SKRIPSI Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pemerasan Dengan Ancaman Pemerkosaan Terhadap Pendaki Di Gunung Marapi
SKRIPSI Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pemerasan Dengan Ancaman Pemerkosaan Terhadap Pendaki Di Gunung Marapi
OLEH
SUSI
B011181060
SKRIPSI
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan dibentuk karakternya untuk mematuhi kode etik dan etika moral
2
asusila tersebut, pelaku tindak pidana dengan mudahnya
1
Topo Santoso dan Eva Achjhani Zulfa, 2003, Kriminologi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 1.
3
hanya untuk gaya hidup mewah sehingga merampas milik orang
lain.
KUHP) terdiri atas 2 (dua) bentuk tindak pidana yaitu tindak pidana
b. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku
2
Moeljatno, 2011, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 131.
4
Pendaki gunung merupakan subjek hukum yang berjiwa
ingin menikmati alam, dan ada pula untuk pendidikan. Para pendaki
Edelweis yang diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat (1) dan (2)
5
adalah Ranger, atau oknum yang berpura-pura menjadi Petugas
Datar.3
semua orang. Kemudian agar hal itu tidak terjadi para Terdakwa
3
Anton Junned. Rahmat. Dan Aulia Hidayat, NomorXX/Pid.B/2021/PN Pdp, Mahkamah
Agung, 20 Mei 2021.
6
Hidayat untuk melakukan aksi jahatnya dengan alasan patroli para
Pasal 368 ayat (1) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yang masing-
masing berbunyi :
7
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP :
dalam pendakian telah ada kode etik dan patroli sehingga para
8
itu penulis tertarik untuk membahas topik tersebut menjadi sebuah
XX/Pid.B/2021/PN Pdp)”
B. Rumusan Masalah
Pdp?
C. Tujuan Penelitian
9
1. Untuk menganalisis kualifikasi tindak pidana pemerasan dengan
Pdp.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
10
2. Manfaat Praktis
pegunungan.
E. Keaslian Penelitian
11
Putusan No. 43/Pid.B/2015/PN Mrs)”. Fakultas Hukum
Mrs?
12
terdapat perbedaan antara kedua penelitian tersebut sehingga
dengan pengancaman?
13
pidana yang diteliti pada dasarnya sama akan tetapi objek
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
berperilaku.
2. Pendekatan Penelitian
4
I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi
Teori Hukum, Kencana, Jakarta, hlm.12.
5
Muhaimin, 2020, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, hlm.
45.
14
yang terkait dengan masalah hukum yang sedang ditangani.
3. Bahan Hukum
sebagai berikut :
15
yuridis dan teoritis yang memuat ketentuan-ketentuan
berikut :
Tahun 1945
XX/Pid.B/2021/PN Pdp.
16
Metode pengumpulan bahan hukum yaitu studi dokumen
BAB II
17
TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISIS KUALIFIKASI TINDAK PIDANA
PEMERASAN DENGAN ANCAMAN PEMERKOSAAN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
A. Tindak Pidana
18
pidana, perbuatan boleh dihukum, perbuatan yang dapat
19
tersebut berarti bahwa tindak pidana harus memenuhi
melalui pengadilan.
pelaku.13 Hal ini berarti bahwa tindak pidana jika tidak terpenuhi
pidana.
perbuatan.
20
sesuai dengan peraturan dan keharusan hukum yang kemudian
a. Kejahatan;
b. Pelanggaran.
15
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, 2015, Hukum Pidana, Setara Perss, Malang, hlm.
72.
21
sifat hukumnya bisa diketahui jika ada undang-undang yang
waktu tertentu);
16
Jacob Hattu, “Pertanggungjawaban Pidana Pengambilan Jenazah Covid-19 Secara
Paksa Berdasarkan Aturan Tindak Pidana Umum dan Tindak Pidana Khusus”, Jurnal
Belo, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Vol 6 Nomor 1 Agustus 2020- januari 2021,
hlm. 18-19.
17
Lukman Hakim, 2020, Asas-Asas hukum Pidana Buku Ajar Bagi Mahasiswa, Edisi
Pertama, Deepublish, Yohyakarta, hlm. 11-13.
18
Mahrus Ali, 2011, Dasar Hukum Pidana, Edisi Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
102.
22
Delik komisi (commisionis) dan delik omisi (ommisionis).
seseorang.19
KUHP. Delik bukan aduan atau delik biasa adalah delik yang
19
Ibid.
20
Lukman Hakim, Loc. it.
23
tidak perlu adanya aduan untuk dituntut seperti pembunuhan
dan pemerasan.
kematian.
ditulis oleh Andi Sofyan dan Nur Azisa terdapat tambahan jenis
delik yaitu :
24
yang dimaksud dengan delik umum adalah delik yang dapat
3. Melawan hukum;
4. Dilakukan kesalahan;
21
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Op. cit., hlm. 108.
22
Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili, 2016, Hukum Pidana, Mitra Wacana
Media, Jakarta, hlm. 10.
23
Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana II, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 78.
24
Suyanto, Op. cit., hlm. 75.
25
Simons juga mengemukakan unsur-unsur tindak pidana
1. Unsur Objektif :
a. Perbuatan orang;
2. Unsur Subjektif :
b. Adanya kesalahan.
terjadinya kejahatan.
25
Ibid.
26
Andi Sofyan da Nur Azisa, Op. cit., 100-102.
26
Akibat yang terdiri dari merusak atau merugikan dan
27
Adami Chazawi, 2014, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Cet. 8, Rajawali Pers,
Jakarta, hlm. 81.
27
a. Perbuatan (yang);
b. Melawan hukum;
c. Kesalahan;
d. Dipertanggungjawabkan.
a. Tingkah laku;
b. Melawan hukum;
c. Kesalahan;
d. Akibat konstitutif;
pidana;
28
ancaman; mengambil keuntungan banyak-banyak dari orang
lain.29
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, “Pemerasan”, Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, hlm. 1157.
30
R. Soesilo, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-
Komentarnya lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, hlm.256.
29
Bersadarkan ketentuan Pasal 368 tersebut, kejahatan ini
kekerasan.
30
Kekerasan dalam hal ini yaitu menggunakan fisik seperti
orang lain.
31
a. Unsur Objektif :
2) Perbuatan memaksa;
kekerasan;
b. Unsur Subjektif :
32
Dalam artian bahwa tindak pidana pemerasan memiliki
jalan umum.
bersekutu.
33
Ibid., hlm. 50.
33
barang, uang, membayar hutang ataupun menghapuskan
orang lain pingsan atau tidak berdaya lagi. Pingsan dalam hal
ini berarti tidak sadar akan dirinya, orang yang pingsan tidak
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. cit., hlm. 744-745.
35
Penjelasan Pasal 89 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
34
pembelaan atau dasar kebenaran dapat di sanksi oleh Negara
yang ringan.36
kepada orang lain baik itu verbal maupun fisik. Meskipun akibat
35
pelaku melakukan kejahatan, tindak pidana pemerasan
orang lain pingsan atau tidak berdaya. Terdapat dua hal yang
“menghapus piutang” dalam hal ini memiliki arti yang luas, tidak
36
hukum untuk membayar kepada pihak korban (pelaku memiliki
menghapus piutang).
dan dalam diri pelaku telah ada niat atau unsur “dengan
37
disamakan dengan sebutan “pemerasan” bahkan diatur dalam
yaitu :
38
R. soesilo, Op. cit., hlm. 257.
38
pemerasan dengan menista atau tindak pidana pengancaman
1. Persamaan
2. Perbedaan40
materiilnya, yaitu :
39
Sylverio Chris Talinusa, “Tindak Pidana Pemerasan dan/atau Pengancaman Melalui
sarana Internet Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008:, Jurnal Lex Crimen,
Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulagi, Vol. IV Nomor 6, agustus 2015, hlm. 166.
40
Lutfi Chakim, 2017, ”Afpersing dan Afdreiging,
http://www.lutfichakim.com/2017/07/afpersing-danafdreging.html?m=1 Diakses pada
tanggal 28 Februari 2022 pukul 01.49 WITA.
39
(1) Pada pemerasan, menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan
c) Ancaman pidananya.
dengan pemberian sanksi pidana. Hal ini diatur dalam Pasal 65-
terlihat jelas pada perbuatan materil dan juga unsur yang sama
40
a. Unsur Objektif :
1) Perbuatan memaksa;
4) Tujuan :
b. Unsur Subjektif :
1) Dengan
a. Unsur Subjektif :
2) Melawan hukum.
44
Fajar Hardiman, 2017, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pemerasan dengan
Ancaman Kekerasan (Studi Kasus Putusan No. 43/Pid.B/2015/PN Mrs)”, Skripsi,
Fakultas Hukum Universtias Hasanuddin, Makassar, hlm. 35-36.
41
4. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara
melawan hukum.
ancaman kekerasan.
42
pidana disini adalah pemerasannya bukan pengancamannya.
Segala aspek pada pegunungan adalah hal yang asing bagi organ
43
kesiapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di hutan atau
gunung.45
bunga Edelweis yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1) dan (2)
44
1. Sopan, baik dalam tingkah laku, perbuatan dan ucapan;
terlarang;
45
apabila dilaksanakan maka akan terjamin untuk menjauhkan
kebutuhan.
negatif.
46
sudah dipertegas dan perbuatan asusila benar sudah jarang
Kedua Bab XIV dan Buku Ketiga VI. Kata “kesusilaan dalam Kamus
kamus memiliki arti budi bahasa yang baik, sopan santun dan
47
beradan, dan adat istiadat serta tata tertib yang baik. Sehingga
perihal seksual.51
de zeden yang secara khusus diatur dalam Buku II Bab XIV yang
51
Mudzakkir, “Analisis Atas Mekanisme Penanganan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Kesusilaan”, Laporan Akhir Penulisan Karya Ilmiah, Kementerian Hukum dan HAM RI,
Yogyakarta, hlm.12.
52
Firgie Lumingkewas, “Tindak Pidana Kesusilaan dalam KUHP dan RUU KUHP serta
Persoalan Keberpihakan Terhadap Perempuan”, Jurnal Lex Crimen, Universitas Sam
Ratulangi, Vol. V Nomor 1, januari 2019, hlm. 22.
53
R. Soesilo, Op. cit., hlm. 205.
54
Mudzakkir, Loc. it.
48
terdiri atas 20 ketentuan pidana. Bentuk-bentuk kejahatan terhadap
3. Tindakan pencabulan;
4. Tindakan perkosaan;
pencegahan kehamilan;
lain :56
55
Hwian Christinto, 2017, “Kejahatan Kesusilaan – Penafsiran Ekstensif dan Studi
Kasus”, Edisi Pertama, Suluh Media, Yogyakarta, hlm. 43-65.
56
R. Soesilo, Op. cit., hlm. 204-223.
49
2. Meyakinkan, mempertunjukkan, membuat, menawarkan dan
297);
(Pasal 299);
301);
539);
57
Ibid. hlm. 341-349.
50
3. Perlakuan tindak susila terhadap hewan (Pasal 540, Pasal
(Pasal 546);
kesusilaan
b) Barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada
kesusilaan.
- Barang siapa;
- Dengan sengaja;
- Melanggar kesusilaan;
- Di muka umum.
51
‘dengan sengaja’ berarti melakukan perbuatan yang bertentangan
memerkosa.59
cukup umur.
58
Mudzakkir, Op. cit., hlm. 19-22.
59
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. cit., hlm. 1164.
60
Muhammad Ansori Lubis dan Lestari Victoria Sinaga, “Tindak Pidana Eksploitasi
Seksual (Perkosaan) Oleh Orang Tua Tiri Terhadap Anak d Bawah Umur (Studi Putusan
PN Medan No. 1599/Pid.B/2007/PN Mdn)”, Jurnsl Rectum, Universitas Darma Agung, Vol
2 Nomor 2, Juli 2020, hlm. 93.
52
a) Menurut Prodjodikoro bahwa perkosaan terjadi jika seorang
61
Muchlisin Riadi, Pengertian, Jenis dan Tindak Pidana Perkosaan,
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-tindak-pidana-perkosaan.html,
Diakses pada tanggal 3 Maret 2022 pukul 02.40 WITA.
62
R. Soesilo, Op. cit., hlm. 210.
53
dengan ancaman kekerasan yang ditandai dengan penetrasi
63
Ibid., hlm. 210-211.
54
karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-
tahun”.
ada salah satu hal yang tersebut pada pasal 291 dan 294.”
Perbandingan substansi dalam Pasal 285, 286, dan 287 KUHP yaitu :
55
maksimal dua belas tahun.
Pasal 286 KUHP : Unsur-unsur : pelaku perkosaan,
perempuan bukan isteri yang pingsan
atau tidak berdaya, persetubuhan.
Objek : wanita dalam keadaan pingsan
atau tidak berdaya.
Pemidanaan : hukuman penjara
maksimal Sembilan tahun.
Pasal 287 KUHP : Unsur-unsur : pelaku perkosaan,
persetubuhan, perempuan yang bukan
isteri di bawah umur.
Objek : perempuan berumur 15 tahun,
belum masa kawin, atau tidak jelas
umurnya.
Pemidanaan : hukuman penjara
maksimal Sembilan tahun.
56
2) Unsur “memaksa”
pelaku.
terikat perkawinan.
4) Unsur “bersetubuh”
57
pencabulan dalam arti sempit (Pasal 289 KUHP). Secara
64
Anugrah Rizki Akbari, Adery Ardhan Saputro, dan Bela Annisa, Reformasi Pengaturan
Tindak Pidana Pemerkosaan, Edisi Pertama, Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia
dan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Australia Indonesia
Partnership for Justice, Jawa Barat, hlm. 28-52.
58
enam juta rupiah) jika terbukti melakukan perbuatan
membuat jera.
alias Amaik, dan Aulia Hidayat bin Amal Hidayat alias Dayat, yang
65
Teo Dentha Maha Pratama, Anak agung Sagung Laksmi dewi, dan Ni Made Sukaryati
Karma, “Tindak Pidana Pemerkosaan dalam Perspektif Perlindungan Hukum
Perempuan”, Jurnal Interpretasi Hukum, fakultas Hukum Universitas Warmadewa,
Denpasar-Bali, hlm. 193-194.
59
mengkualifikasikan perbuatan tindak pidana pemerasan dengan
pada Putusan tersebut dijeratkan Pasal 368 ayat (1) Jo. Pasal 55
60
tenda dan mengancam dapat membuat kaki para korban putus
atau ancaman kekerasan” dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP, jadi
besar.
dalam Pasal 369 ayat (1) KUHP yaitu Pasal pemerasan dengan
61
termuat dalam rumusan pasal pemerasan dengan kekerasan atau
62
Diketahui bahwa kejahatan pemerasan terdapat 2 (dua)
terletak pada alat atau cara untuk memaksa, ialah dalam Pasal 368
dengan tulisan secara definitif diatur lebih jelas dalam Pasal 310
63
tersebut diketahui oleh umum. Berikut urian singkat unsur- unsur
a. Barangsiapa
b. Dengan sengaja
lain. Dalam hal ini subjek atau pelaku dengan sadar atau
64
Unsur menyerah kehormatan atau nama baik orang lain
umum
65
pos pendakian atau ke petugas patrol perbuatan asusila
kejahatan Pasal 369 ayat (1) KUHP makan akan diuraikan dengan
singkat pula unsur-unsur dalam Pasal 369 ayat (1) KUHP tersebut,
membuka rahasia” telah terpenuhi pada uraian Pasal 310 ayat (1)
KUHP sebelumnya, maka sisa unsur dalam Pasal 369 ayat (1)
66
hasil atau akibat dari perbuatan yang dilakukan untuk dirinya
menghapuskan piutang”
orang lain.
67
memberikan sejumlah uang yang diminta, dengan perjanjian
yang diatu dalam Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (2) ke-2
68
Pendakian Gunung Marapi Nagari Koto Baru, Kecamatan X
loreng;
(kemah);
69
menyerang kehormatan orang lain dengan tuduhan telah berbuat
Subsidair, yaitu :
70
bentuk Pemerasan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
(Pasal 368 ayat (1) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) dan
(Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP). Akan tetapi
dari pihak yang dirugikan atau dikenakan kejahatan itu. Tindakan ini
Pasal 367 KUHP, pelaku tidak dihukum atau hanya dituntut apabila
71
72
BAB III
1. Pengertian Pemidanaan
73
praktik pemidanaan berkesan sewenang-wenang. Oleh karena
2. Tujuan Pemidanaan
67
Tina Asmarawati, 2014, Pidana dan Pemidanaan dalam sistem Hukum di Indonesia
(Hukum Penitensier), Edisi Pertama, Deepublish, Yogyakarta, hlm. 131-132.
68
Noveria Devy Irmawati dan Barda Nawawi Arief, “Urgensi Tujuan dan Pedoman
Pemidanaan dalam rangka Pembaharuan Sistem Pemidanaan Hukum Pidana”, Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Vol. 3 Nomor
2 Tahun 2021, hlm. 222.
69
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Op. cit., hlm. 84-87.
74
1. Teori Retribusi, dalam teori ini pemidanaan dipandang
pelaku.
75
6. Teori Reparasi, Restitusi dan Kompensasi. Reparasi adalah
pelaku kerusakan.
kehidupan masyarakat.
Pidana Pokok :
20 Tahun 1946).
70
R. Soesilo, Op. cit., hlm. 34. Dan Kristian, “Jenis-Jenis Sanksi Pidana yang Dapat
Diterapkan Terhadap Korporasi”, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Universitas Khatolik
Parahyangan Bandung, Nomor 2 tahun ke-43 April-Juni, hlm. 276.
76
Pidana Tambahan:
1. Pidana Pokok
a) Pidana Mati
kejam.
b) Pidana Penjara
77
macam yaitu penjara sementara dan seumur hidup.
masyarakat.71
c) Pidana Kurungan
penjara,72
a) Pidana Kurungan
78
terpidana penjara hal ini diatur dalam Pasal 19 ayat (2)
Persamaan :
73
Suyanto, Op. cit., hlm. 87.
74
Zuleha, Op. cit, hlm. 96.
79
(5) Mulai berlaku pada hari putusan Hakim
Perbedaan :
dan culpa.
kurungan.
keadaannya.
80
patut dihormati. Namun aturan tersebut tidak berlaku
ditepat dijatuhkan.76
d) Pidana Tambahan
lain :
yaitu:
pemilihan umum;
76
R. Soesilo, Op. cit., hlm. 35.
77
Ibid, hlm.55.
81
(4) Hak menjadi pengurus atau penasihat menurut
dimusnahkan.
82
dengan pidana penjara atau pidana kurungan pangganti
pidana denda.78
yaitu :79
B. Putusan Hakim
78
Alexandra E.J. Timbuleng, “Tindak Pidana di Bidang Perizinan Menurut Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2020 Tentang Cagar Budaya”, Jurnal Lex Crimen, Fakultas
Hukum Universitas Sam ratulangi, Vol. IX Nomor 2, April – Juni 2020, hlm.33.
79
Andi Sofya dan Nur Azisa, Op. cit., hlm. 91.
80
Suyanto, 2018, Hukum Acara Pidana, Edisi Pertama, Zifatama Jawara, Sidoarjo –
Jawa Timur, hlm. 132.
83
“Putusan pengadilan adalah pernyataan Hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.”81
81
Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Hukum Acara Pidana)
82
Tata Wijayanta dan Hery Firmansyah, 2013, Perbedaan Pendapat dalam Putusan
Pengadilan, Medpress, Yogyakarta, hlm. 26.
83
Margono, 2019, Asas Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Putusan
Hakim, sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm.118.
84
2. Jenis – Jenis Putusan Hakim
KUHAP.
84
Irawan Harahap, “Jenis Putusan Pengadilan Perkara Pidana”, https://yuridis.id/jenis-
putusan-pengadilan-perkara-pidana/, dan Rendra Topan, “3 (Tiga) Jenis Putusan akhir
atas Perkara Tindak Pidana dalam Persidangan, https://rendratopan.com/2018/12/3-tiga-
jenis-putusan-akhir-atas-perkara-tindak-pidana-dalam -persidangan/, Diakses pada
tanggal 6 Maret 2022 pukul 23.32 WITA.
85
yang menjadi dasar putusan. Pertimbangan terdiri atas
1. Pertimbangan Yuridis
memutus perkara.85
85
Marcella, “Analisis Terhadap Putusan hakim Berupa Pemidanann terhadap Perkara
Tindak Pidana anak Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak”, Jurnal Lex Crimen, Vol. VI Nomor 1, Januari-Februari 2017, hlm.
26.
86
yang mengadili perkara pidana yang bersangkutan, dihadapkan
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan Terdakwa.
86
Rani Juwita, “Tinjauan Yuridis Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Pemidanaan
Tindak Pidana Narkotika yang Diputus Minimum Khusus dengan Paradigma Positivisme
Hukum”. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas Hukum, Universitas Riau, hlm.11.
87
Pertimbangan hakim yang bersifat yuridis antara lain
kejahatan.
dan masyaraka.88
87
Marcella, Op. cit., hlm. 26-27.
88
Bella Verawaty arnas, Remon Supusepa, dan Margie Gladies Sopacua, “Pertimbangan
Hukum hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Ambon Nomor 306/Pid.B/2020/PN
Ambon Terhadap Perampasan Jenazah Covid-19 dalam Perspektif Tujuan Pemidanaan”,
TATOHI Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Vol. 1 Nomor 7,
September 2021, hlm. 661.
88
dan tidak kembali melakukan kejahtan, 89 juga dalam perbedaan
1. Identitas Terdakwa
Terdakwa I :
Swasta.
89
Rani Juwita, Loc. It.
90
Bella Verawaty arnas, Loc. It.
89
Terdakwa II :
Terdakwa III :
Atas nama Aulia Hidayat bin Amal Hidayat alias Dayat yang
Pelajar/Mahasiswa.
2. Posisi Kasus
Sumatera Barat.
90
pasangan banyak di BKSDA pendakian Gunung Marapi,
Rp. 1.500.00,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) per orang
91
menyerahkan masing-masing handphone sebagai jaminan agar
3. Dakwaan
92
melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau
telah dilakukannya.
93
atau sasaran, setelah bergerak kea rah lereng gunung para
Riski, Saksi Diki, Saksi Niken dan Saksi Nurul bahwa golok
tersebut;
94
(delapan juta rupiah) di Pos Gunung Merapi, tetapi kalau
ribu rupiah);
(Alm.) Riski;
95
menyerahkan uang sejumlah Rp1.500.000,00 (satu juta lima
kombinasi biru;
96
narkoba jenis sabu namun Saksi Nurul dan Saksi Niken tidak
mau;
- Tidak ada tugas patroli pada hari itu, Terdakwa hanya diajak
oleh Terdakwa I;
tambahan bahwa :
MENUNTUT :
97
Terdakwa III Aulia Hidayat bin Amal Hidayat panggilan Dayat
pidana dalam Pasal 368 ayat (1) jo Pasal 55 ayai (1) ke-1
tahun;
Pratama;
hitam;
98
Dikembalikan pada Saksi II;
kombinasi biru;
6. Pertimbangan Hakim
99
disangkal sehingga tidak terjadi kesalahan subjek hukum yang
Beat kepada Saksi I, (Alm,) Riski, Saksi II dan Saksi III, dengan
100
terpenuhi, maka para Terdakwa haruslah dinyatakan secara sah
pidana;
masyarakat;
terjadi perdamaian;
7. Amar Putusan
101
Putusan Hakim pada Pengadilan Negeri Padang Panjang
MENGADILI:
bulan;
102
Dikembalikan kepada (Alm.) Riski Sandrio Pratama melaui
hitam;
kombinasi biru;
rupiah).
E. Analisis Penulis
103
Gunung Marapi, Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto Kabupaten
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 368 ayat (1) jo Pasal 55 ayat
yang berpijak pada dakwaan Pasal 368 ayat (1) Jo Pasal 55 ayat
104
penerapannya. Namun, penulis menyatakan bahwa Jaksa maupun
Pasal 368 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP meskipun
368 ayat (1) KUHP) yang dapat diperberat (Pasal 368 ayat (2) Jo
105
ayat ke-2 Pasal 368 KUHP menjelaskan bahwa ketentuan ayat
jalan umum, atau di dalam kereta api atau trem yang sedang
belas tahun. Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal 368 ayat (2)
tahun sebagai ketentuan dari Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365
106
pakaian jabatan palsu, hal tersebut sesuai rumusan Pasal 368
luka-luka berat, Pasal 368 ayat (2) Jo pasal 365 ayat (2) ke-4
KUHP.
sesuai ketentuan Pasal 358 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (3)
KUHP.
tersebut sesuai dengan rumusan Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365
107
Terdakwa, penulis merasa bahwa penerapan hukum atas perkara
ini dibuat lebih enteng dari yang seharusnya ditegakkan, boleh jadi
sesuai dengan hasil analisis kualifikasi tindak pidana ini pada bab
Pasal 368 ayat (2) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP (pemerasan
menista).
dengan menista dengan unsur yang telah penulis uraikan pada bab
108
dengan menista (Pasal 369 KUHP). Unsur yang terpenuhi pada
1. Barang siapa;
rahasia; dan;
piutang.
Pasal 368 ayat (1) Jo pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP, jadi menurut
efek jera bagi pelaku dan tidak menjadi peringatan bagi orang lain
109
untuk tidak melakukan kejahatan yang sama, dikarenakan
karena tidak sedikit orang memiliki niat jahat dan pendaki juga
sebuah pegunungan.
permasalahan.
yang ada dan diluar dari pendapat dan pernyataan pribadi penulis,
dalam Pasal 368 ayat (1) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP bahwa
110
pernyataan yang terkemuka dalam pertimbangan hukum Hakim
yaitu :
1. Pertimbangan Yuridis
berikut:
111
(2) Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
piutang;
saksi.
112
- Pasal-Pasal peraturan Perundang-Undangan terkait yang
368 ayat (1) KUHP dan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Pertimbangan Non-Yuridis
terjadi perdamaian;
113
kualifikasi, tuntutan dan penerapan hukum pidana terhadap tindak
lebih baik dalam masyarakat juga agar menjadi hal yang ditakuti
114
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
(1) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 dan ketentuan Pasal 369 ayat (1)
115
pertimbangan-pertimbangan Hakim yang berdasarkan
B. Saran
116
kehendaknya sendiri, dikarenakan adanya ancaman
menyerang kehormatan.
diperketat aturannya.
117