PEDOMAN
PELAYANAN GIZI STUNTING DAN WASTING
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB X PENUTUP.................................................................................................. 13
i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : September 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada usia dibawah 5 tahun
(balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang
tidak memadai (terutama dalam 1.000 hari Pertama Kehidupan, yaitu dari janin hingga
anak berusia 2 tahun). Anak tergolong stunting apabila panjang/tinggi badannya
berada di bawah minus dua standar deviasi panjang/tinggi anak seumurnya.
Wasting atau gizi kurang ialah kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi
badan anak (BB/TB), disebabkan karena kekurangan makan/terkena penyakit infeksi
yang terjadi dalam waktu yang singkat (permasalahan gizi akut).
Stunting dan wasting berisiko menghambat pertumbuhan fisik (gagal tumbuh)
dan rentan terhadap penyakit infeksi, juga menghambat perkembangan kognitif dan
motorik yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di
masa depan.
Penanggulangan stunting dan wasting penting dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh
kembang anak. Stunting dan wasting mempengaruhi perkembangan otak sehingga
tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas
pada saat dewasa. Stunting dan wasting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap
penyakit. Anak stunting dan wasting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di
masa dewasanya. Bahkan, stunting dan wasting dan berbagai bentuk masalah gizi
diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto ( PDB) setiap
tahunnya.
Percepatan penurunan stunting dilakukan dengan berbagai upaya, untuk
mencapai prevalensi stunting sebesar 14% pada tahun 2024, pemerintah telah
menetapkan strategi nasional pencegahan stunting dalam 5 pilar yaitu:1) Komitmen
dan visi kepemimpinan, 2) Kampanye nasional dan perubahan prilaku, 3) Konvergensi
program pusat, daerah dan desa, 4) Ketahanan pangan dan gizi, dan 5) Pemantauan
dan evaluasi. Melalui program nasional ini diharapkan program pencegahan dan
penanggulangan stunting dan wasting antar kementerian/ lembaga lebih terkoordinasi.
Upaya penanggulangan stunting dan wasting dilakukan melalui penguatan
5
intervensi gizi spesifik dan sensitif. Lancet (2013) menyatakan bila intervensi gizi
spesifik adekuat 90% akan berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 20%.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat di rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan melalui
tindakan preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan pasien. Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri
dari asuhan gizi pasien rawat inap, asuhan gizi pasien rawat jalan, penyelenggaraan
makanan, penelitian, dan pengembangan gizi.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting maka RS Bhayangkara Lemdiklat Polri telah
melakukan berbagi upaya terutama pelayanan gizi dalam menurunkan prevalensi
stunting dan wasting di RS Bhayangkara Lemdiklat Polri.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum adalah menurunkan angka prevalensi stunting dan wasting melalui
peningkatan mutu pelayanan instalasi gizi.
2. Tujuan Khusus :
i. Meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan gizi stunting dan wasting
di rumah sakit;
6
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
Batasan operasional yang dimaksud merupakan batasan istilah, yang dipandang
sesuai dengan konsep pelayanan gizi.
1. Pelayanan Gizi
Suatu upaya memperbaiki, meningkatan gizi, makanan, dietetik masyarakat,
kelompok dan individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi, dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi.
3. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessment/pengkajian gizi, menetapkan diagnosa gizi, melakukan intervensi gizi
dan monitoring evaluasi kepada pasien rawat jalan, dengan implementasi kegiatan
7
berupa konseling/penyuluhan gizi.
4. Terapi Gizi
Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian gizi, yang
meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam
rangka penyembuhan penyakit pasien. (Nutrition an Diet Theraphy Dictionary,
2004)
5. Asuhan Gizi
Serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
6. Skrining Gizi
Proses dari identifikasi klinik dan penapisan Gizi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi
khusus.
7. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi pengkajian data (Nutrition
Assesmen), diagnosa gizi (Nutrition Diagnosis), intervensi (Nutrition Intervention),
dan monitoring evaluasi (Nutrition Monitoring and Evaluation).
8. Dietetik
Integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan makanan, gizi
sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
yang optimal secara individual, melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar
belakang praktek pelayanan.
9. Gizi Klinik
Suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan
tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap,
digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
10. Konseling Gizi
Serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilasanakan oleh
ahli gizi/dietesienuntuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap,dan
perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien
dapat memutuskan apa yang dilakukannya.
8
11. Penyuluhan Gizi
Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang
direncanakandan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap
upaya peningkatan status gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk
kelompok atau golongan masyarakat masal, dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilau aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
12. Rujukan Gizi
Wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara
vertikal maupun horisontal.
13. Profesi Gizi
Suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu ilmu (body of
knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
14. Standar Profesi Tenaga Gizi
Batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki.dikuasai oleh tenaga gizi untuk
dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan gizi secara professional
yang diatur oleh organisasi profesi.
15. Tenaga Gizi
Setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16. Sarjana Gizi
Seorang yang gtelah mengikuti dan menyelesaikan minimal pendidikan formal
sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
17. Nutrisionis/Dietisien
Seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik dimasyarakat maupun dirumah sakit dan unit kesehatan lain.
18. Nutrisionis Registered
Tenaga gizi, Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji
kompetensi dan terintregasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
19. Registered Dietisien
Tenaga gizi, Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti
9
pendidikan profesi (internship) dan telah lulus kompetensi serta teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus ijin memberikan
pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
20. Teknikal Registered Dietisien
Seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program diploma tiga gizi
sesuai aturan yang berlaku atau ahli madya gizi yang telah lulus uji kompetensi
dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
21. Tim Asuhan Gizi / Nutrition Suport Tim (Nst) Tim Terapi Gizi (Ttg) / Panitia
Asuhan Nutrisi
Sekelompok tenaga profesi dirumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi
beresiko tinggi/malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietesien,
perawat, farmasi dan unit pelayanan penunjang yang lain, bertugas bersama
memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
22. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
Dokter yang bertanggung jawab dalam penatalaksanaan medis sesuai bidang
spesialisnya. Dalam penatalaksanaan tersebut DPJP memberikan pengobatan
medikamentosa untuk penyakitnya, dan menentukan preskripsi diet awal.
23. Dietetik
Kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan jumlah makanan
berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial ekonomi pasien. ilmu
yang dimaksud adalah pengetahuan menganai gizi, kehidupan, dan kondisi
penyakit. Sedangakan seni adalah pengetahuan dari prktek merencanakan dan
menyiapkan/mengolah dan menyajikan makanan yang enak dan menarik untuk
berbagai tingkat ekonomi sehingga orang sehat maupun sakit mau menyantap
makanan dan patuh terhadap diet.
24. Pasien Kondisi Khusus
Pasien yang membutuhkan terapi dietetik untuk memenuhi kebutuhan gizi,
mengontrol kadar biokimia darah/urine terkait penyakitnya dan memperbaiki
status gizi seperti pasien dengan penyakit ginjal kronik/hemodealisis, geriatri,
anak, pasien dengan penurunan imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien
dengan sakit berat, pasien dengan gangguan metbolisme Diabetes Militus,
gangguan fungsi hati, sirosis hepatis, jantung, paru, hiperlipid, dll.
25. Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Upaya membudayakan individu, kelompok dan masyarakat untuk memelihara,
10
meningkatkan dan melindungi kesehatan melalui peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan, serta mengambangkan iklim yang mendukung dalam
melakukan perilaku bersih dan sehat yang dilakukan dari, oleh dan masyarakat,
sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat.
26. Masyarakat Rumah Sakit
Sekelompok orang yang berada di dalam lingungan RS dan terkait dengan
aktifitas RS, terdiri dari pegawai atau karyawan, pasien rawat inap dan
pengunjung poliklinik.
27. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
Suatu rangakaian kegiatan mulai perencanaan menu, penerimaan bahan
makanan, penyimpanan, persiapan, produksi/pengolahan bahan makanan,
sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien, serta monitoring dan
evaluasi.
28. Diet
Pengaturan pola dan konsumsi makanan dan minuman yang dibatasi jumlahnya,
dilarang, atau perlu ditambah/diperbolehkan dengan jumlah tertentu disesuaikan
dengan kebutuhan gizi untuk tujuan terapi penyakit yang diderita.
29. Bentuk Makanan
Konsistensi makanan yang berupa makanan cair, makanan saring, makanan
lunak dan makanan biasa.
30. Jenis Diet
Macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau zat gizinya seperti Diabetes
Militus, Diet Jantung, Diet Rendah Garam, Diet Rendah Protein, dll.
31. Penerimaan Bahan Makanan
Pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas bahan
makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan yang ditetapkan.
32. Penyimpanan Bahan Makanan
Tata cara menata, menyimpan, menjaga keamanan bahan makanan kering dan
segar di gudang penyimpanan bahan.
33. Persiapan Bahan Makanan
Kegiatan prapengolahan bahan, meliputi membersihkan, mengupas, memotong,
merendam, mencuci, dll.
34. Pengolahan Makanan
Kegiatan memproses bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
11
dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercitarasa tingg ) dan aman.
12
standar terhadap bahan makanan dan minuman.
13
balita usia 6-59 bulan.
E. Landasan Hukum
15
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam
penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatan paisen yang mengacu pada
The Joint Comission Internasional (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin baik
pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula standar
akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang
profesional dalam memberikan pelayanan gizi.
Manajemen penyelenggaraan makanan pada suatu institusi yang khususnya pada
pengolahan makanan bertujuan untuk memberikan dan menyediakan makanan bagi
konsumen/pasien dengan sebaik-baiknya dari segi kualitas atau kuantitas sesuai dengan
kebutuhan konsumen/pasien. Untuk menciptakan suatu kondisi pengolahan makanan
institusi yang berkualitas maka perlu disusun pengorganisasian seluruh unsur dalam
penyelnggaraan makanan. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang
optimal dirumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci
yang memuat jenis dan jumlah tenaga.
Tenaga merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi kunci dalam
keberhasilan kegiatan penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. Berbagai fungsi
dalam manajemen Sumber Daya Manusia meliputi fungsi perencanaan, dan penentuan
kebutuhan staff (Staffing), Rekruitmen, Seleksi, pengembangan dan pembinaan karir,
penilaian kinerja serta sistem imbal jasa.
Suatu organisasi dalam Instalasi Gizi di Rumah Sakit seyogyanya menjamin bahwa
pembagian tugas didalamnya baik secara vertikal ataupun horizontal terjamin dan tetap,
dan untuk menjamin tujuan yang sama maka diperlukan kerjasama yang baik dalam
organisasi tersebut. Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri dimanajeri oleh
seorang kepala Instalasi yang mempunyai tugas mengatur agar sistem penyelenggaraan
makanan di RS Bhayangkara Lemdiklat Polri berjalan lancar. Kepala Instalasi Gizi
mengepalai seluruh tenaga yang ada di Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri.
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Agar pelayanan gizi dapat terselenggarakan dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka pelayanan Gizi harus dilakukan oleh tenaga
yang profesional.
16
Tabel Kualifikasi Sumber Daya Manusia
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
1 Kepala Instalasi D3-Gizi - Ijazah D3 Gizi
Gizi - STR, SIP
- Sertifikat seminar, workshop
gizi
2 Pelaksana D3-Gizi - Ijazah D3 Gizi
Asuhan Gizi - STR, SIP
Ruang Rawat - Sertifikat pelatihan, seminar,
Inap workshop gizi
3 Juru Masak SMA/SMK Tata Ijazah SMA/SMK Tata Boga
Boga
Distribusi Ketenagaan
B. Pengaturan Jaga
NO. NAMA JABATAN WAKTU KERJA JUMLAH SDM
1. Kepala Instalasi Senin – Sabtu
Pagi : Pkl 07.00 - 15.00 1
Sore : Pkl 13.00 – 21.00
17
NO. NAMA JABATAN WAKTU KERJA JUMLAH SDM
4. Petugas Persiapan Shift pagi
1
Pkl 05.30 - 14.00
5. Petugas Distribusi Shift pagi
1
Makanan Pasien Pkl 05.30 - 14.00
C. Pengaturan Jaga Karyawan Gizi
a. Pengaturan jadwal dinas karyawan gizi dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh
Kepala Instalasi Gizi.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan langsung di realisasikan
ke karyawan gizi setiap satu bulan sekali.
c. Untuk karyawan gizi yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
karyawan tersebut dapat mengajukan permintaan dinas. Dan apabila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak menganggu pelayanan, maka permintaan akan
di setujui dan di sesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada.
d. Jadwal dinas terbagi atas : Dinas pagi, Dinas Siang, Libur, dan Cuti.
e. Apabila ada karyawan gizi karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah di tetapkan, maka karyawan yang bersangkutan harus
memberitahukan sebelumnya kepada Kepala Instalasi Gizi minimal 1 hari
sebelum jadwal dinas.
D. Pembinaan Karyawan Gizi
a. Evaluasi
Evaluasi karyawan gizi instalasi RS. Bhayangkara Lemdiklat Polri ini
menggunakan Formulir Penilaian kinerja berkala setiap 1 tahun sekali. Tujuan
evaluasi ini adalah sebagai salah satu bagian dalam promosi pegawai, rotasi
tugas, mutasi karyawan atau sebagai pemberian sanksi.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Tujuan pendidkan dan pelatihan bagi karyawan gizi adalah untuk:
1) Peningkatan Kinerja.
2) Peningkatan pengetahuan dan wawasan ilmiah.
3) Peningkatan keterampilan.
4) Perubahan sikap dan perilaku yang positif terhadap pekerjaan.
Jenis pendidikan dan pelatihan di Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat
Polri ini mencakup pendidikan dan pelatihan non formal (Internal maupun
Eksternal), yaitu :
18
1) Orientasi Karyawan Baru
Tujuan:
Mempersiapkan calon karyawan gizi dalam mengenal lingkungan tempat
bekerja, sistem yang ada di pelayanan gizi, serta tugas yang akan di lakukan
sehingga diharapkan calon karyawan gizi dapat menghayati hal-hal yang akan di
hadapi termasuk yang berkaitan dengan tugasnya dan tujuan unit pelayanan
gizi.
2) Seminar
Tujuan:
Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan karyawan gizi agar menjadi
tenaga yang lebih profesional sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan
gizi di tempatnya bekerja. Selain itu, juga akan mempengaruhi jenjang karier
yang sesuai dengan keprofesiannya.
3) Pelatihan
Pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga gizi yang
dilaksanakan melalui pelatihan internal dan eksternal bagi karyawan gizi RS
Bhayangkara Lemdiklat Polri.
Pelatihan bagi karyawan gizi bertujuan untuk:
1) Peningkatan kinerja karyawan gizi baik mengenai tanggung jawab maupun
hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan makan pasien di Instalasi
Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri
2) Mempersiapkan karyawan gizi untuk menjadi tenaga professional yang
handal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
lingkungannya
3) Diharapkan dapat merubah prilaku positif yang dapat meningkatkan citra
pelayanan gizi di unit kerja masing masing.
19
BAB III
STANDAR FASILITAS
20
Lemari Es
Freezer
Rice Box
3) Tempat Persiapan Bahan Makanan
Tempat ini dipergunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,
menumbuk, menggiling, memotong, mengiris, sebelum bahan makanan
di masak. Di tempat persiapan bahan makanan Instalasi RS
Bhayangkara Lemdiklat Polri ini dilengkapi dengan tempat pencucian
bahan makanan dari stainless stell sebelum bahan makanan dimasak
atau di simpan di tempat penyimpanan.
Macam persalatan dan perlengkapan:
Talenan
Lemari Kayu
Blender
Mixer
Timbangan
Bak cuci
Pisau
Baskom
Cobek
Tempat Sampah
4) Tempat Pemasakan
Tempat pemasakan di instalasi gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri ini
menggunakan kompor gas biasa 2 tungku sebanyak 2 buah.
Macam peralatan dan perlengkapan
Oven
Magic Com
Kompor Gas 2 Tungku
Gas besar
Edhousevan
Toaster
Penggorengan
21
Panci
Cetakan Agar
Lemari Alat
Spatula
Bak Cuci
5) Tempat Penyajian Makanan
Tempat penyajian makanan di Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat
Polri ini dilengkapi dengan 2 meja Kayu Besar..
Macam peralatan dan perlengkapan :
Meja Kayu
Lemari Kayu
Plastik pembungkus makanan
Nampan
Peralatan makan
Trolley dorong
6) Pendistribusian Makanan
Pendistribusian makanan pasien menggunakan 1 troli bersih dan untuk
penarikan peralatan makan pasien menggunakan 1 troli kotor.
7) Tempat Pencucian dan Peyimpanan Alat
Macam peralatan dan perlengkapan:
Bak Cuci
Rak Peralatan
Tempat Sampah
Sabun cuci piring
8) Tempat Pencucian Peralatan
Tempat pencucian peralatan makan pasien di Instalasi Gizi RS
Bhayangkara Lemdiklat Polri ini
Terdapat 2 bak pencucian dari stainless steel
Air yang mengalir cukup banyak
Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan serta
peralatan
Adanya sabun serta sikat
Adanya rak atau penyimpanan sementara yang bersih
22
9) Tempat Pembuangan Sampah
Di Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri terdapat tempat
pembuangan sampah sebanyak 3 buah dimana sampah yang terkumpul
akan segera di buang 3 kali sehari ke 2 tempat pembuangan sampah
besar yang di bedakan antara sampah medis dan non-medis yang
berada di luar bangunan rumah sakit.
Sampah dari dapur gizi di ikat dan dibuang menggunakan kantong
plastik besar berwarna hitam ke tempat pembuangan sampah non-
medis.
Sampah sisa makanan pasien di ikat dan di buang menggunakan
plastik sedang berwarna hitam ke tempat pembuangan sampah non-
medis.
Macam peralatan dan perlengkapan:
Sapu
Pel
Plastik
Bak sampah
Locker
10) Dapur Susu
Ruangan ini berfungsi untuk membuat makanan cair untuk pasien di RS
Bhayangkara Lemdiklat Polri Polri
Macam peralatan dan perlengkapan:
Meja Kerja
Blender
Dispenser
Termos Air Panas
Freezer
Bak Cuci
23
instalasi gizi. Selain itu, di tambah dengan sarana fisik dapur gizi yang
lengkap sehingga tidak mempengaruhi efisiensi kerja pelayanan makanan di
RS Bhayangkara Lemdiklat Polri ini.
Sarana Fisik Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri:
1) Berada di dalam rumah sakit dan memiliki akses sendiri sehingga mudah
dicapai untuk pengiriman bahan makanan.
2) Letaknya berada di lantai 1 (satu) bersebelahan dengan tangga
perawatan sehingga mudah di capai dari semua ruang perawatan,
mengingat bangunan ini di buat bertingkat.
3) Selain itu jauh dari kamar perawatan, sehingga kebisingan dan keributan
di tempat pengolahan tidak menganggu ruangan lainnya.
4) Letaknya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, ruang
cuci laundry, kamar jenazah maupun lingkungan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
5) Pintu masuk instalasi gizi di bedakan menjadi 2. Yaitu pintu bersih dan
kotor.
6) Penerangan dalam instalasi gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri
menggunakan lampu di bantu dengan 2 blower besar di lengkapi dengan
exhouse fan yang cukup untuk menyedot asap , bau makanan, uap
lemak, hawa panas, keluar sehingga ruangannya tidak terlalu panas dan
terdapatnya sirkulasi udara yang baik.
7) Langit-langit tertutup. Dinding mempergunakan porselen sehingga
mudah di bersihkan, tahan terhadap cairan, dan memantulkan cahaya
yang cukup bagi ruangan.
8) Lantai mempergunakan keramik sehingga mudah di bersihkan, tidak
membahayakan, tidak licin, tidak menyerap air.
9) Kran pencucian yang ada di ruang instalasi gizi RS Bhayangkara
Lemdiklat Polri terdapat 4 buah dimana 2 buah berada di tempat
persiapan bahan makan, 1 buah di tempat pengolahan, dan 1 buah di
dapur susu.
24
dengan pesanan bahan makanan yang telah di tentukan.
2) Kemudian di lanjutkan ke ruang persiapan untuk di bersihkan dan di
simpan ke tempat penyimpanan sesuai dengan jenis masing masing
barang.
3) Bahan makanan yang sudah di bersihkan di lanjutkan ke ruang
pemasakan. Masakan yang sudah matang di simpan terlebih dahulu di
tempat penyimpanan makanan tertutup sampai waktunya untuk
penyajian makanan. Setelah penyajian makanan sesuai dengan etiket
makan masing masing pasien yang di buat yang berisi nama pasien,
tanggal lahir pasien dan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan pola
kebiasaan makan, maka langsung dimasukkan ke dalam trolly bersih
stainless steel tertutup untuk di distribusikan langsung ke pasien.
Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan di Instalasi Gizi RS Bhayangkara Lemdiklat Polri
Penerimaan
Persiapan
Pemasakan
Pembuangan
Sampah Sementara
Penyajian Makanan
Distribusi Makanan
Pembuangan
Sampah Akhir
Pencucian Alat
25
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. TAHAPAN PELAKSANAAN
1. Penerimaan klien
2. Informed consent
3. Pemeriksaan antropometri
Rumah Sakit memiliki tugas pokok dan fungsi utama yaitu membina
kesehatan wilayah, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan,serta manajemen Rumah Sakit sendiri.Penanganan
stunting merupakan upaya kesehatan yang melibatkan kesehatan perorangan,
masyarakat dan juga pentingnya kolaborasi lintas sektoral, sehingga sangat
26
tepat Rumah Sakit menjadi ujung tombak penanganan stunting.
29
2. Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan penyakit, antara lain dilakukan dengan pemberian
imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi termasuk polusi
industri, asap kendaraan bermotor dan asap rokok.
d. Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/Kurang
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/Kurang dan Jenis Layanan yang
diperlukan;
1. Rawat jalan untuk: balita usia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa
komplikasi. Layanan ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama/
Puskesmas.
2. Rawat inap untuk:
a. Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi);
b. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/ atau
penyakit penyerta yang memerlukan rawat inap;
c. Semua balita diatas 6 bulan dengan berat badan < 4 kg. Rawat
inap dilakukan di Puskesmas perawatan yang mampu memberi
pelayanan balita gizi buruk dengan komplikasi (kecuali pada bayi <
6 bulan harus di rumah sakit), Therapeutic Feeding Centre, RS
pratama, serta RS tipe C, B dan A. Pada rawat inap, keluarga tetap
berperan mendampingi balita yang dirawat.
e. Tatalaksana Stunting dan Wasting
30
Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi
buruk (dengan/tanpa komplikasi) dan balita 6-59 bulan dengan komplikasi: rawat
inap dapat dilakukan di rumah sakit atau puskesmas rawat inap untuk terapi fase
stabilisasi.
Pelayanan Rawat Inap
Ada dua jenis protokol dalam rawat inap balita dengan gizi buruk sebagai
berikut:
1. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan tanda berikut:
- Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3)
- Skor Z BB/PB atau BB/TB<-3 SD
- berat kurang dari 4 kg
- LiLA < 11,5 Cm
- ada komplikasi
Komplikasi yang dimaksud
- anoreksia
- dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
- letargi atau penuruan kesadaran
- demam tinggi
- pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas cepat)
- anemia berat
31
Terdapat tiga fase dalam tatalaksana rawat inap, yaitu:
a. Fase Stabilisasi;
b. Fase Transisi;
c. Fase Rehabilitasi.
Dalam ketiga fase itu terdapat 10 tindakan pelayanan rawat inap untuk balita
gizi buruk yang perlu dilakukan
32
BAB V
LOGISTIK
A. LOGISTIK
Kebutuhan anggaran kegiatan pelayanan penganggulangan Stunting
dan Wasting di dukung dari anggaran BLU Rumah Sakit Bhayangkara
Lemdiklat Polri.
33
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. KESELAMATAN PASIEN
Kewaspadaan merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami
perjalanan panjang. Mulai dari infeksi nosokomial yang menjadi ancaman bagi
petugas kesehatan dan pasien. Seperangkat prosedur dan pedoman yang
dirancang untuk mencegah terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan juga
memutus rantai penularan ke pasien. Terutama untuk mencegah penularan
melalui darah dan cairan tubuh,seperti: HIV dan HBV → juga patogen lain.
Prinsip Kewaspadaan Umum dijabarkan dalam kegiatan pokok yaitu :
a. Sarung Tangan
b. Masker
d. Gaun/Jubah/Apron
34
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai (Dekontaminasi, Sterilisasi,
Disinfeksi)
a. Dekontaminasi : Suatu proses menghilangkan mikroorganisme
patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk
pengelolaan alkes bekas pakai
b. Pencucian : Proses secara fisik untuk menghilangkan kotoran
terutama bekas darah, cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti
debu, kotoran yang menempel di kulit atau alat kesehatan
c. Disinfeksi : Suatu proses untuk menghilangan sebagian
mikroorganisme
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi = DTT
35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. KESELAMATAN KERJA
Seluruh petugas wajib mentaati semua prosedur kerja (termasuk
optimalisasi penerapan Kewaspadaan Universal Precaution) yang sudah
ditetapkan oleh rumah sakit bila terjadi kecelakaan kerja maka akan dilakukan
tindak lanjut sesuai prosedur terpapar pajanan oleh Tim PPI dan K3.
36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGENDALIAN MUTU
Melakukan pengkajian SDM. Hasil / capaian yang didapat dilakukan
analisis tindak lanjut untuk mendapatkan capaian yang maksimal; dengan
melakukan pembahasan bersama semua pelaksana unit kerja terkait / staf
untuk mendapatkan solusi / jalan keluar terkait dengan mutu pelayanan
rumah sakit.
37
BAB X
PENUTUP
38