Anda di halaman 1dari 17

KALAMI LEMBAGA ADAT

A: selamat malam bapak

B: selamat malam kami di sini lemobok.. Lemobok itu selamat malam

A: oh lemobok..

B: ini sudah ke sumatera ini

A: ohya? Sudah sampai mana bapak

B: kongres 5 atau 6

A: tapi kongres papua kan..

B: bulan lalu..

A: bulan lalu atau bulan ini

B: bulan lalu

A: di medan toh..di sumatera utara ya..saya ingat anak-anak Papua si Marcel ya

B: dari Aceh?

A: iya anak-anak Papua dari Aceh…

C: bukan.. Bapak tanya abg nya dari mana

A: oh saya? Saya dari Aceh

B: teman saya saida kepala dinas di Aceh..

A: siapa namanya pak?

B: namanya said

A: said…

B: gelar terakhirnya MA…

A: pertama..said itu
B: nama umum ya…

A: iya naman umum..itu keturunan orang Arab

B: iya bodynya kayak arab gitu

A: dinas kebudayaan?

B: iya kalau tidak salah dinas kebudayaan..namanya said kemarin saya nonton di tv itu
teman saya..

A: oh ya.. Bapak saya ke sini belajar

B: saya juga belajar

A: hahahha tentang sekolah adat bapak hahahh jadi penelitian saya tentang kekerasan
jadi salah satu kekerasan itu kan lahan tentunya dan sebagainya..jadi saya dari Aceh di
sana saya kerja dosen juga di UIN ar-raniry tapi ini atas nama organisasi riset namanya
icaios dan ini bekerja sama dengan organisasi yang lain di Filipina.. Itu organisasi
berjejaring global untuk proteksi masyarakat sipil, jadi fokus kami itu adalah tentang
proteksi masyarakat sipil kalau tentang konsolidasi dialog konflik dan sebagainya itu
sudah banyak bapak ya yang meneliti, jadi kita coba turunkan penelitiannya bagaimana
masyarakat sipil papua dan kekerasan dan salah satunya adalah lingkungan, dampak
lingkungan terhadap masyarakat misalnya ada nya investor, pembangunan pemerintah
dan sebagainya dan itu berhubungan dengan lahan, kemudian lahan itu berhubungan
dengan adat pak kan di Papua.. Gitu pak, tapi yang saya pelajari selama di sini itu tanah
sangat berarti bagi orang Papua karena mama nya bapak ya

B: iya…kalau bicara tentang tanah punya makna mama semua wilayah adat yang ada di
Papua itu jadi bahasa yang suci tapi kan dalam praktek nya tidak seperti itu apalagi
secara ekonomi, kesucian, kesakralan dari nilai tanah itu tidak dijaga lagi dan itu identik
dengan uang, barter gitu ada barang ada tanah. Sebagian masyarakat kita dan hanya
beberapa itu generasi yang sadar tentang lingkungan tentang hak asasi manusia terus
juga Punya rasa khawatir tentang masa depan kalau gini terus nanti bagaimana nanti kita
akan menjadi pendatang atau terlantar tinggal dibawa kolong jembatan, nanti kita tidak
punya tanah.

A: jadi makna sakral tanah itu bagaimana bapak di Papua

B: kalau orang di Papua ini kan tanah itu kan merupakan identitasnya karena nama
marga itu Kalau kami di sini bilangnya gelek,

A: gelek di Wamena gitu ya


B: Iya dan itu kan bahasa Melayu itu, kalau nama seperti saya ini ada dalam Alkitab itu
pengaruh dari Kristen tapi nama asli saya itu nama berdasarkan leluhur, Terus kalau
saya Marga apa misalnya kalami, kalami juga ada terbagi lagi nanti ada terbagi lagi di
bawah itu seperti mawera Nah itu ada hubungannya sejarah atau nama tempat jadi
berhubungan dengan tanah, jadi nama marga dengan nama marganya itu berhubungan
dengan tanah. Kalau ada yang namanya Marga saja itu dia berhubungan dengan sejarah
kalau tidak berhubungan dengan sejarah berarti dia berhubungan dengan tanah, dia ada
marga-marga tertentu seperti malebela kasamala.. berarti dia bertempat di situ di
kasamala. kalau saya kalami Marga ya..saya kalami malasilu berarti Saya bertempat di
Gunung malasilu itu, nah gitu jadi berhubungan dengan tanah atau wilayah. jadi nama
itu berhubungan dengan tempat sebuah wilayah bisa juga berkaitan dengan sejarah itu
nama marganya toh.

A: Nah itu artinya nama terakhir semua nama kata akhir dari orang Papua adalah..

B: marganya

A: nama marga dan marga itu adalah tempat tanah

B: berhubungan dengan tanah dan dari aspek filosofi di tanah itu kan terbagi juga ada
tanah yang memang tanah mati ada juga tanah hidup Nah itu berdasarkan kepercayaan
bahwa tanah hidup manusia itu Dari sana rohnya diambil itu berhubungan dengan
penciptaan manusia itu menurut kepercayaan leluhur kita. artinya tanah itu terbagi-bagi
secara manusia mempunyai wilayah-wilayah tanah di dalam tanah itu sendiri ada tempat
sakral ada tempat yang di keramatkan misalnya tempat tinggal roh leluhur, sebenarnya
itu Gunung yang dianggap sebagai itu tapi Gunung itu dipercayai ada Sorong di situ
sorong itu kami bilang roh. Itu berhubungan dengan kalau orang meninggal dia ke sana,
tempat keramat itu tempat-tempat yang punya nilai spiritual dan sakral. artinya tempat-
tempat itu tertutup bagi orang luar dan orang dalam bisa yang memiliki ilmu-ilmu dan itu
Ketentuan adat. tidak bisa sembarangan masuk ke tempat itu dan itu tempat-tempat
terlarang Kenapa terlarang karena memang mengandung unsur spiritual.

A: dan itu tanah mati tadi itu pak ya oh tanah hidup

B: tanah hidup itu ya itu… bisa dikatakan tanah hidup itu tanah yang dikeramatkan yang
punya nilai-nilai spiritual termasuk tempat yang dianggap punya roh leluhur.

A: kalau tanah mati bapak

B: tanah mati ya tanah biasa

A: tanah biasa kalau di tanah mati itu semua orang bisa melakukan apa saja berarti
B: berburu berkebun dan boleh masuk, dan misalnya ada batu yang menyerupai kepala
babi binatang atau pohon-pohon yang dikeramatkan itu jangan kaget hahaha

A: dan itu leluhur asal itu Saya dengar juga berhubungan dengan makhluk hidup lain
Bapak ya seperti burung atau yang lain gitu

B: kalau mungkin orang lain ada sejarahnya Tapi ada berhubungan juga dengan Ular
Putih itu dalam kepercayaan kita kan ular putih kalau yang besar itu kalalah Kalau yang
kecil kalami,

C: kalau kalami yang jahat ya

A: hahaha

B: Iya kalami yang membelah tanah, jadi macam-macam ada perannya jadi Marga itu
dihubungkan juga dengan hewan-hewan itu hahaha dan hewan-hewan itu masuk dalam
kepercayaan juga

A: itu berhubungan dengan hewan-hewan itu

B: dalam kondisi tertentu hewan-hewan itu bisa menyerupai manusia dan itu dipercayai

A; itu ada hubungannya juga dengan penamaan tanah itu mungkin karena hewan itu
yang ada di tanah Marga kemudian itu…

B: kalau hewan-hewan itu ada di mana-mana saja jadi tidak hanya di Marga kita dia bisa
hidup di Marga lain juga, jadi dia lintas tidak ada satu tempat kecuali ada tempat-tempat
misalnya ada buaya putih itu beda tempatnya ada buaya putih dan dipercayai dia adalah
simbol atau leluhur atau dia adalah Putri atau yang menyerupai sesuatu, itu tertentu tapi
kalau kepercayaan secara umum misalnya yang ada pohon tertentu atau ada makhluk-
makhluk tertentu itu dia lintas cuman dia dipercayai.

A: dan itu ada hubungannya dengan gunung tadi Pak misalnya tempat spiritual
begitu ,Tempat ruh nenek moyang berkumpul

B: ya kalau kepercayaan terhadap makhluk-makhluk itu kan tersendiri dalam agama


adat Ini kan masing-masing, semua sebelum agama modern masuk semua punya makna

A: dan itu per Marga Bapak ya atau persuku?

B: suku bisa dimaknai secara Marga juga, setiap marga dia punya punya seperti lagu-
lagu pusaka dia punya sejarah dia punya misalnya dia punya pohon-pohon atau hewan-
hewan tertentu yang mempunyai makna. Marga ini juga kan terbagi juga toh Marga kecil
itu sukmarga yang apa Marga besarnya apa terus yang paling besar lagi dari Marga itu
ada, terus subsukunya kalau suku Nanti pada sembarang ada ragam bahasa suku begitu.

A: jadi keluarga itu ada dalam struktur sosial masyarakat Papua? keluarga inti, keluarga
bakti bapak ee orang tua dan anak-anak itu ada dalam struktur sosial Papua atau cuman
Marga saja yang paling kecil. Kan ada suku Marga kemudian sub marga, sub marga itu
terdiri dari beberapa keluarga toh

B: sub Marga iya..

A: jadi di bawah itu tidak ada lagi?

B: tidak ada tapi dalam Marga lagi ada pembagian pembagian, Misalnya ada marga itu
kan ada pembagian terus ada perannya ini perannya apa, dalam Marga besar juga ada
pembagian-pembagian peran, itu kalau dalam adat diajarkan, Tapi kalau dalam
kehidupan seperti ini semua rata sama.

A: jadi peran submarga dan Marga itu biasanya yang paling berbeda apa

B: itu dalam marga itu ada istilah-istilah dalam menyebut, misalnya yang dituakan itu
kami sebut mawele… itu kan yang dituakan yang dihormati, mawele itu bisa disingkat
kalau dilihat dari etimologinya berarti gunung besar atau tanah besar, artinya seseorang
yang lebih tua itu dihormati, kalau adik yang kecil di sebut mallu.. jadi itu istilah-istilah itu
dalam kehidupan masyarakat. Anak kecil dalam kehidupan keluarga tergantung dia kalau
dalam struktur dan tua dia tetap mewele dia dituakan…. jadi berdasarkan Marga bukan
berdasarkan umur

A: artinya generasional apa ya, jadi tutur itu berdasarkan generasi bukan berdasarkan
usia

B: yaitu di kami kalami semua.. seluruh kalami Panggil itu kakak, walaupun nanti dalam
pemanggilan ada kakak adik tapi panggilan besarnya kakak, kenapa kakak karena kalami
malasabi..kan kalami Ada beberapa, makanya dipanggilnya kakak.. jadi itu ada sistem
seperti itu. jadi dalam sistem kekerabatan kami Submarga Dan marga besar terus ada
yang besar lagi yang kami sebut pamali jadi itu satu pamali, misalnya kita itu karena
pamali hujan…Terus ada juga yang kami Panggil dengan sobat

A: sobat itu apa Bapak

B: sobat itu teman main teman dalam susah juga itu sobat

A; bukan Marga?
B: jadi sebutan kakak juga untuk sobat itu, terus ada juga mantolog.. adalah istilah tolog
secara etimologis adalah telur, artinya seseorang yang dibuat seperti telur susah senang
kami sama-sama harus jadi sistem kekerabatannya seperti itu, susah senang kami sama
sahabat. nah kalau orang-orang yang mengerti sistem sosial kita dan hubungan-
hubungan sosial kekerabatan begitu bagus sekali begitu indah sekali, bagaimana
misalnya menghargai orang yang lebih kecil dari kita.. Kemudian 1 Pamali itu bisa juga
disebut dengan satu rumah adat mereka kalau mau bikin rumah adat satu pamali itu
bicara dulu,

A: jadi Marga besar itu satu suku?

B: itu subsuku… kalau suku itu lebih besar lagi. jadi macam begini Papua Barat ada
kabupaten-kabupaten kota dalam kabupaten kota itu kan ada distrik distrik, Oke nanti ini
lebih fokus ke mana toh yang mau diceritakan apa supaya kita lebih fokus, Apakah
sistem kekerabatan, sistem kepercayaan…

A: saya sebenarnya mau mencoba ini bapak memahami dampak kekerasan dari
perselisihan lahan dan sebagainya tapi karena lahan dan tanah di sini berhubungannya
dengan Marga dan Marga tentunya berhubungan dengan sistem kekerabatan dan di
mana terjadi…

B: Ya kan Hubungan kekerabatan itu sekarang sudah terganggu… Adik saya itu
mengurus tentang hal-hal seperti itu, kalau kakak saya satu ada yang tentang

A: ini terganggu karena apa Bapak

B: sudah menjadi milik pribadi jadi ada gangguan seperti itu artinya kan kita melihat dari
sudut pandang ekonomi serta dengan hubungannya dengan sistem sosial

A: itu dari struktur sosial tadi itu yang berhak mengizinkan seseorang untuk mengelola
kayu atau apa saja itu Siapa bapak

B: itu kan ada kakak yang tua toh, itu ada yang kakak yang paling tua dia tegur si adik
ini, awalnya kan dia 4 pohon yang ditebang setelah itu dia mau buka lagi lahan baru
akhirnya keluarga ngomel-ngomel ke kakak, si Kakak ini tegur dia,Kalau dia lawan Kakak
dan menimbulkan kekerasan Kita Lawan dengan kekerasan pukul dia di lokasi lapor ke
polisi itu yang jadi masalah. jadi situasi sekarang itu masalah ekonomi pengolahan kayu
apalagi pengolahan kayu sekarang ini ketika masyarakat mengolah kayu liar sekali,
usaha kayu pribadi yang tentunya dibiarkan oleh aparat pemerintah juga itu terjadi setiap
orang punya usaha kayu, pengusaha tenaga kayu di lapangan di pos-pos penjagaan
juga ada uang pelicin kira-kira kalau lewat malam. Jadi ada sistem pembayaran yang
terjadi dalam proses penjualan penjualan kayu sekarang.
A: Nah kalau peran apa ada sendiri bagaimana di situ Pak yang memahami tentang
bagaimana seharusnya

B: sekarang ada tidak terlalu berperan dalam pengelolaan ekonomi, ekonomi sekarang
seperti perebutan, perebutan hutan. kalau keluarga tegas ribut konflik

A: Tapi itu kan berhubungan dengan kehidupan submarga toh

B: Iya submarga tapi konflik… karena ada yang mau mengusahakan diri mau tebang
hutan, Ya begitu kalau misalnya ada salah satu anggota keluarga yang ingin tebang
hutan, dan yang lain anggota yang lain tidak mau nah pada akhirnya kan itu
menimbulkan konflik, jadi sumber konflik akhirnya

A: nah batasan….

B: ini sekarang dalam situasi yang seperti itu

A: ada usaha-usaha Proteksi lahan adat nggak Pak…. tapi bentar loh pak ini saya sedikit
Masih itu masih ingin belajar tentang apa yang dimaksud dengan tanah adat di sini

B: tanah yang diatur oleh hukum adat dan itu dimiliki oleh satu komunitas

A: komunitas itu submarga?

B: ya submarga

A: submarga… berarti yang memiliki otoritas untuk mengizinkan orang mengelola tanah
itu oleh orang lain adalah submarga itu bapak?

B: Iya sub Marga itu artinya bersama-sama membuat kesepakatan.. cuman nilai-nilai
seperti itu kayaknya sudah tidak ada di era sekarang

A: kapan itu pak mulai..

B: Setelah orang masuk dan mengenal uang dan sistem sosial terganggu jalan-jalan
mulai dibangun, kayu-kayu, pemekaran, penebangan hutan,

A: uang yang Bapak maksud itu…

B: Uang jual kayu ..Pengusaha tenaga kayu

A: dari Dewan Adat sendiri tidak ada usaha untuk memproteksi itu Pak dari Elsam eh
apa namanya…. apa Dewan adat pemerintahan? Elma..
B: kita lembaga adat ada tapi tidak bisa mencampuri urusan Marga, itu kan ada di Marga
kita hanya kampanye kampanye dari teman-teman NGO, tapi kembali ke marga-marga itu
di dalam Marga itu juga kan sepakat kalau diganggu atau tidak konflik juga dalam marga-
marga itu karena kehidupan masing-masing, kalau dengan yang dituakan dia keras ya
oke, adik-adik bisa dengar tapi kalau dia sendiri loyo lemah pasti adik-adiknya hingga
kakaknya, jadi bebas jual kayu jual ini segala macam jual hutan jual tanah dan itu terus
terjadi. itu bapak yang tadi di sini itu itu sedang terjadi kondisi seperti itu dan bapak yang
satu lagi tadi itu dia tidak mau jual-jual tanah dia lebih cenderung berkebun. tapi ada
satu keluarga yang memang mereka jual-jual tanah,Karena kalau nggak jual tanah nggak
hidup mereka.

A: dan itu jual tanah itu kan ada pelepasan adat ya pak ya

B: tadi pelepasan tapi Uang sudah dikasih dulu pas begitu Jadi begitu kalau tanah
Marga ya kompromi juga

A: dan itu artinya ada konflik tanah juga dengan pendatang jadi yang sudah kasih duit

B: bukan bukan soal konfliknya itu soal ada yang jual tanah itu, jual tanah itu kalau tidak
duduk sama-sama dengan keluarga, sebenarnya tanah tidak bisa dijual hanya bisa
dihibahkan

A: dihibahkan?

B: cuma prakteknya kan sudah ada yang jual-jual

A: kalau di Jayapura kan sudah muncul ide untuk kontrak bapak di Wamena ya?

B: kalau di Jayapura itu baru muncul itu

A: baru itu?

B: di Jayapura baru Kalau dulu orang lepas tanah itu per hektar hektar orang jual tanah
dapat uang miliaran

A: kalau di sini ada

B: kalau tanah-tanah besar sudah dijual sehingga lahan-lahan… kalau kita di sini masih
banyak tapi kalau kita itu habis ada yang jual ada orang yang datang jual bikin
rumah,Jadi di dalam kota terjadi seperti itu. lalu dijual lagi Sementara negara masuk
dengan konsep ini tanah negara lalu Dikatakan tanah negara-negara kasih surat sertifikat
sehingga yang punya tanah yang Marga itu kan protes,
A: dan itu kalau eeee protes-protes begitu biasanya Siapa yang me-mediasi bapak
mencoba…

B: polisi, pengadilan Tapi biasanya kalau kita mau bicara adat ya kita selesaikan secara
adat, Oh ini yang punya tanah gitu. Kalau misalnya ada masalah ya dibayar dengan
sejumlah uang begitu, tapi kalau mereka berdasarkan sertifikat yang adat tetap ada…
walaupun mereka bertumpu pada sertifikat, ya kita nggak tahu berapa puluh tahun ke
depan… karena seiring banyaknya keluarga yang sekolah cerdas itu kan akan digugat
masalah tanah itu,

A: dan tidak pernah selesai akhirnya pak

B: ya digugat karena tidak ada proses awalnya ya itu diklaim secara sepihak.. dibuat
sertifikat, lalu diperjualbelikan sertifikat. misalnya 150.000 hektar..

A: itu digugat karena tidak ada kesepakatan keluarga waktu jual bapak atau bagaimana

B: pihak itu tidak tahu

A: Oh tidak tahu….

B: misalnya yang buat kesepakatan dengan Belanda..

A: Kalau kayak tanah-tanah kecil 2 sampai 3 hektar gitu dalam kota ini itu juga terjadi
seperti itu bapak

B: iya… jadi banyak masalahnya Dan itu karena faktor ekonomi kan

A: eeee kalau dengan investor bagaimana bapak itu

B: kalau investor itu kan ada tidak semua investor itu kan….

A: kayak perkebunan luas gitu Pak sawit Atau lainnya

B: kalau tanah dalam jumlah besar kan itu masyarakat adat… tapi awalnya suka tipu-
tipu masyarakat adat, apalagi kalau masyarakat adat Ini kebanyakan pengetahuannya
masih rendah tentang bisnis tentang pengakuan hak-hak mereka terus mereka juga
misalnya Marga atau sub Marga tergiur dengan uang karena Kondisi kehidupan yang
susah ya sudah…. mereka terima uang baru perusahaan seperti kelapa sawit itu masuk
mereka memberikan janji-janji manis juga, jadi janji-janji itu yang membuat masyarakat
kayak begitu karena sudah ada uang dengan jumlah tertentu lalu ada janji-janji manis..
dan itu biasanya masyarakat yang pengetahuannya rendah banyak terbuai

A: Janji Manis apa biasanya Pak


B: biasanya kalau anda akan kasih kebun sawit ini.. ini dapat uang yang banyak kita
kasih Sejahtera kalian akan sekolah dengan bebas karena dengan uang Kalian juga bisa
kerja ada lapangan kerja, jadi banyak janji-janji manis yang disampaikan oleh
perusahaan dan itu membuat masyarakat kita terutama yang pengetahuannya rendah
dan mereka menerima janji-janji itu, dan Bukan hanya janji perusahaan itu datang
dengan sejumlah uang Kayak menawarkan masa depan yang baik, tapi setelah itu
masyarakat tidak pernah berubah Adakalanya kelapa sawitnya lebih diutamakan yang
punya perusahaan sendiri, nilai jual sudah jatuh… dan itu kondisi yang terjadi belum lagi
dampak dari kelapa sawit tanah kering, tempat berburu sudah hilang ya itu masalah
muncul dari belakang

A: biasanya Kapan mereka sadar ditipu Kak

B: Iya setelah mereka jadi korban mereka baru sadar..

A: misalnya ada yang datang mengadvokasi kayak Dewan Adat lembaga adat misalnya
atau dari LSM

B: bisa dari advokasi itu kalau datang ketika orang sudah sadar bahwa dia drakorban…
Sebelumnya kan belum ada pengaduan ke lembaga adat, lembaga adat itu tahu ketika
masyarakat sudah membuat pernyataan-pernyataan dan tanda tangan, maka Sekarang
kita mau tegas ke depan penggunaan lahan dan lembaga adat harus tahu, kita punya
peraturan daerahnya, kita melakukan musyawarah yang melibatkan dewan ada dan itu
harus dihadirkan… supaya kita tahu perusahaan yang datang Atau segala macam, saya
berpikir seperti itu tapi tidak semua investasi kita tolak tapi investasi yang berdampak
kepada masyarakat yang akan datang, seperti investasi yang hanya menggunakan lahan
orang terus mengalih fungsikan tanah, terus mengorbankan lingkungan, yang
menghilangkan tanah… dan kita tidak suka investasi yang seperti itu,Yang baikan seperti
dijadikan tempat wisata seperti itu. kalau untuk jalan kita korbankan karena jalan kan
ada manfaatnya, pembangunan listrik, itu kan sekarang seperti kereta api dan biasanya
yang berdampak perubahan ke masyarakat yang tidak mengorbankan masyarakat itu
yang bisa kami kawal, misalnya membantu mencari jalan keluar dan lain-lain dan yang
bersifat ancaman terhadap kehidupan masyarakat tanah dan hutan itu kita kita kasih
tempo kita lihat dampaknya, cuman Biasanya kalau dengan kita tidak jaga sampai ke situ
karena itu sudah bicara tentang pemilik tanah, lembaga adat ya penguasa wilayah saja
dia bukan pemilik. itu tidak seperti Sultan kalau Sultan kan menguasai tanah, tanah itu
milik Sultan. kalau misalnya di Arab Saudi milik Raja ya suka-suka Raja mau gimana ya
kan, jadi kalau di sini bukan suka lembaga adat. kapan kita bisa rubah semua Tanah ini
milik lembaga adat masyarakat hanya bisa hidup makan saja hahaha

A: Tapi ketika sudah dikuasai oleh investor begitu dan masyarakat Marga tiba-tiba sadar
bahwa dia tidak hidup di tanahnya lagi sudah diambil orang kan pak..
B: dia tidak mengetahui Karena ketika mereka sudah berkesempatan memiliki tanah
mereka beranggapan tanah itu masih milik mereka ternyata dalam aspek hukum haknya
sudah berubah jadi bukan mereka punya hak lagi ya toh, juga sudah ada dalam hgo ini
bisa jadi menjadi hak milik yang lain Dan masyarakat tinggal ganti rugi Tinggal bikin
upacara adat. saya berada di Marga gissim dan upacara adat… Jadi Tanah ini milik
petani yang pakai dasi, upacara adatnya seperti berdoa saja supaya..

A: berarti banyak marga yang kemudian harus keluar dari tanahnya?

B: Iya dia akan pergi salah satu Marga gissim itu Jadi mereka ada pelepasan tanah adat
ya seluruh daerah mereka itu. itu kalau dikaji itu bagus itu dari aspek adat dengan hgo..
sewaktu-waktu perusahaan bisa mengusir mereka dari situ, hgo kan milik negara kalau
hgu milik negara berarti tanah negara mereka tinggal di atas tanah negara.

A: tapi mereka masih di wilayah perkebunan sawit itu?

B: mereka tinggal di situ Di kampung itu ada sekolah-sekolah seperti SMP ada SMA
juga,

A: Ini bapak berapa kali pak menyelesaikan apa namanya perselisihan warga yang
kemudian sadar tanahnya telah diambil dan protes

B: saya kalau yang begitu lepas tangan Pak

A: Oh lepas tangan kenapa Pak hahaha

B: saya nggak mau ngurus itu saya punya tanggung jawab sendiri saya kalau yang
demo-demo kelapa sawit enggak pernah terlibat itu.. kita itu membantu masyarakatnya
sejak awal mengatakan tidak..

A: Biasanya kekerasan jenis apa pak yang dihadapi oleh masyarakat dengan Marinir atau
dengan polisi

B: begini kalau masyarakat itu kan keras tapi kita terlalu menunjukkan bahwa kita ini
sopan ya masyarakat akhirnya diinjak-injak, Nah akhirnya itu rata-rata perusahaan-
perusahaan besar ini masuk yang dari marga-marga itu yang akhirnya memunculkan
konflik lahan tanah Karena lewat batas sekarang banyak konflik di Pantura. karena itu
juga akibat dari bangun jalan juga pemerintah bangun jalan

A: potong kayu dan sebagainya ya

B: ya potong kayu dan sebagainya

A: berarti konflik antar masyarakat dan dan konflik antar dengan investor itu
B: Ya itu terjadi di beberapa tempat semua ini kan ada masyarakat yang melakukan
pendekatan misalnya dikasih uang tinggal di hotel, atau disuruh ke Jakarta, Jadi mereka
rasa bahwa ini sudah di Jakarta naik pesawat ruang luar biasa jadi ya gitu permasalahan
itu. ya perusahaan suka memberi seperti itu

A: itu di sini masih ada perang suku tidak bapak barang Marga gara-gara

B: ya bisa konflik karena tanah karena perempuan ya akhirnya Konflik, kalau dulu
konflik karena tanah bisa juga peran Karena penghormatan terhadap perempuan
misalnya kalau ada yang ganggu istri saya, itu dia ngomong ke saudaranya untuk
menyerang taruhannya nyawa. ya kalau istri itu jangan dihina kita sampai dia ngomong
ke keluarganya itu bisa jadi, istrinya saudara perempuannya itu sama. atau misalnya istri
saya melakukan hubungan seksual dengan orang lain itu saya bisa marah saya lapor ke
saudara-saudara, istri saya main dengan orang lain dan itu orang itu.

A: Sampai sekarang begitu?

B: Iya

A: kalau akibat lahan tadi Pak pasti ada marga ya juga sepakat untuk ngasih Lahan ke
marga yang lain Pak

B: dulu ada itu kan ada beberapa alasan, pertama tapi untuk zaman sekarang itu
jarang… misalnya kasih Dusun entah itu dikasih ke Magelang, nah terus dulu sekali
orang-orang bisa mendapatkan tanah dengan cara yang seperti itu misalnya ada saudara
perempuan dikasih tanah saudara perempuan kawin toh.. Itu disebut dengan Suban
tanah dari saudara perempuan, ada juga karena saya punya ipar tinggal dengan saya
sampai kami sekeluarga itu habis Nah tinggal saudara perempuan sendiri, istrinya pun
meninggal anak-anaknya itu dari marga lain yang ganti. saya termasuk orang yang
disuruh untuk memakai Marga itu kembali, karena aspek hukum adat memperbolehkan
karena itu darah, Marga itu kan hubungan darah.

A: ini perempuan yang menikah ke Marga lain bapak

B: iya

A: Oh berarti dia punya hak tanah berarti

B: dia punya tempat di situ

A: Oh di tempat suami dia

B: Dia ikut suaminya anak-anaknya yang punya hak, anak-anak laki-lakinya


A: Di Marga asal?

B: iya jadi Marga yang dia punya si Marga asal, tapi dia di situ punya hak makan, anak-
anak perempuannya punya hak makan, keturunannya punya hak makan dari anak-anak
perempuan, biasanya saya di sini punya hak makan

A: tapi tidak punya hak mengelola tanah

B: hak tanah kan termasuk mengelola, tapi bukan memiliki

A: karena tanah komunal Bapak ya ?

B: Iya karena hak memiliki itu dari Marga, marga yang sama. itu misalnya macam saya
tinggal sampai saya punya mama punya keturunannya habis, ya Saya keturunan Mama
toh saya berhak itu, nah itu yang wajar terjadi di beberapa tempat, kalau macam yang di
sini mereka datang mereka diterima oleh margaya dari sini mereka hidup sama-sama,
dan mereka menyatu. begitu merekanya habis malasene ini yang akan menggantikan,
artinya ada marga yang punah dan marga yang sudah tinggal yang sudah menyatu itu
yang menggantikan.

A: dan itu masih satu margarin itu

B: Oh tidak itu beda Marga,

A: sudah beda

B: Nah itu kemalingan saja sudah beda

A: beda suku berarti?

B: iya

A: nah..

B: kalau usili dia dengan Marga blodora…

A: Pak di sini pendatang itu punya tanah bersertifikat tidak

B: Pendatang punya karena pemerintah yang kasih

A: Oh pemerintah yang kasih kalau dari orang asli sendiri yang menjual ke mereka itu
karena tidak ada kesepakatan atau gimana
B: sebenarnya yang jual ini gini Pak, jual untuk fungsi sosial sebenarnya hak
kepemilikan ada juga tidak bisa dirubah, kapanpun sudah begitu tidak bisa dirubah. kita
izinkan orang tinggal mereka kita kasih uang atau makan kita kasih mereka tinggal
sekarang mereka tuli, dulu kan tidak misalnya mereka tinggal saya kasih tanah tapi itu
saya yang punya. artinya saya raja yang memiliki itu kan raja sebenarnya

A: hak pakai berarti

B: ya itu hak milik saya tapi mereka hanya memakai, Tapi sistem yang sekarang sudah
dilepas misalnya itu hak milik saya tapi pemerintah mengelolanya menjadi hak milik itu,
sehingga dia yang punya tanah padahal kan sebenarnya tidak, saya hanya izinkan bukan
pelepasan, pelepasan pun kalau misalnya berdasarkan hukum adat sebenarnya salah
itu, hanya hibah saja kalau boleh, itu kemarin salah itu

A: Tapi kalau hibah kan mengasih 100% untuk orang

B: Iya tapi kalau saya hibah itu tidak ditawarkan dari awal, setelah generasi kami
sekarang. pemerintah justru sistemnya lepas akhirnya dia mengira Marga itu tidak punya
tanah, karena yang datang yang mengarahkan itu orang, bikin surat pelepasan kan
pemerintah zaman itu. orang kita kan yang sekolah itu kurang, itu ibu itu hanya tanda
tangan jempol kemudian lepas. nah Sekarang konsep pelepasan dengan konsep hibah
beda, sampai hari ini pun masih terbawa dengan pelepasan

A: Kapan surat pelepasan tanah itu mulai diberlakukan Pak

B: aduh itu mulai Bapak harun Harison, Dia orang pertama yang jual tanah di sini

A: masih ingat Tahun berapa Pak

B: saya bilang saja sekitar saya lahir tahun 79… dan zaman-zaman itu sudah ada jual-
jual tanah, itu harun itu…

A: orang pertama yang jual tanah

B: ya yang bikin surat pelepasan tahun 70-an, makanya orang yang di sekitar itu juga
suka jual-jual tanah. Kalau dulu kan orang tidak jual tanah, Itu orang rapat pemerintah
bikin berita acara dan beberapa itu diklaim menjadi tanah pemerintah tanah negara.
pemerintah Orde Baru menawarkan transmigrasi di perumahan dan ada peluang kerja
untuk orang-orang transmigrasi, orang-orang bikin rumah di sana atau tebang kayu.
setelah itu baru orang ikut-ikutan jual tanah,

A: tapi mereka masih tetap percaya bahwa tanah itu milik mereka
B: hmm?

A: masih tetap percaya tanah itu milik mereka

B: terkadang percaya terkadang tidak

A: hahaha

B: karena Apakah hubungan emosional mereka dengan tanah itu? masih ada atau tidak,
tapi setelah bapak Harun itu meninggal dia harus buang air dari tanah itu keluar air,
mereka gali kuburan, pulang ke rumah tanah itu ditutup kembali, ada lah kisahnya itu.
dan orang-orang menghina dia Oh itu orang yang jual tanah itu…

A: dan cerita itu menjadi pegangan masyarakat yang jangan menjual tanah lagi atau
gimana pak soalnya kan..

B: sebenarnya kan kita ingin Mengubah mereka itu supaya tanahnya jangan dilepas
cuma saya tidak punya waktu untuk mempublikasikan itu, jangan bikin pelepasan.
makanya yang kemarin saya lihat itu PT Telkom itu untuk hibah itu kepentingan publik itu
boleh dan itu tidak menggunakan surat pelepasan, itu hibah untuk kepentingan umum

A: tapi kalau untuk pribadi bapak misalnya kalau saya ingin membangun rumah di sini
harus beli harus pelepasan tanah juga?

B: Nah itu konsep yang dari awal yang sebenarnya salah itu sistemnya kalau keluarga
sepakat berapa mereka hibah, seharusnya hibah untuk anda bangun rumah. nah Apa
saja sih perjanjian dalam hibah itu tidak boleh diperjualbelikan kepada pihak ketiga
kecuali keturunannya yang ada pihak ketiganya dan itu dijelaskan dalam surat perjanjian
hibah itu. dan orang-orang di sini membuat sertifikat untuk dijual itu jadi kondisinya
berubah

A: dan konsep hibah itu artinya kalau balik ke Marga bapak? jadi semua pendatang itu
akan diakui sebagai warga setempat

B: dia tidak bisa menjadi Marga setempat, dia punya marga sendiri tidak mungkin dia
Rubah nama marganya

A: misalnya kayak saya dari Aceh saya buat rumah di sini dan sudah bisa menjadi Marga
bapak?

B: Oh nggak bisa itu Marga di sini

A: dan berarti saya tidak punya marga


B:Tidak bisa, dan memasukkan orang ke dalam Marga itu ada beberapa alasan bapaknya
tidak punya anak dan marganya sudah hampir punah sehingga dia balik darah, anda
punya anak itu bisa masuk Marga ini misalnya saya kasih darah ke dia, haknya sama
dengan Marga kami yang lain. tidak sembarang kita bisa balik darah…. tapi dari sisi hak
waris anda tidak punya, itu istilahnya anak pelihara. hak waris itu berhubungan dengan
darah, hubungan darah itu. dia akan beralih ke material jika kayak tadi habis.. otomatis
saudara perempuan punya hak milik, hak pakai jadi hak milik. jadi saudara perempuan di
atas wilayah adat bapaknya itu hak makan mereka, dia dan keturunannya itu hak makan.
dan itu pengecualian jika laki-laki dalam keturunan itu habis, dan saudara perempuan
dari makan jadi hak milik.

A: Pak ini ada sudah jam 10.00 dan bapak ingin istirahat juga bapak.. Eee tentang
pembangunan pemerintah Pak jalan dan sebagainya yang berhubungan dengan tanah,
itu ada Konvensi tidak bapak

B: Ada.. ada upacara.. masyarakat juga butuh jalan Jadi kami saya minta siap upacara
jadi ada uang permisi pada amplop setiap Marga itu bisa dua juta, yang penting yang
dibayar nanti itu seperti kayu yang dipotong karena kan itu bernilai ekonomi batu pasir
dan kayu-kayu yang bernilai ekonomi itu dibayar itu sekarang. dulu sekali pembangunan
pemerintah itu tidak ada ganti rugi itu sudah minta izin Anda kerja di situ Ya silakan,
karena masyarakat butuh pembangunan. Kalau sekarang kan kita juga butuh jalan jadi

A: berarti kalau dulu tuh sering terjadi perselisihan antara kontraktor dengan
masyarakat?

B: kalau untuk pembangunan jarang, perselisihan itu kalau sekarang misalnya kayu
potong tidak minta izin pasir batu. untuk bangun jalan kan sudah ada pendekatan
kekeluargaan toh cuman ada upacara terus ada uang permisi, karena Masalahnya kan
kita butuh jalan juga kecuali tempat itu terkenal dengan keramat…

A: kalau tempat-tempat keramat yang kena itu bagaimana bapak

B: itu dialihkan..

A: yang sudah terlanjur mengambil tanah keramat itu bagaimana bapak

B: ya itu tidak lewat ke situ mereka Arahkan ke tempat yang lain tidak lewat tanah yang
dianggap keramat itu..

A: berarti di sini akibat dari kekerasan terhadap lingkungan..

b: Itu dimulai setelah adanya pembangunan jalan, setelah nilai dasar tanah itu berubah
nilai sosialnya berubah jadi nilai ekonomi. itu sekitar tahun 70-an itu
A: dan sampai sekarang juga masih?

B: ya masih Sampai sekarang, dan dulu konflik hanya bisa terjadi karena ada misalnya
adanya gangguan dari alat-alat sakral atau sebagainya dan itu sangat dilindungi atau
tempat keramat. itu yang biasanya menyebabkan perang

A: kalau sekarang sudah mulai ke lingkungan kayu dan lain sebagainya bapak. nah itu
yang menyelesaikan itu biasanya siapa Pak, konflik sosial akibat kayu itu

B: Itu polisi

A: adat tidak lagi berperan?

B: adat kalau keluargaan saja

A: kalau kepala suku?

B: kepala suku tidak ada peran di situ, kepala suku hanya untuk membuat peraturan-
peraturan politik dipakai untuk kepentingan politik dan tidak para Pilkada, membuat
statement

A: itu di pinggiran kota atau sampai ke kampung?

B: di Kota tidak mengenal kepala suku yang ada ketua adat saja, ada orang berwibawa
orang punya uang, dari situ dia mengenakan ketua adat Setiap warga punya orang yang
dituakan.

(pak kalami sudah berbicara dengan temannya…)

Anda mungkin juga menyukai