Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS PADA ANAK DI PUSKESMAS RAWAJITU KABUPATEN


TULANG BAWANG

Disusun Oleh :
TITO AGUS PRASTIA
NIM. 2022207209416

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
FEBRIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Anak

a. Pengertian Anak

Berdasarkan konveksi hak-hak anak yang disetujui oleh majelis

umum. Perserikatan Bangsa-Bangsa, anak adalah setiap orang yang

berusia dibawah 18 tahun (WHO, 2017). Menurut Undang-Undang

No. 23 Tahun 202 tentang perlindung anak, anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak anak tersebut

dalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Kemenkes, 2014).

Periode anak adalah rentang usia yang rentan terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Anak berusia di bawah lima tahun sering

kali mengalami berbagai macam gejala penyakit infeksi, salah satunya

adalah demam (Rismawan, 2018).

b. Kelompok Umur Anak

Berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang pembagian kelompok usia

anak sebagai berikut:

a) Bayi umur 0 - < 1 tahun

b) Balita umur 0 - <5 tahun

c) Anak Pra sekolah umur 5 - < 6 tahun


d) Anak usia Sekolah umur 6 – <13 tahun

e) Anak remaja usia 13 – 18 tahun

c. Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini menyangkut

perkembangan sel tubuh, organ dan system tubuh yang berkembang

untuk memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan intelektual,

emosi dan tingkah laku (Soetjiningsih, 2015). Ada 5 aspek

perkembangan yang perlu dibina dan dipantau, yaitu :

a) Perkembangan motorik

1) Motorik kasar

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk dengan berdiri (Soetjiningsih,

2015).

2) Motorik halus

Adalah aspek berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjepit,

menulis (Fida dan Maya, 2013).


b. Perkembangan kognitif

Merupakan proses berfikir, yang meliputi kemampuan individu

untuk menilai, menghubungkan, dan mempertimbangkan suatu

peristiwa. (Kyle da Carman 2013).

c. Perkembangan Bahasa

Kemampuan bicara dan Bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah.

d. Perkembangan sosial

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,

membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu

atau pengasuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungan.

e. Pengukuran perkembangan

Perkembangan merupakan proses untuk anak belajar lebih

mengenal, memakai, dan menguasai sesuatu yang lebih dari

sebuah aspek. Perkembangan bahasa salah satunya tujuan dari

perkembangan satu Bahasa ialah agar anak mampu

berkomunikasi secara verbal dengan lingkungan (Sulistiawati,

2015).
2. FEBRIS

a. Pengertian

Febris/demam dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu

tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di

hipotalamus. Pusat pengaturan suhu mempertahankan suhu dalam

keadaan seimbang baik pada saat sehat ataupun demam dengan

mengatur keseimbangan diantara produksi dan pelepasan panas tubuh

(Sodikin, 2012).

Demam merupakan kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh

kenaikan titik-ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat

regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh

dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer

dingin dan panas (Nelson, 2012).

b. Etiologi Febris

Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen

yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar

tubuh dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan

pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki kemampuan

untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat

pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti

interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF).

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan


toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada

gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,

koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab

demam diperlukan ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,

pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan

mengevaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara

tepat dan holistik. Pada perdarahan internal, saat terjadinya reabsorpsi

darah dapat pula menyebabkan peningkatkan temperatur. Suatu

kenyataan sering perlu diketahui dalam praktek adalah penyakit-

penyakit andemik di lingkungan tempat tinggal pasien (Sodikin,

2012).Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara

timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala

lain yang menyertai demam (Nurarif & Kusuma, 2014).

c. Patofisiologis Febris

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi

berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme

ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh

leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula

dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil

pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan

tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1

sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara

meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1


juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan

prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini,

kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi

demam (Nurarif & Kusuma, 2014).

Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan

metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan

makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta

lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh

cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan

ini mengarah pada ketosis (Yahya, 2018).

Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal,

dan pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam

keaadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya

ditambah dengan timbulnya stupor dan koma. Kekurang cairan dan

elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini

mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.

Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit

maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami

gangguan. Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium

perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya :

Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb

akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan

mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi


febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan sputum

diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk –

batuk ) (Yahya, 2018).

d. Pathway Febris

Sumber : Nurafif dan Kusuma (2014).


e. Tanda dan Gejala Febris

Menurut Nurafif dan Kusuma (2014), Sewaktu demam

berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis pada demamnya. Ada

3 fase yang terjadi selama demam berlangsung, yaitu :

a) Fase I (awitan dingin atau menggigil)

Pada fase awal ini demam akan disertai dengan :

1) Peningkatan denyut jantung

2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

5) Merasakan sensasi dingin

6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontruksi

7) Rambut kulit berdiri

8) Pengeluaran keringat berlebihan

9) Peningkatan suhu tubuh

b) Fase 2 (proses demam)

Selama proses demam berlangsung akan disertai dengan :

1) Proses menggigil hilang

2) Kulit terasa hangat (panas)

3) Merasa tidak panas (dingin)

4) Peningkatan nadi dan laju pernapasan

5) Peningkatan rasa haus


6) Dehidrasi ringan hingga berat

7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf Lesi

mulut

8) Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)

9) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat

katabolisme protein

c) Fase III (pemulihan)

Saat fase pemuliha makan akan disertai :

1) Kulit tampak merah dan hangat

2) Berkeringat

3) Menggigil ringan

4) Kemungkinan mengalami dehidrasi.

3. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian Kasus Medis

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengambil data

mengenai pasien. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data

dasar dan semua informasi yang diperluka untuk mengevaluasi pasien

(Roymond, 2009). Pengkajian anak dengan demam (febris), antara lain

sebagai berikut :

a) Anamnesa (Data subyektif) Amamnesa adalah pemeriksaan yang

dilakukan dengan wawancara (Nursalam, 2013).


1) Identitas

Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa

benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak

yang lain (Nursalam, 2013). Identitas tersebut meliputi :

a. Nama anak

Data diperlukan nama anak untuk memastikan bahwa yang

diperiksa benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus

jelas dan lengkap disertai nama panggilan akrabnya.

b. Umur

Umur dikaji untuk mengingat periode anak yang

mempunyai ciri khasnya dalam mortalitas, usia anak juga

perlu untuk menginterpretasikan data pemeriksaan klinis

anak serta untuk menentukan pemberian dosis obat pada

anak.

c. Jenis kelamin

Dikaji untuk identitas dan penilaian data pemeriksaan

klinis, misalnya penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan reproduksi.

d. Anak keberapa

Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien dan data

dalam pembuatan genogram.


e. Nama orang tua Dikaji agar dituliskan dengan jelas supaya

tidak keliru dengan pasien anak yang lain.

f. Umur orang tua

g. Agama

Menggambarkan nilai-nilai spiritual dan keyakinan orang

tua pasien dan merupaka pedoman hidup dan dijadikan

pegangan dalam mengambil keputusan untuk memberikan

tindakan keperawatan dalam spiritual.

h. Pendidikan

Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh

serta ditentukan pola pendekatan anamnesis.

i. Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk

menentukan tindakan dan keperawatan yang dapat

dilakukan sesuai dengan kemampuan orang tua membiayai

perawatan anaknya.

j. Alamat Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien

b) Riwayat Kesehatan

Menurut Nursalam (2013), riwayat kesehatan adalah untuk

mengetahui alasan pasien datang dan riwayat kesehatannya dahulu

sekarang, serta riwayat kesehatan keluarga untuk menemukan

masalah kesehatanyang sedang dialami pasien dan untuk


menentukan diagnosa keperawatan serta tindakan yang akan

diberikan pada pasien.

1) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang

menyebabkan pasien dibawa berobat, dan pada kasus febris

keluhan utama yang dirasakan anak adalah panas dan rewel.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui kapan

terjadinya demam, sudah berapa hari demam terjadi,

karakteristik demam(malam hari, pagi hari, seanjang hari), dan

keluhan lain yang dirasakan pada saat demam(mual, muntah,

batuk, pilek).

3) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah

sebelumnya pasien mengalami penyakit yang sama atau

penyakit lainnya.

4) Riwayat Kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga adalah untuk melihat apakah

keluarga pernah menderita gejala dan sakit yang sama, apakah

keluarga memiliki penyakit yang menurun dan menular.

c) Pemeriksaan vital signs


Pengkajian dapat berupa vital signs berupa denyut nadi normal

pada anak adalah 80-115x/menit, denyut nadi anak dengan demam

>115x/menit. Pernafasan normal 25-30x/menit, anak dengan

demam>30x/menit. Temperatur normal adalah 36 ̊C-37 ̊C,

temperatur pada anak demam adalah ≥ 38 ̊C.

1) Sistem pernafasan dikaji untuk mengetahui apakah pasien

memiliki gangguan pernafasan berupa dispnea berupa sesak

nafas sehingga perlu mendapatkan bantuan oksigen. Pengkajian

juga dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki

riwayat penyakit dengan gangguan pernafasan berupabronkitis,

pneumonia, atau sebagainya yang menyebabkan gejala

kenaikan suhu tubuh pada anak.

2) Pengkajian kardiovaskuler untuk mengetahui apakah anak

memiliki gangguan pernafasan yang disebabkan oleh gangguan

jantungdan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan

denyut nadi.

3) Sistem gastrointestinal mengkaji apakah terdapat gangguan

buang air besar (BAB) yang apabila terjadi diare, mual, dan

muntah dapat mengakibatkan dehidrasi yang akan

memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

4) Sistem perkemihan mengkaji apakah pasien terdapat riwayat

ginjal, melihat frekuensi buang air kecil (BAK), apakah anak

terdapat kesulitan BAK, dan melihat warna urine.


5) Sistem persyarafan mengkaji apakah pasien mengalami

gangguan pada persyarafan yang memiliki gejala pusing

danrasa ingin pingsan, kelemahan, kejang.

6) Sistem imun mengkaji riwayat imunisasi anak berupa imunisasi

BCG, hepatitis A dan B, DPT, polio, campak, dan sebagainya.

7) Sistem reproduksi dikaji untuk melihat apakah terdapat

gangguan pada reproduksi yang akan memunculkan gejala

kenaikan suhu tubuh.

8) Sistem muskuloskeletal mengkaji untuk melihat tumbuh

kembang anak, serta aktivitas anak.

9) Sistem endokrin mengkaji apakah pasien mengalami gangguan

tidur, lemah, mudah lelah.

10) Sistem integumen mengkaji apakah pasien memiliki

masalahkulit yang mengakibatkan infeksi dan memunculkan

gejala kenaikan suhu tubuh.

11) Sistem hematologi mengkaji apakah anak mengalami anemia,

perdarahan, atau terdapat penyakit gangguan pada darah berupa

leukimia yang memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

d) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan Hematologi rutin,

Widal, Gal kultu, Pembiakan kuman dan cairan tubuh dan

Ultrasonografi, endoskopi, atau scanning.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif

dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan

proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,

keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

(Hutahaean Serri, 2010) Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa

keperawatan yang muncul yaitu:

1) Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas

2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake

yang kurang dan kehilngan volume cairan aktif

3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna

makanan

4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan

5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

c. Intervensi Keperawatan

Penyusunan intervensi keperawatan berpedoman pada buku SDKI,

SIKI, SLKI (2017). Intervensi keperawatan yang dapat disusun pada

pasien dengan hepatitis yaitu:

Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


No Keperawatan (SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)

1 Hipertermia 1. Termogulasi Manajemen hipertermi


2. Termogulasi: bayi baru Tindakan
lahir
Observasi

- Identifikasi penyebab
hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluaran urin
- Monitor komplikasi
hipertermi Terapeutik
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Lakukaan pendinginan
eksternal (kompres).

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Pemberian cairan dan


elektrolit intravena

2 Resiko kekurangan 1. Asupan cairan Menajemen cairan


volume cairan meningkat Tindakan Observasi
2. Kelembaban membrane
- Monitor status
mukosa bibir meningkat
dehidrasi
3. Asupan makanan
- Monitor berat badan
meningkat
harian
4. Turgor kulit menurun
- Monitor berat badan
sebelum dan sesudah
dialysis

Terapeutik

- Catat intake & output


dan hitung
- Berikan asupan cairan,
sesuai kebuthan
- Berikan cairan
intravena, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

3 Defisit nutrisi 1. Porsi makanan yang Manajemen nutrisi


dihabiskan meningkat seimbang Tindakan
2. Berat badan membaik
Observasi
3. Nafsu makan membaik
- Identifikasi status
nutrisi
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
- Monitor berat badan
- Monitor asupan
makanan

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene


sebelum makan
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
- Berikan makanan tinggi
serat

Edukasi

- Anjurkan makan
dengan posisi duduk
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi

- Pemberian medikasi
sebelum makan dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan

4 Intoleransi aktivitas 1. Toleransi terhadap Manajemen energy


aktivitas
Observasi
2. Daya Tahan
3. Energi psikomotor - Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
dan emosional
- Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan

Terapeutik :

- Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan rentang gerak
pasif dan aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahan

Kolaborasi

- Kolaborasi gizi tentang


cara meningkatkan
asupan makanan.

d. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk

selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan

keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut.

Dalam pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan

obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang

tindakan yang akan di lakukan.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan,

evaluasi dilakuakan dengan pendekatan SOAP data subjektif, data

objektif, analisa, planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan

sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus

dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aden. (2010). Seputar Penyakit & Gangguan lain Pada Anak. Yogyakarta: Siklus

Arikunto. (2012). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Depkes, RI, (2016). Profil Kesehatan Indonesia : Data kejang anak. Jakarta;
Kementrian Kesehatan RI

Fuadi, Bahtera dan Wijayahadi. (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Pada
Anak. Jurnal. Semarang, Universitas Diponegoro

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Isabela, Rahma. 2017.
Faktor Penyebab Penurunan Kunjungan Bayi Di Posyandu Puskesmas
Langsat Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal. Pekanbaru, Akademi Kebidanan
Sempena Negeri Pekanbaru

Kemenkes RI Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2014). Profil Kesehatan


Provinsi Lampung: Dinas Kesehatan

Karnia, Nia. (2007). Penatalaksanaan Demam Pada Anak. Junal. Bandung,


Disampaikan Pada Acara Siang Klinik Penanganan kejang Pada Anak

Perry dan Potter. (2010). Keperawatan Fundamental. EGC; Jakarta

Purwaningsih dan Widuri. (2019). Pengaruh skin to skin contact (PMK) terhadap

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. F DENGAN FEBRIS
DI PUSKESMAS RAWAJITU KABUPATEN
TULANG BAWANG

Disusun Oleh :
TITO AGUS PRASTIA
NIM. 2022207209416
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Tanggal masuk : 14 Maret 2023 Ruang Rawat : Kamar 03

Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2023 No Register : 2112

Perawat yang mengkaji : Tito agus prastia Diagnosa Medis: Febris Hari ke 2

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Nama pasien
 Tanggal lahir/umur : 10 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pendidikan : SD
 Alamat : Rawajitu

b. Nama ayah
 Umur : 32 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Pendidikan : SMP

c. Nama Ibu
 Umur : 30 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan : SMP

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
 Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk melalui IGD Puskesmas jam 09.00. Orang tau klien mengatakan
klien demam sudah 2 hari, suhu tubuh klien naik turun, pada saat masuk ke
IGD suhu tubuh 39,2° C, orang tua klien juga mngatakan klien mengalami
mual muntah, klien juga menggiigil dan akral dingin.

 Keluhan Utama (Saatpengkajian, Uraikansecara PQRST)


P : klien mengatakan habis jatuh dari sepeda 2 hari yang lalu
Q : Klien mengatakan pulang sekolah merasa lemas, panas dingin
R : Klien mengatakan selain demam juga sakit kepala dan badan terasa
linu
S : skala nyeri kepala 6
T : sudah berlangsung 2 hari
 Keluhan Penyerta
Klien mengatakan sakit kepala dan badan linu

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami:
 Demam : ya/tidak (2x/tahun)
 Kejang : ya/tidak (0 x/tahun)
 Batuk/pilek : ya/tidak (2x/tahun)
 Mimisan : ya/tidak (0x/tahun)

 Dirawat di RS : ya/tidak (........ x/tahun)

 Pernah dioperasi : ya/tidak (........ x/tahun)

c. Riwayat Keluarga (genogram)

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal
: Tinggal dalam satu rumah
d. Riwavat Psikososial
1. Pola interaksi dengan orang tua, saudara kandung dan teman-
temannya, pembawaan anak secaraumum
Anak interkasi dengan saudara kandung dengan baik

2. Pola kultural: bahasa yang diagunakan bahasa Indonesia suku jawa


budaya di rumah jawa
3. Pola rekreasi 2 kali frekwensi jarang tujuan taman bermain
4. Lingkungan fisik tempat tinggal tidak ada hewan ternak dan tidak ada
polusi udara, orang tua tidak ada yang merokok
5. Penanaman nilai kepercayaan : dapat dipercaya

3. POLA KEBUTUHAN SEHARI-HARI


(sebelum dansaatsakit)
a. Pola Nutrisi
1. Polamakan :3x/hari
(pagi/siang/sore)
2. Makanan pokok : nasi
3. Makanan yang disukai dan yang tidakdisuka : pedas
4. Porsi : 1 porsi
5. Laukpauk

:daging/tahu/tempe/ikan/ telur
6. Sayuran dan buah : tidak setiap hari
7. Nafsu rnakan : normal
8. Alergi terhadap makanan : udang

b. Pola cairan dan elektrolit


1. Jenis Minum & Jumlah
Air putih, teh
2. Minuman vang disukai dan tidakdisukai
Teh hangat
3. Cairan tambahan (sonde, infus)
Tidak ada
4. Total intake cairan/hari : 5- 6 gelas sehari

c. Pola Eliminasi :
1. BAK6 x/hari,warna jernih jumlah 1000 keluhan tidak ada
2. BAB1 x/hari,konsistensi lunak warna kecokelatan bau khas
keluhan tidakada

d. Pola Tidur : malam6-8 jam, siang1 jam, gangguan tidur,


Kebiasaantidur tidk ada
e. Pola Hygenetubuh
- Mandi : 2x/hr
- Sikatgigi : 2x/hr
- Kebersihanrambut : 2x/seminggu
- Kebersihan kuku : 1x/minggu

f. Pola Aktivitas
1. Bermainya/tdk) : Jenispermainan tradisional
2. Sekolah : Waktu 6 jam kela 4 kegiatantambahan
tidak ada
3. Aktivitas di rumahsakit: berbaring dan belajar berjalan
4. KONDISI PSIKOSOSIAL (saatsakit)
1) Pola interaksi dengan orang tua, pengasuh, timkesehatan dan
lingkungan Puskesmas: kooperatif
2) Pola pertahanankeluarga
Pasrah dan menurut pada orang tua
3) Pengetahuan keluarga
Tentang penyakit, pencegahan dan perawatan keluarga takut demam
berdarah dan bersedia dirawat

5. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


a. PengukuranPertumbuhan
1. Tinggi badan : 120 cm
2. BB sebelumsakit : 30 Kg
BB saatsakit : 28 Kg
Status Gizi : 20,8

b. Keadaan umum
1. Tingkat Kesadaran : CM
2.Tandavital : Suhu 39,2 0C Respirasi 22 x/menit
Nadi 100 x/menit Tek Daran 110/70
mmHg

6. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS


a. SistemPenglihatan
Inspeksi : Mata simetris, lensa jernih, reflex cahaya langsung +\+,
konjungtiva ananemis, serta tidak menggunakan alat bantu penglihatan
b. Sistem Pendengaran :
Inspeksi : telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen dan peradangan,
tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Perkusi : fungsi pendengaran baik.
c. Sistem Wicara
Tidak ada kesulitan dalam berbicara
d. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Pernapasan pasien 21 x/menit, pola napas normal, tidak terdapat
pernapasan cuping hidung dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak terdapat kelainan pada
tulang dada dan tidak ada pembengkakan pada dada.
Perkusi : Taktil fremitus bergetar sama antara kanan dan kiri
Auskultasi: Tidak ada suara napas tambahan
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Perifer
Palpasi : Frekuensi nadi 80 x/menit, denyut nadi kuat, irama teratur,
kulit teraba hangat, tidak terdapat edema dan tidak ada distensi vena
jugularis. Inspeksi : Tidak ada sianosis (pada kuku/kulit)
2) Sirkulasi Jantung
Inspeksi : tidak ada edema dan atau lesi pada dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada.
Auskultasi : irama jantung teratur dan tidak ada suara tambahan.
3) Sistem Neurologi
Tingkat kesadaran : Sadar (Composmentis)
Glaslow Coma Scale (GCS) : E 4 M 5 V 6
f. Sistem Pencernaan
Inspeksi Abdomen : Bentuk tampak datar, simetris kiri dan kanan, umbilikus
bersih, tidak ada tampak luka atau bekas operasi pada abdomen klien
Auskultasi : Bising usus terdengar 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan massa.
Perkusi : Timpani
g. Sistem Immunology
Tidak ada pembesaran kelejar getah bening.
h. Sistem Endokrin
Nafas tidak berbau keton, tidak ada ulkus atau gangren, tidak ada
exopthalmus, tremor, dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
i. Sistem Urogenital
Palpasi : tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: tidak adanya nyeri ketuk, tidak terpasang kateter.
j. Sistem Integumen
Rambut pasien bersih, warna hitam kecoklatan dan ada uban,
kuku bersih. Kulit : terdapat bintik-bintik kemerahan, ruam, pecah-pecah,
sedikit berair di bagian kaki sebelah kanan dan lengan tangan kiri, klien
mengatakan rasa gatal ini sangat mengganggu aktivitas dan konsentrasi klien.
k. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada kelainan secara inspeksi, tidak adanya benjolan/bengkak,
tidak ada deformitas tulang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

7. TEST DIAGNOSTIK
a. Hasil Laboratorium

No JenisPemeriksaan Hasil

1 HGB 9,5

2 RBC 3,84

3 HCT 24,1

4 WBC 24,19

5 PLT 323
8. PENGOBATAN/TERAPI
No Tanggal JenisTerapi (obat,cairan, Dosis& Cara Waktu pemberian/hr
diet,. O2,ddi) pemberian
1 2 3

1 14/03/23 IVFD RL 20 tpm ya ya ya


PCT Flash 2x 15cc
2 15/03/23 IVFD RL 20 tpm ya ya ya
PCT Flash 2x15 cc
3 16/03/23 IVFD RL 20 tpm ya ya ya
PCT Flash 2x 15 cc

9. ANALISA DATA

NO TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1 14/03/23 Data Subjektif : Febris Proses Penyakit


- Ibu pasien mengatakan anaknya
09.00
demam
- Ibu klien mengatakan anaknya
demam sejak 2 hari yang lalu

Objektif :

- Mukosa bibir klien tampak pucat


dan kering
- Pasien tampak gelisah dan
menangis karena pusing
- Suhu : 39,20 C

2 DS Proses penyakit Defisit nutrisi


- Ibu klien mengatakan anaknya yang
mencret sediki menyebabkan
- Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah
hanya makan sedikit
- Ibu klien juga mengatakan
anaknya makanannya tidak habis

DO :
- Pasien tampak tidak
menghabiskan porsi
makanannya
- Klien tampak hanya
menghabiskan 1/4 porsi
makannya
- BB pasien 28 kg saat ditimbang

3 DS : Kelemahan Fisik Intoleransi


- Ibu mengatakan pasien lemas Aktivitas
- Ibu mengatakan pasien mual dan
muntah
- Ibu mengatakan pasien sakit
pada perutnya
- Ibu mengatakan pasien
seringkali pusing
- Ibu mengatakan aktifitas pasien
dibantu sepenuhnya

DO :

- Pasien tampak lemah


- Pasien tampak hanya berbaring
ditempat tidur.
- Pasien tampak lemah terlihat
dari aktifitas yang dibantu oleh
keluarga
- Pasien tampak meringis dan
mengatakan sakit perut kepada
ibunya
MASALAH KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
KEPETAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS

1 15/03/23 Febris Proses Penyakit

07.00

2 15/03/23 Penurunan nafsu makan karna proses Defisit nutrisi


penyakit

3 15/03/23 Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas

TUJUAN & KRITERIA RENCANA


No TGL/JAM
HASIL INTERVENSI

1 15/03/23 Diharapkah setelah 3x24 jam Manajemen hipertermi


maka kriteria hasil: Tindakan
07.30
1. Termogulasi Observasi

2. Termogulasi: bayi baru lahir - Identifikasi penyebab


hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluaran urin
- Monitor komplikasi
hipertermi Terapeutik
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Lakukaan pendinginan
eksternal (kompres).

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Pemberian cairan dan


elektrolit intravena

2 15/03/23 Diharapkah setelah 3x24 jam Menajemen cairan


maka kriteria hasil: Tindakan Observasi
08.30
5. Asupan cairan meningkat - Monitor status
6. Kelembaban membrane dehidrasi
mukosa bibir meningkat - Monitor berat badan
7. Asupan makanan harian
meningkat - Monitor berat badan
8. Turgor kulit menurun sebelum dan sesudah
dialysis

Terapeutik

- Catat intake & output


dan hitung
- Berikan asupan cairan,
sesuai kebuthan
- Berikan cairan
intravena, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

3 15/03/23 Diharapkah setelah 3x24 jam Manajemen nutrisi


maka kriteria hasil: seimbang Tindakan
09.30
4. Porsi makanan yang Observasi
dihabiskan meningkat
5. Berat badan membaik - Identifikasi status
6. Nafsu makan membaik nutrisi
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
- Monitor berat badan
- Monitor asupan
makanan

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene


sebelum makan
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
- Berikan makanan tinggi
serat

Edukasi

- Anjurkan makan
dengan posisi duduk
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

- Pemberian medikasi
sebelum makan dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan

IMPELEMENTASI DAN EVALUASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD/NAMA


1 15/03/23 - Identifikasi S : Orangtua klien Sri Winarsih
penyebab mengatakan suhu tubuh
07.45 hipertermi anaknya menurun setelah
- Monitor suhu di kompres dan dengan
terapi
tubuh
- Monitor haluaran
O : Suhu sebelum : 39,20
urin C. Suhu setelah : 36,90 C
- Monitor
komplikasi A : Masalah teratasi
hipertermi
Terapeutik P : inetervensi dihentikan
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan
oral
- Lakukaan
pendinginan
eksternal
(kompres).
- Anjurkan tirah
baring
- Pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

2 15/03/23 - Monitor status S : Orangtua klien Sri Winarsih


dehidrasi mengatakan anak sudah
08.45 - Monitor berat mau minum dan makan
badan harian
O : porsi makan menjadi
- Monitor berat
½ posii, minum menjadi 5
badan sebelum
gelas, ke kamar mandi
dan sesudah sudah 6 kali
dialysis
- Catat intake & A : Masalah teratasi
output dan hitung
- Berikan asupan
cairan, sesuai P : Hentikan intervensi
kebuthan
- Berikan cairan
intravena, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu

3 15/03/23 - Identifikasi Subjektif (S) : Sri Winarsih


defisit tingkat
09.45 aktivitas Klien tampak sudah
- Identifikasi belajar kekamar mandi
kemapuan sendiri
berpartisipasi
dalam aktivitas
tertentu
- Fasilitasi pasien
dan keluarga Objektif (O):
dalam
Klien tampak minum
menyesuiakan
ambil sendiri
lingkungan untuk
mengakomodasi Klien tampak ke kamar
aktivitas yang di mandi sendiri
pilih
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
Assasemnt (A):
- Ajarkan cara
Masalah teratasi
melakukan
aktivitas yang
dipilih
Planning (P): Intervensi
Dihentikan

Anda mungkin juga menyukai