STRATEGI PEMBELAJARAN MI
A. PETA KONSEP
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, peserta mampu:
a. Menjelaskan konsep dan prosedur pembelajaran tematik integrative serta trampil
mempraktekkannya .
b. Menjelaskan konsep dan prosedur pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
trampil mempraktekkannya.
c. Menjelaskan konsep dan prosedur problem-based learning trampil
mempraktekkannya.
d. Menjelaskan konsep dan prosedur project-based learning trampil mempraktekkannya.
e. Menjelaskan konsep dan prosedur pembelajaran kontekstual trampil
mempraktekkannya.
f. Menjelaskan konsep dan prosedur discovery learning trampil mempraktekkannya.
g. Menjelaskan konsep dan prosedur inquiry learning trampil mempraktekkannya.
D. URAIAN MATERI
1. Pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Dick and
Carey, 1985). Sementara, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Di dunia pendidikan dikenal dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik
dan taktik dalam pembelajaran.
Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik
pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
a. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”.
b. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
c. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta.”
d. Pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran)
Pendekatan saintifik/ilmiah menjadi karakteristik penerapan kurikulum 2013. Penerapan
pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan
bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.
Tampaknya pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran sangat mungkin untuk
diberikan mulai pada usia MI/SD ini. Tentu saja, harus dilakukan secara bertahap, dimulai
dari penggunaan hipotesis dan berfikir abstrak yang sederhana, kemudian seiring dengan
perkembangan kemampuan berfikirnya dapat ditingkatkan dengan menggunakan hipotesis
dan berfikir abstrak yang lebih kompleks.
Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi dan penekanan tersendiri
bahwa proes pebelajaran di MI menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dengan
tahapan mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta.
Beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip
pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain model: (1) Pembelajaran Tematik Integratif; (2).
Problem Based Learning; (3) Project Based Learning; (3) Pembelajatan Kontektual; (4)
Discovery; dan (5)/Inkuiry learning. Model-model ini berusaha membelajarkan siswa untuk
mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara
atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta
melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara
lisan maupun tulisan.
Gradasi dari sikap di atas dikembangkan dalam proses pembelajaran pada setiap jenjang
pendidikan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran
disesuaikan dengan karakteristik kompetensi peserta didik. Pembelajaran tematik terpadu di
SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
E. RANGKUMAN
A. Pembelajaran Tematik
1. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
2. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
3. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
4. Ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan
belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia
sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
5. Karakteristik pembelajaran tematik : berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung, pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan
konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan
B. Pendekatan Saintifik
3.7.3.1. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan,
ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mapel (Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan).
3.7.3.2. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan Saintifik (Pusat
Pengembangan Tenaga kependidikan), yaitu: (1) berpusat pada siswa, (2)
membentuk students’ self concept, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari, menganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip, (4)
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, (5) meningkatkan
motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, (6) emberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
3.7.3.3. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ada lima, yaitu: (1) Observing
(mengamati), (2) Questioning (Menanya), (3) Associating (menalar), (4)
Experimenting (mencoba), dan (5) Networking (membentuk jejaring).
3.7.3.4. Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi: (a)
Penilaian proses, (b) Penilaian produk, dan (c) Penilaian sikap
3.7.3.5. Karakteristik Pembelajaran dengan menggunakan metode saintifik
(Pusat Pengembangan Tenaga kependidikan): (1) Berpusat pada siswa, (2)
Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum
atau prinsip, (3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan berpikir tingkat
tinggi siswa, (4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
C. Problem-Based Learning
1. Problem based learning adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai
macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap
tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang
baru dan kompleksitas yang ada.
2. Karakteristik Poblem-Based Learning adalah sebagai berikut: (1) Permasalahan
menjadi starting point dalam belajar; (2) Permasalahan yang diangkat adalah
permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; (3) Permasalahan
membutuhkan perspektif beragam (multiple perspective); (4) Permasalahan,
menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang
kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar; (5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; (6) Pemanfaatan
sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; (7) Belajar adalah
kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif; (8) Pengembangan ketrampilan
inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi
pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) Keterbukaan
proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar,
dan (10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
3. Kebanyakan teknik asesmen dan evaluasi yang digunakan untuk Problem-
based Learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh pebelajar
sebagai hasil penyelidikan/hasil kerja mereka.
D. PROJECT-BASED LEARNING
1. Project based learning adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan
pada peningkatan kemampuan analytical and critical thinking mahasiswa.
Pembelajaran ini menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Metode belajar ini menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
2. Ciri-ciri Project Based Learning, diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan
hasil.
3. Komponen-komponen Project Based Learning meliputi: (1) Isi kurikulum, (2)
Komponen multimedia, (3) Komponen petunjuk siswa, (4) Bekerja sama, (5)
Komponen hubungan dengan dunia nyata, (6) Kerangka waktu, (7) Penilaian.
4. Kelebihan Project Based Learning diantaranya: (1) Meningkatkan motivasi,
dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa
belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang
lain; (2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber
yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks; (3)
Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan
siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi; (4)
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik
maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
5. Kekurangan Project Based Learning diantaranya: (1) Kondisi kelas agak sulit
dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya
kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu
diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik;
(2) Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.
E. Pembelajaran Kontekstual
F. Discovery Learning
1. Secara sederhana, metode discovery learning dapat diartikan sebagai cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode discovery learning
lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan
singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil
akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.
2. Tujuan Penerapan Metode Discovery learning adalah: (a) Meningkatkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan
belajar; (b) Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup; (c)
Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber; (d)
informasi yang diperlukan oleh para siswa; (e) Melatih para siswa mengeksplorasi
atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak pernah tuntas
digali.
3. Kelebihan Penerapan Metode Discovery learning yaitu: siswa dapat mengerti
konsep dasar lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan, pengetahuan
mudah ditransfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa berpikir
dan bekerja atas inisatif sendiri, memberi kepuasan instrinsik, serta pembelajaran
lebih baik.
4. Sementara kelemahan metode discovery learning adalah sebagai berikut: (a)
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. (b)
Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. (c) Harapan yang
ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah
biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan
penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh
pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. (e)
dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin
tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih
dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
G. Inquiry Learning
1. Inquiry adalah metode yang mampu menggiring mahasiswa untuk menyadari
apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik
sebagai subyek belajar yang aktif.
2. Karakteristik pembelajaran inkuiri: (1) menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan, (2) seluruh aktivitas
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan; (3) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
3. Prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran inkuiri: (1) Berorientasi pada
Pengembangan Intelektual, (2) Prinsip Interaksi, (3) Prinsip Bertanya, (4)
Prinsip Belajar untuk Berpikir, (5) Prinsip Keterbukaan.
4. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri: (1) Menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna; (2)
Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka, (3) Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman, (4) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
5. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri: (1) Sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa, (2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan, (4) Sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
F. DAFTAR PUSTAKA
Elain, B. Johnson, (2002) contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc. Asage
Publication Company Thousand Oaks, California.
Moedjiono, (1993) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Lie, Anita 2007 cooperative Learning Memperaktekkan Cooperative Learning di Ruang
Kelas. Grasindo Jakarta
Sanjaya Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, Jakarta
Kencana Prenada Media.
Winataputra, Udin, S. (1997), materi Pokok: Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Depdikbud.
UT
Silberman, Mel, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, Massachusetts: Allyn
and Bacon, 1996.
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Bandung: Kifa, 2007
Bahrissalim & Abdul Haris, Modul Strategi dan Model-Model Paikem, Jakarta:
Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,2011