Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

SIMULASI BERANGKAI DAN PINDAH SILANG

OLEH:

NAMA : MARIA MARCELLA


NIM : 08041282025061
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : MELI PUSPITA SARI

LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

I. Judul : Simulasi Berangkai Dan Pindah Silang

II. Tujuan : Mempelajari proses terjadinya pindah silang dan mengetahui


akibat- akibatnya
III. Dasar Teori
Teori kromosom menyatakan bahwa kromosom merupakan bagian dari sel
yang membawa gen. Gen selama meiosis memiliki perilaku yang didasarkan pada
prinsip Mendel, yaitu mereka terpisah secara bebas. Prinsip Mendel ini hanya
terjadi ketika gen pada kromosom berada satu di belakang yang lain. Dalam
konteks ini, tidak hanya ada satu gen pada kromosom, tetapi puluhan atau bahkan
ratusan gen. Peristiwa bahwa beberapa gen non-alelik hadir pada kromosom yang
sama dikenal sebagai hubungan. Gen-gen tersebut dinamakan dengan gen-gen
yang saling terangkai (Suryo, 2018).
Peristiwa berangkai pada tumbuhan pertama kali ditemukan oleh G. H.
Collins dan J. H. Kempton pada tanaman jagung pada tahun 1911. Studi
persilangan yang ditemukan oleh Collins dan Kempton menunjukkan bahwa gen
waxy endosperm (wxa) terkait dengan (c) warna aleuron.. Setelah penemuan itu,
diketahui lebih lanjut bahwa ada juga peristiwa terkait pada makhluk hidup lain,
tidak hanya pada tumbuhan. (Mustami, 2013).
Pada makhluk hidup sering terjadi variasi genetik yang disebabkan oleh
berbagai alasan khususnya banyak ditemukan di tumbuhan dibandingan dengan
hewan. Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari tentang prinsip
berangkai dan pindah silang, karena hal ini memungkinkan mahasiswa untuk
mengidentifikasi dan menentukan variasi genetik yang berbeda dan
mengidentifikasi kemungkinan hasil dari persilangan. (Aristya et.al, 2018).
Cara penulisan genotip untuk suatu individu dibuat berbeda satu sama lain
untuk membedakan letak gen terpisah atau terangkai pada kromosom yang sama.
Jika gen-gen tersebut letaknya terpisah (artinya tidak terangkai), sehingga
memisah secara bebas diwaktu meiosis, maka genotip dihibrid itu ditulis sebagai
AaBb. Akan tetapi andai kata gen-gen itu terangkai, maka terdapat 2
kemungkinan. Awalnya gen-gen dominan akan terangkai pada suatu kromosom,

Universitas Sriwijaya
sedangkan alel-alelnya resesif akan terangkai pada kromosom homolognya Gen
dominan akan terpaut dengan gen resesif yang bukan alelnya pada kromosom
sedangkan alel resesif gen pertama dan alel dominan gen kedua akan terpaut
pada kromosom homolognya. (Suryo, 2018).
Jumlah dari semua alel yang berlainan dalam populasi disebut gene pool.
Pola pewarisan gen dalam suatu populasi berkaitan dengan frekuensi dan interaksi
alel dalam populasi Mendel yang merupakan kelompok organisme yang saling
silang yang masing-masing memiliki gene pool. Gen-gen ini memiliki hubungan
dinamis dengan alel lain dan lingkungan, karena seleksi cenderung mengubah
frekuensi gen, yang dapat mengarah pada evolusi populasi. Memahami konversi
gen merupakan hal yang penting, karena frekuensi alel saat ini sangat berpengaruh
dan telah terlibat dalam penyakit manusia (Campbell et.al, 2010).
Salah satu peristiwa rekombinasi yang terjadi pada pembelahan sel secara
meiosis yang paling akrab kita ketahui adalah pindah silang (crossing over).
Rekombinan ini akan membuat terjadinya pertukaran materi genetik (dalam hal
ini DNA) dari sel kelamin jantan (ayah) dan sel kelamin betina (ibu) yang secara
timbal balik akan bersegregasi, sehingga menghasilkan alel baru yang merupakan
rekombinasi dari kedua orang tuanya. Pada saat proses pindah silang, sel memiliki
mekanisme molekuler yang akan memfasilitasi proses tersebut dan dapat
mengaktifkan pertukaran materi genetik yang tidak timbal balik, sehingga
kromosom tidak melakukan pindah silang. Proses ini disebut juga sering disebut
konversi gen (Sun et.al, 2017).
Crossover terjadi setelah duplikasi kromosom, yang mana pada profase 1
meiosis, dua kromosom homolog berduplikasi pada empat kromatid. Empat
kromatid membentuk sinapsis yang disebut tetrad. Saat tetrad 102 terbentuk,
pindah silang terjadi. Bukti bahwa pindah silang terjadi setelah kromosom
homolog mengalami duplikasi diperoleh dari hasil analisis genetik pada percobaan
kapang. Kapang Neurospora crassa biasa digunakan dalam keperluan analisis
genetik. Ini dikarenakan dalam fase reproduksi aseksualnya terjadi askosopra
haploid yang akan mengalami mitosis, sehingga berkecambah, lalu tumbuh
menjadi miselium multisel yang juga haploid (Zukiaturrahman, 2011).

Universitas Sriwijaya
IV. Cara Kerja
Langkah pertama dibuat bentuk benang (”strand”) dari gumpalan yang anda
terima sebanyak dua buah dengan warna yang sama dan dua strand dari warna
lainnya. Dengan demikian telah dibuat empat strand kromatid. Lalu diberi tanda
lokasi sentromer dengan menggunakan lilin yang warnanya sama dengan warna
sepasang kromatid. Untuk diingat bahwa sentromer itu mula-mula belum
membelah. Selanjutnya dibuat konfigurasi terjadinya pindah silang mengikuti
masing-masing ketentuan yang telah di tetapkan pada buku panduan dan difoto
untuk di jadikan dokumentasi.

Universitas Sriwijaya
V. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut:
5.1. Pindah Silang Tunggal (2-3) (B)

5.2. Pindah Silang Ganda (2-3, 2-3) (A, B)

5.3. Pindah Silang Ganda (2-3, 2-4) (B, A)

Universitas Sriwijaya
5.4. Pindah Silang Ganda (2-3, 1-4) (B, C)

5.5. Pindah Silang Ganda (1-3, 2-4, 2-3) (B, C, A)

Universitas Sriwijaya
VI. Pembahasan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan didapat hasil pada pindah silang
tunggal diketahui menghasilkan empat macam gamet terdiri dari dua parental dan
dua macam rekombinan yang dapat diartikan menjadi 50% banding 50% antara
gen parental dan gen rekombinan. Menurut Zukiaturrahman (2011), pindah silang
tunggal merupakan pindah silang yang akan membentuk empat macam gamet,
dimana terdapat 2 gamet yang memiliki gen yang sama dengan gen yang dimiliki
oleh induknya, maka dinamakan gamet tipe parental. Dua gametlainnya
merupakan gamet baru yang terjadi akibat proses pindah silang, maka gamet ini
dinamakan gamet tipe rekombinasi. Pada umumnya gamet tipe parental lebih
banyak dibentuk dari pada gamet tipe rekombinasi.
Pindah silang menghasilkan sebuah individu baru yang disebut anak.
Peristiwa pindah silang umumnya terjadi pada setiap gametogenesis yang terdapat
pada setiap makhluk hidup. Pindah silang terjadi ketika fase meiosis IA fase
tersebut terjadi jika saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid pada
saat kromosom ingin memisahkan yaitu pada anafase I, kromatid yang
bersilangan tersebut menempel dan putus di bagian tengah kemudian setiap
potongan tersebut menempel pada kromatid setelahnya dengan cara timbal balik.
Menurut Alfadianto et.al (2017), pindah silang atau cross over adalah sebuah
proses yang membentuk kromosom baru dari dua kromosom induk dengan
menggabungkan bagian informasi dari masing-masing indukannya.
Hasil pertama menunjukkan pindah silang pada kromatid nomor dua dan
tiga pada B. Ini merupakan pindah silang tunggal, karena hanya terjadi pada satu
kiasma. Menurut Irawan (2010), Pindah silang tunggal merupakan pindah silang
yang hanya terjadi pada satu tempat saja, dan menghasilkan dua tipe gamet, yaitu
tipe rekombinan yang merupakan tipe gamet baru dan tipe parental yang
merupakan gamet yang dibentuk induknya.
Hasil kedua menunjukkan pindah silang pada kromatid nomor dua dan tiga
pada A, kemudian dipindah silangkan lagi antara kromatid dua dan tiga di B. Ini
merupakan pindah silang ganda, karena terjadi di 2 tempat atau 2 kiasmata.
Menurut Nusantari (2015), jika pindah silang ganda (double crossing over)
berlangsung diantara dua buah gen yang terangkai, maka pindah silang ganda ini

Universitas Sriwijaya
tidak akan tampak pada fenotipnya, karena gamet-gamet yang dibentuk hanya dari
tipe parental. Tetapi, jika diantara gen A dan gen B masih ada gen ketiga,
misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang gandaantara gen A dan gen B akan
tampak.
Hasil ketiga menunjukkan pindah silang pada kromatid nomor dua dan tiga
pada B, kemudian dipindah silangkan lagi antara kromatid nomor dua dan empat
pada A. Hasil gamet yang didapatkan adalah tiga tipe rekombinan dan satu tipe
parental. Menurut Campbell et.al (2010), Pindah silang umumnya terjadi pada
kromatid-kromatid tengah, yaitu kromatid nomor 2 dan kromatid nomor 3 dari
tetrad kromatid. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang pada
kromatid-kromatid yang lainnya juga.
Hasil keempat menunjukkan pindah silang pada kromatid nomor dua dan
tiga di B, kemudian dipindah silangkan lagi pada satu dan empat pada C. Hasil
gamet yang didapatkan adalah 100% atau semuanya tipe rekombinan, tidak ada
tipe parental yang terbentuk. Menurut Mardiyah et.al (2018), Pindah silang
rangkap (double crossing over) melibatkan paling tidak 3 lokus secara bersama-
sama. Peluang peristiwa pindah silang sangat ditentukan oleh jarak antara kedua
lokus (gen), dimana semakin jauh posisi antara kedua lokus, maka potensi untuk
terjadi peristiwa pindah silangakan semakin besar pula.
Hasil kelima menunjukkan pindah silang pada kromatid nomor satu dan tiga
pada B, kemudian dipindah silangkan lagi antara kromatid nomor dua dan empat
pada C, lalu dipindah silangkan lagi pada kromatid nomor 2 dan tiga pada A.
Hasil yang didapatkan adalah 100% tipe rekombinan dan 0% tipe parental.
Menurut Effendi (2020), Faktor yang mempengaruhi peristiwa pindah silang
terjadi adalah suhu. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat proses homologi
dan proses diploten saat meiosis, sehingga frekuansi pindah silang akan
meningkat. Sebaliknya semakin rendah suhu, maka tahap pakiten akan semakin
lama. Tahap pakiten yang berlangsung lama akan memperbesar frekuensi tipe
gamet rekombinan.
Peristiwa pindah silang menghasilkan gamet tipe rekombinan, dimana tipe
rekombinan inilah yang dapat meningkatkan variabilitas genetik. Namun selain
itu, peristiwa pindah silang dapat memicu terjadinya mutasi pada gen, seperti

Universitas Sriwijaya
duplikasi ataupun delesi. Menurut Setiawan et.al (2019), Proses pindah silang
atau crossover merupakan proses menambah keanekaragaman dalam suatu
populasi.

Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada minggu kemarin dapat
ditarik kesimpulan
1. Pindah silang tunggal merupakan pindah silang yang akan membentuk empat
macam gamet.
2. Pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung diantara dua buah gen
yang terangkai.
3. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah.
4. Pindah silang rangkap (double crossing over) melibatkan paling tidak 3 lokus
secara bersama-sama.
5. Pindah silang mengakibatkan terbentuknya gamet tipe pindah silang, yang
dapat terdiri atas tipe parental dan tipe rekombinan.
6. Pindah silang menghasilkan sebuah individu baru yang disebut anak.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Alfandianto, A., Nugroho, Y. A., Setiafindari, W. 2017. Penjadwalan Produksi


Menggunakan Pendekatan Algoritma Genetika di PT Pertani (PERSERO)
Cabang I Yogyakarta. Jurnal Disprotek. 8(2): 1-7.

Aristya G R, Daryono B S, Handayani N S N, dan Arisuryanti T. 2018.


Karakteristik Kromosom Tumbuhan dan Hewan. Yogyakarta: UGM Press.

Campbell. A. N., Reece. B. J., Urry. A. L., Cain. L. M., Wasserman.A.S.,


Minorsky.V.P., dan Jackson. B. R. 2010 . Biologi edisi kedelapan Jilid III.
Jakarta: Erlangga.

Effendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang: Pustaka Rumah C1nta

Irawan, B. 2010. Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya:


Airlangga University Press.

Mardiyah, R., Romdhini, M.U., dan Irwansyah. 2018. Penerapan Algoritma


Genetika dalam Penjadwalan Penerbangan di Bandara Internasional
Lombok. Eiden Mathematics Journal.

Mustami, M. K. 2013. Genetika. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.

Nusantari E. 2015. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah dan Komprehensif.


Yogyakarta : Depublish Publisher.

Setiawan, J. Y., Herwindiati, D. E., dan Sutrisno, T. 2019. Alogaritma Genetika


Dengan Roulette Wheel Selection dan Arithmetic Crossover Untuk
Pengelompokan. Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi. 7(1): 58-64.

Sun, Y. J. H. Ambrose, B. S. Haughey, T. D. Webster, A. N. Pierrie, D. F. Munoz,


E. C. Wellman, S. Cherian, S. M. Lewis, L. E. Berchowitz dan G. P.
Copenhover. 2017. Deep Genome-Wide Measurement of Mitotic Gene
Conversion Using Tetrad Analysis in Arabidopsis thaliana. Plos Genetics.
8(10) : 1 – 8.

Suryo. 2018. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: UGM Press.

Zukiaturrahman A. 2011. Mekanisme Berangkai dan Pindah Silang pada Alel.


Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Malang:
Universitas Brawijaya

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Screenshoot check plagiarisme dasar teori


Sumber : duplichecker.com

Screenshoot check plagiarisme pembahasan


Sumber : duplichecker.com

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai