PEDOMAN
PELAYANAN STUNTING DAN WASTING
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB X PENUTUP.................................................................................................. 13
i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : September 2022
A. Latar Belakang
Stunting atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada usia dibawah 5 tahun
(balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang
tidak memadai (terutama dalam 1.000 hari Pertama Kehidupan, yaitu dari janin hingga
anak berusia 2 tahun). Anak tergolong stunting apabila panjang/tinggi badannya
berada di bawah minus dua standar deviasi panjang/tinggi anak seumurnya.
Wasting atau gizi kurang ialah kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi
badan anak (BB/TB), disebabkan karena kekurangan makan/terkena penyakit infeksi
yang terjadi dalam waktu yang singkat (permasalahan gizi akut).
Stunting dan wasting berisiko menghambat pertumbuhan fisik (gagal tumbuh)
dan rentan terhadap penyakit infeksi, juga menghambat perkembangan kognitif dan
motorik yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di
masa depan.
Penanggulangan stunting dan wasting penting dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh
kembang anak. Stunting dan wasting mempengaruhi perkembangan otak sehingga
tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas
pada saat dewasa. Stunting dan wasting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap
penyakit. Anak stunting dan wasting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di
masa dewasanya. Bahkan, stunting dan wasting dan berbagai bentuk masalah gizi
diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto ( PDB) setiap
tahunnya.
Percepatan penurunan stunting dilakukan dengan berbagai upaya, untuk
mencapai prevalensi stunting sebesar 14% pada tahun 2024, pemerintah telah
menetapkan strategi nasional pencegahan stunting dalam 5 pilar yaitu:1) Komitmen
dan visi kepemimpinan, 2) Kampanye nasional dan perubahan prilaku, 3) Konvergensi
program pusat, daerah dan desa, 4) Ketahanan pangan dan gizi, dan 5) Pemantauan
dan evaluasi. Melalui program nasional ini diharapkan program pencegahan dan
penanggulangan stunting dan wasting antar kementerian/ lembaga lebih terkoordinasi.
Upaya penanggulangan stunting dan wasting dilakukan melalui penguatan
5
intervensi gizi spesifik dan sensitif. Lancet (2013) menyatakan bila intervensi gizi
spesifik adekuat 90% akan berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 20%.
Penanggulangan stunting dan wasting tidak dapat hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan terutama di
tingkat daerah. Kolaborasi dengan puskesmas, dinas kesehatan, pemerintah daerah,
serta tokoh daerah dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting dalam upaya
menekan angka prevalensi stunting dan wasting.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting maka RS Bhayangkara Lemdiklat Polri telah
melakukan berbagi upaya terutama pelayanan bagi pasien dengan stunting dan
wasting di RS Bhayangkara Lemdiklat Polri.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum adalah menurunkan angka prevalensi stunting dan
wasting melalui peningkatan mutu pelayanan.
2. Tujuan Khusus :
a. Menyelenggarakan intervensi dalam tatalaksana stunting dan wasting sedini
mungkin.
b. Menyelenggaran pelayanan rujukan kasus stunting dan wasting dengan
komplikasi berat.
D. Batasan Operasional
1. Informed Concent
2. Skrining antropometri
3. Rujukan
6
E. Landasan Hukum
8
BAB II
STUKTUR
ORGANISASI
Penanggung Jawab
dr. Rini Afrianti, MKK
B. Uraian Tugas
1. Karumkit (Penanggung Jawab)
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Stunting dan
Wasting di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri
b. Memastikan kegiatan yang berhubungan dengan program Stunting
dan Wasting
c. Memastikan keberlanjutan program Stunting dan Wasting di Rumah
Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri
4. Petugas Gizi
a. Melakukan skrining gizi awal pasien anak dan ibu hamil
b. Memberikan edukasi terkait gizi seimbang untuk ibu hamil dan anak dalam
upaya mencegah stunting dan wasting
c. Melakukan asuhan gizi ibu hamil dengan anemia dan kekurangan energi
kronik yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri
d. Melakukan asuhan gizi anak dengan Stunting dan Wasting yang dirawat
inap di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri
e. Melakukan kolaborasi dengan profesi lainnya.
5. Anggota
a. Melaksanakan program penurunan prevalensi Stunting dan Wasting
b. Merujuk pasien ke fasilitas tingkat lanjut
c. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
10
BAB III
FASILITAS
A. FASILITAS
Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri saat ini belum memiliki
fasilitas ruang konseling sesuai kriteria.
Kriteria :
1. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk
menyelenggarakan pelayanan Stunting dan Wasting baik ruangan
konseling, ruangan administrasi, ruangan logistik dan ruangan pertemuan
2. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk
menyelenggarakan pelayanan konseling
3. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk administrasi
klien dan penyimpanan fasilitas pendukung seperti rekam medik, grafik
pertumbuhan, tumbuh kembang anak dan ATK
4. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk penyimpanan
stok obat sementara
5. Tersedianya tempat pertemuan untuk menyelenggarakan konseling
dukungan keluarga klien termasuk kegiatan penyuluhan gizi apabila ada
klien yang dipandang perlu untuk diberikan konseling tentang kebutuhan
nutrisinya, itu semua kita lakukan atas peretujuan klien.
11
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. TAHAPAN PELAKSANAAN
1. Penerimaan klien
2. Informed consent
3. Pemeriksaan antropometri
a. Penyampaian hasil pemeriksaan antropometri bukan stunting dan wasting :
Memberikan apresiasi kepada keluarga telah menjaga status gizi dan
tumbuh kembang anak
Memberikan dukungan kepada keluarga untuk selalu rutin melakukan
pemeriksaan antropometri anak
b. Penyampaian hasil pemeriksaan antropometri stunting/wasting :
Perhatikan komunikasi non verbal saat memanggil keluarga pasien
Pastikan keluarga pasien memahami pengertian stunting/wasting
Lakukan secara jelas dan langsung dalam menyampaikan hasil
pemeriksaan dan rencana tatalaksana yang dibutuhkan
4. Rujukan
a. Bila hasil pemeriksaan antropometri pasien termasuk stunting/wasting
maka dilakukan pemeriksaan komprehensif untuk skrining komplikasi
yang ada pada pasien dan melaporkan hasil pemeriksaan kepada
DPJP
b. Pengobatan pasien stunting/wasting dengan komplikasi berat (penyakit
jantung bawaan, kelainan kongenital) di rujuk ke RS Bhayangkara TK I
Raden Said Soekanto
5. Manajemen komprehensif Stunting dan Wasting
Rumah Sakit memiliki tugas pokok dan fungsi utama yaitu membina
kesehatan wilayah, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan,serta manajemen Rumah Sakit sendiri.Penanganan
stunting merupakan upaya kesehatan yang melibatkan kesehatan perorangan,
masyarakat dan juga pentingnya kolaborasi lintas sektoral, sehingga sangat
tepat Rumah Sakit menjadi ujung tombak penanganan stunting.
12
yang harus dilakukan oleh sektor kesehatan bekerjasama dengan sektor-sektor
lain.Stunting disebabkan oleh masalah multifaktorial, sehingga penanganannya
pun sangat membutuhkan kerjasama intersektoral.
Intervensi spesifik perlu didukung oleh intervensi sensitif yang ditujukan pada
penyebab tidak langsung stunting (underlying determinants) yaitu kerawanan
pangan,sumberdaya pengasuhan, akses terhadap pelayanan kesehatan serta
higiene dan sanitasi lingkungan. Intervensi sensitif dapat menjadi platform untuk
meningkatkan skala, cakupan serta efektivitas intervensi spesifik (Bhutta
et.al,2013).
1 Tambah Darah (TTD) KIE bagi ibu hamil untuk mengonsumsi TTD Kesehatan
dan gizi seimbang
Supervisi terstruktur dan berkala
14
trimester 1 dan 3
Melakukan rujukan terencana bagi ibu hamil
dengan penyakit penyerta penyebab
IUGR,seperti ibu KEK, anemia, hipertensi,
Antenatal Care(ANC) obesitas dan diabetes.
terpadu
Skrining dan pencegahan Malaria pada ibu
hamil di daerah endemis
Skrining dan konseling HIV pada ibu hamil
dengan risiko tinggi HIV
Pemberian Vitamin A Ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A dosis
4 Kesehatan
pada ibu nifas tinggi
Promosi Inisiasi Kesehatan,
Promosi tentang pengertian,pentingnya IMD
5 menyusui Media
serta bagaimana melakukan IMD
Dini(IMD) Massa
Pemeriksaan kecacingan, pemberian obat
Penanggulangan
6 cacing pada ibu hamil yang positif Kesehatan
Kecacingan
kecacingan pada trimester 2 atau 3
Advokasi dan
Kesehatan,
Sosialisasi
tenaga kerja,
Mensosialisasikan penerapan GP2SP pada
7 Gerakan Pekerja Pemda/
Perempuan /Buruh dunia usaha dan lintas sektor
Pemkot
Sehar Produktif
/Pemprov
(GP2SP)
Sasaran Kelompok Umur 0- bulan
Inisiasi Menyusu Dini Melakukan IMD di semua sarana pelayanan
8 Kesehatan
(IMD) kesehatan
Kesehatan,
Konseling ASI dan pemberian MPASI
LSM, PKK
Kesehatan,
KIE ASI Eksklusif
LSM, PKK
Kesehatan,
Sosialisasi dan advokasi PP ASI
ASI Eksklusif dan MP- LSM, PKK
9
ASI Supervisi terstruktur dan berkala untuk
Kesehatan,
memastikan seluruh bayi mendapatkan ASI
LSM, PKK
Eksklusif sampai usia 6 bulan
Advokasi lintas sektor pentingnya
Kesehatan,
penyediaan sarana menyusui di tempat kerja
LSM, PKK
dan fasilitas umum
Kesehatan,
Pemantauan Melakukan pemantauan pertumbuhan
10 Pendididkan
Pertumbuhan secara teratur, antara lain melalui Posyandu
(PAUD)
Kesehatan,
Melakukan pemantauan perkembangan
Pemantauan Pendidikan
11 anak sesuai dengan tahapan
Perkembangan (PAUD),
perkembangannya
BKB
15
Memastikan bayi usia 0- 6 bulan
12 Imunisasi dasar mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal Kesehatan
yang ditetapkan
Pemberian kapsul
13 vitamin A Pengadaan dan distribusi kapsul vitamin A Kesehatan
untuk usia 6 bulan
Peningkatan pelaksanaan pemberian kapsul
Kesehatan
vitamin A
Kesehatan,
Mengoptimalkan media KIE
Media, LSM
Sweeping untuk memastikan seluruh sasarn
Kesehatan
mendapatkan Kapsul Vitamin A
Manajemen Terpadu Memastikan bayi yang sakit mendapatkan
14 Balita perawatan sesuai dengan Manajamen Kesehatan
Sakit Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Pencegahan dan Tata
Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Kesehatan,
15 Laksana Gizi Buruk
Gizi Buruk pada Balita LSM
pada Balita
Kesehatan,
Sosialisasi dan advokasi Pengelolaan Gizi LSM,tokoh
Buruk Terintegrasi (PGBT) masyarakat
lintas sektor
Supervisi terstruktur dan berkala Kesehatan
16
Mengoptimalkan media KIE
Memastikan bayi dan anak mendapatkan
20 Imunisasi imunisasi dasar dan lanjutan sesuai dengan Kesehatan
usianya
Pemantauan Tumbuh
Kembang - SDIDTK Kesehatan,
Memastikan tumbuh kembang anak telah Pendididkan
21 (Stimulasi, Deteksi, dan sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
(PAUD),
Intervensi Dini Tumbuh perkembangannya
BKB
Kembang)
Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Kesehatan,
Gizi Buruk pada Balita LSM
Kesehatan,
Pencegahan dan Tata
Sosialisasi dan advokasi Pengelolaan Gizi LSM, tokoh
22 Laksana Gizi Buruk
pada Balita Buruk Terintegrasi (PGBT) masyarakat,
lintas sektor
Supervisi terstruktur dan berkala Kesehatan
Melakukan pemberian obat pencegahan
masal (POPM) di Posyandu pada anak
23 Pemberian obat cacing usia>12 bulan minimal 1 kali/tahun POPM Kesehatan
dilakukan pada anak usia 1 tahun hingga 12
tahun minimal 1 kali /tahun
Manajemen Terpadu
Memastikan anak yang sakit mendapatkan
24 Balita Kesehatan
tata laksana yang sesuai dengan MTBS
Sakit (MTBS)
Sasaran Remaja Puteri dan WUS
Pengadaan TTD dan distribusi ke semua
sarana pelayanan kesehatan dan institusi Kesehatan
Pendidikan
Suplementasi Tablet Kesehatan,
25 Pemberian TTD bagi remaja putri melalui Pendidikan,
Tambah Darah (TTD)
institusi pendidikan (UKS), dan WUS Agama,
(pekerja wanita) melalui klinik kesehatan di Pemda,
perusahaan Sektor
Swasta
Supervisi terstruktur dan berkala Kesehatan
17
sosial
KIE bagi remaja putri dan WUS untuk
menerapkan 4 pilar gizi seimbang,yaitu:
1) mengonsumsi beraneka ragam makanan;
Penerapan Pedoman Kesehatan,
2) membiasakan berperilaku hidup bersih
26 Gizi Media
dan sehat;
Seimbang(PGS) Massa
3) melakukan aktivitas fisik secara teratur;
4) memantau berat badan normal secara
teratur
Sasaran Semua Umur
Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk
(dengan/tanpa komplikasi) dan balita 6-59 bulan dengan komplikasi: rawat inap dapat
dilakukan di rumah sakit atau puskesmas rawat inap untuk terapi fase stabilisasi.
Pelayanan Rawat Inap
Ada dua jenis protokol dalam rawat inap balita dengan gizi buruk sebagai berikut:
1. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan tanda berikut:
- Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3)
- Skor Z BB/PB atau BB/TB<-3 SD
- berat kurang dari 4 kg
- LiLA < 11,5 Cm
- ada komplikasi
Komplikasi yang dimaksud
- anoreksia
- dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
- letargi atau penuruan kesadaran
- demam tinggi
- pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas cepat)
- anemia berat
Dalam ketiga fase itu terdapat 10 tindakan pelayanan rawat inap untuk balita gizi
buruk yang perlu dilakukan
19
BAB V
LOGISTIK
A. LOGISTIK
Kebutuhan anggaran kegiatan pelayanan penganggulangan Stunting
dan Wasting di dukung dari anggaran BLU Rumah Sakit Bhayangkara
Lemdiklat Polri.
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. KESELAMATAN PASIEN
Kewaspadaan merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami
perjalanan panjang. Mulai dari infeksi nosokomial yang menjadi ancaman bagi
petugas kesehatan dan pasien. Seperangkat prosedur dan pedoman yang
dirancang untuk mencegah terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan juga
memutus rantai penularan ke pasien. Terutama untuk mencegah penularan
melalui darah dan cairan tubuh,seperti: HIV dan HBV → juga patogen lain.
Prinsip Kewaspadaan Umum dijabarkan dalam kegiatan pokok yaitu :
a. Sarung Tangan
b. Masker
d. Gaun/Jubah/Apron
21
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai (Dekontaminasi, Sterilisasi,
Disinfeksi)
a. Dekontaminasi : Suatu proses menghilangkan mikroorganisme
patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk
pengelolaan alkes bekas pakai
b. Pencucian : Proses secara fisik untuk menghilangkan kotoran
terutama bekas darah, cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti
debu, kotoran yang menempel di kulit atau alat kesehatan
c. Disinfeksi : Suatu proses untuk menghilangan sebagian
mikroorganisme
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi = DTT
22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. KESELAMATAN KERJA
Seluruh petugas wajib mentaati semua prosedur kerja (termasuk
optimalisasi penerapan Kewaspadaan Universal Precaution) yang sudah
ditetapkan oleh rumah sakit bila terjadi kecelakaan kerja maka akan dilakukan
tindak lanjut sesuai prosedur terpapar pajanan oleh Tim PPI dan K3.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGENDALIAN MUTU
Melakukan pengkajian SDM. Hasil / capaian yang didapat dilakukan
analisis tindak lanjut untuk mendapatkan capaian yang maksimal; dengan
melakukan pembahasan bersama semua pelaksana unit kerja terkait / staf
untuk mendapatkan solusi / jalan keluar terkait dengan mutu pelayanan
rumah sakit.
24
BAB X
PENUTUP
Jakarta,
September 2022
Mengetahui,
KARUMKIT BHAYANGKARA LEMDIKLAT POLRI
25