Anda di halaman 1dari 26

UPAYA PENANGGULANGAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT


(ISPA)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYEN

Disusun Oleh :

Nama : Kaelah, S.Kep, Ners


NIP : 197907092007012007
Pangkat/Gol : Penata / III c

UPT PUSKESMAS KAYEN


DINAS KESEHATAN KAB. PATI
TAHUN 2022
PENGESAHAN

Judul Makalah : Upaya penanggulangan infeksi saluran pernafasan


akut (ISPA) di wilayah kerja Puskesmas Kayen

Nama Penulis : Kaelah, S.Kep, Ners


NIP : 197907092007012007

Pati, 2022

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala UPT Puskesmas Kayen Tim Pengembangan Profesi

dr Indri Kurnia Sari Irkham, S.Kep,Ns.


NIP. 19780428 200801 2 015 NIP.107312051994031001

iii
ABSTRAK

   Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran


pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan sebagai
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia.Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan
bernapas. Bakteri patogen yang menyebabkan ISPA adalah rhinovirus, respiratory
syncytial virus, para ininfluenza enza virus, severe acute respiratory syndrome
associated corona virus (SARS-CoV) dan virus Influenza.
Pencegahan dan pengendalian ISPA di rumah, setiap anggota keluarga harus
melaksanakan rekomendasi berikut : membatasi kontak dengan orang yang sakit,
ruang bersama harus berventilasi baik,pembersihan lingkungan sangat penting
untuk mencegah penularan tak langsung (memakai APD harus diikuti bila salah
satu anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputi demam, batuk, nyeri
tenggorokan, dan sesak napas), bila perawatan jarak dekat pada orang yang sakit
harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda lain (masker)sekaligus
bagi keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker bedah atau alat
pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan saat berdekatan
dengan orang yang sakit dan benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung
harus dibersihkan atau dibuang ke tempat yang aman.

Kata kunci :Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), gejala, Penanggulangan.

iv
ABSTRACT

Acute Respiratory Infection (ARI) is an upper or lower respiratory tract disease, usually
contagious, that can cause a wide spectrum of diseases ranging from asymptomatic illness or mild
infection to severe and deadly disease, depending on the causative pathogen, environmental
factors and factors host. ARI is defined as an acute respiratory disease caused by an infectious
agent that is transmitted from person to person. The onset of symptoms is usually rapid, lasting a
few hours to several days. Symptoms include fever, cough and often sore throat, coryza (runny
nose), shortness of breath, wheezing, or difficulty breathing. Pathogenic bacteria that cause ARI
are rhinovirus, respiratory syncytial virus, para influenza virus, severe acute respiratory
syndrome associated corona virus (SARS-CoV) and Influenza virus.
Prevention and control of ARI at home, each family member must implement the following
recommendations: limit contact with sick people, shared rooms must be well ventilated,
environmental cleaning is very important to prevent indirect transmission (wearing PPE should be
followed if a family member shows symptoms of ARI includes fever, cough, sore throat, and
shortness of breath), for close care a person who is sick must cover his mouth / nose with his hand
or other object (mask) at the same time for the caring family must also wear a surgical mask or
the best protective equipment available to prevent respiratory droplets when in close contact with
sick people and objects used to cover the mouth / nose should be cleaned or disposed of in a safe
place.

Key words: Acute Respiratory Infection (ARI), symptoms, Contramedidas.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan Judul Upaya Penanggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memenuhi sebagian persyaratan penilaian angka kredit perawat ahli
di Kabupaten Pati.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang sangat membantu
penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. dr Indri Kurnia Sari, selaku Kepala UPT Puskesmas Kayen Kabupaten
Pati.
2. Erlin Suryani, S. Kep Ners, selaku Ketua Tim Penilai Angka Kredit
Perawat di Kabupaten Pati.
3. Kusmiati, S.Kep,Ners. Tim Pengembangan Profesi
4. Seluruh karyawan UPT Puskesmas Kayen Kabupaten Pati.
5. Suami, anak – anak, orang tua dan seluruh keluarga yang telah
memberikan doa dan dukunganya selama ini kepada penulis baik secara
moril maupun materil sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
6. Sahabat serta rekan-rekan sejawat perawat tercinta yang tak henti
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Pati,  2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Lembar Pengesahan .............................................................................................. ii
Abstrak ................................................................................................................. iii
Abstract ................................................................................................... ............... iv
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar isi ............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ISPA........................................................................................ 3
B. Klasifikasi ISPA …… .............................................................................. 4
C. Tanda bahaya ISPA .................................................................................. 5
D. Faktor penyebab ISPA .............................................................................. 5
E. Upaya pencegahan ISPA .......................................................................... 6
F. Cara Pengobatan ISPA ............................................................................. 8
BAB III KASUS ISPA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
KAYEN
A. Gambaran umum ...................................................................................... 10
B. Keadaan Penduduk ................................................................................... 10
C. Keadaan Sosial ......................................................................................... 12
D. Angka Kesakitan ISPA ............................................................................. 13

BAB IV PEMBAHASAN
A. Penanggulangan Kasus ISPA ................................................................... 14
B. UPAYA PENANGGULANGAN Pencegahan ISPA ............................... 16
C. Pelaporan Penderita dan Pelaporan Kegiatan ........................................... 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan
yang dapat berlangsung sampai 14 hari.Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.Infeksi saluran pernafasan akut merupakan
kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih
jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus yang meliputi virus influensa, virus pra-influensa dan virus campak.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insidens penyakit ISPA menurut kelompok umur tejadi pada
balita diperkirakan 0,29 per anak per tahun di negara berkembang dan 0,05 per
anak per tahun di negara maju. Insiden ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta di
dunia per tahun dimana 151 juta (96,7%) terjadi di negara berkembang(Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2016).
ISPA bisa terjadi bervariasi menurut beberapa faktor yaitu karena penyebaran
dan dampak penyakit berkaitan dengan kondisi lingkungan (misalnya, polutan
udara, kepadatan anggota keluarga), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur),
ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi, faktor pejamu, kebiasaan merokok, kemampuan
pejamu menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum dan
karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi (misalnya,
gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum)
(Unicef/WHO 2006, WPD 2011).

1
Faktor risiko penyakit ISPA yang lain dan paling banyak terjadi adalah gizi
buruk. Malnutrisi memiliki sinergitas terhadap penyakit infeksi. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanannya dan tingginya
kehilangan zat gizi esensial tubuh. Malnutrisi walaupun ringan berpengaruh
terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua duanya bekerja sinergistik
malnutrisi denan infeksi memberikan dampak yang besar terhadap keparahan suatu
penyakit (Pudjiadi, 2009). Dalam rangka memahami lebih jauh mengenai ISPA
maka makalah ini akan menjabarkan yang berkaitan dengan ISPA.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ISPA
2. Apa klasifikasi ISPA
3. Bagaimana tanda bahaya ISPA
4. Apa faktor penyebab ISPA
5. Bagaimana upaya pencegahan ISPA
6. Bagaimana cara pengobatan ISPA
7. Bagaimana kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen
8. Bagaimana penanganan kasus ISPA

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ISPA
2. Untuk mengetahui klasifikasi ISPA
3. Untuk mengetahui tanda bahaya penyakit ISPA
4. Untuk mengetahui faktor penyebab ISPA
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan ISPA
6. Untuk mengetahui cara pengobatan ISPA
7. Untuk mengetahui kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen
8. Untuk mengetahui penanganan kasus ISPA di Upt Puskesmas Kayen

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit yang
menyerang salah satu bagian lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2016).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit
infeksi yang paling banyak menyebabkan orang tidak masuk kerja.Penyebab
infeksi adalah virus, tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri. Masyarakat
biasanya menyebutnya dengan selesma (commond cold) dan disebut influenza
bila diagnose ditegakkan dengan laboratorium. Jika belum ditegakkan dengan
laboratorium penyakit ini disebut influenza like illness (Djojodibroto, 2015).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan sebagai
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia.Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya meliputi demam,
batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau
kesulitan bernapas. Bakteri patogen yang menyebabkan ISPA adalah rhinovirus,
respiratory syncytial virus, para ininfluenza enza virus, severe acute respiratory
syndrome associated corona virus (SARS-CoV) dan virus Influenza
(Unicef/WHO, WPD 2011).

3
B. Klasifikasi ISPA
Menurut Widoyono (2012) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan dan merupakan fator risiko
kematian bayi dan sering menempati urutan pertama di dalam angka kesakitan
pada balita. Penanganan dini dilakukan pada balita ISPA dapat menurunkan
kematian balita. ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia) dan bukan penyakit telinga dan
tenggorokan.Klasifikasi ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat:
1. Bukan pneumonia
ISPA bukan pneumonia mencakup kelompok pasien balita dengan
batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
adanya tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam. Contohnya
commond cold, faringitis, tonsilitis dan otitis.
2. Pneumonia
Penumonia didasarkan adanya batuk dan atau kesukaran bernafas,
diagnosis gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat anak usia
dua bulan sampai 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak umur 1<
5 tahun adalah 40 kali per menit.
3. Pneumonia berat
Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai dengan sesak nafas dan tarikan dinding bagian bawah ke
arah dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai < 5 tahun.
Untuk anak usia lebih dari 2 bulan ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu
frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau adanya
tarikan yang kuar dari dinding pada bagian bawah ke arah dalam (severe
chest indrawing) (Widoyono, 2012)
C. Tanda Bahaya ISPA

4
Penentuan tanda bahaya bila terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini
yaitu : tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk, demam
atau dingin ( khusus untuk bayi umur < 2 bulan ).
Tandabahaya penyakit ISPA sebagai berikut :
1. Tanpa nafas cepat, bukan ISPA
2. Dengan nafas cepat saja : ISPA
3. Ada tanda bahaya : ISPA berat
Penentuan nafas cepat bila anak umur < 2 bulan : 60 kali per menit atau
lebih. Umur 2 bulan sampai 1 tahun : 50 kali per menit atau lebih. Umur 1 tahun
sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih (Widoyono, 2012).

D. Faktor Penyebab ISPA


Menurut John Gordon dan La Richt (Dinkes Prop. Jateng, 2010), model
yang menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit yaitu manusia
(Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment). Gordon berpendapat
bahwa terjadinya suatu penyakit karena terjadi ketidakseimbangan antara host
(pejamu), environment (lingkungan) dan agent (penyebab penyakit) sebagai
berikut :
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent
dan host (baik individu/kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan biologis) 
Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah
keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya berakibat bertambah
atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara ketiga komponen tersebut
digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host dan Agent berada di ujung
masing-masing tuas, sedangkan environment sebagai penumpunya.

5
Menurut Unicef/WHO dan WPD (2011) penyebab terjadinya ISPA yaitu
bakteri Streptococcus pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab paling
umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh
bakteri. Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA
adalah virus, atau infeksi gabungan virus-bakteri. Terjadinya ISPA bervariasi
menurut penyebabnya yaitu :
1. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan kondisi lingkungan
(misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga), kelembaban,
kebersihan, musim, temperatur);
2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan
infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi)
3. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu
menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum
dan n karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum).

E. Upaya pencegahan ISPA


Rekomendasi upaya pencegahan dan pengendalian ISPA di rumah menurut
Unicef/WHO dan WPD (2011) ISPA dapat menyebar dengan mudah di dalam
suatu keluarga. Setiap orang yang bersentuhan dengan orang yang sakit yang
belum terinfeksi berisiko mengalami infeksi. Anggota keluarga harus
melaksanakan rekomendasi berikut :
1. Sedapat mungkin dengan batasi kontak orang yang sakit. Tinggallah di kamar
yang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggallah sejauh
mungkin dari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang
terpisah, bila memungkinkan.

6
2. Ruang bersama (WC, dapur, kamar mandi, dll.) harus berventilasi baik
(misalnya, ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela).
3. Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak
langsung, terutama di ruang bersama.
4. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang
yang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau
benda lain (misalnya, tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau
masker bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan
masker bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet
pernapasan saat berdekatan dengan orang yang sakit.
5. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau
dibuang ke tempat yang aman.
6. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan
tangan segera setelah kontak.
7. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan
air atau antiseptic berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu,
tertelan, bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik
berbasis alkohol dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
8. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat
orang yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk
influenza musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita
penyakit jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit
darah (misalnya, anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun
atau anakanak berusia <2 tahun.
9. Kemungkinan pajanan terhadap orang sakit atau benda terkontaminasi
lainnya harus dihindari, misalnya menggunakan bersama sikat gigi, rokok,
perlengkapan makan, minuman, handuk, lap pembersih badan, atau linen
tempat tidur.

7
10. Menjaga kebersihan lingkungan, memakai APD harus diikuti bila salah
satu anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputi demam, batuk,
nyeri tenggorokan, dan sesak napas.
11. Orang yang merawat anggota keluarga yang menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus membatasi kontak mereka dengan orang
lain dan harus mengikuti kebijakan nasional/lokal mengenai rekomendasi
karantina di rumah.

F. Cara pengobatan ISPA


ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka timbul persoalan
pada diagnostik dan pengobatannya. Sampai saat ini belum ada obat yang
khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan
secara rasional dengan mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan
kuman penyebab. Untuk itu, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu
dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan
pemeriksaan mikrobiologik, baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai
(Halim, 2000).
Di dalam referensi yang lain berikut ini disebutkan macm-macam pengobatan
untuk para penderita Pneumonia.
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada

8
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

9
BAB III
KASUS ISPA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAYEN

A. Gambaran umum
Puskesmas Kayen merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di wilayah
Kecamatan Kayen, Puskesmas Kayen terletak di Desa Kayen Kecamatan Kayen
yang berjarak 17 km dari Kota Pati kearah selatan. Kecamatan Kayen
mempunyai luas wilayah 9.603 Ha yang terdiri dari 4.937 Ha lahan sawah,
2.963 Ha lahan bukan sawah dan 1.698 Ha lahan bukan pertanian.
Wilayah kerja Puskesmas Kayen terdiri dari 17 desa, 79 dukuh, 70 RW dan
434 RT yaitu : Desa Jimbaran, Durensawit, Slungkep, Beketel, Purwokerto,
Sumbersari, Brati, Jatiroto, Kayen, Trimulyo, Srikaton, Pasuruhan, Pesagi,
Rogomulyo, Talun, Boloagung, dan Sundoluhur. Batas-batas wilayah meliputi :
- Sebelah utara : Dibatasi Kecamatan Gabus
- Sebelah Timur : Dibatasi Kecamatan Tambakromo
- Sebelah Selatan : Dibatasi Kabupaten Grobogan
- Sebelah Barat : Dibatasi Kecamatan Sukolilo

B. Keadaan penduduk
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator, antara lain :
Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, presentase penduduk produktif, angka
kelahiran dan tingkat fertilitas.
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan dan juga
merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan diarahkan
kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

10
Gambar 3.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen

Jumlah Penduduk Kecamatan Kayen


14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
n it p l o ri ti o n o n n i o n g r
ra w ke ete rt sa Bra rot aye uly ato uha esag uly alu gun uhu
ba ensa ung Bek oke ber Ja
ti K im ik r P om T a ol
Jim ur Sl urw um Tr Sr asu og B
o
ol und
D P S P R S

Sumber : Badan Pusar Statistik Kabupaten Pati


Penduduk terbanyak ada di Desa Kayen (11.833 jiwa), Desa Jatiroto
(7.580 jiwa) dan Desa Trimulyo (5.677 jiwa). Sedangkan penduduk paling
sedikit terdapat di Desa Purwokerto (1.804 jiwa) dengan total jumlah
penduduk di Kecamatan Kayen sebesar 73.610 jiwa.
2. Kepadatan penduduk
Kecamatan Kayen mempunyai luas wilayah 9.603 Ha dengan jumlah
penduduk sebesar 73.610 jiwa, maka kepadatan penduduk di wilayah Kayen
sebesar 767 jiwa/km2. Kepadatan terkecil ada di Desa Durensawit (281
jiwa/km2), sedangkan kepadatan terbesar ada di Desa Kayen (1.753
jiwa/km2) dan Desa Rogomulyo (1.554 jiwa/km2).
Gambar 3.2 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kayen

Kepadatan Penduduk Kecamatan Kayen


2000
1600
1200
800
400
0
n it p l o ri ti o n o n n i o n g r
ra w ke ete rt sa Bra rot aye uly ato uha esag uly alu gun uhu
ba ensa ung Bek oke ber Ja
ti K im ik r P m T a l
Jim ur Sl rw m Tr Sr asu go lo do
D Pu Su P Ro Bo Sun

11
Sumber : Badan Pusar Statistik Kabupaten Pati
3. Sex ratio
Sex ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan kali 100 persen di suatu daerah
tertentu. Berdasarkan perhitungan dari data statistik Kecamatan Kayen
tahun 2021, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 35.190 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 38.420 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut
didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 91,59 % dimana laki-laki lebih
sedikit dibanding perempuan.
4. Komposisi penduduk menurut kelompok umur
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dengan jumlah terbesar ada pada
usia 15-19 tahun sebanyak 6.435 jiwa. Jumlah terkecil pada usia 75+ tahun
sebanyak 1.625 jiwa.

C. Keadaan sosial
Data dari dinas pendidikan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa
Kecamatan Kayen terdapat 25 Taman Kanak-kanak, 38 Sekolah Dasar, 8
Sekolah Menengah Pertama (3 Negeri dan 5 Swasta), 5 Sekolah Menengah
Umum (2 Negeri dan 4 Swasta), dan 2 Sekolah Menengah Kejuruan (2 Swasta).
Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Kecamatan Kayen pada tahun
2021 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, terdapat 1 RS, 2
Klinik, 1 Puskesmas, 3 Puskesmas Pembantu, 2 Puskesmas Keliling, 9 Pos
Kesehatan Desa, 8 Polindes, 68 Posyandu, 6 Apotek, 4 Toko Obat, 1
Laboratorium, 3 Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 19 Paramedis, dan 35 Bidan
Desa.
Sedangkan untuk sarana peribadatan menurut jenisnya di Kecamatan Kayen
tahun 2021 terdapat 69 masjid, 2 gereja kristen, dan 380 mushola.

12
D. Angka kesakitan ISPA
Penyakit ISPA di wilayah Puskesmas Kayen tahun 2021 pada kunjungan
rawat jalan tercatat Bulan Januari s/d Desember penyakit acut noshoparing pada
balita kunjungan 486 (urutan pertama dalam rangking kunjungan rawat jalan).
Balita yang kambuh dan melakukan pemeriksaan ulang di Puskesmas Kayen
sebanyak 206 balita (57%).

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pecegahan kasus ISPA


Upaya pencegahan ISPA bagi orang tua balita di Puskesmas Kayen, sebagian
besar baik, karena petugas di Puskesmas Kayen sudah dilakukan konseling tentang
upaya pencegahan ISPA, bagi pasien yang datang ke Puskesmas. Puskesmas juga
menyediakan leaflet yang berisi informasi tentang upaya pencegahan ISPA.
Penyuluhan di masyarakat dilakukan oleh petugas kesehatan di masyarakat, di
Posyandu maupun sehingga mudah diterapkan oleh ibu balita untuk melakukan
upaya pencegahan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2010) faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang mempengaruhi
perilaku ibu balita dalam upaya pencegahan ISPA yaitu faktor yang dapat
mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri ibu balita
dalam upaya pencegahan ISPA. Faktor-faktor ini mencakup, karakteristik individu
yaitu (umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan), pengetahuan, sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat.
Rekomendasi upaya pencegahan dan pengendalian ISPA di rumah menurut
Unicef/WHO dan WPD (2011) ISPA dapat menyebar dengan mudah di dalam
suatu keluarga. Setiap orang yang bersentuhan dengan orang yang sakit yang belum
terinfeksi berisiko mengalami infeksi. Anggota keluarga harus melaksanakan
rekomendasi berikut :
1. Sedapat mungkin batasi kontak dengan orang yang sakit. Tinggallah di kamar
yang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggallah sejauh mungkin
dari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang terpisah,
bila memungkinkan.
2. Ruang bersama (WC, dapur, kamar mandi, dll.) harus berventilasi baik
(misalnya, ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela).

14
3. Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan tak
langsung, terutama di ruang bersama.
4. Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orang yang
sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan atau benda lain
(misalnya, tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen atau masker bedah).
Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakan masker bedah atau
alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah droplet pernapasan saat
berdekatan dengan orang yang sakit.
5. Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan atau
dibuang ke tempat yang aman.
6. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi, bersihkan
tangan segera setelah kontak.
7. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun dan
air atau antiseptic berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu, tertelan,
bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptik berbasis alkohol
dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.
8. Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawat orang
yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untuk influenza
musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderita penyakit
jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit darah
(misalnya, anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia >65 tahun atau
anakanak berusia <2 tahun.
9. Kemungkinan pajanan terhadap orang sakit atau benda terkontaminasi lainnya
harus dihindari, misalnya menggunakan bersama sikat gigi, rokok, perlengkapan
makan, minuman, handuk, lap pembersih badan, atau linen tempat tidur.
10. Menjaga kebersihan lingkungan, memakai APD harus diikuti bila salah satu
anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputi demam, batuk, nyeri
enggorok, dan sesak napas.
11. Orang yang merawat anggota keluarga yang menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus membatasi kontak mereka dengan orang lain

15
dan harus mengikuti kebijakan nasional/lokal mengenai rekomendasi karantina
di rumah

B. Upaya Penanggulangan Pencegahan Ispa


Semakin baik Upaya Penanggulangan memberikan konseling, anjuran,
dorongan dan motivasi maka akan semakin baik orang tua melakukan upaya
pencegahan ISPA sehingga Angka kesakitan ISPA bisa terkendali dengan baik.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (2016) pengendalian ISPA tidak dapat dilaksanakan
hanya dari jajaran kesehatan saja namun harus didukung pemangku kepentingan
dan masyarakat agar dapat mencapai tujuan. Dukungan tersebut diperlukan
dalam berbagai kegiatan pengendalian ISPA baik sarana, prasarana, sumber
daya manusia dan dana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Peran jajaran kesehatan dalam pengendalian ISPA sesuai dengan jenjang di
Dinas Kesehatan dan tingkat Puskesmas sebagai berikut : Melakukan sosialisasi
dalam tatalaksana standar, Penyebarluasan informasi melalui forum koordinasi,
lokakarya disemua tingkat. Koordinasi dengan Camat, Lurah,RT dan RW dalam
upaya penanggulangan faktor risiko. Menyelenggarakan pertemuan berkala
Lintas program untuk memantau kemajuan program serta pemecahan masalah
yang timbul.Melatih kader kesehatan, desa siaga & Posyandu dalam mengenal
tanda pneumonia dan upaya pencegahannya (Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2016).

C. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan


1. Sesuai dengan ketentuan atau sistem pelaporan yang berlaku:
a. Mencatat penemuan penderita ISPA dengan menentukan klasifikasi ->
kartu pasien
b. Mencatat klasifikasi pada buku register ISPA -> harian
c. Mengumpulkan data dari sarana kesehatan tingkat pertama
d. Mengirim pelaporan :

16
1) Puskesmas -> Kabupaten/ Kota (selambat-lambatnya tanggal 5 tiap
bulan)
2) Kabupaten/ Kota -> Provinsi (selambat-lambatnya tanggal 10 tiap
bulan)
3) Provinsi -> Pusat (selambat-lambatnya tanggal 15 tiap bulan)
e. Pengolahan data dan analisis
f. Pemantauan cakupan penemuan ISPA tiap TKT
g. Penyakit data (grafik) dan umpan balik
2. Pencatatan
a. Kartu pasien
1) Format MTBS
2) Format stempel klasifikasi
3) Lembar format klasifikasi
b. Buku register P2 ISPA Puskesmas

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut yang
disebabkan oleh agen infeksius (rhinovirus, respiratory syncytial virus, para
ininfluenza enza virus, SARS-CoV dan virus Influenza) yang ditularkan dari
manusia ke manusia. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan vaksinasi, tidak
kontak dengan orang sakit, hindari menyentuh wajah, menggunakan sapu tangan
yang bersih, dan menjaga kebersihan lingkungan. Pengobatan ISPA dapat
dilakukan dengan membawa penderita ke Puskesmas atau berobat ke pelayanan
Kesehatan / praktek swasta.
B. Saran
1. Orang tua balita diharapkan upaya pencegahan ISPA dengan memberikan
makanan bergizi dan berperilaku hidup besih dan sehat.
2. Puskesmas diharapkan selalu memberikan penyuluhan kepada orang tua
balita untuk melakukan upaya pencegahan ISPA dengan memberikan
makanan bergizi dan berperilaku hidup besih dan sehat.
3. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga pasien untuk rutin memeriksakan
kesehatan anaknya dan meminum obatnya sampai habis sesuai dengan
anjuran Dokter.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto. (2015). Respirologi (respiratori medicine). Penerbit buku


kedokteran: EGC. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. (2016). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Pudjiadi. (2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: IGC
Unicef/WHO 2006, WPD 2011. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan. World Health Organization and Trust Indonesia in
Partner Development
Widoyono. (2012). Penyakit tropis epidemiologis penularan pencegahan dan
pemberantasannya. Penerbit Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai