Anda di halaman 1dari 17

INSIDEN KECELAKAAN KERJA PADA PETUGAS DI RUMAH SAKIT TK.

III
DR. R. SOEHARSONO BANJARMASIN

Laporan Penelitian diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Program


Diploma III Keperawatan Akper Kesdam VI/Tanjungpura

AHMAD AKBAR TAIYEP


NIM 11409715004

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2018
INSIDEN KECELAKAAN KERJA PADA PETUGAS DI RUMAH SAKIT TK. III
DR. R. SOEHARSONO BANJARMASIN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura

AHMAD AKBAR TAIYEP


NIM 11409715004

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2018
INSIDEN KECELAKAAN KERJA PADA PETUGAS DI RUMAH SAKIT TK. III
DR. R. SOEHARSONO BANJARMASIN

Ahmad Akbar Taiyep*, Hj. Tri Mawarni**, Santi Mawarni***

Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura


Program Studi DIII Keperawatan

Email : Taiyepahmadakbar@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Insiden kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan pada saat
melakukan Petugasan sehingga mengakibatkan kerugian materil maupun bagi penderita yang mengalaminya.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka insiden kecelakaan kerja dengan mengidentifikasi
karakteristik responden, jenis insiden kecelakaan kerja dan waktu kejadian serta diperoleh gambaran insiden
kecelakaan kerja ditinjau dari segi unit kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja pada Petugas
Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin.

Metode Penelitian: Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel
acak sederhana (random sampling) yaitu dengan cara mengundi sampel dengan jumlah responden sebanyak 30
orang.

Hasil dan Pembahasan: Berdasarkan data yang diperoleh jumlah responden lebih banyak mengalami insiden
kecelakaan kerja yaitu sebanyak 23 orang (76.67 %) dengan jenis kecelakaan yang sering terjadi teriris pecahan
ampul sebanyak 9 insiden (19.14 %) dari 47 insiden. Sedangkan ditinjau dari segi unit kerja insiden paling
banyak terjadi pada instalasi perawatan dewasa dengan 3 orang (14,4%), ditinjau segi usia lebih banyak terjadi
pada usia 17–25 tahun yaitu 10 orang (33 %) dari 15 responden, ditinjau dari segi jenis kelamin paling banyak
terjadi pada laki-laki sebanyak 12 orang (39.80 %) dari 14 responden, ditinjau dari segi pendidikan lebih banyak
terjadi pada pendidikan DIII sebanyak 12 orang (39.75 %) dari 16 responden, ditinjau dari segi masa kerja lebih
banyak terjadi pada masa kerja lebih dari 4 tahun sebanyak 10 orang (32.4 %) dari 11 responden.

Kata Kunci: Insiden Kecelakaan, Petugas.


Daftar Rujukan : 29 (2010-2017)
WORK ACCIDENTS INCIDENT TO OFFICER AT DR. R. SOEHARSONO 3RD GRADE HOSPITAL
BANJARMASIN.

Ahmad Akbar Taiyep*, Hj. Tri Mawarni**, Santi Mawarni***

Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura


Program Studi DIII Keperawatan

Email : Taiyepahmadakbar@gmail.com

ABSTRACT

Background: Work accident incident was unexpected case and the thing that should not happened in work area
which was give harm to someone and loss of materials.

Aim: The purpose of the study was to determined the number of work accident incident with identified the
respondents characteristics, number of work accident incident, time of incident and description of accident from
work place, age, gender, education, and years of service to officer at Dr. R. Soeharsono 3rd grade Hospital
Banjarmasin.

Method: This study was used descriptive method with using random sampling techniques with total samples 30
respondents.

Results and Conclusion: The results showed that amount of respondent who had work accidents were 23
respondents (76,67%). From 30 respondents, the type of the incidence were sliced by piece of glass from ampul
were 9 incidence (19,14%) from 47 incidence. From the work place point of view, the most occured incidence
happened in adult care unit with 3 respondents ( 14,4%), from age point of view, the most occurence incidence
was 17-25 years old with 10 respondents (33%) from 15 respondents total. Age point of view, the incidence tend
happened to male with 12 respondents (39,80%) from 14 respondents,from education point of view the incidence
most happened in 3rd Diploma with 12 respondents ( 39,75% from 16 respondets, from years of service point of
view, most happened with officer with more than 4 years with 10 respondents (32,4%) from 11 respondents.

Key Words : Work, Incidence, Officer.


References: 29 (2010-2017)
1. Pendahuluan
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Adanya
bahan mudah terbakar, gas medis, radiasi pengion dan bahan kimia membutuhkan perhatian serius terhadap
keselamatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001) dalam Omrani (2015). Hasil laporan National Safety
Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di Rumah Sakit 41% lebih besar dari
Petugas di industri lain. Kasus yang sering terjadi di antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury (NSI),
terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain (Kemenkes, 2007).

Menurut Suma’mur (2013) akibat dari kecelakaan kerja dapat menimbulkan 5 jenis kerugian, yaitu
kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan cacat dan kematian. Menurut ILO
dalam Triwibowo dan Pusphandani (2013), klasifikasi menurut jenis kecelakaan (terjatuh, tertimpa,
tertumbuk, terjepit), klasifikasi kecelakaan menurut penyebab (mesin, alat angkat-angkut, peralatan lain,
lingkungan, hewan), klasifikasi kecelakaan menurut sifat luka (robek, tersayat, patah tulang, keseleo, luka
bakar, memar dll) dan klasifikasi kecelakaan menurut letak luka (kepala, leher, badan, kaki, dan tangan).

Berdasarkan potensi terjadinya kecelakaan kerja di Rumah Sakit memiliki risiko lebih tinggi karena
memberikan pertolongan pertama pada pasien yang belum diketahui riwayat penyakitnya, oleh karena itu
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perawat diinstalasi gawat darurat sangatlah penting untuk
mencegah risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (Imania, L., 2010). Data dan fakta Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit secara global menurut World Health Organization (WHO) dari 35
juta Petugas kesehatan, 3 (tiga) juta terpajan patogen darah, 2 (dua) juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan
virus HBC dan 170 ribu terpajan virus HIV/AIDS. Lebih dari 90 % terjadi di negara berkembang, 8-12 %
Petugas Rumah Sakit sensitif terhadap lateks. ILO (2000) kematian akibat penyakit menular yang
berhubungan dengan Petugasan adalah laki-laki sebanyak 108.256 jiwa dan perempuan sebanyak 517.404
jiwa. Sedangkan di Indonesia gaya berat yang ditanggung Petugas rata-rata lebih dari 20 kilogram. Keluhan
subyektif low back pain didapat pada 83.3 % Petugas. Penderita terbanyak usia 30-49 dengan presentase 63.3
% (Instalasi Bedah Sentral di RSUD di Jakarta 2006). 65.4 % petugas pembersih suatu Rumah Sakit di
Jakarta menderita Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004). Penelitian Dokter Joseph tahun 2005-
2007 mencatat bahwa angka Kecelakaan Akibat Kerja mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.
(Kemenkes, 2010).

Perlu diketahui bahwa berdasarkan data kecelakaan kerja pada Petugas yang ada di Rumah Sakit Tk III Dr.
Soeharsono Banjarmasin pada tahun sebelumnya belum ada atau nihil sehingga menjadi suatu kesempatan
bagi peneliti dalam membantu pihak terkait untuk melaksanakan penelitian tentang kecelakaan kerja pada
Petugas di Rumah Sakit Tk III Dr. Soeharsono Banjarmasin.

Dengan dasar ini peneliti bermaksud melaksanakan penelitian tentang kejadian kecelakaan kerja pada
Petugas Rumah Sakit dan penelitian secara belum pernah sebelumnya dilakukan di Rumah Sakit Tk. III DR.
R. Soeharsono Kota Banjarmasin, maka peneliti memandang penting melakukan penelitian ini tentang
insiden kecelakaan kerja pada Petugas di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin.

2. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian metode deskriptif untuk
mengetahui insiden kecelakaan kerja mampu menjawab tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan fenomena yang ditemukan dan disajikan apa adanya tanpa mencoba menganalisa
bagaimana dan mengapa fenomena dapat terjadi.

Populasi dalam penelitian ini sejumlah 209 orang terdiri dari beberapa unit kerja. Jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dimana teknik pengambilan sampel digunakan secara
sampel acak sederhana (random sampling) yaitu dengan cara mengundi sampel. dengan menggunakan
kriteria inklusi dan eksklusi.
2.1. Inklusi
a. Petugas yang bertugas di Rumah Sakit Tk III Dr. R Soeharsono Banjarmasin baik itu tenaga medis,
perawat, bidan, farmasi, analis maupun non medis.
b. Bersedia menjadi responden.
2.2. Eksklusi
a. Bukan Petugas yang bertugas di Rumah Sakit Tk III Dr. R Soeharsono Banjarmasin.
b. Perawat yang menolak menjadi responden dalam penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner dan observasi insiden kecelakaan
kerja.
3. Hasil penelitian
a. Karakteristik Responden
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin berkisar antara 17 – 55 tahun, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Usia di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden
No Usia
Jumlah Presentase
1 2 3 4
1 17 – 25 tahun 15 50 %
2 26 – 35 tahun 7 23.33 %
3 36 – 45 tahun 5 16.67 %
4 46 – 55 tahun 3 10 %
5 56 – 65 tahun 0 0%
6 >65 tahun 0 0%
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.1 diatas menggambarkan bahwa responden di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin paling banyak berusia 17 - 25 tahun yaitu 15 orang (50 %) dari 30
responden sedangkan yang paling sedikit berusia 46-55 tahun yaitu 3 orang (10 %), sementara pada
responden yang berusia 56-65 tahun dan >65 tahun tidak ditemukan responden.

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden
No Jenis Kelamin
Jumlah Presentase
1 Laki-laki 14 46.67 %
2 Perempuan 16 53.33 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.2 diatas menggambarkan bahwa responden di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang
(53.33%) dari 30 responden.
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden
No Pendidikan
Jumlah Presentase
1 SMA 12 40 %
2 DIII 16 53.33 %
3 S1 2 6.67 %
4 S2 0 0%
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.3 diatas menggambarkan bahwa responden di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin lebih banyak berpendidikan DIII yaitu sebanyak 16 orang (53.33%) dari
30 responden sedangkan yang paling sedikit berpendidikan S1 yaitu 2 orang (6.67 %), sementara
pada responden yang berpendidikan S2 tidak ada responden sama sekali.

4) Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja


Distribusi karakteristik responden berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin seperti yang digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Masa Kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden
No Masa Kerja
Jumlah Presentase
1 2 3 4
1 < 1 tahun 7 23.33 %
2 1 – 2 tahun 6 20 %
3 2 – 3 tahun 3 10 %
4 3 – 4 tahun 3 10 %
5 >4 tahun 11 36.67 %
1 2 3 4
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.4 diatas menggambarkan bahwa responden di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin lebih banyak memiliki masa kerja > 4 tahun yaitu sebanyak 11 orang
(36.67 %) dari 30 responden sedangkan yang paling sedikit masa kerja 3 – 4 tahun yaitu 3 orang (10
%).

b. Distribusi Frekuensi Insiden Kecelakaan Kerja


1) Insiden Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jumlah Responden yang Mengalami Insiden
Kecelakaan Kerja
Distribusi insiden kecelakaan kerja berdasarkan jumlah responden yang mengalami insiden
kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin digambarkan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.5 Distribusi insiden kecelakaan kerja berdasarkan jumlah responden yang
mengalami insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin
Responden yang mengalami Insiden Jumlah Responden (n)
No
Kecelakaan Kerja n Presentase
1 Ya 23 76.67 %
2 Tidak 7 23.33 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.5 diatas menggambarkan bahwa insiden kecelakaan kerja berdasarkan jumlah
responden yang mengalami insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin lebih banyak mengalami kecelakaan kerja yaitu sebanyak 23 orang (76.67 %) dari 30
responden sedangkan yang tidak mengalami kecelakaan kerja yaitu 7 orang (23.33 %).

2) Insiden Kecelakaan Kerja Berdasarkan petugas pada unit kerja


Distribusi jenis kecelakaan kerja berdasarkan unit kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi jenis kecelakaan kerja berdasarkan unit kerja di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Petugas
No Jenis Kecelakaan
Jumlah Presentase
1 IGD 2 8.69 %
2 Instalasi Perawatan Dewasa 3 13.04 %
3 Instalasi Perawatan Anak 2 8.69 %
4 Instalasi Kebidanan 2 8.69 %
5 URDAL 3 13.04 %
6 Poliklinik 2 8.69 %
7 Gizi 2 8.69 %
8 Radiologi 1 4.40 %
9 CSSD 2 8.69 %
10 Laboratorium 2 8.69 %
11 Apotek 0 0%
12 OK 2 8.69 %
Total 23 100 %
Sumber: Data Primer
Dari tabel 4.6 diatas menggambarkan bahwa petugas di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin insiden kecelakaan lebih banyak terjadi pada unit kerja instalasi keperawatan dewasa
dan URDAL sebanyak 3 orang (13.04 %) dari 23 petugas sedangkan yang mengalami insiden
kecelakaan kerja paling sedikit pada unit kerja Radiologi yaitu 1 orang (4.40 %), sementara pada
unit kerja Apotek tidak ditemukan petugas yang mengalami insiden kecelakaan kerja.

3) Distribusi Jenis Insiden Kecelakaan Kerja


Distribusi jenis insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi jenis Insiden Kecelakaan Kerja pada pekerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin.
Kejadian Kecelakaan
No Jenis Kecelakaan
Jumlah Presentase
1 2 3 4
1 Terjatuh 4 8.51 %
2 Tertimpah benda jatuh 3 6.38 %
3 Tertumpuk /terkena benda 0 0%
4 Terjepit oleh benda 4 8.51 %
5 Gerakan melebihi kemampuan 4 8.51 %
6 Pengaruh suhu tinggi 4 8.51 %
7 Terkena sengatan arus listrik 2 4.25 %
8 Kontak dengan bahan berbahaya 5 10.63 %
9 Keracunan 0 0%
10 Kontak dengan darah 4 8.51 %
11 Tertusuk jarum suntik 6 12.76 %
12 Tertusuk jarum heating 1 2.12 %
13 Teriris Ampul 9 19.14 %
14 Teriris Pisau 1 2.12 %
Total 47 100 %
Sumber: Data Primer

Dari tabel 4.7 diatas menggambarkan dari 14 jenis insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin yang terbanyak yaitu teriris ampul berjumlah 9 kejadian (19.14 %)
dari 47 kejadian insiden kecelakaan kerja, sedangkan jenis kecelakaan kerja yang paling sedikit
adalah tertusuk jarum heating dan teriris pisau yaitu masing-masing 1 kejadian (2.12 %), sementara
pada insiden tertumbuk/terkena benda dan keracunan tidak ada ditemukan kejadian insiden
kecelakaan kerja.

c. Gambaran Insiden Kecelakaan Kerja


1) Gambaran insiden kecelakaan kerja pada Petugas ditinjau dari segi Usia
Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari usia di Rumah Sakit Tk. III DR. R. Soeharsono
Banjarmasin digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.9 Gambaran insiden Kecelakaan Kerja ditinjau dari usia di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden (n) Total
No Usia Ya Tidak Responden
n1 % n2 % N %
1 17 – 25 tahun 10 33 5 17 15 50
2 26 – 35 tahun 6 19.5 1 3.7 7 23.3
3 36 – 45 tahun 5 16.6 0 0 5 16.6
4 46 – 55 tahun 2 6.6 1 3.4 3 10
5 56 – 65 tahun 0 0 0 0 0 0
6 >65 tahun 0 0 0 0 0 0
Jumlah Responden 23 76.6 7 23.3 30 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel 4.9 diatas menggambarkan bahwa di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin insiden kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada usia 17 – 25 tahun sebanyak 10
orang (33 %) dari 23 responden, sedangkan insiden kecelakaan kerja paling sedikit pada usia 46 –
55 tahun sebanyak 3 orang (10 %), sementara pada responden berusia 56-65 tahun dan >65 tahun
tidak ada ditemukan insiden kecelakaan kerja.

2) Gambaran insiden kecelakaan kerja pada Petugas ditinjau dari segi Jenis Kelamin
Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari segi jenis kelamin di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Gambaran insiden Kecelakaan Kerja ditinjau dari segi jenis kelamin di Rumah
Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden (n) Total
No Jenis Kelamin Ya Tidak Responden
n1 % n2 % N %
1 Laki-laki 12 39.8 2 6.8 14 46.6
2 Perempuan 11 36.4 5 16.9 16 53.3
Jumlah Responden 23 76.6 7 23.3 30 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel 4.10 diatas menggambarkan bahwa di di Rumah Sakit Tk. III DR. R. Soeharsono
Banjarmasin insiden kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 12 orang (39.80
%) dari 14 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan paling sedikit pada jenis
kelamin perempuan sebanyak 11 orang (36.43 %) dari 16 responden.

3) Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari segi pendidikan


Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari segi pendidikan di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.11 Gambaran insiden Kecelakaan Kerja ditinjau dari segi pendidikan di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden (n) Total
No Pendidikan Ya Tidak Responden
n1 % n2 % N %
1 SMA 9 30 3 10 12 40
2 DIII 12 39.7 4 13.5 16 53.3
3 S1 2 6.6 0 0 2 6.6
4 S2 0 0 0 0 0 0
Jumlah Responden 23 76.6 7 23.3 30 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel 4.11 diatas menggambarkan bahwa di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin insiden kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada responden berpendidikan DIII
sebanyak 12 orang (39.75 %) dari 16 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan
paling sedikit pada responden berpendidikan S1 yaitu 2 orang (6.66%), sementara pada responden
yang berpendidikan S2 tidak ditemukan insiden kecelakaan kerja.

4) Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari segi masa kerja


Gambaran insiden kecelakaan kerja ditinjau dari segi masa kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.12 Gambaran insiden Kecelakaan Kerja ditinjau dari segi masa kerja di Rumah
Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
Jumlah Responden (n) Total
No Masa Kerja Ya Tidak Responden
n1 % n2 % N %
1 <1 tahun 4 33.3 3 6.6 7 23.3
2 1-2 tahun 5 37.6 2 15.7 7 23.3
3 2-3 tahun 1 3.3 1 3.3 2 6.6
4 3-4 tahun 3 10 0 0 3 10
5 >4 tahun 10 32. 1 4.2 11 36.6
Jumlah Responden 23 76.6 7 23.3 30 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel 4.12 diatas menggambarkan bahwa di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin insiden kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada responden masa kerja >4 tahun
sebanyak 10 orang (32.4 %) dari 11 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan
paling sedikit pada responden masa kerja 2-3 tahun yaitu 1 orang (3.33 %).
4. Pembahasan
a. Karakteristik Responden
Sumber data Petugas yang diperoleh di bagian administrasi personalia, Petugas di Rumah Sakit Tk. III
Dr. R. Soeharsono Banjarmasin sebanyak 209 orang yang terdiri dari golongan TNI AD, PNS, dan
Petugas sukarela yang memiliki beberapa spesialisasi tenaga medis, perawat, bidan, farmasi, analis,
administrasi dan minimal lulusan SMA sederajat. Petugas di IGD 19 orang, Petugas di OK 12 orang,
Petugas di Poliklinik 18 orang, Petugas di Staff Administrasi 11 orang, Petugas di bagian Urdal 14
orang, Petugas di bagian TUUD 19 orang, Petugas di Apotek 16 orang, Petugas di bagian Instalasi Gizi
16 orang, Petugas di bagian PPBPAD 3 orang, Petugas di bagian Radiologi 4 orang, Petugas di bagian
CSSD 4 orang, Petugas di bagian BPJS 7 orang, Petugas di bagian Laboratorium 4 orang, Petugas di
ruang instalasi perawatan dewasa 20 orang, ruang instalasi perawatan anak 13 orang, ruang perawatan
bayi 11 orang, ruang instalasi kebidanan 15 orang dan ruangan admin keperawatan/IPCN 3 orang.
Berdasarkan penelitian sesuai metode sampel dilakukan secara acak (random sampling) terdapat 30
responden yang teridentifikasi menurut karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja
sebagai berikut:

1) Usia
Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. III. Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
teridentifikasi jumlah responden paling banyak berusia 17 - 25 tahun yaitu 15 orang (50 %) dari 30
responden sedangkan yang paling sedikit berusia 56 – 65 tahun yaitu tidak ada responden sama
sekali.
Menurut Suma’mur (2013), pada Petugasan yang memerlukan banyak tenaga kerja, biasanya dipilih
tenaga kerja yang masih muda karena fisiknya kuat, akan tetapi usia muda biasanya masih penuh
dengan emosi dan kurang pengalaman. Peristiwa emosi yang yang dialami oleh orang dewasa akan
berbeda dengan peristiwa emosi yang dialami anak-anak. Dan hal ini disebabkan bahwa bagi orang
dewasa sudah banyak dipengaruhi oleh berbagai pengalaman dalam emosinya sebagai akibat
interaksi dengan lingkungan sosial. (Purwanto, 2012).
Hal ini menyatakan bahwa karakteristik responden terbanyak pada Petugas usia muda bisa
menimbulkan salah satu efek penyebab terjadinya insiden kecelakaan kerja dikarenakan Petugas
yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika dibandingkan dengan Petugas yang
lebih tua. Dan juga Petugas usia muda kurang memiliki pengalaman dalam mengontrol emosinya.

2) Jenis Kelamin
Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. III. Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
teridentifikasi jumlah responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang
(53.33%) dari 30 responden. Sumber data Petugas yang diperoleh bagian administrasi personalia
Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin sebagian besar mempunyai jenis kelamin
perempuan yaitu 119 orang (56.93 %) dan yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebesar 90 orang
(43.07 %).
Pengertian jenis kelamin menurut Hungu (2007) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki
secara biologis sejak seseorang lahir. Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan secara fisik
dan psikologi.
Secara fisik seperti laki-laki mempunyai suara besar, berkumis, berjenggot, pinggul lebih ramping,
dada yang datar. Sementara perempuan mempunyai suara yang lebih bening, buah dada menonjol,
pinggul umumnya lebih lebar, dan organ reproduksi yang sangat berbeda dengan laki-laki.
(Handayani, 2008).
Jenis kelamin dalam psikologi didefinisikan sebagai gambaran sifat, sikap dan juga perilaku antara
laki laki dan perempuan. (Rahmawati, 2004).

3) Pendidikan
Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. III. Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
teridentifikasi jumlah responden lebih banyak berpendidikan DIII yaitu sebanyak 16 orang (53.33%)
dari 30 responden sedangkan yang paling sedikit berpendidikan S2 yaitu tidak ada responden sama
sekali.
Pendidikan berpengaruh pada pola pikir seseorang dalam menghadapi Petugasan yang dipercayakan
kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penerapan terhadap pelatihan yang
diberikan dalam rangka melaksanakan Petugasan dan keselamatan kerja. (Rejeki S., 2015).
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal (Munib, dkk., 2004).

4) Masa Kerja
Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. III. Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
teridentifikasi jumlah responden lebih banyak memiliki masa kerja > 4 tahun yaitu sebanyak 11 orang
(36.67 %) dari 30 responden sedangkan yang paling sedikit masa kerja 3 – 4 tahun yaitu 3 orang (10
%). Dimana tenaga kerja ini tergolong lama kerja kaegori lama sedang sehingga kemungkinan jenuh
atau bosan akan Petugasan yang dilakukan semakin besar, karena mereka mengerjakan Petugasan
yang sama atau monoton setiap harinya. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah
baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Maka
dari itu, bimbingan pada awal bekerja sangat diperlukan (Suma’mur, 2013). Upaya lain yang dapat
dilakukan adalah dengan memastikan rekredensial dilakukan secara periodik supaya dapat dipastikan
kompetensi tenaga kerja sesuai dan selalu melakukan kredensial di awal masuk kerja di Rumah Sakit
Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin. Dalam penelitian Groves dkk, 2014 menunjukkan bahwa
hubungan masa kerja dan kecelakaan kerja kerja di industri pertambangan juga terlihat dalam studi
yang lebih baru, penulis meneliti tambang keselamatan dan data administrasi kesehatan (MSHA) dan
data populasi saat ini, untuk cedera terkait peralatan selama periode 2009-2013. Dari 86.398 korban
luka diperiksa, 28% terjadi pada karyawan pada tahun pertama masa kerja mereka, dan dari 597
korban jiwa diperiksa, 31% terjadi pada karyawan pada tahun pertama masa kerja mereka yang
mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan dalam penelitian Bentley dkk, 2012 melaporkan bahwa
hubungan masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja muncul data yang berkaitan dengan industry
lainnya, 32 % luka pada situs selama penerbangan terjadi didalam 6 bulan pertama bekerja dalam
melakukan Petugasan sehingga Petugas lebih cenderung mengalami kecelakaan kerja pada masa
kerja baru dibanding dengan masa kerja yang lebih lama.

b. Distribusi Frekuensi Insiden Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak diharapkan
karena mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi yang mengalaminya. (Rejeki S.
2015).
Pada penelitian menggambarkan bahwa responden di di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin lebih banyak mengalami insiden kecelakaan kerja yaitu sebanyak 23 orang (76.67 %) dari
30 responden sedangkan yang tidak mengalami kecelakaan kerja yaitu 7 orang (23.33 %). Berdasarkan
hasil bahwa 30 responden yang mengalami kecelakaan kerja lebih besar dibandingkan responden yang
tidak mengalami kecelakaan kerja, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecelakaan kerja dapat
terjadi pada semua Petugas, hal ini dimungkinkan karena banyak faktor, salah satu di antaranya yaitu
kurang hati-hati dalam melaksanakan Petugasan dan kurangnya sosialisasi tentang informasi bahaya
pada setiap unit kerja dan pentingnya proteksi diri.
Insiden kecelakaan kerja yang terjadi pada 30 responden di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin sebanyak 47 insiden. Hasil penelitian lebih banyak insiden kecelakaan kerja teriris ampul
yaitu sebanyak 9 insiden (19.14 %) dari 47 insiden kecelakaan kerja sedangkan insiden kecelakaan kerja
yang paling sedikit adalah tertumbuk/terkena benda dan keracunan yaitu tidak ada insiden (0.0 %) dari
47 insiden kecelakaan kerja.
Menurut Subekti, dkk. (2017). Insiden luka tusuk jarum dan benda tajam terjadi karena suplai alat
pelindung diri yang tidak memadai, kurang tersedianya peralatan jarum dan benda tajam yang aman,
kurangnya informasi tentang risiko paparan, kurangnya ketaatan penerapan standar pencegahan,
peraturan pembuangan sampah medis yang tidak tepat terutama sistem pembuangan jarum, dan yang
paling penting adalah perilaku tenaga kesehatan terhadap benda tajam atau jarum.
Menurut penelitian Sarastuti, D. (2016), kecelakaan kerja menurut mode dan jenis cidera yang terdapat
menunjukkan bahwa klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis cidera paling banyak kontak dengan
benda tajam dan kasar, seperti kontak dengan jarum, pisau, dan benda tajam sejenisnya. Secara spesifik,
kecelakaan kerja sebagian besar berupa kontak dengan jarum atau tertusuk jarum (needle stick injuries).
Berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian insiden kecelakaan kerja yang terjadi pada Petugas di
Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono yaitu lebih banyak insiden kecelakaan kerja teriris ampul yaitu
sebanyak 9 insiden (19.14 %) dari 47 insiden kecelakaan kerja.
Tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan luka tembus pada kulit karena benda tajam pada saat
tenaga kesehatan melakukan aktifitas klinis di lembaga kesehatan. Beberapa contoh benda tajam di
tempat kerja yaitu jarum suntik, pisau, skalpel, gunting, pecahan kaca seperti objek glass, tabung reaksi,
gunting, spuit, dan benda tajam lainya yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh orang lain.
akibat tusukan atau cidera benda tajam dapat menimbulkan tetanus. Luka tusuk jarum ini berasal dari
jarum suntik, jarum donor darah, jarum infus steril, jarum heacthing dll. Adapun luka akibat benda tajam
berasal dari pecahan ampul, gunting, pisau bedah, tabung kaca, slide test dan lain-lain. (Subekti, dkk.
2017).
Upaya yang sudah dilakukan yaitu dengan orientasi K3 bagi seluruh personel Rumah Sakit Tk. III Dr. R.
Soeharsono Banjarmasin saat awal kali masuk kerja. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan kewaspadaan standar bagi seluruh tenaga kesehatan. Pembekalan sebelum kerja tentang
prinsip-prinsip K3RS dan sosialisasi tentang prosedur penanganan kecelakaan kerja di seluruh unit kerja.

c. Gambaran Insiden Kecelakaan Kerja


Gambaran yang diperoleh dari penilitian ini adalah gambaran insiden kecelakaan kerja yang ditinjau dari
segi unit kerja, usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja, sebagaimana yang dijelaskan sebagai
berikut :

1) Gambaran Kecelakaan Kerja Ditinjau Dari Segi Unit Kerja


Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin pada 12 unit
kerja yaitu IGD (3 responden), Instalasi Perawatan Dewasa (3 responden), Instalasi Perawatan Anak
(2 responden), Instalasi Kebidanan (2 responden), Urdal (4 responden), Poliklinik (2 responden),
Instalasi Gizi (2 responden), Radiologi (1 responden), CSSD (2 responden), Laboratorium (4
responden), Apotek (2 responden) dan OK (3 responden). Berdasarkan kuesioner/pertanyaan yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner didapatkan hasil bahwa kecelakaan kerja yang paling
sering terjadi yaitu pada Petugas yang bekerja di instalasi perawatan dewasa dengan 3 orang
(14,4%) mengalami kecelakaan kerja, sedangkan jenis kecelakaan yang paling sering terjadi yaitu
teriris pecahan ampul dengan 9 kejadian (19.14 %) dan tertusuk jarum 6 kejadian (12.76 %).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka
jelaslah bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit, sehingga
sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya K3 di rumah sakit (Kemenkes,
2007).
Setiap tindakan di bidang pelayanan keperawatan mengandung risiko. Baik tindakan yang
dilakukan bagi pasien, maupun keselamatan perawat itu sendiri. Oleh karena itu perawat perlu
mempertahankan kompetensinya, sehingga diperlukan manajemen risiko agar mereka dapat
mengupayakan tindakan yang aman. Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup
lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikro-organisme pathogen yang menjadi pembawa
infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Setiap tahunnya, kecelakaan kerja
pada perawat saat merawat pasien selalu meningkat. Mulai dari tertusuk jarum secara tak sengaja
hingga tertular penyakit (Burhami M., 2010).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecelakaan kerja dapat terjadi pada semua unit
kerja dirumah sakit, hal ini dimungkinkan karena banyak faktor, salah satu di antaranya yaitu
petugas kurang hati-hati dalam melaksanakan Petugasan dan kurangnya sosialisasi tentang
informasi bahaya pada setiap unit kerja dan pentingnya proteksi diri.

2) Gambaran Kecelakaan Kerja Ditinjau Dari Segi Usia


Pada penelitian ini didapatkan bahwa di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin usia
17 – 25 tahun lebih banyak mengalami insiden kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (33 %) dari 15
responden, sedangkan insiden kecelakaan kerja paling sedikit pada usia 56 – 65 tahun dan >65
tahun sebanyak 0 responden (0.0%) dari klasifikasi usia 56 – 65 tahun dan >65 tahun.
Menurut Suma’mur (2013), pada Petugasan yang memerlukan banyak tenaga kerja, biasanya dipilih
tenaga kerja yang masih muda karena fisiknya kuat, akan tetapi usia muda biasanya masih penuh
dengan emosi, ceroboh dan kurang pengalaman sehingga sering menyebabkan timbulnya tindakan
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan oleh kecerobohan dan kelalaian,
demikian pula emosi dan motivasi yang merupakan ungkapan jiwa dan emosi seseorang. Kapasitas
fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi menurun setelah usia 30 tahun (Rejeki,
S. 2015), sebaliknya mereka yang ada pada usia ini mungkin lebih berhati-hati, lebih dapat
dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja pada usia muda.
Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat
bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Hasibuan, 2003).
Dengan demikian dapat di katakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi pada tenaga kerja Rumah
Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin yang relatif masih mudah dimungkinkan karena
kecerobohan, kelalaian dan kontrol emosi yang masih kurang maka dari itu diperlukan pengawasan
serta perhatian terhadap perawat yang masih tergolong usia muda. (Suma’mur, 2013).

3) Gambaran Kecelakaan Kerja Ditinjau Dari Segi Jenis Kelamin


Pada penelitian ini didapatkan bahwa di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin lebih
banyak mengalami insiden kecelakaan kerja terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang
(39.80 %) dari 14 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan paling sedikit pada
jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (36.43 %) dari 16 responden.
Kecelakaan kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, Petugasan dan
faktor lingkungan di tempat kerja. (Rejeki S., 2015). Jenis Petugasan antara pria dan wanita
sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan
terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita
lebih banyak daripada pria, secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria
memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan
kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian
kebijakan yang khusus. (Soemirat, J. 2011).
Petugas perempuan mempunyai tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat
menyebabkan mereka kurang fokus dalam bekerja yang mungkin dapat mempengaruhi kecelakaan
lebih sering terjadi. Jenis Petugasan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja
secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima
orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih banyak daripada pria
(Soemirat, 2011).
Dalam hal ini Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan
sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu
hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.

4) Gambaran kecelakaan kerja ditinjau dari segi Pendidikan


Pada penelitian ini didapatkan bahwa di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin lebih
banyak mengalami insiden kecelakaan kerja terjadi pada Petugas yang tingkat pendidikannya DIII
sebanyak 12 orang (39.75 %) dari 16 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan
paling sedikit pada responden tingkat pendidikan S1 yaitu 2 orang (6.66%), sementara pada
responden yang berpendidikan S2 tidak ditemukan insiden kecelakaan kerja.
Pendidikan seseorang berpengaruh pada pola pikir seseorang dalam menghadapi Petugasan yang
dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penerapan terhadap
pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan Petugasan dan keselamatan kerja. (Rejeki S.,
2015). Masalah penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu karena kurang pengetahuan dan
keterampilan, kurangnya kesadaran direksi dan Petugas melaksanakan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program
K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku standar Pelayanan Rumah Sakit dan
terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.(Kemenkes, 2010).
Dengan demikian dapat di katakan bahwa insiden kecelakaan kerja yang terjadi pada tenaga kerja
Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin dikarenakan oleh pengelola rumah sakit tidak
mensosialisasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecelakaan dan keselamatan kerja. Hal ini
juga semestinya mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak rumah sakit oleh karena pengetahuan
tentang K3 sangat penting diketahui oleh seluruh tenaga kerja.

5) Gambaran kecelakaan kerja ditinjau dari segi masa kerja


Pada penelitian ini didapatkan bahwa di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono Banjarmasin
insiden kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada responden masa kerja >4 tahun sebanyak 10
orang (32.4 %) dari 11 responden, sedangkan yang mengalami insiden kecelakaan paling sedikit
pada responden masa kerja 2-3 tahun yaitu 1 orang (3.33 %).
Menurut berbagai penelitian, meningginya pengalaman dan keterampilan disertai dengan penurunan
angka kecelakaan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk
Petugasan dan keselamatannya. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik
sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Maka dari
itu, bimbingan pada awal bekerja sangat diperlukan (Suma’mur, 2013).
Dalam penelitian Groves dkk, (2014) menunjukkan bahwa hubungan masa kerja dan kecelakaan
kerja kerja di industri pertambangan juga terlihat dalam studi yang lebih baru, penulis meneliti
tambang keselamatan dan data administrasi kesehatan (MSHA) dan data populasi saat ini, untuk
cedera terkait peralatan selama periode 2009-2013. Dari 86.398 korban luka diperiksa, 28% terjadi
pada karyawan pada tahun pertama masa kerja mereka, dan dari 597 korban jiwa diperiksa, 31%
terjadi pada karyawan pada tahun pertama masa kerja mereka yang mengalami kecelakaan kerja.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan kurangnya pengalaman
dan keterampilan, karena tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk
beluk Petugasan dan keselamatannya sehingga keselamatan belum cukup mendapatkan perhatian.

5. Kesimpulan
a. Berdasarkan penelitian sesuai metode sampel dilakukan secara acak (random sampling) terdapat 30
responden yang teridentifikasi menurut karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja.
Jumlah responden paling banyak berusia 17 - 25 tahun yaitu 15 orang (50 %), jumlah responden lebih
banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang (53.33%), jumlah responden lebih banyak
berpendidikan DIII yaitu sebanyak 16 orang (53.33%) dan jumlah responden lebih banyak memiliki
masa kerja > 4 tahun yaitu sebanyak 11 orang (36.67 %).
b. Pada penelitian menggambarkan bahwa responden di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin lebih banyak mengalami insiden kecelakaan kerja yaitu sebanyak 23 orang (76.67 %) dari
30 responden sedangkan yang tidak mengalami kecelakaan kerja yaitu 7 orang (23.33 %).
c. Dari 30 orang responden, insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit Tk. III Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin yang paling sering terjadi jika ditinjau dari segi unit kerja yaitu pada Petugas yang bekerja
di instalasi perawatan dewasa dengan 3 orang (14,4%) mengalami kecelakaan kerja, sedangkan jenis
kecelakaan yang paling sering terjadi yaitu teriris pecahan ampul dengan 9 insiden (19.14 %) dan
tertusuk jarum 6 insiden (12.76 %) dari 47 insiden, ditinjau segi usia yaitu usia 17 – 25 tahun lebih
banyak mengalami insiden kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (33 %) dari 15 responden, ditinjau dari
segi jenis kelamin yaitu lebih banyak mengalami insiden kecelakaan kerja terjadi pada jenis kelamin
laki-laki sebanyak 12 orang (39.80 %) dari 14 responden, ditinjau dari segi pendidikan yaitu lebih
banyak mengalami insiden kecelakaan kerja terjadi pada Petugas yang tingkat pendidikannya DIII
sebanyak 12 orang (39.75 %) dari 16 responden, ditinjau dari segi masa kerja yaitu lebih banyak terjadi
pada responden yang masa kerja lebih dari 4 tahun sebanyak 10 orang (32.4 %) dari 11 responden.

6. Saran
a. Bagi Pendidikan
Memasukkan materi tentang jenis insiden kecelakaan kerja di Rumah Sakit ke dalam kurikulum
pendidikan Keperawatan sehingga mahasiswa mengetahui dan mengantisipasi insiden yang sering
terjadi pada saat melaksanakan praktik klinik keperawatan.
b. Bagi Petugas
Perlu dilakukan pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja terhadap pimpinan/manajemen serta
para karyawan agar angka kecelakaan dapat terminimalisir.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Pihak rumah sakit perlu mengadakan penyuluhan tentang bahaya penyakit menular yang dapat terjadi
akibat tertusuk jarum dan teriris ampul pada unit-unit kerja.
2) Rumah sakit perlu mencatat kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas rumah sakit dan menangani
akibat yang ditimbulkan.
d. Bagi Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan penyakit akibat kecelakaan kerja belum diteliti, diharapkan
dilanjutkan pada penelitian selanjutnya.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam tentang insiden kecelakaan kerja.

Daftar Rujukan
1. A.M. Sugeng Budiono. 2008. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
2. Achmad Munib, dkk., 2004, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang: UPT UNNES Press.
3. Burhami, M. 2010. Survey Kecelakaan Kerja pada Perawat di RSU Salewangan Kabupaten Maros. Skripsi,
Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar, Makassar.
4. Destifiana N.. 2015. Hubungan Kejenuhan Kerja Beban Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian
Pelayanan Keperawtan di IGD dan ICU RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. Skripsi
Sarjana, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
5. Djatmiko RD. 2016 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish.
6. Effendy, Nasrul. 2016. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Mayarakat Edisi 2.Jakarta: EGC.
7. Handoko, T. Hani, 2008. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Yogyakarta, Penerbit
: BPEE.
8. Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo
9. Handayani. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. UMM Press. Malang
10. Hardianah, dkk. 2014. Buku Ajar Dasar-dasar Riset Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit.
12. Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
13. Kusman Ibrahim WM, Ayu Prawesti Priambodo. (2014). Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Kewaspadaan
Universal Perawat terhadap penularan HIV/AIDS. Jurnal Ners Vol9 1 April 2014: 11-18.
14. Malayu S. P. Hasibuan. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
15. Purwanto, Heri 2012. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
16. Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan. 2017. Situasi Tenaga Keperawatan Indonesia. Jakarta.
17. Ramli, Soehatman. 2013. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian
Rakyat.
18. Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene dan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3). Bandung: Rekayasa Sains.
19. Sarastuti, D. 2016. Analisis Kecelakaan Kerja di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Publikasi Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
20. Sayuti, Abdul Jalaludin. 2013. Manajemen Kantor Praktis. Bandung: Alfabeta.
21. Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. Revisi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
22. Subekti, dkk. 2017. Faktor Resiko Kejadian Tertusuk Jarum dan Benda Tajam pada Paramedis Transfusi
Darah. Studi di Palang Merah Indonesia Kota Semarang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Semarang, Semarang.
23. Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV. Sagung Seto.
24. Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.
25. Supardi S. dan Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
26. Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
27. Triwibowo dan Pusphandani. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika.

* Ahmad Akbar Taiyep. Mahasiswa Akper Kesdam VI/Tanjungpura Jurusan DIII Keperawatan 2018.
** Hj. Tri Mawarni, Ns., M.Kep. Direktur Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.
*** Santi Mawarni, S.Kep.Ns. Dosen Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai