Anda di halaman 1dari 2

Reminder

Dulu, Musnad Imam Ahmad ditulis tanpa halaman, tanpa nomor hadits, dan tanpa daftar isi.
Ibnu Hibban juga, ketika menulis Shahih-nya, beliau hanya menyusun hadits-hadits
.berdasarkan klasifikasi yang dibuatnya, sama sekali tidak ada penomoran hadits

Kenapa demikian? Padahal Musnad Imam Ahmad dan Shahih Ibnu Hibban termasuk di
antara kitab-kitab induk referensi hadits. Kenapa ditulis tanpa penomoran? Bukankah itu
?justru menyulitkan untuk dijadikan referensi

Disebutkan bahwa dulu, seseorang butuh mencari satu hadits dalam Musnad Imam Ahmad.
Dua tahun waktu yang dia habiskan untuk membaca Musnad Imam Ahmad hingga dia
menemukan hadits yang dia cari. Karena memang, dia memutuskan untuk mengkaji Musnad
tersebut dari awal hingga akhir. Waktu dua tahun terbayar dengan mahal tak terhingga. Di
samping mendapatkan hadits yang dicarinya, dia telah mengumpulkan ilmu yang banyak,
.sebagai hasil dari bacaan dan telaahnya selama 2 tahun tersebut

Itulah alasan mengapa ulama-ulama terdahulu tidak mencantumkan penomoran hadits, tak
.ada halaman, apalagi daftar isi

.Agar kitab yang mereka tulis, dibaca dari awal hingga akhir

Sekaligus ini menggambarkan betapa dahsyatnya semangat Salaf dalam membaca. Karena
para penuntut ilmu terdahulu, tidak pernah mengeluhkan Musnad Imam Ahmad yang ditulis
.tanpa penomoran dan daftar isi

Justru di zaman kita inilah, pihak percetakan terpaksa membuat penomoran, halaman,
daftar isi, dan indeks, pada kitab-kitab induk referensi. Agar memudahkan dijadikan sebagai
referensi dan rujukan. Semua itu pada hakikatnya tidak menggambarkan apa-apa di zaman
kita ini selain; kemalasan dan kemunduran yang parah dalam urusan membaca dan mengkaji
.kitab-kitab para ulama

Ulama-ulama salaf terdahulu, tidak memaksudkan kitab-kitab yang mereka tulis untuk
dijadikan sekedar rujukan. Mereka menulis kitab, agar kitab mereka dibaca dari awal hingga
.akhir
______

Ditulis berdasarkan faidah yang penulis dapat dari potongan rekaman Muhadharah Syaikh *
Dr. 'Abdulkariim bin 'Abdillah al-Khudhair --hafizhahullaah-- (Guru Besar dan Pengajar di
.Masjidil Haram dan Masjid Nabawi)

Johan Saputra Halim ✍️

Telegram: t.me/kristaliman

Anda mungkin juga menyukai