Anda di halaman 1dari 18

ISLAM DI ANDALUSIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:Dr. Hj. Ratu Suntiah, M.Ag.

Oleh:
Kelompok 7:
Amelia Putri (1222060009)
Fajwah Nurchalijah Zahra (1222060026)
Gilman Syuhada (1222060031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Karena atas kehendak serta izin dari-Nya kami selaku hambanya
dapat menyelesaikan tugas beserta makalah berjudul “Islam Di Andalusia“dengan
tepat waktu tanpa adaya kendala yang dapat menghambat pengumpulan tugas ini.
Shalawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariat agama Islam yang sempurna dimana merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta. Tak lupa kami sampaikan terima kasih
kepada Ibu Dr. Hj. Ratu Suntiah, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang telah membimbing kami guna menyelesaikan
makalah ini.
Kami juga berharap agar makalah ini mampu berguna serta bermanfaat
dalam meningkatkan pengetahuan serta wawasan khususnya terkait Sejarah
Pendidikan Islam
Kami menyadari bahwa pada makalah ini terdapat banyak kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan yang kami buat.

Bandung, 13 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Asal-Usul Islam Di Andalusia .................................................................. 2
B. Perkembangan Islam Di Andalusia ........................................................... 4
C. Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia ................................................ 8
D. Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Abbasiyyah ............................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki
masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu
bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang
ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya
Kemajuan di Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam
di Spanyol. Dari Islam Spanyol, Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode
klasik, ketika Islam mencapai masa sangat penting, menyaingi Baghdad di
Timur. Ketika itu, orang- orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-
perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa. Karena
itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan. Untuk
mengetahui lebih lanjut, penulis berusaha untuk memahami asal-usul Islam di
Spanyol, proses penguasaan Islam atas Spanyol, kemajuan peradaban Islam di
Spanyol, kemunduran dan kehancurannya, dan faktor-faktor yang mendukung
terwujudnya empat poin tersebut.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana asal-usul Islam di Andalusia?
B. Bagaimana perkembangan Islam di Andalusia?
C. Bagaimana peradaban Islam saat itu?
D. Apa yang menyebabkan Islam di Andalusia Mengalami kemunduaran?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui asal-usul Islam di Andalusia
2. Mengetahui perkembangan Islam di Andalusia
3. Mengetahui kemajuan Islam di Andalusia
4. Mengetahui oenyebab kemunduran Islam di Andalusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-Usul Islam Di Andalusia


Asal-usul Islam di Spanyol terjadi pada masa Khalifah Al- Walid
khalifah dari Bani Umayyah (705-715 M) yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasa
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-
705 M). Khalifah Abd Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu‘man Al-ghassani
menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn
Nu‘man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair(Yatim, 2008).
Pada zaman Al-Walid tersebut, Musa ibn Nushair memperluas wilayah
kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar
di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji
tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan
sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayyah memakan
waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah
ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid)(Fauziah, 2016).
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini
merupakan basis kekuasaan kerajaan Romawi yaitu kerajaan Visigoth. Kerajaan
ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang
kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam
mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol(Fauziah, 2016).
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga tentara Islam yang dapat
disebut paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka
adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidikan, Ia menyeberangi selat yang berada

2
diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang
diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat pelawanan
yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan
yang tidak sedikit jumlahnya(Mas’ud, 2004).
Terdorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visigoths yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada
tahun 711 M mengutus Thariq ibn Ziyad dan mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 Pasukan (Hitti, 2010). Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal
sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih
nyata, pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh
Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-
Walid(Mas’ud, 2004).
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota
penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibukota kerajaan Goth saat itu).
Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada
Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan
sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000
orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Visigoth yang jauh lebih
besar, 100.000 orang. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad
membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa
ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia
berangkat menyeberangai selat itu dan satu per satu kota yang di lewatinya dapat
ditaklukannya (Yatim, 2008)
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa, mereka
membakar seluruh alat penyeberangan tersebut. Ia pun mengucapkan pidato
yang bersejarah: “Al- Aduwwu amamakum wal bahru waraa’akum fakhtar

3
ayyumaa shi´tum”. (Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silakan
pilih mana yang kamu kehendaki)(Amin, 2014).
Musa juga berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida
serta mengalahkan penguasa kerajaan Visigoth, Theodomir di Orihuela, ia
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa
sampai Navarre(Fauziah, 2016)
B. Perkembangan Islam Di Andalusia
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi menjadi
enam periode yaitu(Yatim, 2003):
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Di
Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan
kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini berakhir
dengan datangnya Abd al-Rahman Al- Dakhil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M(Yatim, 2003).
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang
yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia
berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam
I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad(Yatim, 2003).
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-
kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman

4
al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-
Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran
filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-
Ausath(Yatim, 2003).
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan
munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam
sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah
orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya
adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang
berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara
orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi(Yatim, 2003).
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III
yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang
dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh
oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan
bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia
berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar
khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun
lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah
besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman
al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

5
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan
kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman
al-Nasir mendirikan universitas Cordova(Fauziah, 2016).
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah
dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu(Yatim,
2003).
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-
Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan
sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada
periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau
terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan
yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang
Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun
kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain(Yatim, 2003).
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.
Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya
tahun 1118 M(Yatim, 2003).
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn
Tumazi(w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-

6
Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar
di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun
menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa
Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada
lepas dari kekuasaan Islam(Yatim, 2003).
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini yaitu antara tahun (1232-1492) ketika umat islam
Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Amar
pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar Al-Nasr, oleh
karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah. 10 Periode ini, Islam hanya
berkuasa di daerah Granada, di bawah(Yatim, 2003).
dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta
bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu
Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan
kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas.
Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan
pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand
dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan

7
Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
didaerah ini(Yatim, 2003).
C. Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai islam di Spanyol adalah dalam
bidang:
1. Ilmu Filsafat
Hal ini terjadi pada tahun 961-976 M, atas inisiatif Al Hakam untuk
mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari timur sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai
pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam. Tokoh utama dan pertama dalam
sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al Sayigh
(Ibnu Bajah). Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu
Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah. Filosofi
selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai karyanya, ia
banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya
yang masyhur berjudul Hay Ibn Yaqzhan(Saifudin, 2004)
2. Ilmu Sains
Spanyol islam banyak melahirkan tokong dalam bidang sains. Dalam
bidang kedokteran, matematika, ekonomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia
adalah orang yang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu. Dalam
bidang sejarah dan geografi terdapat Ibn Jubair dari Valecia (1145-1228 M),
Ibnu Batutah dari Tangier (1304-1377) dan lainlain. Spanyol Islam banyak
melahirkan tokoh dalam lapangan sains. Dalam bidang matematika, pakar yang
sangat terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut, ia juga
terkenal sebagai seorang teknokrat dari ahli ekologi. Bidang matematika juga
melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahli dalam bidang
teknik. Dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang
meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul.
Dia jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang, tetumbuhan,

8
numerial. Ar-Razi membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi(Supriyadi,
2008).
3. Ilmu Fikih
Umat Islam Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki.
Mazhab ini diperkanalkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman yang selanjutnya
dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadi pada masa Hisyam Ibn Abd
Rahman. Fuqaha lainyang terkenal pada masa itu, antara lain Abu Baki, Ibn
Al-Qutiyah, Munzir, Ibn Said Al-Battuthi, dan Ibn Hazim. Sebuah kitab fiqh
monumental yang masih menjadi salah stu rujukan dalam lapanagn hukum
Islam sampai saat ini, khususnya diIndonesia adalah Bid ayatul Mujtah id.
Kitab tersebut adalah buah karya Ibn Rusyd, filosofis dan fiqh Spanyol
Islam(Saifudin, 2004).
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol islam mencapai
kecermelangannya dibawah tokoh yang bernama Al Hasan Ibn Nafi (Zaryab)
(Saifudin, 2004).
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan
di Spanyol. Adapun diantara tokoh-tokoh yang ahli bahasa Arab dan tata bahasa
adalah Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf dan lain-lain(Saifudin, 2004).
6. Kemajuan pembangunan fisik
Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melalaikan para
penguasa Spanyol Islam untuk memerhatikan pembangunan fisik. Dalam
pembangunan fisik umat Islam Spanyol telah membuat bangunanbangunan
fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnyasangat banyak, gedung pertanian,
jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dan lain-lain. Di samping itu, istana-
istana, masjid yang besar-besar dan megah serta tempat pemandian dan taman-
taman yang kesemaunya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur.
Selain bukti-bukti pembangunan fisik di atas, masih banyak bukti kemegahan
lain yang dibangun umat Islam pada masa itu, seperti istana Al-Hamra dengan
gaya arsitektur yang sanagt tinggi, yang dirancang oleh para arsitek terkemuka

9
dunia. Kemajuan pesat yang diraih umat Islam Spanyol khususnya dalam
pembangunan ilmu pengetahuan dan kebudayaan merupakan sebuah proses
panjang yang didukung olrh faktor kerja sama yang baik antara para sarjana dan
intelektual muslim dengan didukung oleh kebijakan pemerintah serta
kemampuan ekonomi serta semangat keberagaman dan persaudraan yang kuat
(Supriyadi, 2008).
Faktor-faktor pendukung kemajuan Islam di Andalusia yaitu(Saifudin, 2004):
1. . Adanya penguasa yang kuat dan berwibawa.
2. . Adanya kebijaksanaan penguasa untuk memelopori kegiatan ilmiah.
3. . Penguasa menjunjung tinggi dan menegakkan toleransi beragama.
4. . Masyarakat Spanyol adalah masyarakat yang majemuk, sehingga mereka
saling bekerjasama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
5. Adanya kesatuan budaya islam.
D. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN ISLAM DI ANDALUSIA
Kemajuan besar dalam peradaban ini, runtuh setelah dinasti yang
berkuasa di wilayah kecil ini tidak mampu mencegah perebutan kekuasaan di
kalangan pangeranya. Abu Abdullah Muhammad yang merasa di singkirkan
karena tidak diberi wewenang menggantikan kedudukan bapaknya menjadi amir
di Granada, akhirnya memberontak. Setelah ayahnya terbunuh kekuasaan
beralih ke Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah meminta bantuan kepada
Ferdinand dan Isabella(Hitti, 2010). Ferdinand dan Isabella melihat bahwa
tawaran Abu Abdullah, bisa di manfaatkan sebagai alat yang baik untuk
membantu proses pemusnahan kerajaan islam yang bernasib malang itu.
Berbekal uang dan pasukan dari castile, Abu Abdullah pada 1486 menduduki
sebagian wilayah ibu kota yang di kuasai pamannya, dan untuk kedua kalinya ia
menguasai Granada, yang kemudian memperlihatkan sebuah tontonan antik,
yakni berperangnya dua sultan pada saat yang bersamaan, dalam sebuah perang
saudara yang sengit. Legenda tentang penghancuran keluarga bangsawan
patriotic Banu Sarraj di Alhambra oleh Abu Abdullah itu, untuk masa sekarang
terdapat dalam sejarah mitis tentang hari-hari terakhir Granada(Munir, 2019).

10
Sementara itu, balatentara Castile sedang bergerak maju. Satu demi
satu, kota-kota berjatuhan ke tangan mereka. Malaga direbut pada tahun
berikutnya dan banyak penduduk yang di jual dalam perbudakan. Kepungan
mereka semakin menyempit ke sekitar ibukota yang sudah mati. Al-zaghall tidak
berhasil menghadang laju pasukan Ferdinand, sementara Abu Abdullah berperan
sebagai sekutu Ferdinand. Dalam keputusanya Al-Zaghall menyeru para raja
muslim di afrika, tetapi ungkapannya gagal, karena mereka juga sedang sibuk
berperang antara meraka sendiri. Akhirnya ia menyerah dan mundur, dan di sana
ia menjalani hari-hari terakhirnya dalam penderitaan dan kemiskinan(Munir,
2019).
Tak lama setelah Al-Zaqhall di kalahkan, Abu Abdullah di minta oleh
patronya (1490) agar menyerahkan kota yang di kuasainya. Karena terbesit
keinginan untuk menjadi seorang pemimpin pemberani, Abu Abdullah menolak
memenuhi permintaan itu. Pada tahun berikutnya Ferdinand beserta sepasukan
tentara dengan 10.000 kuda kembali memasuki Granada ia menghancurkan
ladang pertanian, dan kebun buah-buahan, kemudian mengepung benteng
pertahanan terakhir islam di spanyol dengan sangat rapat. Pengepungan itu di
tekan lebih rapat membentuk sebuah blockade dengan maksud memaksa kota itu
agar menyerah(Hitti, 2010).
Akhirnya pasukan muslim sepakat untuk menyerah, dan diberijangka
waktu dua bulan dengan syarat-syarat, Sultan beserta seluruh pejabatnya mesti
mengucapkan sumpah setia kepada raja-raja castile abu Abdullah akan
menerima sebidang tanah di Al-Basyarat, orang islam akan di jamin
keamananyan secara pribadi di bawah hukum mereka, dan bebas menjalankan
agamanya. Ketika periode genjatan senjata berakhir, dan tidak ada tanda-tanda
serangan dari orang turki atau afrika, orang castile mulai memasuki Granada
pada 2 januari 1492. Abu Abdullah mulanya tinggal di tanah yang telah di
jatahkan untuknya, tetapi kemudian pergi memencilkan diri ke fes,sampai
kematian menjemputnya pada 1533(Munir, 2019).
Raja tertinggi mereka, Ferdinand dan Isabella, melanggar syarat-
syarat kesepakatan perlindungan. Di bawah kepemimpinan pendeta yang

11
dipercayai sang ratu, cardinal Ximenez de Cisneros, sebuah kampanye untuk
memaksa perpindahan agama di jalankan pada 1499. Cardinal itu awalnya
berusaha menarik buku-buku arab dari peredaran, yakni buku-buku tentang
islam, dengan cara membakarnya. Granada menjadi medan api unggun tempat
pembakaran naskah-naskah arab(Hitti, 2010).
Banyak orang yang mengadopsi nama Kristen sebagai nama publik
tetapi menggunakan nama arab secara pribadi. Pada awal 1501, di keluarkan
sebuah dekrit kerajaan yang berbunyi bahwa semua muslim di castile dan leon
mesti memeluk agama Kristen, atau tidak mereka mesti meninggalkan spanyol.
Pada 1556, Philip II menetapkan sebuah hukum yang mewajibkan semua
muslim untuk meninggalkan bahasa, peribadatan, institusi, dan cara hidup
mereka. Perintah pengusiran terakhir ditandatangani oleh Philip III pada 1609,
yang mengakibatkan deportasi secara paksa, hampir semua orang muslim di
dataran spanyol. Di ceritakan bahwa sekitar setengah juta muslim mesti
merasakan nasib yang sama, kemudian banyak orang muslim yang
meninggalkan spanyol lalu mendarat di pantai-pantai afrika(Hitti, 2010).
Kemunduran dan kehancuran islam di Andalusia adapun
penyebabnya yaitu(Saifudin, 2004):
1. Konflik islam dengan Kristen
Kehadiran Arab islam telah memperkuat rasa kebangsaan orangorang
Spanyol Kristen, sehingga kehidupan negara islam tidak pernah sepi dari
pertentangan antara islam dan kristen.
2. Tidak adanya ideologi pemersatu
Di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi
(orang-orang muallaf Spanyol) . Mereka masih memberi istilah ibad dan
muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang merendahkan.
3. Kesulitan ekonomi
Pada paruh kedua islam di Spanyol para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan serius, sehingga akhirnya
melalaikan urusan perekonomian.

12
4. Tidak jelasnya peralihan pemerintahan Ini menyebabkan
perebutan kekuasaan diantara ahli waris.
5. Keterpencilan
Keterpencilan ini menyebabkan Spanyol tidak memiliki kekuatan
alternatif yang dapat membantu kebangkitan di daerah tersebut

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang islam dan peradaban Spanyol maka dapat
disimpulkan bahwa pertama, latar belakang ekspansi islam ke Spanyol didasari
semakin kuatnya Islam di Afrika Utara dan Kerajaan Visigoth yang menguasai
daerah tersebut sedang mengalami kemunduran. Kedua, perkembangan Islam
di Spanyol berlangsung sekitar 800 tahun dan pernah mencapai puncaknya saat
di bawah kepemimpinan Abd Rahman III. Saat itu Spanyol mengalami
kemajuan peradaban yang menggembirakan terlebih di bidang arsitektur.
Meskipun akhirnya islam harus keluar dari Spanyol, namun islam memiliki
sumbangsih besar untuk daerah tersebut. Pemikiran filsafat, seperti pemikiran
Ibn Rusyd, Al-Farabi,dan Ibnu Sina telah membawa Eropa menjadi kawasan
yang maju intelektualitasnya. Adapun penyebab kehancuran dan kemunduran
islam di Spanyol:
1. Konflik dengan Kristen.
2. Tidak adanya ideologi pemersatu.
3. Kesulitan Ekonomi.
4. Tidak jelasnya sistem peralihan pemerintahan.
5. Keterpencilan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. . (2014). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.


Fauziah, N. D. (2016). Peradapan Islam di Andalus ( SPANYOL ). AL-‘ADALAH:
Jurnal Syariah Dan Hukum Islam, 1(1), 80–91.
Hitti, P. k. (2010). History Of The Arabs. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.
Munir, M. (2019). Analisis Runtuhnya Islam. Jurnal Al-Makrifat, 4(2), 89–108.
Saifudin, Z. Q. (2004). Islam di Andalusia. Makalah Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga, 45–46.
Mas’ud, Sulthon. (2004). 4. Sejarah & Peradaban Islam. Malang. SEJARAH
PERADABAN ISLAM EROPA.
Supriyadi, D. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Yatim, B. (2003). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Perseda.

15

Anda mungkin juga menyukai