PPPK GELOMBANG I
TAHUN 2023
BELA NEGARA
BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman (Pasal 1 Ayat (11)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara).
HARI BELA NEGARA ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18
Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948
merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia
Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7
dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara
salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai
dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Contoh sikap cinta tanah air :
Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia
Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya
Menjaga nama baik bangsa dan negara
Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara
Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
Contoh sikap kesadaran berbangsa dan bernegara :
Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik
Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Ikut serta dalam pemilihan umum
Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya
Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara
Contoh sikap setia pada pancasila sebagai ideologi negara :
Paham nilai-nilai dalam Pancasila
Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara
Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
Contoh sikap rela berkorban untuk bangsa dan negara :
Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara
Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman
Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara
Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan
Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia
Contoh sikap kemampuan awal bela negara :
Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensia
Senantiasa memelihara jiwa dan raga
Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa
Gemar berolahraga
Senantiasa menjaga kesehatannya
NASIONALISME
Nasionalisme terbagi atas:
1. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri
secara berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh
Jerman pada masa Hitler.
2. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara
sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya
Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia:
1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni
nusantara
2. Mengembangka sikap toleransi
3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa
Indonesia
Empat hal yang harus kita hidari dalam memupuk sermangat
nasionalisme adalah:
1. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
2. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
3. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara
kalau perlu dengan kekerasan dan senjata.
4. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah
sendiri.
Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk
nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara.
Ciri-ciri patriotisme adalah:
1. Cinta tanah air.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
4. Berjiwa pembaharu.
5. Tidak kenal menyerah dan putus asa.
Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :
1. Dalam kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca
buku bertema erjuangan, dan Mengibarkan bendera merah putih pada
hari-hari tertentu.
2. Dalam kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera,
mengkaitkan materi pelajaran dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar
dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan.
3. Dalam kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan
sosial di lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara sesama warga.
4. Dalam kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan,
Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan
pemerintah, Mengembangkan kegiatann usaha produktif, Mencintai dan
memakai produk dalam negeri, Mematuhi peraturan hukum, Tidak main
hakim sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi hukum,
Menjaga kelestarian lingkungan.
JURNAL AGENDA 1 KEGIATAN ORIENTASI PPPK ( MOOC )
Judul jurnal ANALISIS ISU KONTEMPORER
Latar belakang 1. Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan
birokrasi kelas dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya
kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi Indonesia
dalam percaturan global belum memuaskan
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk
menjalankan profesinya sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a)
nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas
moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi
yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas; dan e) profesionalitas jabatan. ”
KORUPSI
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh hal-
hal berikut:
1) membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang
korupsi dalam skala yang lebih besar dan lebih tinggi;
2) lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan
beberapa diantaranya bersikap masa bodoh; dan
3) terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan
keuangan dan kepentingan bisnis asing.
Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan
cara:
1) Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-
orang di lingkungan sekitar untuk bersikap jujur, menghindari perilaku
korupsi, contoh: tidak membayar uang lebih ketika mengurus dokumen
administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak membeli SIM, dsb.
2) Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak
atau melanggar hak orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib
lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak buang sampah sembarangan,
dsb.
3) Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan
bisnis maupun hubungan bertetangga;
4) Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan
korupsi contoh: diperas oleh petugas, menerima pemberian/hadiah dari
orang yang tidak dikenal atau diduga memiliki konflik kepentingan,
dsb.
NARKOBA
Narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika membedakan
narkotika ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009):
Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan
bukanuntuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2.
Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka;
Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
dan berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan
petidin; serta
Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh kodein
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Psikotropika dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu (RI, 2009):
Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh ekstasi, LSD;
Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
amfetamin, shabu, metilfenidat atau ritalin;
Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh
pentobarbital, flunitrazepam;
Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk
pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
narkotika dan psikotropika meliputi:
Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat;
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang
sering disalahginakan seperti lem, thinner, cat kuku dll;
Tembakau, dan lain-lain
TERORISME
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut
secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal,
dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital
yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas
internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan
(Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi Undang-Undang).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288
tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi
empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu :
1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan
rule of law sebagai dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB
juga telah menyusun High-Level Panel on Threats, Challenges, and
Change yang menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam
kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru
Menurut Audrey Kurth Cronin, saat ini terdapat empat tipe kelompok
teroris yang beroperasi di dunia, yakni:
1) Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok
yang menjalin hubungan dengan gerakan komunis;
2) Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan
bahwa mereka terinspirasi dari fasisme
3) Etnonasionalis atau teroris separatis, atau
ethnonationalist/separatist terrorist, merupakan gerakan separatis yang
mengiringi gelombang dekoloniasiasi setelah perang dunia kedua;
4) Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared”
terrorist, merupakan kelompok teroris yang mengatasnamakan agama
atau agama menjadi landasan atau agenda mereka
Berdasarkan pembagian struktur organisasinya, BNPT mempunyai
tugas:
1) menyusun kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang
penanggulangan terorisme;
2) mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan
dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme;
3) melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme
dengan membentuk satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur
instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing. Bidang penanggulangan terorisme
meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan, dan
penyiapan kesiapsiagaan nasional.
PROXY WAR
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono
Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk
pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-
merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’
atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus perang
asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan
tempur atau luasan daerah pertempuran. Perang proxy memanfaatkan
perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan
atau kepemilikan teritorial lawannya.
Hasil (ringkasan materi ) Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik
khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan
publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan Citra positif ASN sebagai
pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani
dengan cepat
dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi
Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan
dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan
yang prima.
JURNAL AGENDA I1 KEGIATAN ORIENTASI PPPK ( MOOC )
Judul jurnal AKUNTABEL
Latar belakang Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai individu
ataupun ASN pun mungkin sudah bosan dengan kenyataan adanya
perbedaan „jalur‟ dalam setiap pelayanan, Baik sadar atau tidak,
kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
„oknum‟ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi
ataupun kelompok. Peribahasa „Waktu Adalah Uang‟ digunakan oleh
banyak „oknum‟ untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang
memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya. Payung
hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4
menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan
Umum, b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e.
keprofesionalan, f. partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak
diskriminatif h. keterbukaan, i. akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Undang-Undang ini
dengan mantab memberikan pijakan sebuah layanan publik, yang
seharusnya dapat tercermin di setiap layanan publik di negeri ini.
Namun, sebuah aturan dan kebijakan di negeri ini kerap hanya
menjadi dokumen statis yang tidak memberikan dampat apapun ke
unsur yang seharusnya terikat. Aturan demi aturan, himbauan demi
himbauan, sosialisasi demi sosialisasi,
seperti tidak memberikan dampak yang kuat ke semua pihak.
Tujuan 1. Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang
bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
2. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel);
untuk mempengaruhi.