Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA N.Y J. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKOLOSIS


PARU DIRUANG YOHANES RS.ST.GABRIEL KEWAPANTE

Oleh
Maria Magdalena Sina Amd, Kep

Yayasan Stenmanns Kewapante


RS. ST. GABRIEL KEWAPANTE
KEWAPANTE 86181 – MAUMERE – FLORES – NTT
NO.HP : 081237629456 Telp./ Fax : 0382 2425116
Email:rs.stgabriel@yahoo.co.id

2021
LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA N.Y J. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKOLOSIS
PARU DI DIRUANG YOHANES RS.ST.GABRIEL KEWAPANTE

Oleh:

Maria Magdalena Sina Amd, Kep

Bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan sebagai pegawai di

RS St. Gabriel Kewapante.

Disahkan Oleh:

Pembimbing

Sr. Maria K. Nasri, SSpS, S.Kep.Ns

Telah diujikan di depan penguji pada

Hari / Tanggal : selasa 11 mei 2021

Penguji

No PENGUJI NAMA PARAF

1. Penguji 1 Sr. Maria D. Gosta, SSpS S.Kep.Ns

2. Penguji 2 Sr. Veridiana M., SSpS, S.Tr. Kes

3. Penguji 3 Sr. Maria K. Nasri, SSpS, S.Kep.Ns


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ASKEP dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. J. M. dengan diagnosa medis Tuberculosis
Paru Di Ruangan Yohanes RS.St.Gabriel Kewapante”. Penulis menyadari dalam
menyusun laporan ASKEP ini tanpa bantuan dari pembimbing dan juga pihak-
pihak yang memberi dorongan berupa materi dan spiritual, maka tidak akan
terlaksana. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Kepala Ruangan yohanes.
2. Teman-teman sejawat yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan ASKEP tersebut.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang
ada telah menyelesaikan Askep tersebut, namun penulis menyadari sepenuhnya
askep ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak.Semoga laporan ASKEP ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi penulis.

Kewapante, 12 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
1. Teoritis................................................................................................ 3
2. Praktis................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5


A. Konsep Dasar.......................................................................................... 5
1. Defenisi ......................................................................................... 5
2. Etiologi........................................................................................... 5
3. Klasifikasi TB Paru ....................................................................... 6
4. Anatomi fisiologi........................................................................... 6
5. Patofisiologi................................................................................... 8
6. Komplikasi .................................................................................... 11
7. Penatalaksanaan............................................................................. 12
8. Pemeriksaan PenunjangTB Paru ................................................... 12
B. Asuhan Keperawatan............................................................................... 13
1. Pengkajian...................................................................................... 13
2. Analisa Data.................................................................................. 16
3. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 16
4. Perencanaan .................................................................................. 17
5. Implementasi ................................................................................. 21
6. Evaluasi.......................................................................................... 21
BAB III KASUS NYATA............................................................................... 22
A. Biodata.................................................................................................... 22
B. Analisa Data............................................................................................ 29
C. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 31
D. Interfensi Keperawatan........................................................................... 32
E. Implementasi dan Evaluasi...................................................................... 36
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 51
A. Kesimpulan.............................................................................................. 51
B. Saran........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 53
DAFTAR SINGKATAN

A : Assesment
BAB : Buang air besar
BB : Berat badan
BCG : Bacillus Calmette-guerin
B.d : Berhubungan dengan
BTA : Bakteri tahan asam
BAK : Buang air kecil
CDC : Centres for Desease Control
DX : Diagnosa
HCT/PCV : Hematocrit
INH : Rifampisin dan Isoniazid
KH : Kriteria hasil
KT : Kategori
LED : Laju endap darah
O : Objektif
P : Plening
PMO : Pengawas Minum Obat
TBC : Tubercolosis
TD : Tensi darah
TTV : Tanda-tanda vital
S : Suhu
S : Subjektif
S : Sterptomisin
N : Nadi
R : Rifampisin
RR : Respirasi
R/ : Rasional
OAT : Obat anti tubercolosis
WHO :World health organization
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama

di paru atau diberbagai organ tubuh lainnya. TB paru dapat menyebar ke

setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan

lainnya (Smeltzer&Bare, 2015).

Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari

morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 Tahun

adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi

perhatian global, dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan

insidens dan kematian akibat TB paru telah menurun, namun TB paru

diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta

kematian pada tahun 2014 (WHO, 2015).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015,

dalam laporan District of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat

1,6% tahun 2014 di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia

dilaporkan peningkatan jumlah kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat

negara (California, Texas, New York, dan Florida) menyumbang 50,6%

penderita TB paru dari total kasus nasional diAmerika Serikat. Tahun 2013,

kejadian TB paru terus secara bertahap menurun antara orang kulit hitam non

Hispanik atau Afrika Amerika (-6,4%), kulit putih non-Hispanik (-12,1%),

dan Hispanik atau Latin (-4,0%). Sementara kejadian TB paru tingkat Asia
juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada tahun 2015 tingkat kejadian TB

secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali lebih tinggi. Angka prevalensi

TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi sebesar 647 orang dari

100.000 penduduk.

Angka kasus penderita TBC di Indonesia masih sangat tinggi bahkan

peringkatnya tertinggi ke tiga di dunia setelah India dan Cina. Presiden

Jokowi menyebut, penderita TBC di Indonesia mencapai 845.000 orang tetapi

yang ternotifikasi hanya 562.000 orang. Ia pun menekankan, tingginya

penderita TBC menjadi perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan.

Sedangkan kasus TBC di RS. ST. Gabriel Kewapante pada tahun 2019

sebanyak 22 kasus (0,47%), dan pada tahun 2020 sebanyak 11 kasus (0,26%).

Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal

yang sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan.

Pengobatan yaitu dengan penggunaan obat-obatan pencegahan anti

tuberculosis seperti INH, rifampisin, etambutol, dll. Sedang pencegahan

dengan peningkatan bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam kepatuhan

terhadap regimen pengobatan, meningkatkan aktifitas dan nutrisi yang

adekuat dan penyuluhan penderita serta pertimbangan perawatan di rumah.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya

tulis berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. J M dengan Gangguan Sistem

Pernafasan Akibat TBC di ruangan Yohanes Rumah Sakit ST. Gabriel

Kewapante.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di identifikasi dalam Asuhan Keperawatan ini adalah:
1. Apa pengertian dari tuberculosis ?
2. Apa penyebab dari tuberculosis ?
3. Bagaimana klasifikasi dari tuberculosis ?
4. Apa manifestasi klinis dari tuberculosis ?
5. Bagaimana patofisologi dari tuberculosis?
6. Bagaimana anatomi fisiologi dari tuberculosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan tuberculosis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan pengertian tuberculosis
2. Dapat menjelaskan penyebab tuberculosis
3. Dapat menjelaskan klasifikasi dari tuberculosis
4. Dapat menjelaskan manifestasi klinis tuberculosis
5. Dapat menjelaskan patofisiologi tuberculosis
6. Dapat menjelaskan anatomi fisiologi tuberculosis
7. Dapat menjelaskan penatalaksanaan tuberculosis

D. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Sebagai bahan referensi dalam pengembanan keilmuan khususnya di
bidang keperawatan tentang penanganan TBC.
2. Praktis
1). Tenaga keperawatan
Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan khususnya bagi pasien TBC untuk membantu proses
penyembuhan.
2). Rumah sakit
Dapat memberikan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan khususnya penanganan klien yang mengalami
gangguan pernapasan.
3). Klien dan keluarga
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai cara pencegahan,
perawatan dan pengobatan pada gangguan system pernapasan.
4).Penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pernapasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Tuberculosis merupakan infeksi jaringan paru–paru oleh

mycobacterium tuberculosa. Bacteri ini ditularkan bersama udara pada

saat inspirasi kemudian merusak jaringan paru-paru menjadi berongga

dan membentuk jaringan ikat di paru-paru.

Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang paling

sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. TB paru dapat menyebar ke seluruh bagian

tubuh termasuk meningen, ginjal,tulang,dan nodus limfe.

2. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis yang

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan

(Basil Tahan Asam). Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi

dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet.

Ada 2 macam mycobacterium tuberculosis, yaitu :

1) Tipe Human : bisa berada di bercak ludah (droplet) dan diudara yang

berasal dari penderita TBC dan orang yang terkena terinfeksi bila

menghirupnya.
2) Tipe Bovin berada didalam susu sapi yang menderita mastitis

tuberkolosis usus.

3. Klasifikasi TB Paru

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,

radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting

karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan

strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas TB (Gerakan Terpadu Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai

berikut

1) TB paru BTA positif dengan criteria :

(1).Dengan atau tanpa gejala klinik

(2).BTA positif

Mikroskop positif 2 kali, mikroskop positif 1 kali disokong

biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

(3).Gambaran radiologic sesuai dengan TB paru.

2) TB paru BTA negatif dengan kriteria :

(1).Gejala klinik dan gambaran radiologic sesuai dengan TB paru

aktif.

(2).BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.


3) Bekas TB paru dengan criteria :

(1).Bakteriologik ( mikroskopik dan biakan) negatif.

(2). Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

(3).Radiologik menunjukan gambaran lesi TB inaktif, menunkukan

serial foto yang tidak berubah.

(4).Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat ( yang lebih

mendukung).

4. Anatomi dan Fisiologi

1) Anatomi system Pernapasan

(1).Hidung

Hidung atau nasale merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisakan oleh sekat

hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang


berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk

kedalam lubang hidung.

(2).Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar

tengkorak, dibelakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan

ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain

adalah keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang yang bernama koana, kedepan berhubungan

dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama itsmus

fausium, kebawah teerdapat dua lubang (kedepan lubang laring

dan kebelakang lubang esofagus).

(3).Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan

bertindak sebagai pembentukan suara, terletak didepan bagian

faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk kedalam

trachea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh

sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu

kita menelan makanan menutupi laring.

(4).Trachea
Trachea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring

yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C)

sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar

yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang

trachea 9 cm-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat

yang dilapisi oleh otot polos.

(5).Bronchus

Bronchus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari

trachea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra

thorakalis IV dan V mempunyai struktur serupa dengan trachea

dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronchus itu berjalan

kebawah dan kesampig kearah tampuk paru-paru. Bronchus

kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronchus kiri,

terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang, bronchus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12

cincin mempunyai 2 cabang. Bronchus bercabang-cabang,

cabang yang lebih kecil disebut bronchioles (brokioli). Pada

bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli

terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.

(6).Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian

besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli).


Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika

dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m2. Pada

lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah

dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-

paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan

kanan).

Paru –paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3

lobus (belahan paru), lobus pulmo dextra superior, lobus media,

dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru

kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen.

Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada

lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap

segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang

bernama lobulus.

Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh

jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,

dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Didalam lobulus,

bronkiolus ini bercabang banyak sekali, cabang ini disebut

duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus

yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap

ketengah rongga dada atau cavum mediastinum. Pada bagian


tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum

depan terletak jantung. paru-paru dibungkus oleh selaput yang

bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu pleura viscelar

(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru-paru. Yang kedua pleura tarietal yaitu selaput

yang melapisi rongga dada sebelah luar. Pada keadaan normal

kavum pleura ini vacum (hampa). Sehingga paru-paru dapat

berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)

yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,

menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada

sewaktu ada gerakan bernapas.

2) Fisiologi pernapasan

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia

sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak

mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan

kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa

menimbulkan kematian.

(1).Pernapasan Paru

Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau

pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung

pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trachea

sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler


pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah oksigen

menembus membrane, diambil oleh sel darah merah dibawah ke

jantung dan dari jantung dipompa keseluruh tubuh.

Dalam alveoli, oksigen bergerak menuju kapiler pulmonalis

sebagai gas terlarut, bergerak menurunkan gradien konsentrasi.

Oksigen diangkut dalam darah baik yang terlarut maupun

berikatan dengan hemoglobin. Ketika oksigen relative sulit larut

dalam larutan, kemampuan oksigen untuk berikatan dengan

haemoglobin amat penting. Sekitar 98% hingga 99% oksigen

diangkur dalam darah yang berikatan dengan haemoglobin

sebagai oksihemoglobin sehingga mempengaruhi saturasi

oksigen. (porth & marlin, 2009).

Proses pertukaran gas dan karbondioksida terjadi ketika

konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat

pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan

dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan

pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah atau hemogloin

yang banyak mengandung O2 dari seluruh tubuh masuk

kedalam jaringan, mengambil CO2 untuk dibawah ke paru-paru

dan di paru-paru terjadi pernapasan eksternal.

(2).Pernapasan Diafragma

Diafragma merupakan otot penting yang memisahkan rongga

dada (berisi organ-organ penting) degan rongga perut. Biasanya


ketika kita berbicara mengenai diaphragm, maka yang

terpikirkan adalah diafragma thoraks atau diafragma dada.

Fungsi utama diafragma dada adalah sebagai bagian dalam

proses pernapasan, yaitu mengatur masuk dan keluarnya udara

dari dalam dan keluar tubuh melalui konstraksi dan

relaksasinya.diafragma mempunyai fungsi non pernapasan yaitu

membantu mengeluarkan muntah yang membutuhkan

peninggkatan tekanan bagian rongga perut.

Diafragma merupakan sekat otot berserat yang berbentuk seperti

kubah. Permukaan atas diafragma berbentuk cembung (pada

rongga dada), berbentuk cekung pada permukaan bawah rongga

perut, dan terdiri dari jaringan otot, maka diafragma mampu

melakukan konstraksi dan relaksasi. Diafragma disusun oleh

otot lurik (otot rangka) sehingga pergerakannya dapat kita

sadari. Saraf yang mengatur pergerakan diafragma adalah saraf

frenkus. Diafragma mempunyi beberapa lubang yang berfungsi

sebagai tempat lewatnya organ penting dari bagian dada ke

bagian perut. 3 lubang utam yang terdapat pada diafragma

adalah sebagai berikut :

a. Lubang aortic, merupakan lubang yang dilewati oleh aorta

b. Lubang esophageal, merupakan lubang yang dilewati oleh

esofagus.
c. Lubang caval, merupakan lubang yang dilewati oleh vena

cava inferior.

5. Patofisiologi

Individu yang rentan menghirup basil mycobacterium tuberculosis

akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli,

dimana pada daerah tersebut menjadi tempat bakteri berkumpul dan

berkembang biak. Basil juga bisa dipindahkan melalui system limfe dan

aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, kortekserebri) dan

area paru lainnya.

Sistem kekebalan tubuh merespon dengan melakukan reaksi

inflamasi. Neutrofil dan magrofag memfagositosis ( menelan ) bakteri.

Limfosit yang spesifik terhadap tuberkolosis menghancurkan basil dan

jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat

dalam alfeoli dan terjadilah bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya

timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar.

Masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil

yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh magrofag yang

membentuk dinding.

Granuloma berubah bentuk menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian

tengah dari masa jaringan ini disebut Ghon Turbecle. Materi yang terdiri

atas magrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk masa seperti

keju. Masa ini dapat mengalalmi klasifikasi, membentuk jaringan

kolagen, bakteri menjadi nonaktif.


Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal,

karena respon sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga

timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak

aktif. Pada kasus ini terjadi ulserasi pada ghon turbercle, dan akhirnya

menjadi seperti keju.Turbelkel yang ulserasi mengalami proses

penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi

kemudian akan meradang, mengakibatkan bronkopneumonia,

pembentukan turbelkel dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapar

sembuh dengan sendirinya.

Proses ini berjalan terus dan basil terus berkembang biak didalam sel.

Basil juga berkembang biak didalam kelenjar getah bening. Makrofag

yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

membentuk sel turbelkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit

(membutuhkan 10 – 20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta

jaringan granulose yang dikellingi sel epiteloid dan fibroblast akan

menimbulkan respon berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul

yang dikelilingi oleh turbelkel.


6. Pathway

Micobacterium tuberculosis

Terhirup melalui udara

Tranmisi melalui jaringan napas ke aveoli

M. Tuberculosis memperbanyak diri

TBC

System imun tubuh berespon

Reaksi inflamasi Pengeluaran zat pirogen

Kerja sel goblet meningkat Memengaruhi hipotalamus

Memengaruhi sel point

HIPERTERMI

Pengeluaran secret meningkat imfosit spesifik TB

Akumulasi secret BERSIHAN JALAN Basil dan limfosit


di jalan napas TIDAK EFEKTIF di jaringan meningkat

Batuk produktif Kerusakan membran alveola


Mual muntah Proses peradangan

Intake nutrisi menurun Menurunnya fungsi silia

Penumpukan eksudat dalam alveoli


DEFISIT NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN Pertukaran Oksigen terhambat

GANGGUAN PERTUKARAN GAS


7. Manifestasi Klinis

Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala

respiratorik ( atau gejala organ yang terlbat ) dan gejala sistematik.

1) Gejala respiratorik

(1) Batuk

Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan

yang paling sering dikeluhkan.

(2) Batuk darah

Keluhan batuk darah padak lien TB paru merupakan alasan

utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.

(3) Sesak napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal – hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia.

(4).Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.

2) Gejala sistematik

(1) Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada

sore hari atau malam hari.


(2) Keluhan sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan dan malaise. Timbulnya keluhan

biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu

sampai bulan.

8. Komplikasi

Adapun komplikasi yang ditimbulkan pada penyakit tuberkulosis antara

lain:

1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan napas.

2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

3) Bronki ektasis (peleburan bronchus setempat) dan fibrosa

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

paru.

4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan, kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,

ginjal, dan sebagainya.

6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).


9. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksannan TB dibagi menjadi 2 yaitu pada anak dan

dewasa.

Penatalaksanaan TB orang dewasa

Tujuan pengobatan TB yaitu Menyembuhkan Pasien dan memperbaiki

produktivitas serta kualitas hidup, Mencegah terjadinya kematian oleh

karena TB atau dampak buruk selanjutnya, Mencegah terjadinya

kekambuhan TB, Menurunkan penularan TB, Mencegah terjadinya dan

penularan TB Resisten Obat.

1) Prinsip Pengobatan TB

Obat Anti Tuberculosis (OAT) adalah Komponen terpenting

dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah

satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih

lanjut dari kuman TB, Pengobatan yang adekuat harus

memenuhi prinsip: Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan

OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk

mencegah terjadinya resistensi, Diberikan dalam dosis yang

tepat, ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh

PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukupterbagi

dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah

kekambuhan.

2) Tahapan pengobatan TB
Tahapan Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap

awal dan lanjutan dengan maksud :

Tahap Awal (Intensif)Pengobatan diberikan setiap hari.

Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk

secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh

pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman

yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan

pengobatan.Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus

diberikan selama 2 bulan.Pada umumnya dengan pengobatan

secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah

sangat menurun setelah pengobatan selama 2 Minggu.Pada

minggu ke 7 dilakukan pemeriksaan sputum BTA, jika BTA (-)

dilanjutkan pada tahap lanjutan dan selanjutnya lakukan

pemeriksaan ulang dahal sesuai jadwal (pada bulan ke 5 dan akhir

pengobatan). Apabila BTA (+) pada pasien baru mendapatkan

pengobatan dengan paduan OAT Kategori 1.

Tahap Lanjutan (Lanjtan) Pengobatan tahap lanjutan

merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman

yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman kekambuhan.

Dilanjutkan dalam pengobatan selama 4 atau 7 bulan jumlah obat

yang diberikan hanya 2 jenis obat (rimfapisin dan isoniazid),

pemeriksaan sputum dilakukan pada 1 bulan sebelum fase lanjutan

selesai.persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah

terjadinya TB.
Obat Anti Tuberculosis ( OAT )

Jenis Sifat Efek Samping

Isoniazid (H) Bakterisidial Neuropati perifer,

psikosis toksik,

gangguan fungsi hati,

kejang.

Rimfapisin (R) Bakterisidal Flu syndrome,

gangguan

gastrointestinal, urine

berwarna merah,

gangguan fungsi hati,

trombositopenia,

demam, skinrash,

sesak napas, anemia

hemolitik.

Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan

gastrointestinal,

gangguan fungsi hati,

Gout atritis.

Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat

suntikan, gangguan

keseimbangan dan

pendengaran, renjatan
anafilaktif, anemia,

Agranulositosis,

trombositopenia.

Etambutol (E) Bakterisidal Gangguan

penglihatan, buta

warna, Neuritis

Perifer.

Kisaran Dosis OAT Lini pertama bagi pasien dewasa

DOSIS

HARIAN 3X/ MINGGU


OAT KISARAN MAKSIMUM KISARAN MAKSIMUM/HARI

(Mg/kgBB) (Mg) (Mg/kgBB) (Mg)

Isoniazid 5 (4-6 ) 300 10 (8-12 ) 900

Rimfapisin 10 (8-12) 600 10 (8-12 ) 600

Pirazinamid 25 (20-30) - 35 ( 30-40) -

Etambutol 15 (12-18 ) - 30 (25-35 ) -

streptomisin 15 (12-18 ) - 15 (12-18 ) 1000

Catatan : Pemberian Streptomisin untuk pasien yang berumur > 60 Tahun atau

pasien dengan berat badan <50 Kg mungkin tidak dapt mentoleransi dosis

>500Mg/Hari. Beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi

10 Mg/Kg/Hari
3) Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Sesuai Rekomendasi WHO dan ISTC Paduan OAT yang digunakan

oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia

adalah : (Kategori 1) = 2.HRZE) /4 (HR)3 , (Kategori 2) = 2

(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 (Kategori Anak) = 2 (HRZ)/4(HR) atau

2HRZA(S)/4-10HR. Etionamid, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS,

serta OAT lini -1, Yaitu Pirazinamid dan Etambutol.Obat yang

digunakan dalam tatalaksana pasien TN Resisten Obat di Indonesia

terdiri dari OAT Lini ke-2 Yaitu Kanamisin, Kapreomisin,

Levofloksasin.Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan

dalam bentuk paket kombinasi tetap (OAT - KDT). Tablet OAT ini

terdiri dari kombinasi 2-4 jenis obat dalam 1 paket. Dosisnya

disesuikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam 1

paket untuk 1 pasien. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang

terdiri dari isoniazid, Rimfapisin, Pirazinamid, dan Etambutol yang

dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program

untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami

efek samping pada pengobatan dengan OAT-KDT sebelumnya.

4). Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Lini Kedua

(Kategori 1) = 2(HRZE)/4(HR)3 paduan OAT ini diberikan untuk pasien

Baru, Pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis, Pasien TB Paru

terdiagnosis klinis, Pasien TB Paru Ekstra Paru.

Dosis Paduan OAT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR) 3


Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali

Selama 56 hari RHZE Seminggu selama 16

(150/75/400/275) Minggu RH ( 150/150

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT

55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4H3R3

Tahap Lama Dosis per hari/kali Jumla

Pengobat Pengobat Tablet Kaplet Tablet Tablet h hari /

an an Isoniaz Rimfapi Pirazina Etambu kali

id 300 sin mid tol Menel

Mg 450 Mg 500 Mg 250 Mg an

Obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

(Kategori 2) = 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3(E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk Pasien BTA Positif yang

pernah diobati sebelumnya (Pengobatan Ulang) : Pasien Kambuh,

Pasien Gagal pada pengobatan dengan Paduan OAT Kategori 1


Sebelumnya, Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost

follow up).

Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari RHZE Tahap lanjutan 3

(150/75/400/275) ₊ S kali seminggu

RH

(150/150) ₊ E

( 400 )

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20

minggu

30 – 37 kg 2 tab 4 KDT ₊ 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT ₊

500 Mg Etambutol

Streptomisin inj.

38 – 54 Kg 3 Tab 4KDT + 3 Tab 4KDT 3 Tab 2KDT + 3

750 Mg Tab Etambutol

Streptomisin Inj.

56 – 70 Kg 4 Tab 4KDT + 4 Tab 4KDT 4 Tab 2KDT + 4

1000 Tab Etambutol

Mg

StreptomisinInj

≥ 71 Kg 5 Tab 4KDT + 5 Tab 4KDT (> 5 Tab 2KDT + 5

1000 Mg do Maks) Tab Etambutol.

Streptomisin Inj.
Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Streptomis Jumlah

pengobat pengobata Isoniazi Rimfapisi Pirazinam Tabl Tabl in Inj. hari/ kali

an n d 300 n 450 Mg id 500 Mg et et menelan

Mg 250 400 obat

Mg Mg

Tahap 2 bulan 1 1 3 3 - 0, 75 gr 56

awal 1 bulan 1 1 3 3 - 28

(Dosis

harian)

Tahap 5 2 1 - 1 2 - 60

lanjutan Bulan

(Dosis 3/

minggu)

5).Pemantauan kemajuan dan hasil Pengobatan TB

Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orng dewasa

dilaksanakan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Untuk

memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji

dahak (Sewaktu dan Pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila

kedua contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif

atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan

positif.Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang

dahak untuk memantau kemajuan hasil pengobatan. Apabila hasil


pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif : Pada pasien baru maupun

pengobatan ulang, segera diberikan dosis pengobatan tahap lanjutan dan

Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan

ke 5 dan Akhir Pengobatan). Apabila hasil pemeriksaan pada tahap awal

positif : pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan panduan OAT

kategori 1), lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur. Diberikan

dosis tahap lanjutan, bila pemeriksaan dahak positif. Lakukan

pemeriksaan uji kepekaan obat. Bila tidak memungkinkan, lanjutkan

pengobatan dan periksa ulang pada akhir bulan ke 5. Pada bulan ke 5

aatau lebih : baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang,

jika hasil pemeriksaan dahak negatif, laanjutkan pengobatan sampai

selesai. Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,

pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan terduga pasien TB

MDR.

Hasil pengobatan TB

Hasil Pengobatan Defenisi

Sembuh Pasien TB paru dengan hasil

pemeriksaan bakteriologis positif

pada awal pengobatan. Dan pada

akhir pengobatan menjadi negatif dan

pada salah satu pemeriksaan

sebelumnya.

Pengobatan Lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan

pengobatan secara lengkap lengkap


dimana pada salah satu pemeriksaan

sebelum akhir pengobatan hasilnya

negatif namun tanpa ada bukti hasil

pemeriksaan bakteriologis pada akhir

pengobatan.

Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap posistif kembali

menjadi positif pada bulan kelima

atau lebih selama pengobatan atau

kapan saja apabila selama dalam

pengobatan diperoleh hasil

labotarorium yang menunjukkan

adanya resistensi OAT.

Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab

apapun sebelum memulai atau sedang

dalam pengobatan.

Putus Berobat (loss to Pasien TB yang tidak memulai

follow up) pengobatannya atau yang

pengobatannya terputus selama 2

bulan terus menerus atau lebih.

Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil

akhir pengobatannya, termasuk dalam

kriteria ini adalah " pasien pindah

(transfer out )" ke kabupaten / kota


lain dimana hasil akhir pengobatannya

tidak diketahui.

( Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkolosis, 2014 ).

4) Diet

Terapi Diet untuk penderita kasus Tuberkulosis Paru adalah: Energi

diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan

normal, Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan

kadar albumin serum yang rendah (75-100 gr). Lemak cukup 15-25 % dari

kebutuhan energi total, Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.

Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total. Macam diit

untuk penyakit TBC: a) Diit Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP 1) Energi:

2600 kkal, protein 100 gr (2/kg BB). b) Diit Tinggi Energi Tinggi Protein II

(TETP II) Energi 3000 kkal, protein 125 gr (2,5 gr/kg BB) NB : Perhitungan

kebutuhan energi dan zat gizi makro dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh

penderita (BB dan TB) dan Penderita dapat diberikan salah satu dari dua

macam diit Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit

penderita.

5) Kondisi Ruangan

Lingkungan harus tenang, sirkulasi udara harus baik, penerangan harus

cukup. Kuman penyebab TB umumnya dapat bertahan hidup diudara bebas

selama satu atau dua jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar

matahari, kelembapan dan ventilasi. Pada kondisi gelap, lembab, dan dingin,

kuman TB dapat bertaahan berhari – hari. Namun bakteri TB bias langsung

mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung. Maka jendela dan tirai harus

terbuka dan biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan. Sehingga


sirkulasi udara pun dapat membantu mendorong kuman-kuman keluar rumah

dan kuman mati ketika terpapar ultraviolet dari sinar matahari.

6) PMO

Persyaratan PMO : seseorang yang dikenal, dipercayai dan disetujui,

baik oloh petugas kesehatan maupun oleh pasien, selain itu harus

dipercayai dan dihormati oleh pasien, seseorang yang tinggal dekat

dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela, bersedia

dilatih dan atau mendapat penyuluhan, bersama – sama dengan psien.

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa,

Perawat. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,

PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru atau tokoh masyarakat

lainnya atau anggota keluarga. Tugas Seorang PMO: Mengawasi

pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat

teratur.Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu

yang telah ditentukan.Memberi penyuluhan pada anggota keluarga

pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk

segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

Penatalaksanaan TB anak

Tata laksana TB anak terdiri atas terapi (pengobatan) dan profilaksis

(pengobatan pencegahan). Pengobatan TB diberikan pada anak yang

sakit TB, sedangkan pengobatan pencegahan TB diberikan pada anak


sehat yang berkontak dengan pasien TB (profilaksis primer) atau

anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).

Prisip pengobatan TB pada anak sama dengan orang dewasa, dengan

tujuan utama pemberian obat anti TB, dengan tujuan utama sebagai

berikut: menyembuhkan pasien TB, mencegah kematian akibat TB

atau efek jangka panjangnya, mencegah terjadinya transmisi resisten

obat.

Obat yang digunakan pada TB anak

1. Obat Anti Tuberculosis (OAT)

Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit

sehingga rekomendasi pemberian 4 macam obat OAT

padafase intensif hanya diberikan pada anak dengan BTA

positif. Terapi TB anak dengan BTA negative menggunakan

panduan INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada 2 bulan

pertama, diikuti Rifampisin dan INH pada 4 bulan fase

lanjutan.

Dosis OAT untuk anak

Obat OAT Dosis Dosis Efek samping

harian maksim
(mg/kgBB/ al

hari) (mg/

hari)

Isoniazid 10 (7-15) 300 Hepatitis,neuritis

(H) perifer,hipersensitivitas

Rifampisin 15(10-20) 600 Gastrointestinal,reaksi

(R) kulit,hepatitis,

trombositipenia,peningka

tan enzim hati,cairan

tubuh berwarna orange

kemerahan.

Pirazinamid 35(30-40) - Toksisitas hepar,atralgia,

(Z) gastrointestinal

Etambutol 20(15-25) - Neuritis optic, ketejaman

(E) mata berkurang,

hipersensitivitas,

gastrointestinal.

Paduan OAT dan lama pengobatan TB pada anak

Kategori Diagnostik Fase intensif Fase lanjutan

TB klinis 2HZR 4HR


TB kelenjar

Efusi Pleura

TB terkonfirmasi 2HRZE 4HR

bekteriologis

TB paru dengan

kerusakan luas

TB ekstra paru(selain

TB meningitis dan TB

tulang/sendi)

TB tulang/sendi 2HRZE 10 HR

TB miliar

TB meningitis

2. Kombinasi Dosis Tetap (KDT)

Untuk mempermudah pemberian OAT dan meningkatkan

keteraturan minum obat, panduan OAT disediakan dalam

bentuk paket KDT/FDC. Satu paket dibuat untuk satu pasien

untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk anak berisi

obat fase intensif, yaitu Rifampisin (R) 75 mg, INH (H) 50

mg, dan pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan

yaitu R 75 mg, H 50mg dalam satu paket.


BB (kg) Fase intensif Fase lanjutan

(2 bulan) (4 bulan)

RHZ (75/50/150) RH (75/50)

5-7 1 tablet 1 tablet

8-11 2 tablet 2 tablet

12-16 3 tablet 3 tablet

17-22 4 tablet 4 tablet

23 - 30 5 tablet 5 tablet

> 30 OAT dewasa

Keterangan :

1). Bayi dibawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak

dalam bentuk KDT.

2). Apabila ada kenaikan BB maka dosis atau jumlah tablet

yang diberikan sesuai dengan BB saat itu.

3). Untuk anak dengan obesitas, dosis KDT berdasarkan BB

ideal (sesuai umur).

4). OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh

dibelah, dan tidak boleh digerus).

5). Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah

atau dimasukan air dalam senduk.

6). Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1

jam setelah makan.


7). Bila INH dikombinasikan dengan Rifampisin, dosis INH

tidak boleh melebihi 10g/kgBB/hari.

8). Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka

semua obat tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam

satu puyer

3. Nutrisi

Status gizi pada anak dengan TB akan mempengaruhi

keberhasilan pengobatan TB. Malnutrisi berat meningkatkn

resiko kematian pada anak dengan TB. Penilaian status gizi

harus dilakukan secara rutin selama anak dalam pengobatan.

Penilaian dilakukan dengan mengukur berat, tinggi, lingkar

lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi

seperti edema. Pemberian makanan tambahan sebaiknya

diberikan selama pengobatan. Jika tidak memungkinkan dapat

diberikan jika anak masih dalam masa menyusui.

4. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur

Ketidakpatuhan minum obat OAT pada pasien TB merupakan

penyebab kegagalan terapi dan meningkatkan resiko

terjadinya TB resisten obat.

1). Jika anak tidak minum OAT >2 minggu di fase intensif

atau >2 bulan di fase lanjutan dan menunjukkan gejala TB,

ulangi pengobatan dari awal.


2). Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif

atau <2 bulan fase lanjutan menunjukkan gejala TB, lanjutan

sampai pengobatan selesai.

5. Pengobatan ulang TB pada anak

Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang

lagi dengan gejala yang sama, perlu dievaluasi apakah anak

tersebut menderita TB. Evaluasi dilakukan dengan cara

pemeriksaan dahak atau system scoring. Evalusi dengan

sistem scoring harus harus lebih cermat dan dilakukan

difasilitas rujukan. Apabila hasil pemeriksaan dahk

menunjukkan hasil positif, maka anak diklasifikasikan

sebagai kasus kambuh. Pada pasien TB anak yang pernah

mendapat pengobatan TB,tidak dianjurkan untuk dilakukan

tes uji tuberculin ulang.

10. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer,dkk (2009) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan

pada klien tuberculosis paru, yaitu :

1) Pemeriksaan Radiologis

Tuberkulosisi dapat memberikan gambaran yang bermacam-macam

pada foto rontgen toraks, akan tetapi terdapat beberapa gambaran yang

karakteristik untuk tuberkulosisi paru yaitu : Apabila Lesi terdapat

terutama dilapangan atas paru, Bayangan berwarna atau bercak pada


foto rontgen, Terdapat kavitas tunggal atau multiple atau ganda,

Apabila ada lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru

atau lobus atas paru – paru, Bayangan abnormal yang menetap ada pada

foto toraks setelah foto ulang beberapa minggu kemudian.

2) Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan Darah Pada TB Paru aktif biasanya ditemukan

peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED). Sputum BTA

Pemeriksaan Bakteriologik dilakukan untuk menemukan kuman

tuberkulosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan

kuman tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitive dan

menilai kemajuan klien. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan

biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu.

3). Pemeriksaan Diagnostik

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang

dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

Mycodot Uji ini mendeteksi antibodi anti mikobakterial di dalam

tubuhmanusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan

(LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik.

Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan

bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM

dalam jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit,


maka akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi

dengan mudah.

Uji peroksidase anti peroksidase (PAP) Merupakan uji

serologiimunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk

menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.

ICT Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis)

adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam

serum. garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada

membran.

Pemeriksaan BACTEC Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan

BACTEC ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis

memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang

akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat

menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk

membantu menegakkan diagnosis.

Uji Tuberkulin / Test Mantoux adalah test kulit yang digunakan

untuk menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak

hasil Tuberkel (Tuberkulin) disuntiikan ke dalam lapisan intradermal

pada aspek dalam lengan bawah, sekitar 10cm dibawah siku. Derivatif

protein yang dimurnikan (PPD) dengan kekuatan sedang (5 Tu)

digunakan. Menggunakan spuit tuberkulin, Jarum 1,25 cm no.26 atau

27 ditusukan dibawah kulit dengan bevel jarum menghadap keatas.

Kemudian 0,1 ml PPD disuntikkan, membentuk benjolan pada kulit,


melembung. Tempat nama antigen, kekuatan dan tanggal serta waktu

tes dilakukan, dicatat. Hasil pemeriksaan akan terlihat 48 sampai 72

jam setelah suntikkan. Test kulit tuberkulin memberikan reaksi

setempat lambat, yang menandakan bahwa individu tersebut sensitif

terhadap tuberkulin (NANDA,2015).


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Data demografi

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan TB paru antara

lain Identitas klien Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnosa medik,

nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.

2) Riwayat Kesehatan

(1). Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk,

batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan

demam. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai

reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang,

dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen

(menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama yaitu

selama tiga minggu atau lebih.

(2). Keluhan Respiratorik, meliputi :

a. Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan

yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan

apakah keluhan batuk bersifat nonproduktif/produktif atau

sputum bercampur darah(Muttaqin, 2008).


b. Batuk Darah

Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu

menjadi alasan utama klien untuk meminta pertolongan

kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah yang

keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan seberapa

banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak,

berupa garis, atau bercak-bercak darah (Muttaqin, 2008).

c. Sesak Napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah

luas atau karena hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, anemia, dan lain-lain (Muttaqin, 2008)

d. Nyeri Dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB

(Muttaqin, 2008).

(3). Riwayat penyakit dahulu

klien pernah mengalami batuk lama dan tidak sembuh-

sembuh,Pernah berobat tetapi tidak sembuh,Pernah berobat

tetapi tidak teratur,Riwayat kontak dengan penderita TB

paru,Daya tahan tubuh menurun,Riwayat vaksinasi yang tidak

teratur,Riwayat putus OAT.

(4). Riwayat Kesehatan Keluarga


Apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang

lain. Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan

seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

(5). Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan

sakitnya.Jenis, warna dan dosis obat yang diminum, Berapa

lama pasien menjalani pengobatan sehungan dengan

penyakitnya, Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

3) Pengkajian psikososial spiritual

Menanyakan persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif

dan perilaku klien.Faktor Pendukungnya berupa riwayat

lingkungan tempat tinggal,Pola hidup : nutrisi, kebiasaan

merokok, minum alkohol, pola istirahat tidur dan kebersihan

diri,Tingkat pengetahuan/ pendidikan klien dan keluarga tentang

penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

4) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV dan keadaan umum, menyangkut : Tingkat

kesadaran klien ,TD : normal ( kadang rendah karena kurang

istirahat ),Nadi : pada umumnya nadi pasien meningkat,Pernapasan :

biasanya napas pasien meningkat, Suhu : biasanya kenaikan suhu

ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur.

Sering kali tidak ada demam.

Pemeriksaan dilakukan secara per sistem

(1). Sistem Pernapasan B1 (Breathing)


Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru merupakan pemeriksaan

fokus yang terdiri atas inspeksi,palpasi, perkusi, auskultasi

(Muttaqin, 2008).

a. Inspeksi

Kaji dinding dada simetris/tidak, ada luka/tidak

b. Palpasi

Palpasi trakea. Adanya pergeseran Trakea menunjukkan tidak

pesifik-penyakit dari lobus atas paru. Pada TB Paru disertai

adanya Efusi Pleura massif dan pneumothoraks akan mendorong

trakea kearah berlawanan dari sisi yang sakit.Gerakan dinding

Thorak anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa

komplikasi dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas

biasanya normal dan sesimbang antara bagian kanan dan kiri.

Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya

ditemukan pada pasien TB Paru dengan kerusakan parenkim

paru yang luas.Getaran suara(fremitus vocal). Getaran yang

terasa pada saat perawat meletakkan tangannya di dada pasien

pada saat pasien berbicara adalah bunyi yang terjadi oleh

perjalanan Laring araah distal sepanjang pohon bronchial untuk

membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada

bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada diding

dada disebut taktil fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus

pada pasien TB Paru biasanya ditemukan pada pasienyang

disertai komplikasi efusi pleura massif, sehinnga hantaran suara


menurunkarena transmisi getaran suara harus melewati cairan

yang berakmulasi di rongga pleura (Muttaqin,2008).

c. Perkusi

Pada pasien dengan TB paru tanpa komplikasi, biasanya

akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang

paru.Pada pasien dengan TB paru yang disertai komplikasi

seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup sampai

pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan

dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka di

dapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks

ventil yang mendorong posisi paru kesisi yang sehat

(Muttaqin, 2008).

d. Auskultasi

Pada pasiien dengan TB paru didapatkan bunyi napas

tambahan (ronchi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat

untuk melakukan pemeriksaan dan mendokumentasikan hasil

auskultasi di daerah mana di dapatkan bunyi ronchi. Pasien

dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura

dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vokal

pada sisi yang sakit (Muttaqin,2008).

(2). Sistem Kardiovaskuler B2 (Blood)

Pada pasien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

a. Inspeksi

Kaji adanya jaringan parut dan adanya keluhan fisik.


b. Palpasi

Denyut nadi perifer melemah.

c. Perkusi

Batas jantung mengalami pergeseran, pada TB paru dengan

efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.

d. Auskultasi

Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan

biasanya tidak didapatkan (Muttaqin, 2008).

(3). Sistem Persyarafan B3 (Brain)

Kesadaran biasanya composmentis, adanya sianosis perifer biasanya

ditemukan apabila ada gangguan perfusi jaringat berat. Pada

pengkajian objektif, pasien tampakmeringis, menangis, merintih,

mengerang dan menggeliat. Pengkajian pada mata biasanya

didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan

hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan

gangguan fungsi hati (Muttaqin, 2008).

(4). Sistem Endokrin

Kaji terjadinya pembesaran thyroid, palpitasi, exopthalamus,

neuropati, retinopati (Muttaqin,2008).

(5). Sistem Genitourinaria B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.

Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut

merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa

dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang


menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena

meminum OAT terutaman Rifampisin (Muttaqin, 2008).

(6). Sistem Pencernaan B5 (Bowel)

Kaji pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, penurunan berat badan (Muttaqin,2008).

(6). Sstem Muskuloskeletal B6 (Bone)

Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia dan

jadwal olahraga menjadi tak teratur (Muttaqin, 2008).

2. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir

penyakit.

2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm

terjadi 48 – 72 jam).

3) Foto toraks: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap

dini.tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas

tidak jelas;pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi

tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

3. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus

dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi

bertahan/sisa sekresi.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,

keletihan, keletihan otot pernapasan.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane

Alveolar-alveolar

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan

5) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera

6) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

1. Intervensi Keperawatan

Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas,

menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan,

(Lismidar;1992).

Perencanaan dari diagnosis – diagnosis keperawatan diatas adalah

sebagai berikut:

1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

produksi secret yang berlebihan.

Tujuan : Jalan nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil :

(1)Memberikan posisi yang nyaman sehingga memudahkan

peningkatan pertukaran gas.

(2)dapat mendemontrasikan batuk efektif

(3)dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi


(4)tidak ada suara nafas tambahan

Rencana tindakan

a. Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum

R/ Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya

obstruksi.

b. Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.

R/ untuk mempermudah mengeluarkan sekret

c. Ajarkan klien untuk teknik napas dalam dan batuk efektif untuk

memudahkan pengeluaran sekret

R/ Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat

menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan

atelektasis

d. Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan

R/ Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan

keberhasilan

e. Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage

postural,perkusi dan fibrasi dada.

R/ Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan

sekret.

f. Atur posisi klien yang memungkinkan untuk mengembangkan

maksimal organ dada (posisi semifowler) jika tidak ada kontra

indikasi

R/ memberikan posisi nyaman dan mempermudah proses

pernapasan
g. Kolaborasi pemberian terapi inhalasi,ekspektoran,aerosol

R/ untuk mengencerkan sputum

2) Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi

dinding dada.

Tujuan : Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif

Kriteria hasil

(1) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas

pada paru

(2) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi

faktor- faktor tersebut

Rencana tindakan

a. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

R/ Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal

menunjukkan pola nafas yang tidak efektif

b. Posisikan klien dada posisi semi fowler

R/ Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga

memberikan pengembangan pada organ paru

c. Bantu untuk mengatasi kecemasan

R/ Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif

d. Anjurkan klien utuk banyak istirahat

R/ mengurangi kelelahn otot pernapasan

e. Kaji pernafasan selama tidur

R/ Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif

f. Kolaborasi dalam pemberian terapi ekspektoran


R/ membantu menencerken secret

3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil

(1) Klien mengatakan suhu dalam batas normal.

(2) Akral teraba dingin

(3) Kilen tidak menggigil.

(4) Klien tidak pusing dan tidak sakit kepala

Rencana tindakan.

a. Kaji faktor penyebab hipertermi.

R/ Mengetahuifaktor penyebab seperti dehdrasi,inveksi.

b. Monitor tanda –tanda vital.

R/ Menilai tingkat keparahan dari penyakit terebut

c. Anjurkan pasien banyak minum air putih sesuai batas toleransi.

R/ mengurangi evoporasi.

d. Berikan cairan carbohidrat yang cukup.

R/ memenuhi metabolisme pada pasien

e. Gunakan pakaian yang tipis

R/ untuk mempermuda proses penguapan.

f. Berikan kompres hangat

R/ Mempermudh proses evoporasi

4) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO 2,

peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.


Tujuan : Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi

adekuat.

Kreteria hasil

(1) Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit

(2) Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit

(3) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas

normal

Rencana tindakan

a. Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan

haluaran

R/ Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau

penyimpangan dari hasil klien

b. Tempatkan klien pada posisi semi fowler

R/ Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih baik

c. Berikan terapi intravena sesuai anjuran

R/ Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji

keadaan vaskular untuk pemberian obat – obat darurat.

d. Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan

dengan hasil PaO2

R/ Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan

e. Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada

tanda – tanda toksisitas


R/ Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti

kondisi sebelumnya.Untuk memudahkan bernafas dan mencegah

atelektasis

5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju

metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas

Tujuan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil

(1) Klien menghabiskan porsi makan dirumah sakit

(2) Tidak terjadi penurunan berat badan

Rencana tindakan

a. Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan

menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang

banyak ataupun dipsnea.

R/ Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab

masalah

b. Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum

makan.

R/ Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu

makan.

c. Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi

untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna

R/ Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.

d. Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan

R/ Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh


e. Bantu klien istirahat sebelum makan

R/ Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.

f. Timbang berat badan setiap hari

R/ Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang

2. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh

perawat. Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

1) Validasi (pengesahan) rencana keperawatan

2) Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan

3) Memberikan asuhan keperawatan

4) Melanjutkan pengumpulan data

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang

merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien

perawat dan anggota tim kesehatan lainnya

Tujuan evaluasi adalah :

1) Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau

tidak

2) Untuk melakukan pengkajian ulang

3) Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat

dibuktikan dengan prilaku klien


4) Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan

pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan

5) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan

prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang

telah ditentukan

Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali

menunjukkan prilaku yang telah ditentukan.


BAB III

KASUS NYATA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 65 thn

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Katholik

Suku/Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Dusun Wato, Desa Keso Koja, Kec.Palue

Tanggal MRS/Jam : 12 April 2021, JAM 14.00

Tanggal Pengkajian : 12 April 2021, JAM 20.30

Diagnosa Medis : Tuberculosis Paru (Lama)

2. RIWAYAT KESEHATAN

1) Keluhan utama

Pasien mengatakan batuk berdahak.


2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sejak satu bulan yang lalu batuk berdahak di

sertai nyeri uluhati, mual, makan minum kurang, dan badan lemas.

Keadaan pasien semakin memberat sejak 3 hari yang lalu dan pasien

tidak dibawa berobat ke PUSKESMAS dan hanya meminum obat

antasida syrup dan ambroxol syrup. Pada tanggal 12 april 2021

pukul 14.00 Wita keluarga berinisiatif untuk mengantar pasien ke

IGD Rumah Sakit ST. Gabriel Kewapante. Di IGD oleh perawat

dilakukan pemeriksan TTV. Kontrol TTV : Tensi: 100/70 mmHg,

Nadi: 84 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu; 36,4 °c, SPo2: 97 %.

Instruksi dokter Ro thoraks, genexpect, darah lengkap. oleh dokter

IGD didiagnosa……..Pada saat pengkajian tanggal 12 april 2021

pukul 20.30 di ruangan Yohanes, pasien mengatakan ia batuk

berdahak, dahak berwarna putih kekuningan, pasien juga

mengatakan kalau ia mengalami penurunan berat badan dan badan

lemah, nafsu makan menurun dan menghabiskan makanan hanya ½

porsi makan. Pasien tampak batuk berdahak , pasien tampak kurus,

BB sebelum sakit 46 kg, BB saat sakit 40 kg, bunyi nafas terdengar

ronchi pada kedua lapang dada, TTV pada saat pengkajian

tensi :110/70 mmhg, suhu : 36 C, nadi : 80 x/mnt, respirasi : 20

x/mnt.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah MRS 6 bulan yang lalu ( 13 Oktober 2020) di RS.

ST. Gabriel Kewapante dengan keluhan yang sama, dengan Riwayat


TBC positif dari Pemeriksaan Gen xpect Positif dan Rongent

Thorax (14 Oktober 2020). pasien minum OAT kategori 1 lengkap

tetapi tidak konrtol akhir pengobatan.

2) Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit keluarga lainnya seperti DM, jantung, asma, epilepsy,

Hipertensi, Hepatitis B dan TBC.

3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

No. ADL Saat Sehat Saat Sakit

1. a) Pola nutrisi

Jenis makanan Nasi,lauk,sayur Bubur,ikan, sayur

Frekuensi 3x per hari 2x per hari

porsi 1 porsi dihabiskan ½ porsi makan

b) Cairan

Jenis cairan Air putih Air putih

Jumlah 7-8 gelas per hari 5- 6 gelas per hari

2 Eliminasi

a) BAB 1x per hari 1x per hari

warna kuning Warna kuning

b) BAK 3-4 kali per hari 3-4 kali

Warna kuning Warna kuning

3 Istirahat/tidur
a) Siang 2 jam 3 jam

b) Malam 9 jam 8 jam

4 Personal hygiene

a) Mandi 1x per hari Hanya dilap saja

b) Gosok gigi 1x per hari 1 kali saja

c) Cuci rambut 2x seminggu 1 kali saja

5 Aktifitas sehari-hari

a) Duduk Mandiri Mandiri

b) Berdiri Mandiri Dibantu 1 orang

c) Jalan Mandiri Dibantu 1 orang

3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : pasien tampak lemah.
2) Tanda-tanda vital :
Tensi : 110/70 MmHg

Suhu : 36° c

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

3) Sistim penglihatan :
Letak : simetris

Penglihatan : kabur

Sclera :putih

Kornea : keruh

Konjungtiva : anemis
Kelopak mata : normal

Pupil : isokor

4) Sistim pendengaran
Bentuk : simetris

Pendengaran : berkurang

5) Sistim pernapasan
Bentuk dada : simetris

Batuk : berdahak, dahak warna putih kekuningan, konsistensi kental

Suara napas : ronchi pada kedua lapang paru

6) Sistim cardiovaskuler
Bunyi jantung kiri dan kanan simetris

Pengisian kapiler < 2 detik

Nadi : 84 kali permenit

Tensi : 100/70 Mmhg

7) Abdomen
Bentuk abdomen : normal,tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
epigastrium.

Bising usus :20 kali permenit.

8) Kulit dan selaput lendir

kulit kering, turgor kulit jelek, tidak tampak luka dan lesi.

9) Sistem saraf

Kesadaran : composmentis GCS : E= 4, V =5, M=6

10) Sistem otot dan tulang


Kekuatan otot :

5 5

5 5

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan darah tanggal 12 april 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Haemoglobin 8,5 gr/dl 12-15 gr/dl

Leukosit 6100 /cmm 4300-11.300/cmm

Trombosit 452.000/cmm 150.000-400.00/cmm

Eritrosit 2.980.000/cmm 3.900.000-4.820.000/cmmm

HCT/PCV 24,2 % 40 %-42 %

Golongan darah O

2) Foto thorax PA tanggal 13 April 2021

Hasilnya TB lama aktif

3) Pemeriksaan genxpek tanggal 16 april 2021

Hasil MTB Detected Very Low dan Rifanpisin Resistance

Indeterminate.
4. TERAPI

No Nama obat Dosis Cara pemberian

1 Infuse NaCl 0,9 % 500 cc/24 jam Intra vena

2 Infuse D5% 500 cc/24 jam Intra vena

3 Ranitidin 2x50 mg Intra vena

4 Ketorolac 30 mg extra Intra vena

5 Dasabion 2x1 Oral

6 Ambrosoksol syirup 3x10 ml Oral

7 Antacid syirup 3x10 ml Oral


B. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH

1 Ds : pasien mengatakan Kerusakan membrane Bersihan jalan

batuk berdahak dan dahak alveoli napas tidak efektif

berwarna putih kekuningan ↓

. Proses peradangan

Do : pasien tampak batuk, ↓

Dahak berwarna putih Pembentukan

kekuningan, bunyi nafas sputum↑

ronchi pada kedua lapang ↓


dada Bersihan jalan napas
Tensi: 100/70 mmHg, tidak efektif
Nadi: 84 x/menit,

Respirasi: 20 x/menit,

Suhu; 36,4 °c, SPo2: 97 %,

2 Ds : pasien mengatakan Batuk produktif Nutrisi kurang dari

kalau ia mengalami ↓ kebutuhan tubuh

penurunan berat badan dan Distensi abdomen

badan lemah, nafsu makan ↓


menurun, pasin juga Mual muntah
mengatakan kalau I hanya

bisa menghabiskan
Intake nutrisi
makanan hanya ½ porsi menurun

makan ↓

DO : pasien hanya Anoreksia

menghabiskan ½ porsi ↓

makan ,pasien tampak Nutrisi kurang dari


kurus ,BB sebelum sakit kebutuhan tubuh
46 kg BB sesudah sakit 40

kg,

Tensi: 110/70 mmHg,

Nadi: 84 x/menit,

Respirasi: 20 x/menit,

Suhu; 36,4 °c,

SPo2: 97 %.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d produksi secret yang berlebihan

yang ditandai dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan dahak

berwarna putih kekuningan . pasien tampak batuk,Dahak berwarna putih

kekuningan, bunyi nafas ronchi pada kedua lapang dada.Tensi: 100/70

mmHg, Nadi: 84 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu; 36,4 °c, SPo2: 97

%.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia yang ditandai dengan

pasien mengatakan kalau ia mengalami penurunan berat badan dan badan

lemah, nafsu makan menurun, pasien juga mengatakan kalau ia hanya bisa

menghabiskan makanan hanya ½ porsi makan , pasien hanya

menghabiskan ½ porsi makan ,pasien tampak kurus ,BB sebelum sakit 46

kg, BB sesudah sakit 40 kg,Tensi: 110/70 mmHg, Nadi: 84 x/menit,

Respirasi: 20 x/menit, Suhu; 36,4 °c, SPo2: 97 %.


D. INTERVENSI

Dx keperawatan Tujuan & KH Interfensi Rasional

1.Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah melakukan tindakan 1. Kaji warna, kekentalan dan 1. Karakteristik sputrum dapat

b.d produksi secret yang keperawatan selama 3x24 jumlah sputum menunjukkan berat ringannya

berlebihan yang ditandai dengan jam pasien dapat obstruksi.

pasien mengatakan batuk 2. Ajarkan klien teknik napas 2. Sekresi kental sulit untuk
menunjukan bersihan jalan
berdahak dan dahak berwarna putih dalam dan batuk efektif
napas yang efektif dengan dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kekuningan. pasien tampak untuk memudahkan
Kriteria hasil: sumbatan mukus yang dapat
batuk,Dahak berwarna putih
pengeluaran secret. menimbulkan atelektasis.
kekuningan, bunyi nafas ronchi  Batuk berkurang
Teknik untuk melakukan batuk
pada kedua lapang dada.Tensi:  Dahak berkurang.
fektif:anjurkan klien minum air
100/70 mmHg, Nadi: 84 x/menit,
 Tidak ada bunyi
hangat, kemudian minta klien untuk
Respirasi: 20 x/menit, Suhu; 36,4
nafas tambahan
°c, SPo2: 97 %, duduk dengan mencondongkan
ronchi.
badan kedepan, kemudian minta

 TTV dalam batas klien untuk menarik napas dalam


normal, melalui hidung dan menghembuskan

napas lewat mulut sebanyak 4-5 kali


TD : 120/80 mmHg
dan pada tarikan terakhir tahan
Suhu: 36,5-37°C
napas selama 1-2 detik. Kemudian
Nadi: 60-100x/mnt
minta klien untuk mengangkat bahu

RR : 18-20 x/mnt dan batuk secara spontan dengan

sPO2 : 96-98 % kuat. (masukan di implementasi)


3. Auskultasi bunyi napas
3. Untuk mengetahui ada tidaknya

penurunan ventilasi dan bunyi suara

4. Lakukan fisioterapi dada napas tambahan.

dengan tehnik drainage 4. Fisioterpi dada merupakan strategi

postural, perkusi dan fibrasi untuk mengeluarkan sekret.

dada.

5. Berikan posisi semi fowler.


5. Posisi semi fowler dapat membantu
memaksimalkan ekspansi paru.

6. Anjurkan keluarga klien 6. Asap rokok merupakan polutan bagi


untuk tidak merokok saat manusia dan lingkungan sekitar dan
sedang bersama dengan asap rokok lebih berbahaya terhadap
klien. perokok pasif dari pada perokok

aktif.
7. Kolaborasi Pemberian
7. Dapat meningkatkan ukuran lumen
terapi inhalasi,
percabangan trakea bronchial sehingga
ekspektoran, aerosol
menurunkan tahanan terhadap aliran

udara, kortikosteroid berfungsi pada

adanya keterlibatan luas agen mukolitik

untukmenurunkan kekentalan dan

perlengketan secret paru, bronkodilator

dengan hipoksemia dan bilan respon


inflamasimengancam hidup.

1. Nutrisi kurang dari Setelah melakukan tindakan 1. identifikasi faktor yang 1. Merencanakan tindakan yang dipilih

kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 3x24 dapat menimbulkan nafsu berdasarkan penyebab masalah.

anoreksia yang ditandai jam pasien dapat makan menurun.

dengan pasien mengatakan menunjukan pemenuhan 2. Anjurkan klien untuk oral 2. Dengan perawatan mulut yang baik
kalau ia mengalami kebutuhan nutrisi terpenuhi. hygiene paling sedikit satu akan meningkatkan nafsu makan.

penurunan berat badan dan dengan Kriteria hasil: jam sebelum makan.

badan lemah, nafsu makan 3. Berikan diit TKTP sesuai 3. Memenuhi jumlah kalori yang
 nafsu makan meningkat.
menurun, pasien juga dengan ketentuan. dibutuhkan oleh tubuh.
 Berat badan bertambah.
mengatakan kalau ia hanya 4. Timbang berat badan setiap 4.

bisa menghabiskan makanan  Dapat menghabiskan hari

hanya ½ porsi makan , pasien makanan yang diberikan.

hanya menghabiskan ½ porsi


 Tidak mual.
makan ,pasien tampak

kurus ,BB sebelum sakit 46 kg,  TTV dalam batas


BB sesudah sakit 40 kg,Tensi:
normal
110/70 mmHg, Nadi: 84
.
x/menit, Respirasi: 20 x/menit,

Suhu; 36,4 °c, SPo2: 97 %.

E. INPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Dx Hari/tgl jam Implementasi Evaluasi Nama

Dx 1 Selasa,13/04-21 1. mengkaji warna, kekentalan dan jumlah Selasa, 13/04-21 Jam : 13.30

09.30 sputum.
Hasil : sputum berwarna kuning kental

S: pasien mengatakan masih batuk


2. menganjurkan aktifitas fisik untuk
10.00 berdahak.
memfasilitasi pengeluaran sekret.
O: tampak keluar dahak warna kuning
Hasil : pasien sudah menepuk dada utuk
kental,
meneluarkan dahak
TTV = tensi 110/70 mmhg
10.20 3. Mengajarkan klien teknik napas dalam dan Suhu = 36°c

batuk efektif : anjurkan klien minum air Nadi = 80 kali/menit

hangat, kemudian minta klien untuk duduk RR = 20 kali/menit


dengan mencondongkan badan kedepan, A: masalah bersihan jalan napas

kemudian minta klien untuk menarik teratasi sebagian


napas dalam melalui hidung dan
P: intervensi lanjut
menghembuskan napas lewat mulut

sebanyak 4-5 kali dan pada tarikan terakhir

tahan napas selama 1-2 detik. Kemudian


minta klien untuk mengangkat bahu dan

batuk secara spontan dengan kuat.

Hasil : pasien merasah longgar saat batuk

4. Mengauskultasi paru sebelum dan sesudah

tindakan.

10.30 Hasil : tidak ada bunyi suara napas

tambahan.

5. melakukan fisioterapi dada dengan tehnik

drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.


11.00
Teknik postural draignage:

Hasil : pasien dapat mengeluarkan dahak.

6. mengatur posisi klien yang memungkinkan

untuk mengembangkan maksimal organ dada


11.10 (posisi semifowler) jika tidak ada kontra

indikasi.

Hasil : pasien merasa tidak sesak napas saat

tidur.

7. Melakukan tindakan kolaborasi pemberian

terapi inhalasi, ekspektoran, aerosol


12.30

Hasil : melayani obat ambroksol syirup 2

cth.

Dx 2 Selasa,13/04-21 1. Mengidentifikasi faktor yang dapat Selasa, 13/04-21 Jam : 13.30

09.00 menimbulkan nafsu makan menurun.

S: pasien mengatakan masih nyeri


Hasil : pasien mengatakan mual
uluhati dan mual.
2. Menganjurkan klien untuk oral hygiene
O: pasie tampak mual,
paling sedikit satu jam sebelum makan.
09.20 Hasil : pasien sudah sikat gigi TTV = tensi 110/70 mmhg

Suhu = 36°c
3. Melakukan pemeriksaan adanya suara
Nadi = 80 kali/menit
perilstaltik usus.
RR = 20 kali/menit
Hasil : bunyi bising usus 22 kali/menit,
A: masalah nutrisi kurang dari
tidak ada distensi abdomen
kebutuhan tubuh belum teratasi

4. Memberikan diit TKTP sesuai dengan P: intervensi lanjut

ketentuan.

Hasil : pasien makan sedikit saja

5. Membantu klien istirahat sebelum makan

Hasil : pasien sedang tidur

6. Timbang berat badan setiap hari

Hasil : BB pasien 40 kg

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No dx Hari/tgl jam Implementasi Evaluasi Nama

Dx 1 Rabu,14/04-2021 1. mengkaji warna, kekentalan dan jumlah Rabu, 14/04-21 Jam : 20.30

16.00 sputum.

S: pasien mengatakan masih batuk


Hasil : sputum berwarna kuning kental
berdahak.
2. menganjurkan aktifitas fisik untuk
O: tampak keluar dahak warna kuning
memfasilitasi pengeluaran sekret.
kental,

Hasil : pasien sudah menepuk dada utuk TTV = tensi 110/70 mmhg

meneluarkan dahak Suhu = 36,5°c

3. menganjurkan klien untuk teknik napas Nadi = 80 kali/menit

dalam dan batuk efektif untuk RR = 20 kali/menit

memudahkan pengeluaran secret. A: masalah bersihan jalan napas

teratasi sebagian
Hasil : pasien merasah longgar saat batuk.
P: intervensi lanjut
4. mengauskultasi paru sebelum dan sesudah
tindakan.

Hasil : tidak ada bunyi suara napas

tambahan.

5. melakukan fisioterapi dada dengan tehnik

drainage postural,perkusi dan fibrasi dada.

Hasil : pasien dapat mengeluarkan dahak.

6. mengatur posisi klien yang

memungkinkan untuk mengembangkan

maksimal organ dada (posisi semifowler)

jika tidak ada kontra indikasi.

Hasil : pasien merasa tidak sesak napas

saat tidur.

7. Melakukan tindakan kolaborasi pemberian


terapi inhalasi, ekspektoran, aerosol

Hasil : melayani obat ambroksol syirup 2

cth.

Dx 2 Rabu,14/04-2021 1. Mengidentifikasi faktor yang dapat Rabu,14/04-21 Jam : 20.30

17.30 menimbulkan nafsu makan menurun.

S: pasien mengatakan masih nyeri


Hasil : pasien mengatakan mual
uluhati dan mual.
2. Menganjurkan klien untuk oral hygiene
O: pasien tampak mual,
paling sedikit satu jam sebelum makan.
TTV = tensi 110/70 mmhg

Hasil : pasien sudah sikat gigi Suhu = 36°c


3. Melakukan pemeriksaan adanya suara Nadi = 80 kali/menit

perilstaltik usus. RR = 20 kali/menit

A: masalah nutrisi kurang dari


Hasil : bunyi bising usus 22 kali/menit,
kebutuhan tubuh belum teratasi
tidak ada distensi abdomen
P: intervensi lanjut
4. Memberikan diit TKTP sesuai dengan

ketentuan.

Hasil : pasien makan sedikit saja

5. Membantu klien istirahat sebelum makan

Hasil : pasien sedang tidur

6. Timbang berat badan setiap hariHasil : BB

pasien 40 kg
No dx Hari/tgl,jam Implementasi Evaluasi Nama

Dx 1 Kamis,15/04-2021 1. mengkaji warna, kekentalan dan jumlah Jumad, 16/04-21 Jam : 05.30

22.00 sputum.

S : pasien mengatakan masih batuk.


Hasil : sputum berwarna kuning kental
O: tampak keluar dahak warna kuning
2. menganjurkan aktifitas fisik untuk
berkurang
memfasilitasi pengeluaran sekret.
TTV = tensi 110/70 mmhg

Hasil : pasien sudah menepuk dada utuk Suhu = 36,5°c

meneluarkan dahak Nadi = 80 kali/menit

3. menganjurkan klien untuk teknik napas RR = 20 kali/menit

dalam dan batuk efektif untuk A: masalah bersihan jalan napas

memudahkan pengeluaran secret. teratasi sebagian

P: intervensi lanjut
Hasil : pasien merasah longgar saat batuk.

4. mengauskultasi paru sebelum dan sesudah


tindakan.

Hasil : tidak ada bunyi suara napas

tambahan.

5. melakukan fisioterapi dada dengan tehnik

drainage postural,perkusi dan fibrasi dada.

Hasil : pasien dapat mengeluarkan dahak.

6. mengatur posisi klien yang

memungkinkan untuk mengembangkan

maksimal organ dada (posisi semifowler)

jika tidak ada kontra indikasi.

Hasil : pasien merasa tidak sesak napas

saat tidur.
7. Melakukan tindakan kolaborasi pemberian

terapi inhalasi, ekspektoran, aerosol

Hasil : melayani obat ambroksol syirup 2

cth.

Dx 2 Kamis,15/04-2021 1. Mengidentifikasi faktor yang dapat Jumad 16/04-21 Jam : 50.30

21.30 menimbulkan nafsu makan menurun.

S: pasien mengatakan nyeri uluhati


Hasil : pasien mengatakan mual
berkurang
2. Menganjurkan klien untuk oral hygiene
O:
paling sedikit satu jam sebelum makan.
21.35 TTV = tensi 110/70 mmhg

Hasil : pasien sudah sikat gigi Suhu = 36,5°c


3. Melakukan pemeriksaan adanya suara Nadi = 80 kali/menit

perilstaltik usus. RR = 20 kali/menit

A: masalah nutrisi kurang dari


Hasil : bunyi bising usus 22 kali/menit,
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
tidak ada distensi abdomen
P: intervensi lanjut
4. Memberikan diit TKTP sesuai dengan

ketentuan.

Hasil : pasien makan sedikit saja

5. Membantu klien istirahat sebelum makan

Hasil : pasien sedang tidur

6. Timbang berat badan setiap hari

Hasil : BB pasien 40 kg
BAB IV

PENUTUP

C. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada Ny.J.M dengan diagnosa TB paru memberikan

pengalaman untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis pada

aplikasinya. Maka dari itu kesenjangan yang penulis temukan antara teori

dengan praktek dilapangan, merupakan suatu keunikan klien dalam merespon

masalah kesehatan. Pada bab ini penulis menyimpulkan proses asuhan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, yaitu: Pengkajian

Selama pengkajian pada pasien Ny.J.M tanggal 12 April 2021 melalui

metode wawancara, penulis mendapat kesulitan karena komunikasi yang

digunakan kurang dimengerti oleh pasien dan dibantu oleh anaknya sesuai

bahasa yang dimengerti klien dan keluarga. Pada saat pengkajian penulis

mendapatkan kendala krena pasien mengalami penurunan pendengaran.

keluarga sangat kooperatif dan terbuka dalam menjawab semua pertanyaan

yang diajukan penulis, sehingga penulis dapat mengamati masalah pada klien.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan persistem, serta dilakukannya

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya yang menunjang.

diagnosa keperawatan.

Setelah melakukan pengkajian dengan melalui suatu penganalisaan data,

maka penulis dapat menentukan diagnosa keperawatan pada Ny.J.M yaitu :

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret

kental dan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan napsu

makan berkurang. Perencanaan Tindakan Keperawatan Rencana tindakan


keperawatan yang ditetapkan oleh penulis sesuai dengan kemampuan,

kondisi, sarana, dan sesuai prioritas masalah yang difokuskan pada

pengawasan tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu),

Penetapan tujuan dan rencana tindakan didasarkan pada teori dan

mempertimbangkan kondisi klien.

D. SARAN

1. Bagi pasien

Penulis berharap ada perencanaan dan tindakan yang lebih baik untuk

mengingkatkan mutu pelayanan kesehatan saat pasien berada dirumah

dengan memberikan terapi lanjutan sehingga pasien dirujuk.

2. Bagi keluarga pasien

Diharapkan bagi keluarga klien untuk selalu memberikan dukungan dan

dorongan kepada klien baik secara fisik maupun secara psikis agar dapat

meningkatkan motivasi klien untuk menjalani dan menyelesaikan

pengobatan TB paru sampai jangka waktu yang ditentukan.

3. Bagi perawat

Sebagai bahan acuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien

TB paru dan juga penyakit lainnya yang ada di lapangan. Pembekalan

materi misalnya bagaimana manajemen kambuh secara berulang serta

menambahkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keterampilan

perawat dalam segi ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingg perawat

dapat menerapkan ilmunya sesuai dengan penyakit

2. Bagi rumah sakit


Penulis mengharapkan agar rumah sakit menyediakan vasilitas yang

lebih memadai untuk membantu melancarkan proses keperawatan dan

pelaksanaan asuhan keperawatan yang lebih memadai, khususnya untuk

pemeriksaan Gen Expect.


DAFTAR PUSTAKA

Rahmaniar Dwi Sarah,2017.Asuhan K eperawatan Pada Pasien Dengan

Tuberkulosis Paruhttps://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id,akses tanggal

12 a pril 2021,pukul 18.30

Elin Erlina,2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasie Dengan TB Paru DI

Puskesmas Siak Hulu , http://repository.pkr.ac.id. akses tanggal 12

april 2021,pukul 18.30 wita

Unimus,2017. Tinjauan Teori Tubercolosis paru http://digilib.unimus.ac.id. Akses

tanggal 19 april2021 ,pukul 19.00 wita.

Anda mungkin juga menyukai