Anda di halaman 1dari 13

Komponen Ujian Tertulis Berbasis

Komputer dalam Seleksi Nasional


Penerimaan Mahasiswa Baru (UTBK-
SNPMB)
Berdasarkan penjelasan pada kebijakan umum, materi tes dalam Ujian
Tertulis Berbasis Komputer dalam Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa
Baru (UTBK-SNMPMB) Tahun 2023 akan terdiri dari dua komponen besar
yaitu Tes Potensi Skolastik dan Tes Literasi. Jelajahi bagian utama di bawah
ini untuk mendapatkan informasi terkait komponen kerangka dalam UTBK-
SNPMB.

Tes Skolastik
➩ Kemampuan Penalaran Umum
➩ Pengetahuan dan Pemahaman Umum
➩ Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis
➩ Pengetahuan Kuantitatif

Tes Literasi
➩ Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
➩ Penalaran Matematika

Tes Potensi Skolastik


Tes Potensi Skolastik (TPS) adalah tes yang didesain untuk menguji
kemampuan berfikir siswa sekolah calon mahasiswa baru, yaitu kemampuan
untuk memahami dan bernalar yang diperlukan untuk seseorang dapat
berhasil dalam pendidikan formal, khususnya pendidikan tinggi. Kemampuan
ini berkembang melalui proses belajar dan pengalaman-pengalaman di
sekolah maupun di luar sekolah.

TPS terdiri dari empat komponen, ialah Penalaran Umum, Pemahaman Bacaan
dan Menulis, Pengetahuan dan Pemahaman Umum, serta Pengetahuan
Kuantitatif. Komponen Penalaran Umum terdiri dari tiga sub-komponen, ialah
penalaran induktif, penalaran deduktif, dan penalaran kuantitatif.

Kemampuan Penalaran Umum

Penalaran Induktif

10 soal

10 menit

Penalaran Deduktif

10 soal

10 menit

Penalaran Kuantitatif

10 soal
10 menit
Komponen Kemampuan Penalaran Umum dalam TPS menguji kemampuan
seseorang untuk secara terarah dan terkendali menggunakan prosedur-prosedur
untuk memecahkan masalah-masalah baru yang tidak dapat diselesaikan hanya
dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dipelajari sebelumnya.
Kemampuan yang diujikan mencakup:

1. Kemampuan memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dihadapi


sebelumnya
2. Kemampuan bernalar secara abstrak yang tidak semata-mata merupakan hasil
dari pembelajaran sebelumnya

Pengujian dilakukan untuk menilai bagaimana seseorang dapat berpikir secara


induktif, deduktif, serta bagaimana seseorang dapat bernalar dengan menggunakan
angka-angka yang disebut sebagai kemampuan penalaran kuantitatif.

Yang dimaksudkan dengan kemampuan berpikir secara induktif adalah


kemampuan untuk mengamati fakta-fakta atau kejadian-kejadian untuk
menemukan prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang mendasarinya. Yang
dimaksudkan dengan kemampuan berpikir secara deduktif adalah kemampuan
seseorang untuk bernalar secara logis dengan menggunakan premis-premis dan
prinsip-prinsip yang telah diketahui sebelumnya. Sedangkan yang dimaksudkan
dengan kemampuan berpikir melalui penggunaan angka adalah kemampuan
berpikir yang melibatkan kuantitas, hubungan matematika sederhana, yang
melibatkan penggunaan operator aritmetika dasar seperti penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Pengetahuan dan Pemahaman Umum

20 soal

15 menit
Pada komponen ini yang diujikan adalah kemampuan untuk memahami dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang dianggap penting di lingkungan budaya
Indonesia terutama keterampilan dalam berbahasa, menggunakan kata, dan
keluasan serta kedalaman pengetahuan umum. Termasuk dalam kemampuan ini
adalah pengetahuan praktis seseorang tentang bahasa, informasi, dan konsep-
konsep khusus yang berbasis verbal dan kebahasaan.

Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis

20 soal

25 menit
Kemampuan membaca dan menulis adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh
seseorang yang meliputi kemampuan dasar dalam membaca, kelancaran membaca,
dan keterampilan menulis yang diperlukan untuk memahami bahasa tulis dan
ekspresi pikiran melalui tulisan. Kemampuan ini mencakup kemampuan-
kemampuan dasar dan kemampuan yang lebih kompleks seperti memahami
wacana tertulis dan menulis cerita.

Pengetahuan Kuantitatif

20 soal

20 menit
Pengetahuan kuantitatif adalah kedalaman dan luasnya pengetahuan yang terkait
dengan matematika, yang merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan mewakili kemampuan untuk menggunakan informasi kuantitatif
dan memanipulasi simbol-simbol angka. Kemampuan ini mencakup pengetahuan
mengenai ukuran perhitungan matematika, pemecahan masalah matematika, dan
pengetahuan umum matematika.
Pengetahuan kuantitatif berbeda dengan penalaran kuantitatif. Secara umum,
pengetahuan kuantitatif merupakan sekumpulan pengetahuan matematika yang
diperoleh seseorang, termasuk kemampuan untuk melakukan perhitungan
matematika. Sementara itu, penalaran kuantitatif merupakan kemampuan untuk
menalar secara induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah-masalah yang
berupa angka-angka.

Tes Literasi
Kata “literasi” memiliki arti yang luas. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan kata literasi sebagai (1) kemampuan menulis dan membaca, (2)
pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu,
misalnya, literasi komputer; dan (3) kemampuan individu dalam mengolah
informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa


Inggris

Literasi dalam Bahasa Indonesia

30 soal

45 menit

Literasi dalam Bahasa Inggris

20 soal
30 menit
Tes Literasi dalam Bahasa Indonesia dan Tes Literasi dalam Bahasa Inggris dalam
Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2023 berfokus pada Literasi
Membaca (Reading Literacy). Adapun yang dimaksudkan dengan literasi membaca
adalah kemampuan seseorang memahami, menggunakan, mengevaluasi,
merenungkan, dan berinteraksi secara aktif dan berkelanjutan (engage) dengan teks
dengan arah untuk mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi,
serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Dengan pengertian tersebut, Literasi
Membaca merupakan suatu proses aktif membangun makna seluruh bacaan
berdasarkan interaksi antara pembaca dan teks. Untuk mengonstruksi makna
seluruh bacaan, diperlukan penalaran dan pengetahuan strategi membaca yang
efektif. Dalam proses membaca, seorang pembaca (peserta tes SNPMB dalam
konteks ini) menggunakan repertoar kompetensi kebahasaan dan strategi kognitif
untuk mengonstruksi makna bacaan.

Terdapat dua hal utama yang menjadi tolok ukur keberhasilan seorang pembaca
dalam mengonstruksi makna seluruh bacaan, yaitu:

⊛ Kompetensi Kebahasaan
Kompetensi kebahasaan merupakan penguasaan kebahasaan yang dimiliki oleh
pembaca atas bacaan yang digunakan dalam bacaan—dalam konteks SNPMB ini
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kompetensi kebahasaan peserta tes
akan diuji melalui pemahaman peserta tes atas perbendaharaan kata yang disajikan
dalam bacaan. Bacaan yang disajikan menggunakan bahasa baku baik dari segi tata
bahasa maupun kosakata sehingga kompetensi bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris baku pembaca atau peserta tes pun menjadi tuntutan.
⊛ Strategi Kognitif
Strategi kognitif merupakan suatu strategi pembelajaran bacaan yang digunakan
oleh pembaca suatu teks untuk memahami suatu bacaan. Strategi kognitif
merupakan proses mental yang digunakan oleh pembaca terlatih untuk menyarikan
dan mengkonstruksi makna bacaan dan menciptakan struktur pengetahuan dalam
memori jangka panjang pembaca. Strategi kognitif, yang sekaligus menjadi hal yang
disuguhkan dalam tes, mencakupi hal-hal berikut.
1. Pengaktifan: Pembaca (peserta tes) menggunakan pengetahuan atau pengalaman terdahulu untuk
dihadapkan pada teks-teks bacaan yang sebagian telah berada dalam domain pengetahuan latar be
akan mampu menghubungkan pengetahuan latar belakang itu dengan konten dalam bacaan saat m

2. Penyimpulan: Pembaca (peserta tes) menyatakan kembali atau menyimpulkan situasi dalam bacaan
menghubungkan teks dengan konteks untuk memahami seluruh atau sebagian isi bacaan.

3. Penemuan hal yang sesuai dan yang tidak sesuai: Pembaca (peserta tes) akan berinteraksi dengan t
atas bacaan dengan sejumlah pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan konten bacaan.

4. Pemahaman atas gagasan penting dalam bacaan: Pembaca (peserta tes) akan menghimpun gagasa
mengenali kata kunci, menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau hal penting dalam bacaan.

Dalam proses membaca, seorang pembaca tidak hanya berhadapan dengan teks,
tetapi juga ia harus mampu menemukan konteks yang melingkungi teks sehingga
pemahaman atas bacaan menjadi utuh. Konteks teks yang disajikan dalam SNPMB
merupakan bidang teks personal dan bidang teks keilmuan yang bervariasi dan
familiar dengan pembaca (peserta tes). Bidang teks mencakupi bidang ilmu
pengetahuan alam, yang mencakupi sains dan teknologi, dan bidang ilmu
pengetahuan sosial dan humaniora.

Berdasarkan isi informasi dan kandungan pengetahuan di dalamnya, teks atau


bacaan yang digunakan dapat dipilah ke dalam 4 (empat) kategori, yakni (1) teks
umum, (2) teks sastra, (3) teks saintek, dan (4) teks sosial humaniora. Teks umum
berupa bacaan bergenre inspiratif dan informasi umum, teks sastra berupa teks
bergenre novel, sedangkan teks saintek dan sosial humaniora berupa teks bergenre
eksplanatif, ulasan, dan argumentatif. Konten teks sebagaimana dimaksud di atas
berupa teks yang hadir dalam (1) konteks-personal inspiratif, (2) konteks novel
remaja, dan (3) konteks informasi dan pengetahuan umum popular. Sedangkan
keterampilan kognitif yang digali meliputi:
1. menggali dan mengungkapkan informasi dalam bacaan;
2. memadukan informasi dan menafsirkan makna bacaan;
3. mengapresiasi karya sastra (dalam novel remaja);
4. menginterpretasi dan menganalisis unsur eksplanatif bacaan;
5. menginterpretasi dan menganalisis unsur eksplanatif bacaan; dan
6. menganalisis dan mengevaluasi ulasan (objek bahasan) dalam bacaan.

Distribusi dari keterampilan kognitif serta kompleksitas teks Tes Literasi dalam
Bahasa Indonesia dan Tes Literasi dalam Bahasa Inggris, adalah seperti yang
dirangkum sebagai berikut:
(1) menggali dan mengungkapkan informasi a. menentukan inti bacaan
teks personal inspiratif
b. menyimpulkan isi bacaan

(2) memadukan informasi dan menafsirkan a. menentukan makna kontekstual kata


makna teks umum
b. menentukan tema dalam teks sastra

(3) menginterpretasi dan menganalisis unsur a. menemukan tema dalam teks sastra
ekksplanatif teks popular saintek dan sosial
humaniora b. menemukan nilai dalam teks sastra

c. menentukan unsur proses dalam bacaan ekspla

(4) menginterpretasi dan menganalisis unsur a. menentukan unsur sebab-akibat bacaan eksplan
eksplanatiff teks popular saintek dan sosial b. menentukan kelengkapan paparan kekhasan ob
humaniora
c. menentukan keakuratan paparan kelebihan obje

d. menentukan keakuratan paparan kekurangan o

e. menentukan ketepatan opini atas objek bahasan

(6) menginterpretasi dan menganalisis unsur a. menentukan gagasan pendirian yang relevan/tid
eksplanatif teks popular saintek dan sosial
humaniora b. menentukan fakta/data yang relevan/tidak relev
argumentatif

c. menentukan simpulan yang relevan/tidak releva


dalam bacaan argumentatif

d. menentukan inferensi meyakinkan dalam bacaa

Penalaran Matematika

20 soal

30 menit
Berdasarkan dokumen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Kemdikbudristek
tahun 2022 mengenai numerasi, penalaran matematika didefinisikan kemampuan
individu untuk melakukan penalaran secara matematis yang ditunjukkan dengan
kemampuan dalam merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan permasalahan
atau informasi yang melibatkan aspek kuantitatif. Proses yang melibatkan literasi
matematika memiliki beberapa elemen pendukung seperti prosedur, fakta, dan
alat. Elemen-elemen ini dipakai untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena di dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki
penalaran matematika cenderung akan mampu membuat keputusan yang tepat
berdasarkan didasarkan pada penalaran yang sistematis, analitis dan logis.

Penekanan penalaran matematika yang dipakai dalam AKM sejalan dengan


framework dari survei PISA yang sangat menekankan kebutuhan untuk
mengembangkan kapasitas individu untuk menggunakan matematika dalam
konteks. Namun demikian, aspek keluasan pengalaman juga menjadi perhatian.
Secara operasional aspek pengalaman ini ditunjukkan dengan pengalaman individu
dalam menyelesaikan masalah-masalah matematis di berbagai konteks misalnya
bidang, situasi atau hal-hal yang membatasi cara meninjau permasalahan tersebut.
Dengan kata lain, ada dua hal yang ditekankan dalam penalaran matematika, yaitu:

⊛ Penggunaan konsep matematika dalam mengatasi masalah dalam sebuah


konteks
⊛ Penggunaan pengalaman di dalam kelas untuk mengatasi masalah

Penekanan kemampuan penalaran matematika juga dikaitkan dengan proses


kognitif yang terlibat dalam penyelesaian masalah yang dilakukan. Tiga proses
kognitif yang dilibatkan tersebut adalah sebagai berikut:

⊛ Memformulasikan (formulate)
⊛ Menggunakan/Menerapkan (employ)
⊛ Menginterpretasikan (interpret)

Ketiga proses kognitif ini semuanya terkait dengan konteks yang membatasi
permasalahan yang ditelaah. Sejak dari proses awal, konteks diharapkan menjadi
elemen yang selalu menyertai proses kognitif tersebut. Mulai dari
memformulasikan permasalahan, formulasi masalah harus memperhatikan konteks
masalah. Misalnya, individu harus mampu memahami perbedaan dalam
memformulasikan tren perubahan harga barang yang berbeda dengan tren
perubahan tinggi tanaman. Demikian juga pada proses penerapan prinsip-prinsip
matematika, individu harus mengenali kapan sebuah prinsip matematika dapat
diterapkan pada sebuah masalah dan kapan prinsip tersebut tidak dapat diterapkan
sehingga harus menggunakan prinsip lainnya.

⊛ Penentuan Domain Penalaran Matematika


⊛ Pengukuran Penalaran Matematika
⊛ Konten Pengukuran Penalaran Matematika
Penentuan Domain Penalaran Matematika

Berdasarkan paparan di atas, penalaran matematika terdiri dari tiga elemen yang
sangat berkaitan, yaitu proses, konten dan konteks.
Proses Proses menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk mengaitkan masalah

Konten Konten menunjukkan substansi materi yang dilibatkan dalam pengukuran yang dilakuk

Konteks adalah letak atau posisi dari permasalahan yang harus diatasi dalam semesta
Konteks masalah.

⊛ Model Dinamika Proses Penalaran Matematika


Model Dinamika Proses Penalaran Matematika

Diagram di atas menjelaskan proses yang dialami oleh individu ketika


menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan penalaran
matematika.
 Memformulasikan Masalah. Proses bekerjanya penalaran matematika berawal
dari identifikasi sebuah masalah dalam konteks tertentu. Tidak semua masalah
dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip matematika.
Keberhasilan dalam mengidentifikasi masalah ini tergantung dari kemampuan
individu dalam melakukan formulasi atau perumusan masalah. Proses perumusan
yang optimal ditunjukkan dengan efektivitas individu dalam mengenali dan
mengidentifikasi peluang untuk menggunakan prinsip matematika dalam
mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya, individu kemudian merumuskan
masalah tersebut dengan cara dikontekstualisasikan ke dalam bentuk
matematika.
 Menerapkan Prinsip Matematika. Setelah individu memahami keterkaitan
antara masalah yang ditelaah tersebut dengan prinsip matematika yang paling
relevan untuk dipakai dalam meninjaunya, individu mulai masuk ke dalam proses
menerapkan. Ketika berhasil pada titik ini individu dapat dikatakan berhasil
merumuskan masalah secara matematis. Pada proses ini individu melakukan
penerapan yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan, manipulasi dan
menerapkan konsep dan fakta yang mereka ketahui untuk sampai pada solusi
secara matematis.
 Menginterpretasikan Solusi. Penerapan solusi berdasarkan prinsip matematika
terhadap sebuah masalah akan menghasilkan sebuah hasil atau solusi yang
ditemukan. Proses penalaran dengan menggunakan kemampuan penalaran
matematika belum berakhir karena individu harus menafsirkan ketepatan solusi
tersebut dengan konteks masalah. Kemampuan dalam menginterpretasikan hasil
menunjukkan kemampuan individu dalam merefleksikan solusi atau kesimpulan
matematis yang ditemukan kemudian menafsirkannya dalam konteks masalah
dunia nyata.
 Mengevaluasi Hasil. Interpretasi terhadap solusi yang ditemukan tidak dapat
digeneralisasikan secara langsung. Generalisasi dapat dilakukan ketika ada
keselarasan kondisi atau karakteristik antara hasil yang didapatkan dengan solusi
atau rekomendasi yang diberikan. Pada titik ini interpretasi terhadap masalah
yang sudah ditemukan perlu dievaluasi agar solusi atau rekomendasi yang
diberikan memiliki ketepatan yang tinggi. Terkait hal ini, misalnya individu juga
diharapkan mampu untuk menemukan apakah hasil atau kesimpulan yang
ditemukan tersebut logis ataukah tidak, mengatasi pokok masalah yang disasar
ataukah meleset, merupakan solusi terbaik ataukah bukan.
Pengukuran Penalaran Matematika

Pengukuran terhadap kemampuan penalaran matematika dilakukan


mengombinasikan berapa aspek berupa konten, proses kognitif dan konteks.
Konten ukur menyasar pada aspek substantif domain konstruk ukur yang relevan
dengan materi-materi yang diujikan. Proses kognitif menekankan pada proses
mental yang melibatkan aspek kognitif individu untuk mengatasi sebuah
permasalahan. Di dalam kaitannya dengan kemampuan numerasi, identifikasi
terhadap proses kognitif dalam sebuah pengukuran kemampuan numerik dapat
juga dilihat sebagai sebuah upaya melakukan formalisasi proses ini. Artinya, proses
kognitif sebenarnya muncul dalam setiap proses pemecahan masalah kuantitatif
namun seringkali tidak dijelaskan secara eksplisit sebagai domain kemampuan yang
dilaporkan secara formal menjadi sebuah skor. Konteks adalah sesuatu yang
membatasi sebuah informasi berdasarkan beberapa aspek seperti ruang lingkup,
jangkauan waktu atau bidang yang ditekankan. Konteks adalah sebuah elemen
penting yang membuat informasi lebih spesifik sehingga mudah dipahami dan
dijabarkan lebih rinci.
Konten Pengukuran Penalaran Matematika

Konten pengukuran penalaran matematika pada UTBK 2023 akan melibatkan


empat domain ukur yaitu bilangan, pengukuran dan geometri, ketidakpastian dan
data, serta aljabar. Semua konten ini sesuai dengan framework asesmen melalui
AKM sehingga proses pengukuran penalaran matematika sejalan dengan arah
kebijakan saat ini.

⊛ Bilangan
Bilangan (quantity) adalah atribut dari sekumpulan objek yang memiliki harga
kuantitatif dan diekspresikan melalui sebuah bilangan. Sesuai dengan framework
dari AKM tahun 2021 domain ukur bilangan ini terdiri atas sub domain berupa
representasi, sifat urutan, dan operasi.
 Representasi. Sub domain ini terkait dengan representasi bilangan cacah, bulat,
pecahan, desimal, irasional, berpangkat dan notasi ilmiah. Pengukuran pada
domain ini banyak diarahkan pada seberapa tepat individu memahami berbagai
representasi bilangan dalam bentuk-bentuk harga kuantitatif.
 Sifat Urutan. Sifat Urutan. Sub domain ini berkaitan dengan sifat urutan dari suatu
harga kuantitatif. Pengukuran pada domain ini diarahkan pada pembandingan
informasi yang diekspresikan pada harga kuantitatif yang jamak. Individu yang
memahami sub domain ini dengan baik akan mampu mengidentifikasi objek
mana yang memiliki harga kuantitatif yang lebih besar atau mengurutkannya
berdasarkan kuantitasnya.
 Operasi Hitung. Sub domain ini mengukur sejauh mana pemahaman individu
dalam penggunaan bilangan dalam sebuah operasi hitung.
⊛ Pengukuran dan Geometri
Berdasarkan framework AKM dalam pengukuran geometri dan pengukuran,
domain geometri dan pengukuran menekankan pada penalaran individu terhadap
masalah-masalah yang melibatkan ruang bidang. Ada tiga dimensi yang diukur yaitu
bangun geometri, pengukuran, dan penalaran spasial. Kemampuan yang diukur
menekankan pada kemampuan individu untuk:
 Penguasaan individu terhadap konsep dan penerapan untuk mengenali kuantitas
dari atribut-atribut dari sebuah bangun ruang (misalnya luas dan volume).
 Penguasaan individu terhadap harga kuantitatif dari atribut bangun ruang yang
terskala (metrik), baik dalam skala satuan pokok (panjang, massa, waktu) maupun
skala satuan turunan (luas, debit, volume).
 Penguasaan individu terhadap atribut ruang spasial seperti arah, sistem koordinat
petak, dan sistem koordinat kartesius.
⊛ Data dan Ketidakpastian
Berdasarkan framework AKM tahun 2021, data dan ketidakpastian merujuk pada
data dan representasinya. Mulai dari penyajian data secara sederhana,
menggunakan turus dan diagram gambar hingga mengevaluasi data yang lebih
kompleks. Ketidakpastian dan peluang merujuk pada adanya kejadian yang
mungkin atau tidak mungkin yang disimpulkan berdasarkan peluang dari berbagai
kejadian yang bersifat majemuk. Menurut OECD (2017) kemampuan yang terkait
dengan domain ini adalah kemampuan dalam mengenali adanya variasi dalam
suatu proses, memiliki sensitivitas terhadap adanya variasi dalam proses dan hasil
kuantifikasi, memahami adanya ketidakpastian dan kesalahan dalam pengukuran,
atau mengetahui tentang peluang. Kemampuan berikut ini juga dilihat termasuk
dalam domain ini: kemampuan dalam membentuk sesuatu (forming), ketepatan
dalam menafsirkan dan ketepatan mengevaluasi suatu kesimpulan yang ditarik dari
sebuah situasi penuh dengan ketidakpastian. Kemampuan dalam melakukan
penyajian dan interpretasi data dilihat sebagai kemampuan pokok yang melandasi
berbagai kemampuan tersebut.

Pada tingkat sekolah menengah atas, siswa telah mempelajari adanya faktor acak
(random) yang dapat mempengaruhi ekspresi atau manifestasi dari sebuah
informasi.

Siswa juga telah belajar untuk menggunakan data untuk melakukan estimasi dan
membuat inferensi berdasarkan kemungkinan yang paling tepat. Mereka dapat
membandingkan kualitas laporan penelitian berdasarkan data dan dapat
menggunakan data simulasi untuk membuat perkiraan dan menginformasikan
penilaian.
⊛ Aljabar
Berdasarkan framework AKM dalam pengukuran aljabar, domain aljabar terdiri atas
sub domain persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola
bilangan), serta rasio dan proporsi. Dalam pengukuran aljabar, aspek penalaran
lebih ditekankan daripada teori aljabar semata sehingga domain ini dapat dikatakan
sebagai penalaran aljabar. Oleh karena menekankan kepada aspek penalaran maka
pengukuran aljabar tidak hanya berfokus pada pemecahan atau penyederhanaan
persamaan rumus aljabar yang memiliki kompleksitas tinggi. Sub domain
persamaan dan pertidaksamaan, pemahaman yang dinilai mulai dari
menyelesaikan persamaan sederhana hingga sistem persamaan linear tiga variabel.
 Pengukuran relasi dan fungsi, pemahaman. Sub domain ini menekankan pada
kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah dengan melibatkan suatu
fungsi aljabar.
 Pengukuran rasio dan proporsi. Sub domain ini menekankan pada pemahaman
konsep rasio/skala dalam permasalahan sehari- hari hingga menyelesaikan
masalah aritmetika sosial.
Penalaran aljabar melibatkan berbagai macam proses kognitif misalnya
menerjemahkan masalah yang diekspresikan dalam bentuk kalimat ke dalam
ekspresi baik berupa persamaan atau pertidaksamaan. Kemampuan ini merupakan
kemampuan dasar yang diperlukan untuk menyelesaikan soal-soal dalam domain
ukur aljabar. Selanjutnya, proses penyelesaian soal-soal aljabar melibatkan proses
memecahkan persamaan linear atau pertidaksamaan dengan satu variabel hingga
tiga variabel, menafsirkan persamaan linear, ekspresi, atau pertidaksamaan dalam
konteks dan memahami bagaimana grafik linier berkaitan dengan persamaan atau
sistem persamaan atau pertidaksamaan.

Anda mungkin juga menyukai