Anda di halaman 1dari 15

1

PEMBELAJARAN AKTIF

A. PETA KONSEP

Model Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran PAKEM


Tematik Kooperatif Kontekstual

Metode–Metode
Pembelajaran Aktif

1. Information search 2. Card sort


3. The power of two 4. Snow balling
5. Poster comment 6. Snow balling
7. Team quiz 8. Card match
9. Every one is a teacher here 10. Role play
11. Jig Saw 12.Poster Comment
13. Billboard Ranking 14. Critical Incident

Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dapat dilihat dari
tabel di bawah ini :

Model Pembelajaran Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, strategi, metode, dan tehnik pembelajaran.
Pendekatan Pembelajaran Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.
Metode Pembelajaran Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
2

strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi;


(3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya.
Tehnik Pembelajaran Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya
terbatas.
Taktik Pembelajaran Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan
humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi
lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

A. Pengertian Pembelajaran Tematik


1. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
2. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1)
progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
3. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
4. Ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang
dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3)
Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan
belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
5. Karakteristik pembelajaran tematik : berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung,
pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat
fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.
2. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain : siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah, bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelmin berbeda-beda, dan penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
3. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah a. hasil belajar akademik b. Penerimaan terhadap perbedaan
individu c. Pengembangan keterampilan sosial.
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif antara lain :1). Prinsip ketergantungan positif 2). Tanggung
jawab perseorangan, 3) Interaksi tatap muka, 4) Partisipasi dan komunikasi.
3

5. Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :
a. Penjelasan materi
b. Belajar dalam kelompok
c. Penilaian
d. Pengakuan Tim.

Pembelajaran Kontekstual

1. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri,
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual adalah melakukan hubungan yang bermakna.
a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan.
b. Belajar yang diatur sendiri.
c. Bekerja sama.
d. Berpikir kritis dan kreatif.
e. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
f. Mencapai standar yang tinggi.
g. Menggunakan penilaian autentik.
3. Lima strategi umum pembelajaran kontekstual: relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferring.
4. Komponen pokok pembelajaran kontekstual: kontruktivisme, inquiry, bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian
nyata (authentic assessment)

Pembelajaran Aktif

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang ideal
adalah pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat mengungkapkan segala potensi
dirinya untuk dapat meraih sekian kompetensi sesuai dengan bakat dan minatnya, bukan sebaliknya hanya
disuapi oleh guru dengan segala macam pengetahuan. Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran ramah
anak atau dengan prinsip asah, asih, asuh atau yang lebih dikenal dengan istilah PAKEM. PAKEM adalah
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan
suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya
menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan
menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi yang mampu mengahsilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebut
diperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya daya tersebut. Suasana
kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah uasana belajar yang memberi kesempatan siswa untuk
4

terlibat secara aktif dan memberi kesemapatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa
takut disalahkan oleh guru. Pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan
dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan.
Setelah proses pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan
yang bersifat verbalisme namun dharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna. Artinya siswa dapat
mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang
beragam. Menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian,
tingginya perhatian siswa terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
secara proses pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tidak ubahnya sepertu bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak ada aktivitas
konkrit membosankan dan belajar tidak efektif tidak kritis, tidak kreatif, komunikasi buruk, apatis.

Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir) dan
mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh
beban, guru galak akan menurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berpikir efektif,
reaktif atau agresif.(Pancamegawani, 2006)

A. Landasan PAKEM

1. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis PAKEM adalah filsafat Konstruktivisme dan filsafat pragmatisme
2. Landasan Yuridis:

 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas


 PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
 Kepmendiknas No 129a tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan

PP No 19 tahun 2005 Pasal 19 (1) menyatakan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pe- serta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Ada 11 indikator/tolok ukur bahwa pembelajaran dapat dikategorikan sudah PAKEM, yaitu :
1. Metode Pembelajaran :
5

 Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi (wawancara, pengamatan,
bermain peran, penelitian, berlangsung di luar dan di dalam kelas) sesuai dengan mata pelajaran. Idealnya
lebih dari 3 jenis.
 Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan spesifikasi bahan ajar.
 Penggunaan metode dalam kegiatan belajar siswa sesuai dengan RPP.
2. Pengelolaan Kelas :
 Kegiatan belajar siswa variatif (individual, berpasangan , kelompok, klasikal). Idealnya lebih dari 3 jenis.
 Kelompok belajar siswa beragam (gender, sosial-ekonomi, intelegensi). Idealnya lebih dari 3 variabel.
 Keanggotaan kelompok belajar berubah-ubah sesuai kebutuhan belajar (sesuai KD, materi, metode, dan alat
bantu belajar).
 Kegiatan pembelajaran menggunakan tata tempat duduk (meja/kursi) yang memudahkan siswa berinteraksi
dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Idealnya lebih dari 3 variasi tata tempat duduk.
 Tata tertib kelas dibuat (dan disepakati) bersama antara siswa dan guru. Idealnya murni inisiatif siswa
(khusus kelas tinggi).
3. Ketrampilan Bertanya :
 Pertanyaan yang diajukan guru dapat memancing/mendukung siswa dalam membangun konsep/gagasannya
secara mandiri.
 Guru mengajukan pertanyaan selalu memberikan jeda (waktu tunggu) yang memberikan keleluasaan seluruh
siswa untuk berfikir, lalu menunjuk siswa yang harus menjawab tanpa pilih kasih secara acak.
 Guru juga mendorong siswa untuk bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan gagasan guru/siswa lain.
 Siswa menjawab pertanyaan guru dengan lebih dulu mengacungkan tangan tanpa suasana gaduh.
 Siswa berani bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan pendapat baik secara lisan/tulisan.
4. Pelayanan Individual :
 Terdapat program kegiatan belajar mandiri siswa yang terencana dan dilaksanakan dengan baik.
 Siswa dapat menyelesaikan tugas /permasalahannya dengan membaca, bertanya atau melakukan pengamatan
dan percobaan.
 Guru melakukan identifikasi, merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti Program
Pembelajaran Individual (PPI) sebagai respon adanya kebutuhan khusus (hiperaktif, autis, lamban, dsb).
 Kegiatan pembelajaran melayani perbedaan individual ( tipe belajar, siswa: audio, visual, motorik, audio-
visual, audio-visual-motorik) menggunakan multimedia.
 Siswa melakukan kegiatan membaca dan menulis atas keinginan sendiri dan didokumentasikan.
5. Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran
 Guru menggunakan berbagai sumber belajar (sudut baca, perpustakaan, lingkungan sekitar) yang sesuai
dengan kompetensi yang dikembangkan.
 Guru membuat alat bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan sendiri dan /atau
bersama siswa/orangtua siswa.
 Guru trampil/menguasai alat bantu pembelajaranyang tersedia dan sesuai dengan materi yang diajarkan.
 Lembar kerja mendorong siswa dalam menemukan konsep/gagasan/rumus/cara (tidak hanya mengerjakan
perintah) dan dapat menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari.
6. Umpan Balik dan Evaluasi
 Guru memberikan umpan balik yang menantang (mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut) sesuai
dengan kebutuhan siswa.
 Guru memberikan umpan balik (lisan/tulisan) secara individual.
 Guru menggunakan berbagai jenis penilaian (tes dan non tes) dan memanfaatkannya untuk kegiatan tindak
lanjut.
 Setiap proses dan hasil pembelajaran disertai dengan reward /penghargaan dan pengakuan secara verbal
dan/atau non verbal.
7. Komunikasi dan Interaksi
 Bantuan guru kepada siswa dalam pembelajaran bersifat mendorong untuk berfikir (misalnya dengan
mengajukan pertanyaan kembali).
 Setiap pembelajaran terbebas dari ancaman dan intimidasi (yang ditandai : tidak ada rasa takut, labelling,
bulliying, anak menikmati, guru ramah).
 Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik, pelecehan seksual).
6

 Perilaku warga kelas (siswa dan guru) sesuai dengan tata tertib yang dibuat bersama dan etika yang berlaku.
 Siswa mendengarkan dengan baik ketika guru atau siswa lain berbicara.
 Komunikasi terjalin dengan baik antara guru-siswa dan siswa-siswa.
8. Keterlibatan Siswa
 Siswa aktif dan asyik berbuat /bekerja dalam setiap kegiatan pembelajaran.
 Guru selalu meberikan kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan kelas untuk
menyajikan/mengemukakan /melakukan sesuatu.
 Dalam setiap kerja kelompok ada kejelasan peran masing-masing siswa dan terlaksana secara bergilir.
9. Refleksi
 Setiap usai pembelajaran guru meminta siswa menuliskan/mengungkapkan kesan dan keterpahaman siswa
tentang apa yang telah dipelajari.
 Guru melaksanakan refleksi/perenungan tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
10. Hasil Karya Siswa
 Berbagai hasil karya siswa dipajangkan, ditata rapid an diganti secara teratur sesuai perkembangan
penyampaian materi pembelajaran.
 Hasil karya siswa adalah murni karya /buatan siswa sendiri.
11. Hasil Belajar
 Hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
 Siswa mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai dengan potensinya (kerjasama, toleransi,
menyelesaikan konflik secara sehat, bertanggung jawab dan kepemimpinan).
 Siswa mengelami peningkatan rasa percaya diri (kemampuan bertanya, menjawab dan tampil di depan
kelas).
Kelas dan pembelajaran yang PAKEM ternyata tidak hanya terlihat dari segi fisik saja, misalnya banyaknya
pajangan di kelas sehingga nampak ramai dan meriah, namun yang lebih penting dan utama adalah proses
pembelajaran dan cara mengajar yang sudah tidak konvensional lagi.

Metode Pembelajaran Aktif -1

A. Information Search (Metode Mencari Informasi )


Metode ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan membosankan. Materi dapat
diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sebagainya. Metode ini memiliki prosedur
penerapan sebagai berikut:

1. Fasilitator/Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil (bisa juga tidak membagi
kelompok)
2. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks
3. Fasilitator/Guru membagikan handout atau bahan bacaan yang telah ditentukan
4. Berikan pertanyaan yang telah dibuat kepada peserta/siswa
5. Mintalah peserta/siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang anda buat di
dalam handout yang dibagikan atau bahan bacaan yang ditentukan
6. Ulang kembali semua jawaban dari peserta/siswa dan mengembangkan jawaban tersebut untuk
menambah informasi peserta/siswa, sehingga jawaban yang didapat semakin jelas.
Perlengkapan :

Ada beberapa perlengkapan yanng harus disiapkan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran, di
antaranya adalah :

a. Bahan-bahan sumber informasi, seperti handout, buku teks, dokumen, koran, majalah dan lain-lain.
b. Sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi.

B. Card Sort (Mensortir Kartu)


Metode ini mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif (kerjasama). Metode
ini bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau
7

mereview materi yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya. Dominasi gerakan fisik dalam
penerapan metode ini dapat membantu menghidupkan suasana kelas. Langkah-langkah penerapan
metode ini adalah:

1. Bagi kelas ke dalam beberapa kelompok


2. Bagikan kertas plano yang telah diberi tulisan kata kunci atau informasi tertentu atau kategori
tertentu secara acak kepada setiap kelompokPada tempat yang terpisah, letakkan kartu warna-warni
yang berisi jawaban/informasi yang tepat untuk masing-masing kata kunci. buatlah kartu-kartu itu
tercampur aduk
3. Mintalah setiap kelompok mencari kartu yang cocok dengan kata kunci tersebut. Jelaskan kepada
setiap kelompok bahwa kegiatan ini merupakan latihan pencocokan
4. Setelah mereka menemukan kartu yang cocok, mintalah mereka menempelkan ke lembar kata
kunci sehingga menjadi sebuah informasi.
Perlengkapan :

Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran, di antaranya
adalah :

a. Potongan kertas karton berbentuk kartu berukuran + 10 cm x 15 sebanyak jumlah siswa di kelas.
b. Alat rekat (solasi/lakban kertas)

C. The Power of Two (Kekuatan Berdua)


Metode ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama.
Filosofi metode ini adalah “Berfikir berdua lebih baik daripda berfikir sendiri”.

Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:

1. Ajukan satu atau lebih pertanyaan


2. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual;
3. Setelah semua menjawab, mintalah kembali kepada siswa untuk berpasangan dan saling bertukar
jawaban dan membahas secara bersama-sama dengan pasangannya
4. Mintalah setiap pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru hasil pembahasan dan diskusi
dengan pasangannya
5. Ketika semua pasangan telah merumuskan jawaban baru, maka bandingkan jawaban tersebut
dengan jawaban pasangan lain di kelas tersebut.
6. Di akhir metode ini penting bagi guru untuk menyimpulkan seluruh proses.
Perlengkapan :

Pelaksanaan metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan buku tulis
yang siswa miliki.

D. Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16- dst)


Metode ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati maupun membaca yang
dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok
kecil yang terdiri dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam belas orang,
dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas. Metode ini
memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:

1. Kemukakan sebuah masalah


2. Mintalah setiap siswa untuk berpendapat
3. Setelah semua menjawab, minta kembali kepada siswa untuk berpasangan (setiap pasangan terdiri
atas 2 orang). Satu sama lain saling bertukar jawaban dan membahasnya.
4. Apabila setiap pasangan selesai membahas, mintalah tiap-tiap pasangan itu untuk
mendiskusikannya dengan pasangan yang lain. Demikian seterusnya sampai terbentuk 2 kelompok
besar dalam satu kelas
8

5. Setelah terbentuk 2 kelompok besar, mintalah kepada kedua kelompok itu untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka.
Perlengkapan :

Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru diantaranya adalah :

a. Kertas plano minimal 2 lembar, yakni untuk 2 kelompok besar


b. Spidol besar buah
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)

E. Poster Comment
Metode ini bertujuan untuk menstumulasi dan meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan
siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam metode ini siswa didorong untuk bisa mengungkapkan
pendapatnya secara lisan tentang gambar atau poster. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut :

1. Pilihlah sebuah gambar atau poster yang ada kaitannya dengan topik bahasan yang akan dibahas.
2. Mintalah siswa untuk mengamati terlebih dahulu gambar atau poster tersebut.
3. Mintalah mereka untuk berdiskusi secara berkelompok, kemudian mereka diminta memberikan
komentar atau pendapat tentang gambar atau poster tersebut.
4. Siswa diminta untuk memberikan solusi atau rekomendasi berkaitan dengan gambar atau poster
tersebut.
Gambar yang dipilih hendaknya juga memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan, dan yang
paling penting terkait dengan materi yang dipelajari.

Perlengkapan :

a. Sebuah poster atau sejumlah kelompok.


b. Poster-poster tersebut sesuai dengan topik yang akan dibahas.
c. Solasi/lakban plastik

F. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)


Metode ini dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dalam kelompok, kemampuan analitis
dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu dalam kelompok. Metode ini memiliki prosedur
sebagai berikut:

1. Bagilah peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil.


2. Berikanlah bacaan untuk masing-masing kelompok
3. Minta mereka untuk mendiskusikan bacaan
4. Dari tiap kelompok, mintalah mereka untuk menunjuk juru bicara
5. Minta para juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
6. Mintalah kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi.
7. Pelatih memberikan rangkuman atau penguatan-penguatan materi.
Perlengkapan :

Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum metode ini dimulai, diantaranya
adalah :

a. Kertas plano minimal sebanyak kelompok yang akan dibentuk


b. Spidol besar 1 – 2 buah (dianjurkan berwarna) untuk masing-masing kelompok.
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)

G. Team Quiz
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab siswa terhadap apa yang
mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:

1. Pilihlah topik yangn dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.


2. Bagilah siswa menjadi 3 kelompok
9

3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta kelompok A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak membutuhkan waktu
lebih dari 5 menit untuk persiapan. Kelompok B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau
catatan mereka.
5. Kelompok A bertanya anggota kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab, kelompok C
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6. Kelompok A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada kelompok C, dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran anda, dan tunjuklah kelompok B
sebagai pemimpin kuis.
8. Setelah kelompok B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan
kelompok C sebagai pemimpin kuis.
Perlengkapan :

Pata metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan buku tulis yang
siswa miliki.

A. Index Card Match


Metode ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang
materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:

1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas.


2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada pertengahan bagian kertas
yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4. Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yanng dilakukan berpasangan.
Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separohnya yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan,
mintalah mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi
yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah siswa menentukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara
bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain.
Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Perlengkapan :

a. Potongan kertas sebanyak jumlah siswa.


b. Potongan-potongan kertas di atas di bagi 2, bagian pertama tertulis pertanyaan, dan bagian yang
lain tertulis jawaban.

B. Every One is a Teacher Here


Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu.
Metode ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”.
Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:

1. Bagikan kartu/ selembar kertas kepada setiap siswa. Mintalah mereka untuk menuliskan pertanyaan
yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya, tugas
membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas
2. Setelah mereka selesai menuliskan pertanyaan, kumpulkan kartu atau kertas tadi, kemudian
kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati
pertanyaan atau topic pada kartu/kertas yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
3. Tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan atau topic yang ada di kartu/kertas yang
mereka terima dan memberikan jawabannya
4. Setelah memberikan jawaban, mintalah siswa lain untuk member tambahan jawaban atas apa yang
telah dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya itu.
10

5. Lanjutkan prosedur ini jika waktu memungkinkan.


Perlengkapan :

Pada metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan kertas ukuran kartu
+ 7 x 10 cm sebanyak siswa.

C. Role Play (Bermain Peran)


Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Metode
ini memiliki prosedur sebagai berikut:

1. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;


2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati
skenario yang sedang diperagakan;
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk
membahas;
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum;
10. Evaluasi.

D. Jigsaw Learning
Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik "pertukaran dari kelompok" (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi pelajaran yang
banyak dapat dipelajari dengan disingkat atau "dipotong" dengan ketentuan tidak ada bagian yang harus
diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi
dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang
bertalian. Prosedur Jigsaw Learning

1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Satu bagian dapat disingkat
menjadi beberapa alenia atau beberapa halaman. Contoh di antaranya :
a. Materi tentang rukun haji, wajib haji, dan sunah haji о Sebab-sebab pewarisan dan
yang menghalanginya, ahli waris dan bagiannya,
b. Artikel panjang yang dimuat di suatu majalah atau jenis bacaan lain.
2. Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan
tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh : bayangkan sebuah kelas
terdiri atas 12 orang peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam tiga bagian,
kemudian anda dapat membentuk tiga kwartet atau kelompok belajar yang terdiri dari empat orang
dengan tugas membaca, berdiskusi, dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.
3. Setelah selesai, bentuklah kelompok "Jigsaw Learning". Setiap kelompok mempunyai seseorang
wakii dari masing-masing kelompok dalam kelas. Setiap anggota masing-masing kwartet
menghitung 1,2,3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok peserta didik "Jigsaw Learning" dengan
jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio
akan ada orang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang untuk bagian 2, dan seorang lagi
bagian 3
4. Mintalah anggota kelompok "Jigsaw" untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang
lain.
11

5. Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan
guna memastikan pemahaman yang tepat.
Variasi

1. Berikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan kelompok tergantung akumulasi


pengetahuan anggota kelompok jigsaw.
2. Berikan tanggung jawab kepada peserta didik yang lain guna mempelajari kecakapan
daripada informasi kognitif. Mintalah peserta didik mengajari peserta lain kecakapan
yang telah mereka pelajari.

E. Poster Session
Metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada
peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara
mereka. Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik
mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang sedang didiskusikan dalam
sebuah lingkungan yang tidak menakutkan.

Prosedur:

1. Mintalah setiap peserta didik menyeleksi sebuah topik yang dikaitkan dengan topik
umum atau yang sedang didiskusikan atau dipelajari.
2. Mintalah peserta didik mempersiapkan gambaran visual konsep mereka pada sebuah
poster atau papan pengumuman (Anda tentukan ukurannya). Isi poster tersebut harus
jelas, agar pengamat dapat dengan mudah memahami tanpa penjelasan tertulis atau lisan.
Akan tetapi, peserta didik boleh saja memilih mempersiapkan satu halaman hand-out
untuk mendampingi poster yang menerangkan lebih detil dan menayangkan bacaan
lanjut.
3. Selama sesi kelas berlangsung, mintalah peserta didik memasang gambaran presentasi,
dan dengan bebas berkeliling di ruangan memandang serta mendiskusikan poster yang
lain. Pada mata pelajaran fiqih contohnya, sedang mempelajari makanan dan minurr.an
yang diharamkan. Topik yang diberi mencakup :
a. Jenis-jenis makanan/minuman haram
b. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap diri semdiri
c. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap orang lain
d. Cara-cara menghindari makanan/minuman haram
Salah satu peserta menggambarkan akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram dengan
membuat poster yang menunjukkan gambaran berikut:

a. Seseorang yang memiliki badan dengan perut buncit


b. Seseorang sedang meminum minuman beralkohol terlibat pertengkaran
c. Seseorang yang sakit kepala
Di bawah masing-masing gambar di atas ada satu paragraf singkat yang menjelaskan bagaimana
dan mengapa seseorang yang mengkonsumsi makanan/minuman haram bisa menunjukkan gejala
atau terlibat dalam perkara yang digambarkan dalam poster.

4. Lima belas menit sebelum kelas selesai, berundinglah dengan seluruh kelas dan
diskusikan keuntungan ара yang mereka peroleh dari kegiatan ini.
Variasi:

1. Anda boleh memilih untuk membentuk tim ke dalam 2 atau 3 bentuk daripada
membuat tugas individual, terutama jika topiknya terbatas.
2. Lanjutkan sesi gambar dengan diskusi panel dengan menggunakan beberapa peraga
sebagai panelis.

F. Billboard Ranking
12

Banyak materi belajar tidak mencakup isi yang berupa pernyataan yang benar atau salah. Misalnya
pembahasan tentang hikmah-hikmah shalat, haji atau zakat. Uraian tentang hal itu sangat terbuka bagi
siapapun untuk menambah atau menguranginya dengan memberikan argumentasi yang tepat. Ketika
nilai, opini, ide, dan preferensi menyinggung topik yang sedang Anda ajarkan, aktivitas ini dapat
digunakan untuk menstimulasi refleksi dan diskusi.

Prosedur:

1. Kelompokkan peserta didik menjadi beberapa grup yang terdiri empat sampai
enam peserta.
2. Berilah peserta didik daftar yang sama, misalnya:
 Hikamah-hikmah shalat
 Hikamah-hikmah zakat
 Hikmah-hikmah haji
 Sebab-sebab keruntuhan dinasti Bani Umayah
 Sebab-sebab keruntuhan dinasti Bani Abbas.
3. Berilah setiap grup kertas Post-it. Mintalah mereka menulis setiap item di atas
daftar di lembaran terpisah.
4. Berikutnya minta setiap grup untuk memilah-milah lembaran-lembaran
sehingga point-pont terpenting yang mereka pilih ada di puncak dan sisanya
berada urutan pada berikutnya secara berranking.
5. Buatlah "papan pengumuman" di mana setiap grup dapat memamerkan pilihan
urutan rangkingnya. (catatan Post-it dapat dipindahkan ke papan tulis, flip
chart, atau lembaran kertas yang lebar).
6. Bandingkan dan kontraskan dengan ranking lintas grup yang sekarang dipamerkan
secara visual.
Aktivitas ini dapat digunakan untuk menstimulasi refleksi dan diskusi.

Variasi:

1. Usahakan mencapai konsensus seluruh kelas.


2. Perintahkan peserta didik untuk menginterview anggota kelompok yang mempunyai
ranking berbeda dari miliknya.

G. Critical Incident
Metode ini digunakan untuk memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk melibatkan siswa sejak awal
dengan melihat pengalaman mereka. Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting,
pengalaman yang membekas dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka.

Prosedur:

1. Sampaikan kepada siswa, topic atau materi yang akan dipelajari dalam kegiatan pembelajaran.
2. Beri mereka waktu beberapa menit untuk mengingat-ingat pengalaman penting mereka yang tidak
terlupakan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.
3. Tanyakan pengalaman penting apa yang mereka alami baik yang menyenangkan, mengharukan,
menyedihkan, dsb.
4. Selanjutnya sampaikan materi pelajaran dengan cara mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa
dengan materi tersebut.
Metode ini tepat digunakan untuk materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam, baik yang terkait
dengan akhlak, akidah, maupun ibadah. Misalnya dalam materi akhlak kepada sesama, guru bisa
menyakan pengalaman para siswa yang berkesan dalam pergaulan mereka dengan orang tua, dengan
tetangga, atau dengan teman-temannya. Dari pengalaman yang disampaikan oleh siswa guru bisa
menjelaskan mana akhlak yang terpuji, dan mana akhlak yang tercela.
13

Variasi

Untuk lebih efektif dan memberi kesan kepada siswa, guru merubah posisi duduk menjadi sebuah
lingkaran, sehingga terjdi komunikasi interarktif antarasiswa dengan guru dan dengan sesama siswa.

H. Debat Aktif
Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan perenungan, terutama kalau
siswa diharapkan mampu membela pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Metode
ini diharapkan bisa menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang lain yang berbeda.
Dengan demikian, dalam realita kehidupan siswa tidak cenderung untuk menjadikan perbedaan-
perbedaan sebagai sumber konflik.

Metode ini dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa dibagi kedalam dua kelompok pro dan
kontra, dan setiap anggota kelompok diminta untuk menyiapkan argument untuk membela dan
mempertahankan pendapat kelompok.

Prosedur:

1. Kembangkan sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan dengan pembelajaran


(contohnya: bolehkah perempuan boleh menjadi kepala negara? Atau apakah
pemerintahan yang berbentuk kerajaan sesuai dengan ajaran Islam?)
2. Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu tim menjadi kelompok yang “pro”, dan tim lain
menjadi kelompok yang “kontra”.
3. Untuk menjamin keterlibatan semua anggota kelompok, masing-masing kelompok dibagi
kedalam dua atau tiga atau empat sub kelompok d tugas untuk menyiapkan argument-
argumen (misalnya menyiapkan dalil, menyiapkan bantahan terhadap argument lawan
dsb.). Kemudian setiap sub kelompok menunjuk juru bicara.
4. Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung jumlah sub kelompok) bagi bagi para juru
bicara dari kedua kelompok. Siswa yang lain duduk di belakang para juru bicara.
5. Mulailah debat dengan mempersilakan para juru bicara dari kedua kelompok untuk
mempresentasikan pandangan mereka sebagai argument pembuka.
6. Kemudian lanjutkan debat dengan memberi kesempatan kepada kelompok lawan untuk
mengcounter argumen pembuka dari kelompok lawan. Pada saat debat berlangsung, para
siswa yang lain diminta untuk membuat catatan berupa usulan argument atau bantahan.
7. Pada saat yang tepat, guru mengakhiri perdebatan. Guru tidak perlu menentukan kelompok
mana yang memenangkan debat, karena diharapkan dari metode ini tumbuh rasa saling
menghormati pendapat orang lain sekalipun berbeda.

MEDIA PEMBELAJARAN
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti
“Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa
ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National
Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi
14

sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad
Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu
audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam
bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan
interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya.
Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa
ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat
disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami
secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena
: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek
yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus;
(f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka
semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya :

1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik


2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still
media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja
yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion
media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat
dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
15

Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan :

R = Rendah S = Sedang T= Tinggi

1 = Belajar Informasi faktual

2 = Belajar pengenalan visual

3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan

4 = Prosedur belajar

5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik

6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat
menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang
dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan
pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping
itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan;
keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Anda mungkin juga menyukai