencegah pengangguran dan stabilitas harga.
Instrumen kebijakan fiskal adalah sektor-sektor yang dimanfaatkan pemerintah guna menjaga
stabilitas ekonomi makro negara. Lebih detail tentang instrumen kebijakan fiskal di Indonesia
di antaranya:
1. Pajak
Poin pertama instrumen kebijakan fiskal adalah pajak dari seluruh sektor domestik
dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan fiskal, pemerintah dapat
memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan, penundaan, sampai
peniadaan.
2. Pengeluaran Belanja
Instrumen kebijakan fiskal berikutnya adalah pengeluaran belanja negara, yang juga
bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan. Apabila neraca pembayaran negara
defisit, maka pemerintah bisa mengurangi pengeluaran belanjanya di sektor tertentu,
misalnya penundaan pembayaran THR bagi PNS.
3. Obligasi Publik
Instrumen kebijakan fiskal yang ketiga adalah penerbitan obligasi atau surat utang
bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar negeri, obligasi publik memiliki
coupon rate atau bonus komisi saat pemerintah mengembalikan pinjamannya ke
masyarakat.
Alokasi Anggaran
Instrumen kebijakan fiskal terakhir adalah alokasi anggaran. Agar tujuan kebijakan
fiskal dalam periode tertentu berhasil, pemerintah punya wewenang memindahkan
alokasi anggaran dari satu sektor ke sektor lainnya. Misalnya di masa pandemi,
pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk fasilitas kesehatan.
1. Tax Amnesty
Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama yaitu tax amnesty, pembebasan pajak
berupa pengurangan atau peniadaan dalam kurun waktu tertentu bagi masyarakat yang
mau melaporkan seluruh kekayaannya.
2. Subsidi BBM dan Gas
Contoh kebijakan fiskal yang kedua adalah subsidi BBM dan gas. Tujuan kebijakan
fiskal di bidang bahan bakar ini adalah memperlancar mobilitas dan transaksi
ekonomi masyarakat.
3. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Contoh terakhir kebijakan fiskal adalah penetapan harga jual maksimum untuk barang
tertentu, yang disebut dengan kebijakan HET. Barang dengan HET umumnya adalah
obat-obatan dan sembako.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.
Jika kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
digunakan untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.
Dua jenis kebijakan moneter yang dapat diambil sebagai langkah untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan tersebut adalah kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif, berikut penjelasannya:
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi. Tujuan kebijakan
moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi
pemerintah, dan menaikkan persyaratan cadangan untuk bank.
1. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara
terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya
diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan
kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan
pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3. Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang
stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang
sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah
sama.
Fasilitas Diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah pada bank-bank umum
yang meminjam uang kepada bank sentral. Ketika bank-bank umum mengalami kondisi yang
mengharuskan mereka untuk meminjam uang ke bank sentral, pemerintah dapat
menggunakan kesempatan ini untuk mengatur jumlah uang yang beredar.
Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah akan
menurunkan tingkat suku bunga pinjaman atau diskonto. Ketika tingkat suku bunga pinjaman
menurun menjadi lebih murah, maka bank-bank umum akan lebih tertarik untuk meminjam
uang ke bank sentral.
Sebaliknya ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah
akan menaikan tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga tersebut akan mengurangi niat
bank-bank umum untuk melakukan pinjaman di bank sentral sehingga pemerintah dapat
menekan laju pertambahan jumlah uang beredar.
Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter tidak
langsung yang sangat penting karena sifatnya yang sangat fleksibel dibanding dengan
instrumen lain. OPT dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang
beredar dengan menjual (open market selling) atau membeli (open market buying) surat-surat
berharga milik pemerintah.
a. Open Market Selling dilakukan ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan menjual surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah menjual surat-
surat tersebut ke masyarakat, maka uang yang digunakan masyarakat untuk membeli surat
tersebut akan masuk ke otoritas moneter. Akhirnya, uang yang beredar di masyarakat
semakin sedikit.
b. Open Market Buying dilakukan ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang
beredar dengan cara membeli surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah membeli
surat berharga dari masyarakat, maka uang yang beredar di masyarakat akan bertambah.
Di Indonesia, kebijakan moneter berupa OPT dilakukan dengan cara menjual atau membeli
surat-surat berharga yang terdiri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI, Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU) dan Surat Berharga Negara (SBN) yang dibagi menjadi Surat Utang Negara
(SUN) terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk Zero
Coupon Bond (ZCB) dan Obligasi Negara Ritel (ORI), Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) termasuk SBSN Ritel.
Ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
menjual berbagai surat berharga tersebut, sebaliknya ketika pemerintah ingin menambah
jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan membeli kembali berbagai surat-surat
berharga yang telah dijual sebelumnya.
Ketika minimum cadangan wajib tersebut berkurang, maka bank memiliki lebih banyak uang
yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sebaliknya jika pemerintah ingin
mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum
cadangan wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.
Ketika minimum candangan wajib tersebut berkurang, maka bank memiliki lebih banyak
uang yang dapat diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sebaliknya jika pemeritnah ingin
mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum
cadangan wajib bank sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.
Instrumen kebijakan moneter berupa imbauan moral dapat dilakukan oleh bank sentral untuk
mengontrol jumlah uang yang beredar melalui berbagai hal. Bank sentral dapat mengimbau
bank-bank umum untuk menurunkan atau menaikan suku bunga pinjamannya.
Bank sentral juga dapat memberikan saran kepada bank-bank tersebut untuk hati-hati dalam
memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat ataupun membatasi keinginannya untuk
meminjam uang kepada bank sentral melalui Fasilitas Diskonto. Selain 4 instrumen tersebut,
Bank Indonesia memiliki beberapa instrumen kebijakan moneter lainnya seperti:
Perbedaan kebijakan fiskal dan moneter yang pertama adalah dari segi pengambilan
keputusan. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diputuskan dan dikelola Kementerian
Keuangan, sedangkan wewenang kebijakan moneter sepenuhnya ada pada Bank Indonesia.
Selanjutnya, perbedaan kebijakan fiskal dan moneter adalah dari segi tujuan. Kebijakan
moneter bertujuan menjaga jumlah uang beredar di masyarakat. Sementara itu, tujuan
kebijakan fiskal adalah mengelola dan menjaga kesejahteraan sektor-sektor pelaku perputaran
uang, mulai dari konsumen, pekerja, sampai pelaku usaha.
References
Ahmad. (-, - -). Kebijakan Moneter: Pengertian, Jenis, Tujuan dan Instrumennya. Retrieved from
gramedia.com: https://www.gramedia.com/literasi/kebijakan-moneter/
Dr. Anggara Sahya, M. (2016). ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA. Bandung: CV Pustaka Setia.
Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Instrumen, & Contohnya. (2021, 08 -). Retrieved from
ocbcnisp.com: https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebijakan-fiskal-adalah