MataPelajaran :Ekonomi
GuruPengampu :Al–WahfiSuhadaSipahutar,S.Pd
Disusun Oleh :
Kelas : XI IPS 2
Hal ini dicapai dengan mendorong produksi masyarakat atas barang dan jasa dengan
cara memperbesar pengeluaran ataupun meningkatkan transfer pemerintah.
Tugas ini dipenuhi lewat cara melakukan proyek pembangunan negara sehingga
pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja baru guna mengurangi pengangguran.
6. Menyejahterakan masyarakat
Pajak
Poin pertama instrumen kebijakan fiskal adalah pajak dari seluruh sektor domestik
dan luar negeri. Demi mencapai tujuan kebijakan fiskal, pemerintah dapat
memanipulasi pajak dalam bentuk pengurangan, penambahan, penundaan, sampai
peniadaan.
Pengeluaran Belanja
Instrumen kebijakan fiskal berikutnya adalah pengeluaran belanja negara, yang juga
bisa dikurangi atau ditambah sesuai kebutuhan. Apabila neraca pembayaran negara
defisit, maka pemerintah bisa mengurangi pengeluaran belanjanya di sektor tertentu,
misalnya penundaan pembayaran THR bagi PNS.
Obligasi Publik
Instrumen kebijakan fiskal yang ketiga adalah penerbitan obligasi atau surat utang
bagi warga negara. Berbeda dengan utang luar negeri, obligasi publik memiliki
coupon rate atau bonus komisi saat pemerintah mengembalikan pinjamannya ke
masyarakat.
Instrumen kebijakan fiskal terakhir adalah alokasi anggaran. Agar tujuan kebijakan
fiskal dalam periode tertentu berhasil, pemerintah punya wewenang memindahkan
alokasi anggaran dari satu sektor ke sektor lainnya. Misalnya di masa pandemi,
pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk fasilitas kesehatan.
SUMBER REFERENSI
https://www.rumah.com/panduan-properti/kebijakan-fiskal-74814
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/kebijakan-fiskal-jenis-peranan-instrumen-
dan-fungsi-1795/
https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/kebijakan-fiskal-jenis-fungsi-dan-
instrumennya/
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/pertumbuhan-
ekonomi-Indonesia
E. Study kebijakan fiskal
Lebih lanjut, Wamenkeu juga mengatakan kebijakan fiskal Indonesia dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber,
namun secara bersamaan APBN juga harus diperkuat dari sisi ketahanan fiskalnya
untuk dapat menghadapi peningkatan resiko ketidakpastian perekonomian gobal.
“Kenapa APBN perlu kita kuatkan ketahanan fiskal nya? Supaya APBN itu siap-siap
lagi menjadi buffer untuk antisipasi uncertainty kedepan. Sehingga APBN harus terus
sehat meskipun akan tetap menjadi shock absorber dari ekonomi kita,” ujarnya.
Di sisi lain, Wamenkeu menyebutkan satu pembelajaran yang dapat di ambil selama
kondisi pandemi menuju endemi kedepan, yaitu berupa transformasi digital yang
sangat cepat. Hal ini merupakan modal awal yang sangat baik bagi Indonesia
dalam menghadapi revolusi industri 4.0, terutama pada sektor-sektor yang akan
didukung oleh digitalisasi.
"Alat digital kita itu menjadi bagian dari way of life kita kedepan, ini menjadi sangat
baik karena menjadi platform dari pertumbuhan ekonomi kita ke depan," ujar
Wamenkeu.