Upaya Penanggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen
Upaya Penanggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen
Disusun Oleh :
Pati, 2022
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala UPT Puskesmas Kayen Tim Pengembangan Profesi
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is an upper or lower respiratory tract disease, usually
contagious, that can cause a wide spectrum of diseases ranging from asymptomatic illness or mild
infection to severe and deadly disease, depending on the causative pathogen, environmental
factors and factors host. ARI is defined as an acute respiratory disease caused by an infectious
agent that is transmitted from person to person. The onset of symptoms is usually rapid, lasting a
few hours to several days. Symptoms include fever, cough and often sore throat, coryza (runny
nose), shortness of breath, wheezing, or difficulty breathing. Pathogenic bacteria that cause ARI
are rhinovirus, respiratory syncytial virus, para influenza virus, severe acute respiratory
syndrome associated corona virus (SARS-CoV) and Influenza virus.
Prevention and control of ARI at home, each family member must implement the following
recommendations: limit contact with sick people, shared rooms must be well ventilated,
environmental cleaning is very important to prevent indirect transmission (wearing PPE should be
followed if a family member shows symptoms of ARI includes fever, cough, sore throat, and
shortness of breath), for close care a person who is sick must cover his mouth / nose with his hand
or other object (mask) at the same time for the caring family must also wear a surgical mask or
the best protective equipment available to prevent respiratory droplets when in close contact with
sick people and objects used to cover the mouth / nose should be cleaned or disposed of in a safe
place.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan Judul Upaya Penanggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memenuhi sebagian persyaratan penilaian angka kredit perawat ahli
di Kabupaten Pati.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang sangat membantu
penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. dr Indri Kurnia Sari, selaku Kepala UPT Puskesmas Kayen Kabupaten
Pati.
2. Erlin Suryani, S. Kep Ners, selaku Ketua Tim Penilai Angka Kredit
Perawat di Kabupaten Pati.
3. Kusmiati, S.Kep,Ners. Tim Pengembangan Profesi
4. Seluruh karyawan UPT Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.
5. Suami, anak – anak, orang tua dan seluruh keluarga yang telah
memberikan doa dan dukunganya selama ini kepada penulis baik secara
moril maupun materil sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
6. Sahabat serta rekan-rekan sejawat perawat tercinta yang tak henti
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Pati, 2022
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penanggulangan Kasus ISPA ................................................................... 14
B. UPAYA PENANGGULANGAN Pencegahan ISPA ............................... 16
C. Pelaporan Penderita dan Pelaporan Kegiatan ........................................... 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan
yang dapat berlangsung sampai 14 hari.Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.Infeksi saluran pernafasan akut merupakan
kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih
jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus yang meliputi virus influensa, virus pra-influensa dan virus campak.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insidens penyakit ISPA menurut kelompok umur tejadi pada
balita diperkirakan 0,29 per anak per tahun di negara berkembang dan 0,05 per
anak per tahun di negara maju. Insiden ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta di
dunia per tahun dimana 151 juta (96,7%) terjadi di negara berkembang(Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2016).
ISPA bisa terjadi bervariasi menurut beberapa faktor yaitu karena penyebaran
dan dampak penyakit berkaitan dengan kondisi lingkungan (misalnya, polutan
udara, kepadatan anggota keluarga), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur),
ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi, faktor pejamu, kebiasaan merokok, kemampuan
pejamu menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum dan
karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi (misalnya,
gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum)
(Unicef/WHO 2006, WPD 2011).
1
Faktor risiko penyakit ISPA yang lain dan paling banyak terjadi adalah gizi
buruk. Malnutrisi memiliki sinergitas terhadap penyakit infeksi. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya dan tingginya
kehilangan zat gizi esensial tubuh. Malnutrisi walaupun ringan berpengaruh
terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua duanya bekerja sinergistik
malnutrisi denan infeksi memberikan dampak yang besar terhadap keparahan suatu
penyakit (Pudjiadi, 2009). Dalam rangka memahami lebih jauh mengenai ISPA
maka makalah ini akan menjabarkan yang berkaitan dengan ISPA.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ISPA
2. Apa klasifikasi ISPA
3. Bagaimana tanda bahaya ISPA
4. Apa faktor penyebab ISPA
5. Bagaimana upaya pencegahan ISPA
6. Bagaimana cara pengobatan ISPA
7. Bagaimana kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen
8. Bagaimana penanganan kasus ISPA
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ISPA
2. Untuk mengetahui klasifikasi ISPA
3. Untuk mengetahui tanda bahaya penyakit ISPA
4. Untuk mengetahui faktor penyebab ISPA
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan ISPA
6. Untuk mengetahui cara pengobatan ISPA
7. Untuk mengetahui kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen
8. Untuk mengetahui penanganan kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
B. Klasifikasi ISPA
Menurut Widoyono (2012) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan dan merupakan fator risiko
kematian bayi dan sering menempati urutan pertama di dalam angka kesakitan
pada balita. Penanganan dini dilakukan pada balita ISPA dapat menurunkan
kematian balita. ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan.Klasifikasi ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat:
1. Bukan pneumonia
ISPA bukan pneumonia mencakup kelompok pasien balita dengan
batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
adanya tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam. Contohnya
commond cold, faringitis, tonsilitis dan otitis.
2. Pneumonia
Penumonia didasarkan adanya batuk dan atau kesukaran bernafas,
diagnosis gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat anak usia
dua bulan sampai 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak umur 1<
5 tahun adalah 40 kali per menit.
3. Pneumonia berat
Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai dengan sesak nafas dan tarikan dinding bagian bawah ke
arah dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai < 5 tahun.
Untuk anak usia lebih dari 2 bulan ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu
frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau adanya
tarikan yang kuar dari dinding pada bagian bawah ke arah dalam (severe
chest indrawing) (Widoyono, 2012)
C. Tanda Bahaya ISPA
4
Penentuan tanda bahaya bila terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini
yaitu : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk, demam
atau dingin ( khusus untuk bayi umur < 2 bulan ).
Tandabahaya penyakit ISPA sebagai berikut :
1. Tanpa nafas cepat, bukan ISPA
2. Dengan nafas cepat saja : ISPA
3. Ada tanda bahaya : ISPA berat
Penentuan nafas cepat bila anak umur < 2 bulan : 60 kali per menit atau
lebih. Umur 2 bulan sampai 1 tahun : 50 kali per menit atau lebih. Umur 1 tahun
sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih (Widoyono, 2012).
5
Menurut Unicef/WHO dan WPD (2011) penyebab terjadinya ISPA yaitu
bakteri Streptococcus pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab paling
umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh
bakteri. Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA
adalah virus, atau infeksi gabungan virus-bakteri. Terjadinya ISPA bervariasi
menurut penyebabnya yaitu :
1. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan kondisi lingkungan
(misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga), kelembaban,
kebersihan, musim, temperatur);
2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan
infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi)
3. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu
menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum
dan n karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum).
6
2. Ruang bersama (WC, dapur, kamar mandi, dll.) harus berventilasi baik
(misalnya, ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela).
3. Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak
langsung, terutama di ruang bersama.
4. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang
yang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau
benda lain (misalnya, tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau
masker bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan
masker bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet
pernapasan saat berdekatan dengan orang yang sakit.
5. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau
dibuang ke tempat yang aman.
6. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan
tangan segera setelah kontak.
7. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan
air atau antiseptic berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu,
tertelan, bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik
berbasis alkohol dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
8. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat
orang yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk
influenza musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita
penyakit jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit
darah (misalnya, anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun
atau anakanak berusia <2 tahun.
9. Kemungkinan pajanan terhadap orang sakit atau benda terkontaminasi
lainnya harus dihindari, misalnya menggunakan bersama sikat gigi, rokok,
perlengkapan makan, minuman, handuk, lap pembersih badan, atau linen
tempat tidur.
7
10. Menjaga kebersihan lingkungan, memakai APD harus diikuti bila salah
satu anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputi demam, batuk,
nyeri tenggorokan, dan sesak napas.
11. Orang yang merawat anggota keluarga yang menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus membatasi kontak mereka dengan orang
lain dan harus mengikuti kebijakan nasional/lokal mengenai rekomendasi
karantina di rumah.
8
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
9
BAB III
KASUS ISPA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAYEN
A. Gambaran umum
Puskesmas Kayen merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di wilayah
Kecamatan Kayen, Puskesmas Kayen terletak di Desa Kayen Kecamatan Kayen
yang berjarak 17 km dari Kota Pati kearah selatan. Kecamatan Kayen
mempunyai luas wilayah 9.603 Ha yang terdiri dari 4.937 Ha lahan sawah,
2.963 Ha lahan bukan sawah dan 1.698 Ha lahan bukan pertanian.
Wilayah kerja Puskesmas Kayen terdiri dari 17 desa, 79 dukuh, 70 RW dan
434 RT yaitu : Desa Jimbaran, Durensawit, Slungkep, Beketel, Purwokerto,
Sumbersari, Brati, Jatiroto, Kayen, Trimulyo, Srikaton, Pasuruhan, Pesagi,
Rogomulyo, Talun, Boloagung, dan Sundoluhur. Batas-batas wilayah meliputi :
- Sebelah utara : Dibatasi Kecamatan Gabus
- Sebelah Timur : Dibatasi Kecamatan Tambakromo
- Sebelah Selatan : Dibatasi Kabupaten Grobogan
- Sebelah Barat : Dibatasi Kecamatan Sukolilo
B. Keadaan penduduk
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain :
Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, presentase penduduk produktif, angka
kelahiran dan tingkat fertilitas.
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan dan juga
merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan
kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
10
Gambar 3.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen
11
Sumber : Badan Pusar Statistik Kabupaten Pati
3. Sex ratio
Sex ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan kali 100 persen di suatu daerah
tertentu. Berdasarkan perhitungan dari data statistik Kecamatan Kayen
tahun 2021, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 35.190 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 38.420 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut
didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 91,59 % dimana laki-laki lebih
sedikit dibanding perempuan.
4. Komposisi penduduk menurut kelompok umur
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dengan jumlah terbesar ada pada
usia 15-19 tahun sebanyak 6.435 jiwa. Jumlah terkecil pada usia 75+ tahun
sebanyak 1.625 jiwa.
C. Keadaan sosial
Data dari dinas pendidikan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa
Kecamatan Kayen terdapat 25 Taman Kanak-kanak, 38 Sekolah Dasar, 8
Sekolah Menengah Pertama (3 Negeri dan 5 Swasta), 5 Sekolah Menengah
Umum (2 Negeri dan 4 Swasta), dan 2 Sekolah Menengah Kejuruan (2 Swasta).
Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Kecamatan Kayen pada tahun
2021 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, terdapat 1 RS, 2
Klinik, 1 Puskesmas, 3 Puskesmas Pembantu, 2 Puskesmas Keliling, 9 Pos
Kesehatan Desa, 8 Polindes, 68 Posyandu, 6 Apotek, 4 Toko Obat, 1
Laboratorium, 3 Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 19 Paramedis, dan 35 Bidan
Desa.
Sedangkan untuk sarana peribadatan menurut jenisnya di Kecamatan Kayen
tahun 2021 terdapat 69 masjid, 2 gereja kristen, dan 380 mushola.
12
D. Angka kesakitan ISPA
Penyakit ISPA di wilayah Puskesmas Kayen tahun 2021 pada kunjungan
rawat jalan tercatat Bulan Januari s/d Desember penyakit acut noshoparing pada
balita kunjungan 486 (urutan pertama dalam rangking kunjungan rawat jalan).
Balita yang kambuh dan melakukan pemeriksaan ulang di Puskesmas Kayen
sebanyak 206 balita (57%).
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
3. Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak
langsung, terutama di ruang bersama.
4. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang yang
sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda lain
(misalnya, tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau masker bedah).
Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker bedah atau
alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan saat
berdekatan dengan orang yang sakit.
5. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau
dibuang ke tempat yang aman.
6. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan
tangan segera setelah kontak.
7. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan
air atau antiseptic berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu, tertelan,
bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik berbasis alkohol
dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
8. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat orang
yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk influenza
musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita penyakit
jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit darah
(misalnya, anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun atau
anakanak berusia <2 tahun.
9. Kemungkinan pajanan terhadap orang sakit atau benda terkontaminasi lainnya
harus dihindari, misalnya menggunakan bersama sikat gigi, rokok, perlengkapan
makan, minuman, handuk, lap pembersih badan, atau linen tempat tidur.
10. Menjaga kebersihan lingkungan, memakai APD harus diikuti bila salah satu
anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputi demam, batuk, nyeri
enggorok, dan sesak napas.
11. Orang yang merawat anggota keluarga yang menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus membatasi kontak mereka dengan orang lain
15
dan harus mengikuti kebijakan nasional/lokal mengenai rekomendasi karantina
di rumah
16
1) Puskesmas -> Kabupaten/ Kota (selambat-lambatnya tanggal 5 tiap
bulan)
2) Kabupaten/ Kota -> Provinsi (selambat-lambatnya tanggal 10 tiap
bulan)
3) Provinsi -> Pusat (selambat-lambatnya tanggal 15 tiap bulan)
e. Pengolahan data dan analisis
f. Pemantauan cakupan penemuan ISPA tiap TKT
g. Penyakit data (grafik) dan umpan balik
2. Pencatatan
a. Kartu pasien
1) Format MTBS
2) Format stempel klasifikasi
3) Lembar format klasifikasi
b. Buku register P2 ISPA Puskesmas
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut yang
disebabkan oleh agen infeksius (rhinovirus, respiratory syncytial virus, para
ininfluenza enza virus, SARS-CoV dan virus Influenza) yang ditularkan dari
manusia ke manusia. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan vaksinasi, tidak
kontak dengan orang sakit, hindari menyentuh wajah, menggunakan sapu tangan
yang bersih, dan menjaga kebersihan lingkungan. Pengobatan ISPA dapat
dilakukan dengan membawa penderita ke Puskesmas atau berobat ke pelayanan
Kesehatan / praktek swasta.
B. Saran
1. Orang tua balita diharapkan upaya pencegahan ISPA dengan memberikan
makanan bergizi dan berperilaku hidup besih dan sehat.
2. Puskesmas diharapkan selalu memberikan penyuluhan kepada orang tua
balita untuk melakukan upaya pencegahan ISPA dengan memberikan
makanan bergizi dan berperilaku hidup besih dan sehat.
3. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga pasien untuk rutin memeriksakan
kesehatan anaknya dan meminum obatnya sampai habis sesuai dengan
anjuran Dokter.
18
DAFTAR PUSTAKA
19