Anda di halaman 1dari 16

Scanned with CamScanner

Scanned with CamScanner


No.33 Vol.1 Thn.XVII April 2010 ISSN : 0854 - 8471

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP


KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA
PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS
Dr.-Ing Agus Sutanto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Andalas Padang

ABSTRAK
Proses pemesinan sampai saat ini masih tetap merupakan proses yang paling banyak digunakan
dalam aktifitas proses produksi. Sehingga dengan demikian, penelitian mengenai proses
pemesinan untuk mendapatkan parameter proses yang optimum masih tetap dilakukan. Pada
proses pemesinan, aspek geometrik seperti dimensi, bentuk dan kualitas permukaan produk
menjadi tujuan utama yang ingin dicapai. Demikian juga untuk tiap jenis proses akan
menghasilkan tingkat kekasaran permukaan yang berbeda pula. Proses gerinda rata merupakan
salah satu proses pemesinan akhir yang bertujuan untuk mendapatkan kekasaran permukaan
produk yang halus. Berbeda dengan proses pemesinan yang lain seperti proses bubut atau freis,
proses gerinda rata tidak menggunakan pahat potong, akan tetapi proses dilakukan dengan
material abrasif yang dilakukan oleh batu gerinda dengan gaya pemotongan yang relative kecil.
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan parameter proses yang berkaitan dengan
tebal geram ekuivalen dan tipe batu gerinda terhadap kualitas permukaan khususnya kekasaran
permukaan baja karbon tinggi (AISI 1070) dan HSS setelah dilakukan proses pemesinan gerinda
rata (surface grinding).

Keywords : Tebal geram ekuivalen, kekasaran permukaan

I. PENDAHULUAN tebal geram ekuivalen. Disamping itu perlu juga


dikeetahui kesesuaian batu gerinda dengan benda
Umumnya proses pemesinan yang paling sering
kerja yang akan dipotong.
dilakukan seperti proses freis, bubut dan gurdi akan
menghasilkan kualitas kekasaran permukaan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA
kategori normal hingga kasar (Ra > 1 µm). Untuk
Proses gerinda dilaksanakan dengan mesin gerinda
menghasilkan kekasaran yang halus (0,2 µm < Ra < menggunakan pahat berupa batu gerinda berbentuk
0,4 µm) hingga sangat halus (Ra < 0,2 µm), maka piringan (grinding wheel/disk) yang dibuat dari
proses seperti yang disebut di atas sukar atau tidak campuran serbuk abrasif dan bahan pengikat dengan
mampu dibuat. Maka kategori proses pemesinan komposisi dan struktur tertentu. Batu gerinda yang
untuk menghasilkan permukaan yang halus ini dipasang pada spindel/ poros utama tersebut
antara lain dapat dilakukan dengan proses gerinda berputar dengan kecepatan tertentu tergantung pada
dengan mempergunakan material abrasif. Kualitas diameter dan putarannya, maka kecepatan
permukaan yang berkaitan dengan kekasarannya peripheral pada tepi batu gerinda dapat dihitung
pada benda kerja hasil proses pemesinan akan dengan rumus berikut :
berpengaruh pada fungsionalitas dan unjuk kerja
komponen tersebut bila berinteraksi dengan
vs = π. ds . ns / 60.000 ; [m/s]
komponen lainnya. Hal ini berkaitan dengan
toleransi dan suaian dari komponen yang
berpasangan, sehingga harus memiliki spesifikasi dimana :
geometrik yang sempit yang harus dipenuhi oleh vs kecepatan periferal batu gerinda, biasanya
produk. berharga sekitar 20 s.d 60 m/s
ds diameter batu gerinda ; [mm]
ns putaran batu gerinda; [r/min]
Pengamatan terhadap kualitas kekasaran permukaan
hasil pengerjaan gerinda dilakukan agar diperoleh
Tergantung pada bentuk permukaan yang dihasilkan,
kondisi pemesinan yang optimal untuk suatu jenis
pada garis besarnya proses gerinda digolongkan
proses yang dinginkan. Dalam hal ini yang menjadi
menjadi 2 jenis, yaitu :
batasan adalah kekasaran permukaan benda kerja
hasil proses gerinda rata (surface grinding).
1. gerinda silindrik (cylindrical grinding) untuk
Tujuan utama dilakukannya pengamatan ini adalah menghasilkan permukaan silindrik
untuk mengetahui karakteristik parameter proses 2. gerinda rata (surface grinding) untuk
pemesinan yang optimal pada proses gerinda rata menghasilkan permukaan rata / datar.
yang diwakili oleh sebuah parameter yang disebut

TeknikA 61
Anni Faridah, dkk

TEKNIK
PEMBENTUKAN
PLAT
JILID 2
SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

TEKNIK PEMBENTUKAN
PLAT
JILID 2
Untuk SMK
Penulis Utama : Ambiyar
Arwizet
Nelvi Erizon
Purwantono
Thaufiq Pinat
Editor : Rizal Sani
Penilai : Yudhi Pratama
Khaidir
Perancang Kulit : Tim

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm

AMB AMBIYAR
t Teknik Pembentukan Plat Jilid 2 untuk SMK /oleh Ambiyar,
Arwizet, Nelvi Eizon, Puwantoro, Thaufiq Pinat ---- Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
viii. 226 hlm
Daftar Pustaka : A1-A4
Glosarium : B1-B5
ISBN : 978-979-060-101-7
978-979-060-103-1

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
347

salah dapat merusak benda kerja dan mengakibatkan kelelahan


fisik bagi para pekerja sehingga produktifitasnya menurun.
Untuk menghindari hal-hal yang disebutkan di atas, maka
pedoman pelaksanaan pengikiran adalah:
ƒ Penekanan dilakukan atau pemberian gaya pada kedua
tangan harus sama pada saat melakukan pemakan atau
pemotongan bahan benda kerja
ƒ Pemakanan mata kikir dilakukan pada gerakan maju kikir,
sedangkan pada waktu kikir bergerak mundur kikir tidak
boleh melakukan pemakanan.
ƒ Letak permukaan kikir/gigi-gigi pemotong harus rata dengan
benda kerja pada saat pemakanan sehingga seluruh
permukaan kikir atau semua mata potong kikir dapat
melakukan pemotongan terhadap bahan benda kerja.
ƒ Untuk pengerjaan benda kerja yang panjang, maka
pemakanan dilakukan oleh semua kikir. Sedangkan untuk
benda kerja yang pendek pemakanan kikir tidak boleh
dilakukan oleh seluruh panjang badan kikir, karena dapat
mengakibatkan hasil pengikiran tidak rata. Hal ini
diakibatkan oleh pemakan pada waktu pemakanan tidak
seimbang.
ƒ Kecepatan pemakanan hendaknya sekitar 40 sampai 50
langkah untuk setiap menitnya. Tetapi untuk benda kerja
yang terbuat dari bahan yang keras, maka kecepatan
pemakanan dilakukan pada kecepatan rendah.
Sebagai conotoh pelaksanaan pengikiran yang benar adalah
sebagai berikut:

x Mengikir silang

Mengikir silang dilakukan dengan cara menggerakkan kikir


maju arah silang terhadap benda kerja. Gerakan maju dan
silang tersebut dilaksanakan secara bersama-sama. Cara
mengikir dilakukan pada pemakanan permulaan/pengikiran
permulaan, di mana untuk membuang kotoran-kotoran bahan
dapat dilakukan secara tepat. Untuk pekerjaan selanjutnya
setelah kotoran bahan terbuang dan ukuran mendekati
ukuran yang diminta baru dilakukan pengikiran dengan cara
yang lain. Kikir yang digunakan untuk melakukan pengikiran
dengan cara ini biasanya adalah kikir kasar dengan benda
kerja kira-kira 450 dan pelaksanaan pengikiran dilakukan dari
arah yang berlawanan.
Pahat dalam

Gambar 12. Kikir gigi ganda arah pemakanan lurus dengan sumbu kikir

1.1.7 Macam-macam pengikiran


1.1.7.1 Pengikiran lapisan keras kulit benda kerja (lapisan terak)
Gigi kikir memenuhi semua badan kikir, ada gigi samping dan
ada gigi muka. Gigi-gigi ini dibuat dengan fungsi yang berbeda. Gigi
samping atau bagian ujung kikir digunakan untuk membuang lapisan
yang keras, seperti lapisan terak/karbon pada kulit benda kerja sebagai
akibat pembentukan proses panas, atau permukaan hasil pemotongan
dengan las karbit/asetilin. Sedangkan gigi muka digunakan untuk
pengkiran permukaan yang lunak.

Gambar 13. Menghilangkan kulit yang keras dengan ujung

1.1.7.2 Pengikiran bidang dasar 1


Langkah-langkah operasional yang perlu ditempuh untuk
mendapatkan pengikiran yang efisien antara lain :
a. Arah pengikiran lebih banyak, memanjang dan diagonal
Keseimbangan tekanan kikir di atas benda kerja sangat dipengaruhi
oleh panjangnya tumpuan di mana kikir bekerja. Semakin panjang
tumpuan semakin stabil keseimbangan tekanan kikir bekerja. Oleh
karena itu untuk mendapatkan hasil pengikiran yang rata dengan mudah,
perlu dipilih ke arah mana kikir bisa bekerja dengan baik.

144
b. Panjang langkah pengikiran
Di samping arah pengikiran, hal lain yang sangat berpengaruh
terhadap hasil pengikiran adalah panjang-pendeknya langkah
pengikiran. Semakin panjang langkah pengkiran, semakin labil kikir
bekerja, dan sebaliknya semakin pendek langkah pengikiran semakin
stabil kikir bekerja
c. Pemeriksaan secara cermat dengan alat yang laik pakai.
Pemeriksaan kerataan permukaan hasil pengikiran dipengaruhi oleh
kehandalan alat ukur yang digunakan serta cara dan teknik pengukuran
yang diterapkan

Bidang dasar 1
Pisau Perata

Benda kerja

Gambar 14. Pemeriksaan kerataan hasil pengikiran dengan pisau perata

1.1.7.3 Pengikiran Bidang dasar 2 dan 3


Pengikiran bidang dasar 2 bisa dimulai jika bidang dasar 1
sudah betul-betul rata, jika tidak maka kesikuan bidang dasar 2 terhadap
bidang dasar 1 sulit diperoleh. Dem ikian pula dengan kesikuan bidang
dasar 3 terhadap bidang dasar 2.
Dalam pengikiran bidang dasar 2, konsentrasi pengerjaan lebih sulit
apalagi pada waktu pengikiran bidang dasar 3. Hal ini dapat dipahami
karena selain mengejar kerataan juga mengejar kes ikuan di mana
keduanya itu harus dicapai secara s timulan.

Gambar 15. Bidang dasar 1, 2 dan 3

145

Anda mungkin juga menyukai